• Tidak ada hasil yang ditemukan

DAFTAR LAMPIRAN

E. Simulasi Transportasi Hasil Pertanian

Pengangkutan merupakan mata rantai yang penting dalam penanganan, penyimpanan, dan distribusi buah-buahan serta sayuran. Pengangkutan dilakukan untuk menyampaikan komoditas hasil pertanian secara cepat dari produsen ke konsumen.

Di Indonesia perhubungan lewat darat sangat dominan terhadap pengangkutan buah yang hendak dipasarkan selanjutnya. Alat angkut yang umum digunakan adalah truk, mobil bak terbuka atau sejenisnya, dan menggunakan kereta api (Satuhu, 2004). Dalam kondisi jalan yang sebenarnya, permukaan jalan ternyata memiliki permukaan yang tidak rata. Permukaan jalan yang tidak rata ini menyebabkan produk mengalami berbagai guncangan ketika ditransportasikan. Besarnya guncangan yang terjadi bergantung kepada kondisi jalan yang dilalui. Ketidakrataan ini disebut amplitudo dan tingkat kekerapan terjadinya guncangan akibat ketidakrataan jalan tersebut dinamakan frekuensi. Kondisi transportasi yang buruk ini dan penanganan yang tidak tepat pada komoditi yang ditransportasikan (buah dan sayuran) dapat menyebabkan kerugian berupa turunnya kualitas komoditi yang akan disampaikan ke tangan konsumen. Penurunan kualitas yang sering terjadi adalah kerusakan mekanis pada buah dan sayuran.

Purwadaria dkk telah merancang alat simulasi transportasi yang dapat mewakili pengaruh guncangan yang terjadi pada kondisi jalan yang sebenarnya. Alat simulasi ini telah disesuaikan dengan jalan yang terdapat di dalam dan luar kota. Menurut Darmawati (1994), hal yang menjadi dasar perbedaan jalan dalam kota dan luar kota adalah besar amplitudo ynag terukur dalam suatu panjang tertentu. Jalan dalam kota mempunyai amplitudo yang rendah dibanding jalan luar kota, maupun jalan buruk aspal dan jalan buruk berbatu. Frekuensi alat angkut yang tinggi bukan penyebab utama kerusakan buah dalam pengangkutan, yang lebih berpengaruh terhadap kerusakan buah adalah amplitudo jalan. Pada simulasi pengangkutan dengan menggunakan truk guncangan yang dominan adalah guncangan pada arah vertikal. Sedangkan guncangan pada kereta api adalah guncangan horisontal, guncangan lain berupa puntiran dan bantingan diabaikan karena jumlah frekuensinya kecil sekali (Soedibyo 1992).

Purwadaria (1992) dalam Muthmainah 2008, menyatakan bahwa guncangan yang terjadi selama pengangkutan baik di jalan raya maupun di rel kereta api dapat mengakibatkan kememaran, susut bobot, dan memperpendek masa simpan. Hal ini terutama terjadi pada pengangkutan buah dan sayuran yang tidak dikemas. Meskipun kemasan dapat menahan efek guncangan, tetapi gaya redamnya tergantung pada jenis kemasan dan tebal bahan kemasan, susunan komoditas di dalam kemasan, dan susunan kemasan di dalam alat angkut.

14 Tabel 3. Data guncangan truk

Jumlah kejadian amplitudo

Amplitudo gerakan vertikal (cm) Jalan dalam

kota

Jalan luar kota Jalan buruk aspal Jalan buruk berbatu 1 3.5 3.9 4.8 5.2 500 3.2 3.6 4.2 4.1 1000 2.9 3.3 3.9 3.8 1500 2.5 3.0 3.5 3.6 2000 2.2 2.8 3.1 3.2 2500 1.8 2.5 2.8 2.6 3000 1.6 2.1 2.8 2.6 3500 1.5 2.0 2.0 2.0 4000 1.1 1.7 1.2 1.1 4500 0.9 1.3 0.8 0.7 5000 0.0 0.1 0.2 0.1 Amplitudo rataan 1.3 1.74 1.85 1.71

Sumber: Lembaga Uji Kontruksi BPPT, 1986

Pradnyawati (2006) telah melakukan penelitian mengeni pengaruh kemasan dan guncangan terhadap mutu fisik jambu biji selama transportasi. Jenis kemasan yang digunakan adalah keranjang bambu dengan pengisi daun pisang, kardus karton dengan bahan pengisi kertas koran cacah, dan kardus karton dengan bahan pembungkus kertas koran. Hasil penelitiannya menunjukkan bahwa tingkat kerusakan mekanis yang tertinggi dialami oleh jambu biji dalam kemasan keranjang bambu dengan bahan pengisi daun pisang. Sedangkan tingkat kerusakan mekanis terendah dialami oleh jambu biji dalam kemasan kardus karton dengan bahan pembungkus koran.

Kusumah (2007) pernah mengkaji pengaruh kemasan dan suhu terhadap mutu fisik mentimun selama transportasi. Penelitian ini menggunakan empat kemasan yang berbeda untuk mengemas mentimun yang akan ditransportasikan. Simulasi penggetaran dilakukan selama tiga jam. Hasil penelitiannya menunjukkan bahwa tingkat kerusakan mekanis tertinggi dialami oleh mentimun dalam peti kayu dengan nilai kerusakan sebesar 40.915% dan kerusakan terendah dialami oleh mentimun dalam kemasan kardus dengan nilai kerusakan sebesar 26.1%

Darmawati (1994) meneliti pengaruh guncangan terhadap jeruk dalam kemasan karton bergelombang di atas meja getar dengan kompresor. Simulasi dengan pengangkutan ini dilakukan selama delapan jam dengan frekuensi penggetaran sebesar 6 Hz dan amplitudo 5 cm. Keadaan ini setara dengan 2490 km pada jalan beraspal atau 905 km pada jalan berbatu. Simulasi pengangkutan ini mewakili pengangkutan antarpulau (Jawa dan Sumatera) dan mengakibatkan kerusakan buah sebesar 26.1%.

Anwar (2005) mengkaji dampak kemasan terhadap perubahan sifat fisik dan masa simpan buah dengan menggunakan meja getar yang sama. Simulasi transportasi dalam penelitian ini dilakukan selama satu jam dengan frekeuensi 3.33 Hz dan amplitudo 5.31 cm. Hasil penelitian menunjukkan bahwa jenis kemasan kardus karton dengan bahan pengisi kertas koran merupakan kemasan yang paling baik untuk transportasi buah dengan kerusakan mekanis terkecil, yaitu 8.46%

15 apabila dibandingkan dengan jenis kemasan lain seperti kantong plastik tanpa bahan pengisi dengan kerusakan mekanis yang terjadi sebesar 23.70%.

Hasiholan (2008) telah melakukan penelitian mengenai peningkatan performa pengemasan jambu biji selama transportasi dengan penggunaan bahan pengisi. Simulasi dengan pengangkutan ini dilakukan selama dua jam dengan frekuensi penggetaran sebesar 3.4 Hz dan amplitudo 3.2 cm. Hasil penelitian menunjukkan bahwa jenis kemasan kardus karton dengan bahan pengisi styrofoam merupakan kemasan yang paling baik untuk transportasi buah dengan kerusakan mekanis terkecil, yaitu 39.585% apabila dibandingkan dengan jenis kemasan lain seperti kemasan karton dengan tanpa bahan pengisi dengan kerusakan mekanis yang terjadi sebesar 84.025%.

Gambar 9. Ilustrasi gerakan pada simulasi sistem transportasi buah pepaya

F.

Kerusakan Mekanis

Kerusakan pasca panen harus digunakan secara hati-hati untuk memperoleh buah-buahan yang segar dan mempunyai mutu yang tinggi. Penanganan secara kasar dapat mempengaruhi mutu produk-produk secara langsung. Mutu buah-buahan tersebut ditentukan oleh sifat fisik mekanis, morfologis dan fisiologis. Sifat fisik morfologis meliputi panjang, diameter, volume, dan bobot. Sifat fisiologis dipengaruhi oleh laju respirasi, sedangkan mekanis merupakan ketahanan buah terhadap benturan dan goresan.

Kerusakan mekanis pada produk pertanian dapat disebabkan oleh gaya-gaya luar (statik maupun dinamis) dan gaya-gaya dalam disebabkan oleh perubahan fisik bahan tersebut. Perubahan fisik dapat disebabkan oleh perubahan kadar air, temperatur, biologis, dan kimia. Kerusakan mekanis dapat terjadi karena buah menerima pembebanan, baik berupa tekanan maupun pukulan.

Kerusakan mekanis yang terjadi selama pengangkutan dapat terjadi karena tumpukan buah yang terlalu tinggi. Hal tersebut dapat mengakibatkan tekanan yang besar terhadap buah yang terdapat pada lapisan bawah sehingga meningkatkan kerusakan akibat kompresi.

Faktor-faktor yang mempengaruhi tingkat kerusakan mekanik buah antara lain : 1. Gaya-gaya luar

Tingkat kerusakan mekanis yang terjadi dipengaruhi oleh besarnya gaya luar (beban) yang mengenai buah. Kerusakan akan semakin tinggi jika gaya luar (beban) yang diterima oleh buah semakin besar.

16 Buah tersusun dari sel-sel yang memiliki sifat viskoelastis yang memberikan respon terhadap gaya gantung dari sifat pembebanan. Sifat pembebanan terdiri dari dua macam, yaitu pembebanan yang bersifat statis dan pembebanan yang bersifat dinamis atau berubah-ubah terhadap waktu.

Pembebanan dinamis terjadi pada tumpukan buah yang mengalami getaran selama pengangkutan. Sedangkan pembebanan statis terjadi pada saat buah menanggung beban gaya yang tetap seperti penumpukan buah pada waktu penyimpanan.

2. Sifat mekanis buah

Sifat mekanis yaitu respon bahan yang sesuai dengan perilakunya apabila diberi gaya. Dalam ilmu rheology mempelajari sifat mekanis bahan. Secara reologis, sifat mekanis buah dapat dinyatakan dalam tiga bentuk parameter yaitu gaya, deformasi dan waktu.

Dokumen terkait