• Tidak ada hasil yang ditemukan

DAFTAR LAMPIRAN

A. Buah Pepaya

Pepaya (Carica papaya L.) merupakan salah satu tanaman buah tropis asal Meksiko Selatan. Tanaman pepaya kini telah dibudidayakan serta dikembangkan secara luas di Amerika Tengah, Amerika Selatan, Afrika Utara, Hawaii, India, Indonesia, Malaysia, Thailand dan Srilanka. Pepaya termasuk buah yang murah dan sangat bermanfaat bagi kesehatan. Pepaya sangat baik untuk pencernaan dan mengandung banyak vitamin. Namun, masyarakat pada umumnyasedikit enggan dalam mengkonsumsinya dengan alasan tidak jelas, sebagian menyebutnya tidak tahan terhadap getahnya yang gatal, lainnya merasa repot untuk menyajikannya. Tetapi kini banyak hotel berbintang yang menyediakan jus pepaya sebagai hidangan pagi hari dan ternyata peminatnya cukup banyak ( Ariesty 2010, Dirjen BinaHortikultura 2003).

Berdasarkan taksonominya, tanaman pepaya dapat diklasifikasikan sebagai berikut: Tabel 1. Taksonomi buah pepaya

Divisi Spermatophyta Kelas Angiospermae Subkelas Dicotyledonae Ordo Caricales Famili Caricaceae Genus Carica

Spesies Carica papaya L

Berdasarkan morfologinya, buah pepaya termasuk buah buni dengan daging buah yang tebal dengan daging buah yang tebal dan memiliki rongga buah di bagian tengahnya. Batangnya berbentuk silinder dengan diameter 10-30 cm dan berongga. Daun-daunnya tersusun spiral berkelompok dekat dengan ujung batang, tangkai daun dapat mencapai panjang 1 m, berongga dan berwarna kehijauan, merah jambu kekuningan dan keunguan. Helaian daunnya berdiameter 25-75 cm, bercuping 7-11, menjariari, kadang-kadang ada yang rtidak menjari, serta tidak berbulu. Buah pepaya umumnya berkulit tipis, halus, serta berwarna kekuning-kuningan atau jingga ketika matang. Daging buah yang berwarna kekuning-kuningan sampai dengan warna jingga merah memiliki rasa yang manis dengan aroma yang lembut dan sedap. ( Sujiprihati 2010). Tanaman pepaya adalah jenis pohon buah-buahan yang berumur pendek dan sifat tumbuhnya cepat sekali (Ariesty 2010, Janick 1972). Tanaman ini diperbanyak dengan biji dan mulai tumbuh setelah 6-8 minggu (Ariesty 2010, Chandler 1958). Berdasarkan bunganya, tanaman pepaya dapat digolongkan atas tiga tipe utama yaitu tanaman berbunga jantan, betina, dan bunga hermaprodit (sempurna).

1. Pepaya betina

Pohon pepaya ini memiliki bunga majemuk artinya pada satu tangkai bunga terdapat beberapa bunga. Tangkai bunganya sangat pendek dan terdapat bunga betina kecil dan besar. Bunga yang besar akan menjadi buah. Memiliki bakal buah yang sempurna, tetapi tidak mempunyai benang sari, biasanya terus berbunga sepanjang tahun.

5 2. Pepaya jantan

Pohon pepaya ini memiliki bunga majemuk yang bertangkai panjang dan bercabang-cabang. Bunga pertama terdapat pada pangkal tangkai. Ciri-ciri bunga jantan adalah putik/ bakal buah yang tidak berkepala, benang sari tersusun dengan sempurna.

3. Pepaya sempurna

Memiliki bunga yang sempurna susunannya, bakal buah dan benang sari dapat melakukan penyerbukan sendiri maka dapat ditanam sendirian. Terdapat 3 jenis pepaya sempurna, yaitu:

a. Berbenang sari 5 dan bakal buah bulat b. Berbenang sari 10 dan bakal buah lonjong c. Berbenang sari 2-10 dan bakal buah mengkerut Pepaya sempurna mempunyai dua golongan, yaitu:

a. Dapat berbunga dan berbuah sepanjang tahun b. Berbuah musiman

Tanah yang terbaik untuk pertumbuhan pepayayaitu tanah yang cukup subur, gembur, pengairan baik dan peredaran udara tanah lancar. Terutama lapisan bagian atas harus betul-betul gembur mengingat keadaan perakaran tanaman pepaya tidak terlalu dalam, tetapi tersebar dekat permukaan tanah. Akar pepaya tergolong sangat peka terhadap air yang menggenang, akar akan menjadi busuk dibuatnya. Pada musim hujan, bila hujan terjadi secara terus menerus, daun-daun pepaya dapat menjadi kuning warnanya. Bila tanaman tergenang 2-3 hari saja, akibatnya akan fatal, sebab tanaman akan mati semua. Oleh karena itu, drainase dan pengaturan pembuangan air yang berlebihan mutlak diperlukan pada pertanaman pepaya (Kalie 2004).

Tanaman ini diketahui tumbuh di daerah-daerah basah, kering, dan daerah dataran rendah, serta pegunungan di ketinggian 200-500 m dpl (sampai ketinggian 1000 m dpl) dengan suhu berkisar 25-300C. Pada ketinggian diatas 500 m dpl, pertumbuha pepaya menjadi lambat dan rasa buahnya menjadi kurang manis. Hal inilah yang menyebabkan budidaya di dataran tinggi kurang disarankan. Selain mempengaruhi rasanya, pepaya yang ditanam di dataran tinggi juga mudah terserang penyakit karena kondisi kmbapan yang relatif tinggi. Pertumbuhan buah pepaya akan optimum bila ditanam pada tanah dengan pH 6-7 (Sujiprihati 2010). Curah hujan yang baik bagi tanaman pepaya adalah 1500-2000 mm/tahun. Di daerah-daerah yang lembab, curah hujan yang cukup serta suhu udara dan cahaya matahari yang tinggi, maka produksi buah pepaya akan lebih baik (Kalie 2004). Setiap pohon pepaya dalam waktu satu tahun rata-rata dapat menghasilkan lebih dari 50 buah pepaya, dan keadaan ini dapat berlangsung sampai lebih dari tiga tahun (Sunaryono 1981).

Buah pepaya umumnya berbentuk bulat, panjang atau silindris dengan kisaran berat antara 300 g sampai lebih dari 3 kg. Buah pepaya masak merupakan sumber vitamin A, vitamin C, dan mineral kalsium. Kecuali rasanya yang manis, enak, dan menyegarkan, buah pepaya masak dapat menghilangkan dahaga dan memudahkan buang air besar (Sujiprihati 2009). Selain itu, ternyata buah pepaya juga disertai beberapa kekurangan. Buah pepaya mempunyai sifat cepat rusak dan busuk, baik karena proses-proses fisiologis yang lain (Kalie 2004).

6 Secara lengkap kandungan buah pepaya dengan nilai energi 200 kJ untuk 100 gram bahan yang dapat dimakan ditunjukkan pada Tabel 2.

Tabel 2. Kandungan gizi pepaya per 100 gram berat yang dapat dimakan

No Komposisi Jumlah kandungan

1 Kadar air 86.6 % 2 Protein 0.5 gram 3 Lemak 0.3 gram 4 Karbohidrat 12.1 gram 5 Kalsium 0.034 miligram 6 Fosfor 0.011 miligram 7 Besi 0.001 miligram 8 Vitamin A 0.45 IU 9 Vitamin B 0.0003 miligram 10 Vitamin C 0.74 miligram 11 Abu 0.5 gram 12 Natrium 3 miligram 13 Serat 0.7 gram 14 Kalium 204 miligram Sumber: Wirakusumah (2001)

Program pemuliaan tanaman pepaya di Pusat Kajian Buah-Buahan Tropika (PKBT) IPB saat ini telah menghasilkan berbagai calon varietas unggul. Hasilnya antara lain pepaya unggul IPB 1 (Arum Bogor), IPB 3 (Carisya), IPB 9 (Callina), IPB 6 ( Sukma), IPB 4 (Carlia), IPB 10 (Wulung Bogor). Berikut akan disajikan deskripsi singkat dari 6 varietas pepaya unggul hasil pemuliaan PKBT IPB, Bogor :

1. Pepaya IPB 1 (Arum Bogor)

Pepaya IPB 1 lebih dikenal di pasaran dengan nama pepaya Arum Bogor. Pepaya ini tergolong jenis pepaya kecil dengan bobot sekitar 0.50-0.63 kg. Bentuk buahnya bulat lonjong dan seragam, panjang buah 13.2-15.5 cm, dan diameter buah 9.1- 11.5 cm. Mempunyai warna kulit buah hijau bertekstur licin dan daging buah berwarna kemerahan atau jingga dengan rasa sangat manis seperti yang dicirikan oleh kandungan padatan terlarut total daging buah sekitar 11-13 oBriks dan mempunyai aroma harum. Kandungan vitamin C-nya sekitar 122 mg/ 100 g daging buah. Buah jenis ini dapat dipetik pada umur 7 bulan setelah tanam. Gambar 3. Pepaya IPB 1

7 2. Pepaya IPB 3 (Carisya)

Masing-masing pepaya unggul memiliki keistimewaan tersendiri. Pepaya IPB 3 dengan nama lain Carisya, mempunyai keistimewaan pada kadar gulanya yang bisa mencapai 14.3 oBriks. Pepaya IPB 3 memiliki bentuk kecil, daging buah tebal agak kenyal berwarna jingga kemerahan dan sangat manis. Pada daging buahnya tidak ada

bau „burung‟, sehingga disukai oleh konsumen (baik orang

tua maupun anak-anak). Daya simpan pepaya ini pada suhu kamar mencapai 7 hari. Kulit buah pepaya ini berwarna hijau tua, bentuk buah lonjong, panjang buah 16.2-17.8 cm, diameter buah 7.6-8.4 cm denagn bobot per buah antara 0.5- 0.65 kg. Mempunyai umur petik buah 7 bulan setelah tanam. 3. IPB 9 (Callina)

Nama lain dari pepaya IPB 9 adalah Callina. Bobot buah antar 1.2-1.5 kg, panjang buah 23-24 cm dengan diameter buah 9.2-9.5 cm. Kulit buah berwarnahijau lumut bertekstur mulus dan daging buah yang tebal berwarna jingga, rasanya manis, dengan tingkat kemanisan 10.1-11.2 oBriks. Bentuk buahnya silindris seperti peluru. Mempunyai daya simpan lama (lebih dari 1 minggu). Pepaya IPB 9, perawakannya rendah dan mempunyai umur tanaman genjah, berbunga pada umur empat bulan setelah bibit dipindahkan ke lahan, dan bisa dipetik buahnya pada umur 8.5 bulan setelah tanam.

4. IPB 6 ( Sukma)

Pepaya IPB 6 lebih populer dengan nama pepaya Sukma. Pepaya ini merupakan unggulan lokal dari daerah Sukabumi dan Bogor. Oleh karena berasal dari Sukabumi dan rasanya lebih manis dibandingkan pepaya besar lain yang ada disekitarnya, pepaya IPB 6 dinamai pepaya Sukabumi Manis atau disingkat Sukma (Ariesty 2010). Pepaya ini mempunya bobot mencapai 3.1 kg, panjang buah 30-35 cm dengan diameter tengah buah 13.2-13.8 cm. Buah ini berbentuk bulat lonjong, warna kulit buah hijau dan mulus, warna daging buah merah jingga dan rasanya manis dengan tingkat kemanisan 11- 12.8 oBriks. Pepaya ini berbunga pada umur empat bulan setelah tanam, dan umur petik buah 8.5 bulan setelah tanam. Gambar 4. Pepaya IPB 3

Gambar 5. Pepaya IPB 9

8 5. IPB 4 (Carlia)

Berbeda dengan varietas pepaya unggul lain, keistimewaan dari pepaya IPB 4 adalah warna kulit buahnya berwarna kuning. Bentuk buah lonjong dan seragam dengan panjang buah 14.5-16.0 cm, diameter tengah buah 8-9 cm dan bobot perbuah 0.47-0.6 kg. Pepaya IPB 4 mempunyai warna daging buah jingga dan rasanya manis dengan tingkat kemanisan 9.5-11 oBriks. Pepaya ini mulai berbunga pada umur 4 bulan setelah tanam dan bisa dipetik buahnya pada umur 7 bulan setelah masa tanam.

6. IPB 10 (Wulung Bogor)

Buah pepaya IPB 10 mempunyai nama lain Wulung Bogor. Pepaya jenis ini berbeda dari pepaya jenis unggul yang lainnya, pepaya jenis ini bisa diproduksi getahnya, karena bisa memproduksi getah buah pepaya yang tinggi, yaitu 25.23 g per buah, dan bisa dilakukan penyadapan hingga 9 kali. Bobot getah pepaya (papain) kasar perbuah 3.35 g, kadar air getah 89.27% dengan randemen getah 13.28%. Pepaya ini berbentuk lonjong dengan ukuran buah besar (> 2 kg). Warna kulit buah hijau dengan permukaan yang halus dan mempunyai daging buah berwarna jingga kemerahan. Pepaya jenis ini relatif tahan terhadap antraknosa, thrips, dan tungau. Mulai berbunga ketika berumur 118 hari setelah tanam.

Daging buah pepaya umumnya berwarna kuning dan merah. Perbedaan warna ini disebabkan karena adanya pigmen karoten dan likopen. Chan dan Tang (1979) melaporkan bahwa bila tidaada pigmen likopen, maka akan timbul warna kuning. Karoten adalah suatu kelompok pigmen warna kuning, jingga atau merah jingga yang mudah larut dalam lemak atau pelarut organik, tetapi tidak larut alam air. Karoten berwarna kuning merupakan provitamin A. Jumlah karoten dalam 100 g daging buah pepaya matang berkisar antara 3.7-4.2 mg (Winarno et al. 1981).

Kader (1992) menyatakan buah dan sayuran yang telah dipanen akan tetap hidup karena masih meneruskan reaksi-reaksi metabolisme dan masih mempertahankan sistem fisiologis sebagaimana saat masih melekat pada pohon induknya. Ryall dan Pentzer (1982) menyatakan bahwa selama proses pematangan, buah mengalami perubahan yang jelas yaitu kenaikan kadar gula, penurunan zat pati pada buah apel, pear dan pisang, kenaikan kadar minyak/ lemak pada buah alpukat, perubahan tekstur, penurunan kadar tanin dan rasa sepat, perubahan warna kulit dan daging buah, turunnya rasa asam diikuti perubahan karoten. Juga terjadi perubahan laju produksi CO2 dan produksi etilen, pelunakan kulit daging buah, penurunan bobot, serta penurunan kadar air (Dominguez dan Vendrell 1993 , Moya-Leon dan Jhon 1994).

Buah pepaya digolongkan sebagai buah klimakterik, yaitu buah yang mengalami kenaikan produksi CO2 secara mendadak dan kemudian mengalami penurunan dengan cepat (Pantastico 1986).

Gambar 7. Pepaya IPB 4

9 Sebagai buah klimakterik, maka buah pepaya tidak perlu dipanen pada saat matang penuh di pohon karena dapat masak sempurna setelah dipanen. Jika pemanenan dilakukan pada saat buah lewat masak, maka umur simpan buah tersebut akan lebih pendek sehingga mengakibatkan buah menjadi cepat busuk (Soedibyo 1979). Klimakterik ditandai dengan adanya proses yang cepat pada waktu pemasakan (ripening) dan peningkatan respirasi yang mencolok disertai perubahan warna, cita rasa dan teksturnya(Soesarsono 1988). Salah satu patokan untuk melakukan pematangan buah pepaya adalah umur buah. Tanda-tanda kematangan dan pedoman umur dan sifat-sifat penampakan secara visual berbeda-beda tergantung pada jenis dan varietasnya (Soedibyo 1979). Pohon pepaya mulai berbunga umur 4 bulan dari waktu menyemai biji. Enam bulan kemudian buah sudah dapat dipetik. Biasanya buah dipetik tua. Tandanya ada bagian kulit yang mulai menguning sekitar 5-10% sedangkan daging buah masih tetap keras. Waktu memetik harus dijaga jangan sampai kulit buah tergores atau terluka (Kalie 2004).

Sentra produksi pepaya antara lain terdapat di Kabupaten Bogor, Sukabumi, Subang, Bandung (Jawa Barat), kabupaten Boyolali, Wonogiri, dan Magelang (Jawa Tengah), Kabupaten Kediri, Malang, dan banyuwangi (Jawa Timur), Kabupaten Buleleng, karangasem, dan badung (Bali), Kabupaten Pontianak, Kota Pontianan, dan Bengkayang (kalimantan Barat), Kabupaten Balikpapan (Kalimantan Timur) (Sujiprihati 2010).

B.Pengemasan

Pengemasan ialah suatu usaha untuk melindungi produk dari penurunan mutu dan kerusakan fisik, mekanis, kimia, serta mikrobiologis sehingga pada saat diterima oleh konsumen nilai pasarnya tetap tinggi (Sacharow dan Griffin 1980). Menurut Pantastico (1986), khusus untuk wadah pengiriman, maka kemasan harus dapat melindungi produk dari kerusakan mekanis, memungkinkan pertukaran panas dan menghilangkan panas dari kebun serta panas respirasi, cukup kuat untuk menahan penanganan biasa dan penumpukan maksimum.

Menurut Soedibyo (1985), pengemasan tidak memperbaiki mutu kondisi yang dikemas, oleh karena itu komoditi yang bermutu baiklah yang harus dikemas. Ikut sertanya komoditi yang busuk atau rusak akan menjadi sumber kontaminasi bagi komoditi lain yang masih sehat.

Pengemasan buah adalah meletakkan buah-buahan ke dalam suatu wadah yang cocok dan baik sehingga komoditi tersebut terlindungi dari kerusakan mekanis, fisiologis, kimiawi, dan biologis (Satuhu, 2004). Kegiatan pengemasan ini sering juga disebut pengepakan atau packaging. Kemasan ada beberapa macam, mulai dari yang alami sampai yang buatan. Jenis kemasan yang dipilih harus dapat memberikan kondisi yang cocok bagi produk sehingga dapat mencegah atau mengurangi terhadap kerusakan selama didistribusikan, seperti: perubahan suhu, kelembaban, kontaminasi, guncangan, dan sebagainya. Secara ekonomis ukuran kemasan harus dapat dibuat seefisien mungkin sehingga tidak banyak ruang yang kosong.

Berkenaan dengan tujuan pengemasan, kemasan yang digunakan untuk pengangkutan buah- buahan haruslah dapat menjalankan fungsinya dengan baik serta efisien. Menurut Satuhu (2004) tujuan dari kegiatan pengemasan secara umum adalah:

1. Melindungi hasil (produk) dari kerusakan. 2. Melindungi dari kehilangan air.

3. Melindungi dari pencurian.

4. Mempermudah dalam pengangkutan.

5. Mempermudah penyusunan baik dalam pengangkutan maupun penyimpanan. 6. Mempermudah dalam perhitungan.

10 Berdasarkan fungsinya tersebut maka pemilihan bahan kemasan haruslah tepat dan sesuai dengan sifat komoditi yang akan dikemas. Bahan kemasan untuk pengangkutan dirancang sedemikian rupa disesuaikan jarak angkut, lama perjalanan, keadaan jalan yang dilalui, jenis alat angkut, panas respirasi yang timbul, serta kehilangan air atau kesegaran akibar proses respirasi. Wadah yang dimaksud juga harus cukup kecil agar mudah diangkut ketika telah diisi buah, dan cukup kuat untuk melindungi buah selama diangkat, dipindahkan, atau ditumpuk. Permukaannya harus lembut untuk menghindari kerusakan mekanis dan punya lubang ventilasi yang cukup (Liu 1997).

Menurut Satuhu (2004), bahan dan bentuk kemasan secara umum dapat dibagi menjadi dua jenis, yaitu:

1. Kemasan langsung

Yakni kemasan utama yang langsung berhubungan dengan buah yang dikemas. Bahan pengemas utama ini dapat berupa karung, plastik, kertas, atau bahkan daun.

2. Kemasan tidak langsung

Merupakan kemasan kedua dari buah yang tidak bersentuhan langsung. Wadah kedua dimaksudkan untuk melindungi bahan dari keruskan fisik dan mekanis terutama untuk memudahkan pengaturan dalam alat angkut. Bahan pengemas jenis ini dapat dibuat dari peti kayu, peti plastik, peti karton, dan keranjang bambu.

Ukuran kemasan dibuat berdasarkan standar yang telah ada. The Organization for Economic Cooperation and Development (OECD) menyarankan sebaiknya kemasan distribusi buah-buahan segar berukuran 60 cm x 40 cm, 50 cm x 40 cm, 50 cm x 30 cm, dan 40 cm x 30 cm agar mudah dalam penanganannya. Tinggi kemasan bervariasi berdasarkan sifat buah yang dikemas (Ryall dan Pentzer 1982).

Menurut Noer (1998), bobot bersih isi kemasan yang ideal berkisar antara 10-20 kg. Hal ini penting untuk produk yang mempunyai kulit yang halus dan mudah sekali mengalami penurunan mutu bila ditumpuk lebih dari 15 kg, seperti tomat, pepaya dan alpukat. Kerusakan pada dinding sel kulit akan menimbulkan bau dan rasa yang tidak diinginkan yang kemudian dapat ditumbuhi oleh cendawan.

Menurut Handerbug (1975), kemasan dapat mengurangi kehilangan air (pengurangan berat), dengan demikian dapat mencegah terjadinya dehidrasi, terutama bila digunakan bahan kedap air. Pada umumnya kemasan hasil pertanian perlu dilubangi untuk tempat ventilasi, kecuali untuk komoditas segar yang telah dikupas. Lubang ventilasi ini memungkinkan masuknya oksigen yng cukup dan menghindarkan kerusakan karena kumulasi karbondioksida selama pemasaran pada suhu tinggi (Handerbug, 1975). Dalam kemasan yng tidak diberi ventilasi, komoditas sering tampak tetap baik lebih lama daripada yang berada dalam kemasan dengan ventilasi. Hal ini disebabkan karena termodifikasinya udara menjadi udara dengan kandungan oksigen rendah dan karbondioksida yang meningkat. Namun bau dan rasa yang tidak diinginkan dapat timbul dalam kemasan yang tertutup rapat, meskipun barangnya kelihatan baik. Selain itu penggunaan kemasan yang tanpa disertai ventilasi juga bertujuan agar buah ketika saampai di tempat tujuan berada dalam kondisi matang.

Penyebab kerusakan mekanis selama pengangkutan antara lain adalah: 1. Isi kemasan terlalu penuh

Isi kemasan yang terlalu penuh menyebabkan meningkatnya kerusakan tekan atau kompresi karena adanya tambahan tekanan dan tutup kemasan.

11 2. Isi kemasan kurang

Isi kemasan yang kurang menyebabkan kerusakan vibrasi pada lapisan atas. Hal ini disebabkan karena adanya ruang di atas bahan sehingga selama pengangkutan bahan bagian atas akan terlempar-lempar dan saling berbenturan

3. Kelebihan permukaan

Tumpukkan yang terlalu tinggi di bagian kemasan menyebabkan tekanan yang besar pada buah lapisan bawah sehingga meningkatkan kerusakan kompresi.

Dokumen terkait