• Tidak ada hasil yang ditemukan

DAFTAR LAMPIRAN

IV. HASIL DAN PEMBAHASAN

4.2 Penyusunan Model 1 Batasan Model

Model yang digunakan terdiri dari model sebelum memakai karet peredam dan setelah memakai karet peredam. Model yang akan dijadikan sebagai input adalah sebagai berikut.

a. Merek traktor

Kontruksi traktor roda dua jauh berbeda antara satu dengan yang lain, kecuali merek dan model yang sama. Akan tetapi urutan komponen (bagian) utama semua traktor roda dua sampai sekarang masih sama. Karena komponen utama tersebut adalah kesatuan dari satu unit traktor. Seperti enjin terletak diatas rangka (dudukan) yang diikat dengan baut pengikat. Rangka terhubung dengan kotak transmisi (gear box) juga diikat dengan baut pengikat. Kemudian kotak transmisi, dihubungkan dengan suatu ikatan baut pada stang kemudi. Selanjutnya kemudi utama di ikat dengan baut pengikat pada stang kemudi. Dengan demikian, melalui komponen utama terjadinya perpindahan getaran dari enjin ke seluruh unit traktor roda dua.

b. Berat rangka

Bahan yang keras dan padat (pejal) mempunyai nilai penghantar getaran yang besar. Penggunaan bahan logam akan dapat menimbulkan getaran yang lebih besar pada stang kemudi apabila dibandingkan dengan penggunaan material yang lebih lunak (elastis). Mengingat beban kerja traktor roda dua dilahan yang berbagai ragam dan bentuk, maka pemilihan dan penggunaan material untuk komponen traktor roda dua harus disesuaikan dengan pekerjaan dan lingkungan, dengan kata lain perlu optimasi dan kombinasi dimensi, bentuk serta pemakaian material yang sesuai.

Getaran dapat dihantarkan dalam bentuk gaya keberbagai arah dalam bentuk momen gaya. Getaran yang ditransmisikan dari enjin dalam bentuk gaya dapat dipengaruhi oleh panjang lengan kemudi, mengakibatkan terjadi defleksi dinamis sepanjang lengan tersebut. Dengan demikian semakin panjang lengan kemudi, maka semakin besar peluang terjadi defleksi.

Besarnya energi getaran dalam bentuk momen gaya yang ditransmisikan, dengan jarak dari pusat sumbu gerakan dan titik berat massa yang bergetar (enjin). Hal ini dapat di perhatikan, apabila panjang rangka di tambah, maka momen gaya akan bertambah terhadap as roda, sehingga gaya yang sampai pada stang kemudi akan bertambah.

Dimensi komponen rangka traktor roda dua dapat mempengaruhi getaran dalam bentuk resonansi yang terjadi. Apabila frekuensi pribadi (Natural) komponen sesuai dengan frekuensi yang ditimbulkan oleh enjin, maka akan terjadi interferensi gelombang, baik yang saling meniadakan, maupun yang saling mempengaruhi besarnya frekuensi. Getaran seperti ini akan terjadi pada putaran enjin yang berbeda, dimana pada suatu kecepatan akan terjadi getaran yang tinggi, dan pada kecepatan putaran berikutnya akan turun kembali.

c. Berat enjin

Konstruksi enjin traktor bila dilihat dari luar pada umumnya hampir sama antara satu dengan yang lain, juga cara kerjanya yang. Konstruksi terdiri dari beberapa komponen yaitu rangka, enjin, tangki minyak, ruang bakar, puli-roda penyeimbang dan saluran pembuang sisa pembakaran. Berat satu unit enjin traktor antara satu merek atau model berbeda dengan yang lainnya. Hal ini salah satunya disesuaikan dengan kebutuhan daya yang dibutuhkan untuk satu unit traktor.

Getaran yang terjadi pada semua bagian traktor roda dua bersumber dari enjin akibat pergerakan translasi piston didalam ruang bakar. Selama terjadi pembakaran didalam ruang bakar, semua bagian enjin yang merupakan suatu unit kesatuan akan bergetar dengan frekuensi yang berbeda-beda, tergantung pada material, hambatan dan panjang lintasan getaran dari sumbernya (ruang bakar). Pada umumnya konstruksi enjin terdiri dari tiga tipe, yaitu tipe tegak lurus (vertikal), tipe datar (flat- horizontal) dan tipe bersudut (enjin-V).

Dilihat dari kontruksi, enjin juga berpengaruh pada besar atau kecilnya getaran yang terjadi pada masing-masing sumbu. Menurut arah gerak dari beberapa tipe piston, maka gerak kearah sumbu-x sesuai dengan gerak piston tipe datar (flat-horizontal), arah sumbu-z sesuai dengan gerak piston tipe tegak lurus (vertikal). Sedangkan untuk arah sumbu-y merupakan kombinasi dari dua atau tiga tipe arah gerak maju piston dalam ruang bakar.

d. Putaran enjin

Selama terjadi pembakaran dalam ruang bakar, maka enjin akan menghasilkan suatu putaran pada kecepatan yang berbeda. Putaran yang dihasilkan enjin dapat menyebabkan terjadinya getaran sesuai dengan kecepatan putarannya. Kecepatan putaran yang sama akan menyebabkan terjadinya berbeda getaran antara tiga sumbu pengukuran. Perbedaan ini terjadi karena dipengaruhi frekuensi pribadi (natural) lingkungan ataupun dari material satu unit traktor.

e. Tipe roda

Secara umum traktor roda dua memakai dua tipe roda, yaitu roda karet dan roda besi. Masing-masing roda memiliki kelebihan dan kekurangan. Pada khususnya roda karet dipakai pada pengoperasian di lahan kering, sedangkan roda besi dipakai pada lahan basah atau lahan sawah.

Roda traktor langsung berhubungan dengan lantai atau tanah. Apabila getaran yang ditimbulkan ketika enjin menyala, maka selama itu juga getaran yang ditimbulkan dari enjin akan diteruskan ke roda melalui rangka (dudukan) enjin. Selanjutnya getaran akan diteruskan ke lantai atau tanah yang merupakan titik akhir tumpuan traktor roda dua. Getaran yang diteruskan melalui roda secara umum getarannya menjalar kearahnya ke bawah. Akan tetapi hal ini tidak ada alasan untuk dikatakan bahwa energi getaran yang menjalar melalui roda akan diserap sepenuhnya oleh lantai. Adakalanya getaran akan dikembalikan seluruhnya atau sebagian sesuai dengan kemampuan lantai atau tanah dalam menerima getaran. Hal ini sesuai dengan hukum Newton yang membuktikan bahwa, aksi sama dengan reaksi.

Kalau diperhatikan bahwa getaran yang timbul pada bagian stang kemudi akan berkurang apabila dibandingkan getaran yang timbul pada enjin atau bagian yang dekat dengan ruang bakar. Dengan demikian jarak antara as roda dengan sumber getaran lebih dekat bila dibandingkan dengan jarak ke stang kemudi utama. Roda yang berfungsi sebagai penahan berat rangka dan berat enjin, maka apabila terjadi getaran berarti beban roda akan bertambah lebih besar.

Selanjutnya antara roda karet dan roda besi akan berbeda dalam hal menerima dan meneruskan getaran. Perbedaan ini karena pengaruh dari material dan frekuensi pribadi antara dua material yang berbeda. Besi bersifat padat dan dapat menghantarkan getaran serta panas hampir mendekati sempurna. Hal yang sama juga terjadi pada roda besi, dimana kemampuan roda besi untuk mempengaruhi besarnya getaran pada traktor. Getaran yang seharusnya menjalar kearah lantai dengan harapan dapat berkurang, akan tetapi frekuensi material roda besi beresonansi karena pengaruh kontak langsung antara roda dengan lantai. Sedangkan karet bersifat meredam getaran, hal ini karena salah satu diantara sifat karet yaitu sebagai isolator baik untuk menghambat panas maupun penghambat getaran. Sifat karet tersebut juga berpengaruh pada besarnya getaran yang ditimbulkan traktor apabila pengoperasiannya menggunakan roda karet.

f. Jenis karet peredam

Material yang dapat digunakan untuk mengurangi getaran pada stang kemudi traktor roda dua, diantaranya yang mempunyai sifat peredam atau sifat elastis seperti karet, plastik, polyurethane, kayu, fiber dan lain-lain. Pengurangan getaran dapat dilakukan dengan mengurangi transmisi dari sumber getaran sampai permukaan yang di ukur, yaitu penggunaan bahan yang elastis seperti pegas dan karet dan penambahan bahan yang mampu meredam getaran sehingga energi getaran sepanjang jalur transmisi dapat di ubah menjadi energi panas. Frekuensi getaran yang terjadi pada material peredam harus lebih kecil dari frekuensi getaran yang terjadi akibat transmisi dari sumber getaran. Benda yang bergetar pada frekuensi yang sama dapat saling mempengaruhi, dan disebut dalam keadaan beresonansi.

Dengan demikian tingkat kekerasan karet peredam sangat penting dalam penggunaan untuk suatu enjin. Karena karet yang kaku akan lebih sempurna menerima dan meneruskan getaran bila dibandingkan dengan karet yang lebih lunak (soft). Tingkat kekerasan karet dapat diukur sedemikian rupa mulai dari shore A 20 sampai dengan kekerasan shore A 95 (Tabel 4 dan Tabel 6). Karet sintetis yang digunakan sebagai parameter masukan adalah campuran antara karet alam dan Viton.

g. Tebal karet peredam

Karet peredam (mounting) yang dipasang antara enjin dan rangka depan gunanya sebagai peredam getaran. Sebagaimana diketahui bahwa enjin pada traktor roda dua terletak diatas rangka traktor yang diikat dengan baut M12, yang terjadi kontak langsung antara dua material logam sehingga menyebabkan terjadinya getaran ke rangka. Dengan pemasangan karet peredam pada posisi ini diharapkan akan terhambat laju getaran yang terjadi. Dengan adanya perbedaan antara ukuran tebal karet peredam, maka diharapkan adanya perbedaan karet peredam dalam mereduksi getaran.

Sebagaimana diketahui pemasangan karet mounting sangat berguna untuk mereduksi getaran. Dengan demikian disain karet peredam ini harus mendekati kesempurnaan dan apabila terjadi getaran, tidak langsung diteruskan sebesar getaran yang terjadi dari sumbernya.

h. Karet ring

Karet ring bentuknya sederhana dan menyerupai sebuah ring baut atau menyerupai karet gelang dengan kontruksi adanya hole ditengah sebesar batang baut. Fungsi karet ring tidak jauh berbeda dengan karet

mounting yang dipasang antara enjin dan rangka. Fungsinya yaitu untuk mereduksi getaran yang terjadi akibat kontak langsung antara dua komponen atau lebih pada traktor roda dua. Karet ring yang dipasang antara komponen traktor berperan penting untuk mereduksi getaran yang berasal dari sumbernya.

4.2.2 Model Jaringan Syaraf Tiruan (JST)

Pemilihan data training dan testing berdasarkan putaran enjin dipilih secara acak pada 9 (sembilan) kecepatan putaran enjin. Pemilihan atau penentuan data yang diacak, bersifat tidak mengikat seperti pola yang di tentukan dalam penelitian ini. Boleh saja digunakan pola lain, akan tetapi sebaiknya terwakili semua data putaran yang ada untuk training dan testing, sekalipun ada kesamaan putaran antara masing-masing traktor. Dalam penentuan data putaran yang dipilih 70 % untuk training dan 30 % untuk testing. Seperti terlihat pada Tabel 8, bahwa untuk traktor A tidak ada data pada putaran

2200 dan 2400 rpm. Karena sukar dalam penentuan persentase yang akan dipilih, dengan demikian dalam penelitian ini digunakan batasan persentase data yang akan ditraining untuk model I dan model II antara 68-70 % dari jumlah data dan untuk testing dengan batasan 30-32 % dari jumlah data.

Data training yang digunakan sebagai masukan (input) untuk Jaringan Syaraf Tiruan (JST) adalah data getaran yang terjadi pada sumbu-x, sumbu-y dan sumbu-z. Getaran tersebut diukur pada stang kemudi berdasarkan perbedaan tingkatan (level) putaran enjin. Dalam pemilihan data yang akan dijadikan sebagai data training dan data testing tidak boleh sama antara kedua data tersebut. Hal ini perlu diperhatikan agar tidak terjadi tumpang tindih (overlapping) data selama proses pembelajaran berlangsung. Sebagai penjelasan data yang dipilih dapat dilihat pada Tabel 8 berikut ini :

Tabel 8 Data training dan testing yang dipilih berdasarkan putaran enjin (rpm) Putaran enjin (rpm)

No Merek traktor

800 1000 1200 1400 1600 1800 2000 2200 2400

1 A Trai Trai Test Trai Test Trai Trai

2 B Trai Test Trai Test Trai Test Trai Trai Trai

3 C Trai Trai Test Trai Test Trai Test Trai Trai

Keterangan Data Training Data Test Tidak ada data

a. Data training

Data training untuk traktor merek A di pilih 5 (lima), dari 7 (tujuh) kecepatan putaran (rpm). Traktor merek B di pilih 7 (tujuh), dari 9 (sembilan) kecepatan putaran (rpm). Traktor merek C di pilih 7 (tujuh), dari 9 (sembilan) kecepatan putaran (rpm).

b. Data testing

Data Testing untuk data test yang digunakan sebagai masukan (input) untuk Jaringan Syaraf Tiruan (JST) adalah data putaran enjin yang diambil secara acak pada 9 (sembilan) kecepatan putaran enjin. Untuk traktor merek A dipilih 2 (dua), dari 7 (tujuh) kecepatan putaran (rpm). Traktor merek B

dipilih 3 (tiga), dari 9 (sembilan) kecepatan putaran (rpm). Traktor merek C dipilih 3 (tiga), dari 9 (sembilan) kecepatan putaran (rpm).

4.2.3 Struktur Jaringan Syaraf Tiruan

Model struktur Jaringan Syaraf Tiruan (JST) yang di pakai dalam penulisan ini ada dua model yaitu model I adalah tidak memakai karet peredam (mounting), maupun peredam lainnya yang dapat mempengaruhi maupun sebagai penghambat getaran. Model II adalah model yang dipakai karet peredam (mounting) yang berfungsi sebagai isolator getaran.

Parameter Jaringan Syaraf Tiruan yang digunakan selama pembelajaran untuk data training dan data testing digunakan learning rate 0.1, momentum 0.1 dan gain 0.9.

Iterasi data training dan data testing pada Jaringan Syaraf Tiruan (JST) dihentikan apabila perubahan Mean Square Error (MSE) dimana MSEtesting i > MSEtesting i-1 atau iterasi dihentikan karena perubahan MSE sangat kecil atau lebih kecil dari 10-9.

4.2.4 Model I Jaringan Syaraf Tiruan

Pemodelan Jaringan Syaraf Tiruan pada Model I digunakan sebanyak 50 data ukur. Data tersebut dibagi kedalam dua kelompok, yaitu kelompok data untuk training dan kelompok data untuk testing. Dari 50 data ukur dipilih data training sejumlah 34 data ukur atau 68 % dari jumlah data ukur awal dan data testing digunakan sejumlah 16 data ukur atau 32 % dari data ukur awal.

Jumlah struktur lapisan (layer) ada 3 lapisan (layer) dengan node pada masing-masing lapisan (layer) terdiri dari 5 node pada lapisan masukan (layer input), 15 node pada lapisan tersembunyi (hidden layer) dan 3 node pada lapisan keluar (layer output).

Dari proses JST yang dilakukan pada model I, untuk data training dan testing adalah 5 input pemodelan dapat dilihat seperti pada Gambar 19. Sebagai berikut akan diuraikan hasil training dan testing dari JST untuk data training dan testing dari percepatan getaran pada model I untuk masing-masing sumbu.

Bentuk desktop program Jaringan Syaraf Tiruan yang digunakan dalam penelitian ini dapat dilihat pada lampiran 1.

a. Grafik MSE model I Jaringan Syaraf Tiruan

Pada grafik MSE hasil dari training dan testing data pemodelan pada model I didapat seperti pada Gambar 22. Iterasi dihentikan pada iterasi ke-300000 karena nilainya semakin kecil. Pada Gambar 22 menunjukkan nilai berada dibawah nilai 0,001 MSE.

Gambar 22 Mean Square Error model I

b. Training model I Jaringan Syaraf Tiruan

Hasil training model I dengan JST untuk masing-masing sumbu dapat dilihat pada Tabel 9. Berikut ini akan diuraikan menurut masing-masing sumbu :

Tabel 9 Hasil training percepatan (m/det2) pada sumbu data ukur dan JST

Posisi data No Arah

sumbu level Data ke JST

Ukur

(m/det2) rpm Roda Ket. obyek

Rendah 22 0.352 0.40 800 karet A 1 Sb-x Tinggi 1 9.077 8.31 2400 besi B Rendah 22 0.260 0.22 800 karet A 2 Sb-y Tinggi 1 7.533 7.77 2400 besi B Rendah 22 0.283 0.25 800 karet A 3 Sb-z Tinggi 1 6.906 7.05 2400 besi B

Pada gambar berikut ini akan diuraikan hasil training antara data ukur percepatan getaran dengan hasil pemodelan yang menggunakan Jaringan Syaraf Tiruan (JST) untuk masing-masing sumbu.

• Sumbu-x

Gambar 23 yaitu percepatan getaran yang terjadi pada sumbu-x. Sebaran data pada Gambar ini menunjukkan getaran yang linier. Berikut ini uraian data yang terendah dan tertinggi hasil pemodelan.

- Hasil JST yang terendah pada data ke 1 yaitu traktor A, menggunakan roda karet pada 800 rpm dengan nilai 0.352 m/det2 dan hasil data ukur 0,40 m/det2. Percepatan pada sumbu-x ukur lebih besar dari percepatan pada sumbu-x JST.

- Hasil JST yang tertinggi pada data ke 22 yaitu traktor B, menggunakan roda besi pada 2400 rpm dengan nilai 9.077 m/det2 dengan data ukur 8.31 m/det2. Percepatan pada sumbu-x JST lebih besar dari sumbu-x ukur.

0.0 1.0 2.0 3.0 4.0 5.0 6.0 7.0 8.0 9.0 10.0 0.0 1.0 2.0 3.0 4.0 5.0 6.0 7.0 8.0 9.0 10.0 P e r c ep atan s u mbu- x J S T ( m /det 2)

Percepatan sumbu-x ukur (m/det2)

Gambar 23 Percepatan pada sumbu-x data ukur dan JST model I

• Sumbu-y

Gambar 24 yaitu percepatan getaran yang terjadi pada sumbu-y. Sebaran data pada Gambar ini menunjukkan linier. Berikut ini uraian data yang terendah dan tertinggi hasil pemodelan.

- Hasil JST yang terendah pada data ke 1 yaitu traktor A, menggunakan roda karet pada 800 rpm dengan nilai 0.260 m/det2 dan hasil data ukur 0,22 m/det2. Percepatan pada sumbu-y ukur lebih kecil dari percepatan pada sumbu-y JST.

- Hasil JST yang tertinggi pada data ke 22 yaitu traktor B, menggunakan roda besi pada 2400 rpm dengan nilai 7.533 m/det2 dengan data ukur 7.77 m/det2. Percepatan pada sumbu-y JST lebih kecil dari sumbu-y ukur.

0.0 1.0 2.0 3.0 4.0 5.0 6.0 7.0 8.0 9.0 10.0 0.0 1.0 2.0 3.0 4.0 5.0 6.0 7.0 8.0 9.0 10.0 P e r c epatan s u mbu- y J S T ( m /det 2)

Percepatan sumbu-y ukur (m/det2)

Gambar 24 Percepatan pada sumbu-y data ukur dan JST model I

• Sumbu-z

Gambar 25 yaitu percepatan getaran yang terjadi pada sumbu-z. Sebaran data pada Gambar ini menunjukkan linier dan tidak ada data yang menyebar atau menjauh dari garis linier. Berikut ini uraian data yang terendah dan tertinggi hasil pemodelan.

- Hasil JST yang terendah pada data ke 1 yaitu traktor A, menggunakan roda karet pada 800 rpm dengan nilai 0.283 m/det2 dan hasil data ukur 0.25 m/det2. Percepatan pada sumbu-z ukur lebih kecil dari percepatan pada sumbu-z JST. Percepatan pada sumbu-z JST lebih besar dari sumbu-z ukur. - Hasil JST yang tertinggi pada data ke 22 yaitu traktor B, menggunakan roda

besi pada 2400 rpm dengan nilai 6.906 m/det2 dengan data ukur 7.05 m/det2. Percepatan pada sumbu-z JST lebih kecil dari sumbu-z ukur. Percepatan pada sumbu-y JST lebih besar dari sumbu-z ukur.

0.0 1.0 2.0 3.0 4.0 5.0 6.0 7.0 8.0 9.0 10.0 0.0 1.0 2.0 3.0 4.0 5.0 6.0 7.0 8.0 9.0 10.0 P e r c epatan s u mb u- z J S T ( m/det 2)

Percepatan sumbu-z ukur (m/det2)

Gambar 25 Percepatan pada sumbu-z data ukur dan JST model I

c. Testing model I Jaringan Syaraf Tiruan

Hasil testing model I dengan JST untuk masing-masing sumbu dapat dilihat pada Tabel 10. Berikut ini akan diuraikan menurut masing-masing sumbu :

Tabel 10 Hasil testing percepatan (m/det2) pada sumbu data ukur dan JST

Posisi data No Arah

sumbu level Data ke JST

Ukur

(m/det2) rpm Roda Ket- obyek

Rendah 3 0,425 0,36 1200 Besi A 1 Sb-x Tinggi 13 2,186 2,29 1200 Karet C Rendah 1 0,312 0,31 1200 Karet A 2 Sb-y Tinggi 16 1,978 2,32 2000 Besi C Rendah 1 0,334 0,37 1200 Karet A 3 Sb-z Tinggi 13 2,311 2,23 2000 Karet C

Pada gambar berikut ini akan diuraikan hasil testing antara data ukur percepatan getaran dengan hasil pemodelan yang menggunakan Jaringan Syaraf Tiruan (JST) untuk masing-masing sumbu.

• Sumbu-x

Gambar 26 yaitu percepatan getaran yang terjadi pada sumbu-x. Sebaran data pada Gambar ini menunjukkan getaran yang relatif linier, sekalipun ada data ukur yang terpisah dari garis linier. Berikut ini uraian data yang terendah dan tertinggi hasil pemodelan.

- Hasil JST yang terendah pada data ke 3 yaitu traktor A, menggunakan roda besi pada 1200 rpm dengan nilai 0.45 m/det2 dan data ukur 0,36 m/det2. Percepatan sumbu-x JST lebih besar dari percepatan sumbu-x ukur.

- Hasil JST yang tertinggi pada data ke 13 yaitu traktor C, menggunakan roda karet pada 1200 rpm dengan nilai 2.186 m/det2 dengan data ukur 2,29 m/det2. Percepatan sumbu-x JST lebih kecil dari percepatan sumbu-x ukur.

0.0 0.5 1.0 1.5 2.0 2.5 0.0 0.5 1.0 1.5 2.0 2.5 P e r c epat an s u mbu- x J S T ( m /det 2)

Percepatan sb-x ukur (m/det2)

Gambar 26 Percepatan pada sumbu-x data ukur dan JST model I

• Sumbu-y

Gambar 27 yaitu percepatan getaran yang terjadi pada sumbu-y. Pada sumbu-y sebaran data menunjukkan sebaran yang bagus ataupun masih dalam batas penyebaran yang wajar. Hal ini dapat dilihat tidak ada data yang tersebar atau menjauh dari garis linier. Sebaran ini disebabkan disain tiga unit traktor hampir tidak ada gangguan yang dapat mengganggu ke arah kiri dan ke arah kanan operator. Berikut ini uraian hasil yang terendah dan tertinggi hasil pemodelan.

- Hasil JST yang terendah pada data urutan ke 1 yaitu traktor A, menggunakan roda karet pada 1200 rpm dengan nilai 0,312 m/det2 dan data ukur 0,31 m/det2. Percepatan sumbu-y JST lebih besar dari percepatan sumbu-y ukur.

- Hasil JST yang tertinggi pada data ke 16 yaitu traktor C, menggunakan roda besi pada 2000 rpm dengan nilai 1,978 m/det2 dan data ukur 2,320 m/det2. Percepatan sumbu-x JST lebih kecil dari percepatan sumbu-x ukur.

0.0 0.5 1.0 1.5 2.0 2.5 0.0 0.5 1.0 1.5 2.0 2.5 P e r c epa tan s u mbu- y J S T ( m /det 2)

Percepatan sb-y ukur (m/det2)

Gambar 27 Percepatan pada sumbu-y data ukur dan JST model I

• Sumbu-z

Gambar 28 adalah percepatan getaran pada sumbu-z yaitu arah tegak lurus atau arah memotong sumbu-x dan sumbu-y. Gambar sebaran data ini cendrung lebih baik dari Gambar sebelumnya. Berikut ini uraian data yang terendah dan tertinggi hasil pemodelan.

- Hasil JST yang terendah pada sumbu ini berada pada data ke 1 yaitu traktor A, menggunakan roda karet pada 1200 rpm dengan nilai 0,334 m/det2 dan data ukur 0,37 m/det2.

- Hasil JST yang tertinggi ada pada data ke 13 yaitu pada traktor C, menggunakan roda karet pada 2000 dengan nilai 2,311 m/det2 dan data ukur 2,23 m/det2.

0.0 0.5 1.0 1.5 2.0 2.5 0.0 0.5 1.0 1.5 2.0 2.5 P e r c epat an s u mbu- z J S T ( m /det 2)

Percepatan sb-z ukur (m/det2)

Gambar 28 Percepatan pada sumbu-z data ukur dan JST model I

d. Nilai Standard Error Prediction (SEP) model I

Pemodelan yang dilakukan dengan menggunakan Jaringan Syaraf Tiruan (JST) untuk model I, sebagai data training dan testing yang dipilih secara acak, maka akan didapat nilai Standard Error Prediction (SEP) untuk tiga arah sumbu getaran seperti pada Tabel 8. Nilai SEP training model I untuk sumbu-x 0.318, sumbu-y 0.154 dan untuk sumbu-z 0.121. Sedangkan Coeffisien of Variation

(CV) untuk sumbu-x adalah sebesar 18.147 %, sumbu-y 10.444 % dan untuk sumbu-z adalah sebesar 8.009 %. Sedangkan nilai SEP testing untuk sumbu-x 0.389, sumbu-y 0.199, sumbu-z 0.205. Sedangkan Coeffisien of Variation (CV) untuk sumbu-x 30.528 %, sumbu-y 19.588 % dan sumbu-z 18.474 %.

Tabel 11. Ketelitian model I Jaringan Syaraf Tiruan untuk tiga unit traktor arah sumbu-x arah sumbu-y arah sumbu-z JST

Mean SEP CV % Mean SEP CV % Mean SEP CV %

Training 1.752 0.318 18.147 1.471 0.154 10.444 1.507 0.121 8.009 Testing 1.273 0.389 30.528 1.014 0.199 19.588 1.109 0.205 18.474

4.2.5 Model II Jaringan Syaraf Tiruan

Pemodelan Jaringan Syaraf Tiruan digunakan data sebanyak 450 data ukur. Penambahan jumlah data ukur pada data ini disebabkan ada perbedaan

pada jenis dan ketebalan karet yang dijadikan sebagai data pemodelan II. Perlakuan data model II sama seperti pada model I. Data tersebut dibagi kedalam dua kelompok, yaitu kelompok data untuk training dan kelompok data untuk testing. Dari 450 data ukur dipilih data training sejumlah 312 data atau 69.3 % dari jumlah data ukur model dan data testing digunakan sejumlah 138 data ukur atau 30.7 % dari data ukur model II.

Jumlah struktur lapisan (layer) ada 3 lapisan. Node yang digunakan pada masing-masing lapisan (layer) terdiri dari 8 node pada lapisan masukan (layer input), 15 node pada lapisan tersembunyi (hidden layer) dan 3 node pada lapisan

Dokumen terkait