• Tidak ada hasil yang ditemukan

BAB III HASIL PENELITIAN, ANALISIS DAN RANGKUMAN

C. Rangkuman Pemahaman tentang Perambatan, Pemantulan dan

1. Perambatan Cahaya

2, 3(a,b,c,d), 4, 5 Pemantulan cahaya, Hk Pemantulan, dan aplikasinya

6, 7, 8, 9 Pembiasan cahaya, Hk Pembiasan, dan aplikasinya

2. Soal untuk wawancara

Soal yang digunakan untuk wawancara berjumlah 6 buah, dapat dilihat pada lampiran 6. Masing-masing soal menyangkut fenomena yang sering dijumpai dalam kehidupan sehari-hari. Distribusi masing-masing soal sebagai berikut :

Tabel 3. Distribusi soal wawancara

No soal Untuk mengetahui pemahaman tentang 1, 2 - Pemantulan cahaya, Hk Pemantulan

cahaya, dan aplikasinya pada pembentukan bayangan.

3 - Pembiasan cahaya, Hk Pembiasan

cahaya, dan aplikasinya, Soal tes tertulis

no 2, 4, 7

- Pemantulan cahaya

3. Validitas soal

Untuk menyatakan valid atau tidak soal yang telah dibuat, maka soal-soal tersebut diserahkan kepada dosen pembimbing sebelum di berikan kepada siswa. Kemudian diujicobakan pada satu orang siswa kelas X, dua orang mahasiswa pendidikan fisika semester empat dan delapan. Hal ini bertujuan untuk menentukan ketepatan bahasa agar mudah dimengerti atau tidak soal yang akan diberikan. Sedangkan pada soal wawancara, diujikan terlebih dahulu pada salah seorang mahasiswa pendidikan fisika. Dari uji coba soal tersebut, ada sedikit pembahasaan yang harus diubah supaya dapat lebih dipahami.

G. Metode Analisis Data

1. Menyalin setiap jawaban yang diberikan masing-masing siswa. Jawaban yang ditulis ulang berupa deskripsi dari jawaban masing-masing soal, serta gambar yang ditulis oleh setiap siswa. Jawaban yang diberikan siswa sangat bervariasi, sehingga untuk memudahkan analisis dilakukan langkah no 2, 2. Melihat kembali gambar yang ditulis siswa, apakah deskripsi jawaban yang diberikan sesuai dengan yang telah digambarkannya,

3. Mengelompokkan jawaban yang memiliki makna yang sama. Dari sini dilihat inti jawaban yang diberikan,

4. Setelah wawancara dilakukan, hasil wawancara dituangkan dalam tulisan yang berupa transkrip wawancara,

5. Dari transkrip wawancara tersebut, dicari inti dari jawaban yang diberikan beserta alasan dan juga gambar yang telah dituliskan,

6. Menganalisis jawaban dari masing-masing subyek baik dari tes tertulis maupun wawancara berikut representasi gambarnya dan menyimpulkannya.

BAB III

HASIL PENELITIAN, ANALISIS, DAN RANGKUMAN

Subyek dalam penelitian ini adalah siswa kelas XF SMA BOPKRI I Yogyakarta yang berjumlah 23 orang, terdiri dari 8 putri dan 15 putra. Namun pada saat penelitian berlangsung ada 3 orang siswa putra yang tidak masuk. Maka seluruh subyek penelitian berjumlah 20 orang.

Penyajian bab ini diatur sebagai berikut : hasil penelitian yang telah dilakukan, pembahasan dari masing-masing hasil penelitian meliputi hasil dari tes tertulis maupun wawancara, yang kemudian dirangkum.

A. Hasil Penelitian

Data yang diperoleh melalui tes tertulis dirangkum pada tabel 4 sampai dengan tabel 12. Tes tertulis ditujukan untuk menggali pemahaman siswa tentang konsep perambatan cahaya, pemantulan cahaya, dan pembiasan cahaya. Variasi jawaban dapat dilihat pada lampiran 3. Selain menggunakan tes tertulis, peneliti juga melakukan wawancara pada beberapa siswa. Penentuan siswa yang diwawancarai dengan melihat tabulasi data dari tes tertulis yang dapat dilihat pada lampiran 5. Subyek yang diwawancarai, terdiri dari 3 siswa yang memiliki jawaban benar paling banyak dan 3 orang siswa yang memiliki jawaban salah paling banyak. Subyek wawancara berjumlah 6 orang, antara lain siswa 01, siswa 03, siswa 04, siswa 09, siswa 11, dan siswa 13. Rata-rata jawaban benar dan jawaban yang salah berasal dari nomor soal yang sama. Transkrip wawancara

secara lengkap dapat dilihat pada lampiran 8. Adapun hasil penelitiannya dikelompokkan sebagai berikut :

1. Pemahaman siswa tentang perambatan cahaya pada ruang vakum

(soal no 1)

Tabel 4

2. Pemahaman siswa tentang pemantulan cahaya

a. Berkas sinar yang mengenai permukaan cermin datar (soal no 2)

Tabel 5

b. Berlakunya Hk Pemantulan (soal no 3)

No Pemahaman siswa Jumlah

siswa 1 Hk Pemantulan berlaku pada cermin datar 7 2 Hk Pemantulan berlaku pada cermin datar dan permukaan

cermin yang kasar

2 3 Hk Pemantulan berlaku pada cermin datar dan cermin

cekung

2 4 Hk Pemantulan berlaku pada cermin datar dan cermin

cembung

2 5 Hk Pemantulan berlaku pada cermin datar, cekung,

cembung

4 6 Hk Pemantulan berlaku pada cermin datar, kasar, cekung,

cembung

3 Tabel 6

No Pemahaman siswa Jumlah

siswa

1 Cahaya memerlukan medium untuk merambat 14

2 Cahaya tidak memerlukan medium untuk merambat 6

No Pemahaman siswa Jumlah

siswa

1 Cahaya dipantulkan 19

c. Garis normal pada cermin lengkung (soal no 4)

Tabel 7

d. Proses pembentukan bayangan pada benda yang terletak di depan dua cermin berimpit membentuk sudut 900 (soal no 5)

Tabel 8

3. Pemahaman siswa tentang pembiasan cahaya

a. Berkas sinar yang berasal dari udara kemudian mengenai permukaan air yang tenang (soal no 6)

Tabel 9

b. Berkas cahaya yang berasal dari udara mengenai permukaan kaca plan paralel (soal no 7)

Tabel 10

c. Proses pembentukan bayangan saat pensil dicelupkan ke dalam air sehingga tampak dangkal (soal no 8)

No Pemahaman siswa Jumlah

siswa

1 Cermin lengkung memiliki garis normal 11

2 Cermin lengkung tidak memiliki garis normal 5

No Pemahaman siswa Jumlah

siswa 1 Siswa tidak memahami konsep pembentukan bayangan 18

No Pemahaman siswa Jumlah

siswa

1 Cahaya dibiaskan 17

2 Cahaya dipantulkan 1

3 Cahaya dibiaskan dan dipantulkan 2

No Pemahaman siswa Jumlah

siswa

1 Cahaya dipantulkan 8

2 Cahaya dibiaskan 11

No Pemahaman siswa Jumlah

Tabel 11

d. Proses pembentukan bayangan oleh batu yang terletak di dasar kolam yang berisi air sehingga tampak dangkal (soal no 9)

Tabel 12

B. Analisis

1. Pemahaman siswa tentang perambatan cahaya pada ruang vakum

(Tabel 4)

Sebagian besar siswa memahami bahwa cahaya membutuhkan medium dalam perambatannya dan hanya sedikit yang memahami bahwa cahaya tidak membutuhkan medium untuk merambat. Ada berbagai macam alasan yang dikemukakan siswa (lampiran 3, tabel 1). Dari 20 siswa yang menjawab, terdapat 14 siswa yang menuliskan bahwa cahaya tidak dapat merambat pada ruang vakum karena cahaya memerlukan medium udara dalam perambatannya, 5 siswa menuliskan cahaya dapat merambat karena cahaya tidak membutuhkan medium untuk merambat. Dari 14 siswa tersebut, terdapat 2 siswa yang memahami cahaya dapat merambat karena pada ruang vakum terdapat udara sebagai mediumnya. Sedangkan dari 5 siswa yang memahami bahwa cahaya dapat merambat pada ruang vakum, hanya 1 siswa yang memberikan alasan dengan benar, 1 Siswa tidak memahami proses pembentukan bayangan oleh

pensil yang dicelupkan ke dalam air

19

No Pemahaman siswa Jumlah

siswa 1 Siswa tidak memahami proses pembentukan bayangan oleh batu

yang diletakkan di dasar kolam

yaitu cahaya merupakan gelombang elektromagnetik, sehingga tidak memerlukan medium untuk merambat.

Dari paparan di atas, 14 siswa memahami bahwa cahaya memerlukan medium dalam perambatannya, yaitu udara. Di ruang vakum tidak terdapat udara, siswa memahami cahaya tidak dapat merambat. 2 siswa yaitu, siswa 13 dan 16, memahami cahaya dapat merambat pada ruang vakum karena pada ruang vakum terdapat udara. Ruang vakum dipahami sebagai ruangan yang masih terdapat udara, sehingga cahaya tetap dapat merambat. Siswa 13 dan 16 belum memahami bahwa ruang vakum adalah ruang hampa udara, yang berarti tidak ada udara sama sekali. Dua siswa tersebut memahami cahaya memerlukan udara untuk merambat.

Di sisi lain, 5 siswa memahami cahaya tidak membutuhkan medium dalam perambatannya. Dari 5 siswa tersebut, 3 siswa menyebutkan contoh yang nyata, yaitu cahaya matahari dapat sampai ke bumi melewati ruang angkasa yang hampa udara. Satu siswa yaitu siswa 02 menjawab dengan tepat. Alasan yang dikemukakan siswa 02 yaitu, cahaya dapat merambat pada ruang vakum karena cahaya merupakan gelombang elektromagnetik sehingga tidak memerlukan medium untuk merambat. Alasan yang disebutkan merupakan sifat dari cahaya itu sendiri, yaitu cahaya merupakan gelombang elektromagnetik.

Dari penjelasan di atas, dapat disimpulkan sebagai berikut : Sebagian besar siswa masih memahami bahwa cahaya memerlukan medium udara untuk merambat, sehingga pada ruang vakum cahaya tidak dapat

merambat. Ada beberapa siswa yang mengatakan bahwa cahaya dapat merambat pada ruang vakum, namun hanya 1 siswa yang mengemukakan alasan dengan benar. Masih ada siswa yang mengalami miskonsepsi pada pengertian ruang vakum. Ruang vakum dipahami sebagai ruang yang di dalamnya masih terdapat udara.

2. Pemahaman siswa tentang pemantulan cahaya

a. Pemantulan pada cermin datar (Tabel 5)

Hampir seluruh siswa (19 orang) memahami bahwa saat sinar mengenai permukaan cermin datar, sinar dipantulkan, dan hanya 1 siswa yang memahami bahwa sinar dibiaskan. Ada beberapa alasan yang dikemukakan, antara lain, 4 siswa mengatakan cahaya mengalami pemantulan, 15 siswa mengatakan cahaya akan memantul sesuai Hukum Pemantulan, sedangkan 1 siswa mengatakan cahaya akan mengalami pembiasan sesuai dengan Hk Pembiasan. Dari gambar yang diberikan, ada 12 siswa yang menggambarkan sinar memantul saat mengenai permukaan cermin datar, 7 siswa menggambarkan sinar memantul namun tidak menyentuh permukaan cermin datar, 1 siswa menggambarkan sinar membias ke dalam cermin, dan 1 siswa menggambarkan sinar datang menjadi putus-putus lalu memantul. Dari semua subyek, ada 5 siswa yang memiliki kesesuaian jawaban antara uraian jawaban pada tes tertulis dengan hasil gambarnya. Sedangkan hasil gambar 15 siswa menunjukkan pemahaman yang berbeda dengan jawaban yang dituliskannya. Dari wawancara yang dilakukan, 6 siswa mengatakan sinar memantul sesuai

dengan hukum pemantulan. Namun hanya 2 siswa yang menggambarkan sinar menyentuh cermin datar. 4 siswa lain menggambarkan sinar memantul tanpa menyentuh cermin datar.

Dari paparan di atas disebutkan bahwa terdapat 15 siswa yang mengatakan cahaya memantul sesuai dengan Hk Pemantulan. Dari 15 siswa tersebut, 2 siswa (13 dan 19) menggambarkan sinar datang menyentuh permukaan cermin datar, ada garis normal, lalu sinar datang memantul. 2 gambar tersebut sesuai dengan keterangan yang telah dituliskan. Salah satu gambarnya dapat dilihat di bawah ini :

Gambar 9. Pemantulan pada cermin datar menurut siswa 13.

Pada cuplikan wawancara di bawah ini, siswa 13 memahami Hk Pemantulan berbunyi sudut datang (i) = sudut pantul (r), dan ini berlaku saat sinar datang mengenai cermin datar.

P : ini ada sinar datang menuju ke cermin datar, apa yang akan terjadi pada sinar tersebut?

S : ya..mantul,

P : memantul maksudnya? S : iya.

P : ada aturan yang kamu gunakan untuk menggambarkan sinar pantulnya itu tidak?

S : e....[diam beberapa saat] ada, P : apa?

S : hukum pemantulan, P : bisa disebutkan?

S : sudut datang sama dengan sudut pantul! P : itu saja?

P : i yang kamu tuliskan itu apa? S : ya sudut datangnya,

P : kalau yang r? S : sudut pantulnya!

Selanjutnya, dari 15 siswa yang mengatakan sinar datang akan memantul, terdapat 6 siswa menggambarkan sinar datang tidak menyentuh permukaan cermin datar namun sinar tersebut memantul. Representasi keenam gambar tersebut berbeda dengan apa yang dituliskan pada jawaban tes tertulisnya. Siswa yang menjawab demikian salah satunya adalah siswa 01. Dalam jawabannya dikatakan bahwa sinar akan memantul sesuai Hk Pemantulan. Deskripsi jawaban tersebut digambarkan sebagai berikut :

Gambar 10. Pemantulan cahaya pada cermin datar menurut siswa 01

Pada gambar di atas, sinar datang memantul tanpa mengenai cermin datar. Gambar di atas tidak menunjukkan penerapan Hk Pemantulan seperti yang telah dituliskan pada jawaban tes tertulis. Sedangkan pada saat wawancara, siswa 01 mengatakan sinar memantul namun tidak menyentuh cermin, hal ini disebabkan pembiasan cahaya. Cuplikan wawancara siswa 01 yang mengatakan bahwa yang terjadi adalah pembiasan sebagai berikut :

P : nomor 1 ini ya! S : iya,

P : ini ada sinar datang menuju ke cermin datar, apa yang akan terjadi selanjutnya?

S : e…..jadi seperti yang kemaren itu bu, sinarnya mantul ke sana? P : memantul?

S : iya.

P : yang kamu gambarkan ini tidak menyentuh cerminnya? S : tidak.

P : mengapa bisa memantul jika tidak menyentuh cerminnya? S : em....kenapa ya....[diam sebentar]

P : kenapa?

S : ya memantul saja,

P : jadi bisa memantul tanpa menyentuh cerminnya? S : iya,

P : kira-kira disebabkan karena apa? S : apa ya ... e...pembiasan!

P : jadi, ini kamu namakan pembiasan? S : iya.

Pada jawaban tes tertulis, siswa 01 mengatakan sinar memantul sesuai dengan Hk Pemantulan. Namun saat wawancara, siswa 01 mengatakan sinar memantul karena pembiasan. Hal ini menunjukkan bahwa, siswa 01 masih mencampuradukkan dua konsep yang berbeda ke dalam satu fenomena yang hanya menerapkan salah satu konsep, yaitu pemantulan. Siswa belum memahami konsep pemantulan dengan benar.

Dari 20 subyek penelitian, terdapat 4 siswa yang mengatakan sinar mengalami pemantulan, salah satunya adalah siswa 06. Jawaban tersebut digambarkan sebagai berikut :

Pada gambar 11 di atas, sinar datang tidak menyentuh cermin, namun memantul. Sinar datang pada gambar tersebut tidak dapat dikatakan memantul karena tidak menyentuh permukaan cermin. Siswa 06 tidak konsisten terhadap jawabannya sendiri. Dari keempat siswa yang mengatakan cahaya akan memantul, hanya 2 siswa (17 dan 20) yang menggambarkan cahaya memantul pada saat mengenai permukaan cermin datar.

Ada beberapa kesimpulan yang dapat diambil dari paparan di atas, antara lain : secara keseluruhan, siswa belum memahami konsep pemantulan cahaya dengan benar. Sebagian besar siswa memahami bahwa saat sinar menuju ke sebuah cermin datar, sinar dipantulkan. Namun sinar memantul tanpa menyentuh permukaan cermin datar. Ada beberapa siswa yang menjawab berdasarkan Hk Pemantulan, namun hanya 2 siswa yang menggambarkan berdasar pada Hk Pemantulan. Hk Pemantulan hanya dipahami sebagian yaitu : sudut datang sama dengan sudut pantul. Hk Pemantulan yang pertama tidak diungkapkan. Selain itu pula, masih ada siswa yang memahami bahwa peristiwa yang terjadi adalah pembiasan, bukan pemantulan. Siswa masih mencampuradukkan dua konsep yang berbeda, yaitu konsep pemantulan dan pembiasan.

b. Garis normal pada cermin lengkung (Tabel 7)

Dari jawaban yang diberikan, terdapat 11 siswa yang memahami bahwa pada cermin lengkung terdapat garis normal, sedangkan 5 siswa memahami pada cermin lengkung tidak ada garis normal. Dari 11 siswa

tersebut, 6 siswa menggambarkan garis normal dengan benar, namun saat wawancara, siswa menggambarkan garis normal secara langsung tanpa ada proses yang harus dilalui. Proses yang dimaksudkan di sini adalah proses menggambarkan garis normal itu sendiri, yaitu pada cermin lengkung dibuat garis singgung terlebih dahulu, lalu ditarik garis yang tegak lurus dengan garis singgung pada permukaan cermin lengkung tersebut, garis inilah yang dinamakan garis normal. Sedangkan gambar 5 siswa lain bertentangan dengan jawaban yang dituliskan. Saat wawancara, siswa mengatakan garis normal digambarkan langsung.

Jika dilihat pada lampiran 4, soal no 4, ada 11 gambar yang menunjukkan pada cermin lengkung terdapat garis normal. Garis normal tersebut digambarkan langsung. Misalnya dari gambar siswa 03 dan siswa 13 berikut ini :

Gambar 12. Garis normal pada cermin lengkung menurut siswa 03.

Dari gambar 12 dan 13 di atas, siswa 03 dan 13 menggambarkan garis normal langsung, tanpa ada proses-proses tertentu. Saat wawancara, siswa 03 mengatakan, garis normal digambar langsung dan agar garis normal dapat digambar, maka harus ada sinar yang dilewatkan. Jadi, kalau tidak ada sinar yang dilewatkan, garis normal tidak dapat digambarkan. Kutipan wawancaranya sebagai berikut :

P : di sini kamu menuliskan kalau pada cermin lengkung ada garis normal ya?

S : iya.

P : nah, bagaimana prosesnya? Ada atau tidak? S : maksudnya?

P : jadi, e....yang saya tanyakan tuh bagaimana caranya supaya kamu bisa menggambarkan garis normal ini?

S : ya pake penggaris biar lurus, waktu itu aku ga bawa jadi ga bisa lurus.

P : maksud saya bagaimana cara nggambarinnya? S : ya digambar gitu aja,

P : nah, di gambarmu ini, yang garis ini garis apa? S : ya itu sinarnyalah

P : jadi harus ada sinar atau gimana untuk menggambarkan garis normalnya?

S : iya

P : jadi kalo nggak ada sinarnya, nggak bisa gambar gitu.

Sedangkan menurut siswa 13, garis normal digambarkan langsung dan letaknya harus ditengah-tengah cermin. Garis normal tidak boleh digambarkan di pinggir. Cuplikan wawancaranya sebagai berikut :

P : nah sekarang yang ini nih, kamu menuliskan ada garis normalnya ya!

S : iya,

P : ada cara untuk menggambarkan garis normalnya itu nggak? S : ya...harus ditengah-tengah cerminnya

P : ada lagi nggak? S : kayaknya nggak.

P : e...jadi harus ditengah-tengah ya, kalo dipinggir nggak boleh? S : he e [iya]

S : [mengangguk = iya]

Siswa lain yang diwawancarai yaitu siswa 01. Siswa 01 juga mengatakan garis normal digambarkan langsung begitu saja. Sedangkan siswa 04 dan 11 tidak menyebutkan bahwa pada cermin lengkung tidak terdapat garis normal. Di sisi lain siswa 09 juga menuliskan pada cermin lengkung terdapat garis normal. Namun garis normalnya digambarkan sebagai berikut :

Gambar 14. Garis normal pada cermin lengkung menurut siswa 09.

Pada gambar 14 di atas, garis normal seakan-akan digambarkan terhubung antara ujung-ujung cermin itu sendiri. Pada saat wawancara siswa 09 mengatakan bahwa garis normal itu digambarkan langsung dan sejajar dengan cerminnya. Cuplikan wawancaranya sebagai berikut :

P : sekarang yang ini, S : iya,

P : yang kamu gambarkan ini garis apa? S : garis normal,

P : menurut kamu garis normal tuh kayak gitu?

S : ...[diam beberapa saat], iya seperti itu, kan harus sama dengan cermin cembung dan cermin cekung.

P : maksudnya sama itu bagaimana? S : ya berdirinya sama kayak cerminnya! P : maksudmu sejajar atau bagaimana? S : ...iya sejajar.

P : begitu ya? S : iya

Dari penjelasan di atas, maka dapat disimpulkan sebagai berikut : sebagian besar siswa memahami pada cermin lengkung terdapat garis normal. Meskipun demikian, hanya 6 siswa yang dapat menggambarkan dengan benar, namun tidak dapat mendeskripsikan proses tertentu yang harus dilewati saat menggambarkan garis normal. Sebagian besar siswa memahami bahwa garis normal dapat langsung digambarkan begitu saja. Masih ada beberapa siswa yang memahami bahwa pada cermin lengkung tidak terdapat garis normal.

c. Pemantulan pada cermin cembung

Persoalan pemantulan pada cermin cembung ini diberikan kepada subyek yang diwawancarai, hal ini bertujuan untuk memperdalam jawaban yang telah diberikan pada soal sebelumnya, yaitu penerapan garis normal pada cermin lengkung. Dari 6 siswa yang diwawancarai diperoleh bahwa, menurut siswa 01, 04, dan 09, sinar datang, garis normal, dan sinar pantul tidak menyentuh permukaan cermin cembung. Sedangkan menurut siswa 03, saat sinar datang mengenai cermin cembung sinar memantul langsung, tanpa melibatkan garis normal. Di sisi lain, siswa 11 menggambarkan hanya garis normal yang menyentuh permukaan cermin cembung, namun sinar datang masih tetap dapat memantul tanpa menyentuh permukaan cermin cembung. Siswa 13 menggambarkan sinar datang tidak menyentuh cermin cembung, namun sinar pantulnya menyentuh cermin cembung, sedangkan garis normal tidak terlibat dalam peroses pemantulan ini.

Gambar 15. Pemantulan pada cermin cembung.

Pada gambar 15 di atas, siswa 01 menunjukkan bahwa sinar datang, garis normal, dan sinar pantul tidak menyentuh permukaan cermin cembung. Pada awalnya menurut siswa 01, hal ini disebabkan oleh pembiasan cahaya, namun selanjutnya siswa 01 tetap meyakini bahwa peristiwa tersebut adalah pemantulan cahaya. Siswa 01 menggunakan aturan dalam menggambarkan sinar pantul yaitu hukum pantul. Menurutnya, hukum pantul berbunyi : sinar datang, garis normal, sinar pantul membentuk sudut sama besar. Sudut dari sinar datang ke garis normal sama dengan sudut dari garis normal ke sinar pantul. Cuplikan wawancara yang menyiratkan pemahaman tersebut adalah sebagai berikut :

siswa 01 siswa 03 siswa 04

P : ...No 1 tuh ada sinar datang yang mengenai permukaan cermin cembung, lalu yang ditanyakan ke mana sinar pantulnya? S : sini.

P : situ? Yang kamu gambarkan ini sinar datangnya tidak menyentuh cermin?

S : nggak! [tidak]

P : nggak? [tidak?] kenapa bisa memantul kalau tidak menyentuh? S : o iya. E....pembiasan cahaya bu!

P : pembiasan cahaya? S : iya,

...

P : kamu namakan pembiasan cahaya ya? S : pemantulan cahaya.

P : pemantulan atau pembiasan? S : pemantulan.

P : pemantulan. Ada hukum-hukum tertentu yang kamu gunakan? S : hukum pantul.

P : hukum pantul? Bunyinya seperti apa?

S : sinar datang, garis normal, sinar pantul membentuk sudut sama besar.

P : sudut yang mana?

S : sudut dari sinar datang ke garis normal sama garis normal ke sinar pantul.

P : aturannya itu ya, lalu ada lagi mungkin? S : tidak ada.

Menurut siswa 01, sinar akan memantul tanpa menyentuh cermin cembung terlebih dahulu. Begitu pula dengan garis normal, tidak menyentuh permukaan cermin cemin cembung. Dalam menggambarkan proses pemantulan, siswa 01 menggunakan hukum pemantulan yang berbunyi : sinar datang, garis garis normal, sinar pantul membentuk sudut sama besar. Sudut yang dimaksudkannya adalah sudut dari sinar datang ke garis normal sama garis normal ke sinar pantul.

Selanjutnya, dari gambar 15 di atas, siswa 03 menggambarkan sinar datang memantul saat menyentuh permukaan cermin cembung. Prosesnya sebagai berikut, sinar datang menuju ke cermin cembung, saat menyentuh

permukaan cermin cembung sinar tersebut memantul. Sinar datang dan sinar pantul digambarkan menyentuh permukaan cermin cembung. Cuplikan wawancaranya sebagai berikut :

P : ...sinar datang ini mengenai cermin cembung, hasil yang kamu gambarkan seperti itu, arahnya ke sana ya?

S : he e [iya]

P : ada aturan tertentu ga yang kamu gunakan saat kamu meng-gambarkan sinar pantulnya itu?

S : ya cuma pemantulannya. P : jadi?

S : sinar datang dari sini, trus dipantulkan! ...

P : peristiwa ini kamu namakan peristiwa apa? S : pemantulan.

P : biasanya kalo dalam pemantulan itu ada aturan tertentu, hukum tertentu, masih ingat tidak?

S : ya itu yang aku ga tau.

Sedangkan siswa 04 dan 09 menggambarkan sinar datang, garis normal, dan sinar pantul tidak menyentuh permukaan cermin cembung, hal ini bertentangan dengan penjelasan yang diberikan. Masing-masing siswa menyebutkan hukum pemantulan yaitu sudut datang = sudut pantul. Pemahaman siswa 04 tersebut, tersirat dalam cuplikan berikut :

P : ... Apakah ada aturan-aturan tertentu yang kamu gunakan untuk menggambarkan pantulan itu?

S : hukum pemantulan cahaya!

P : hukum pemantulan cahaya, bisa kamu sebutkan mungkin? S : sinar datang sama dengan sinar pantul!

P : sinar datang sama dengan sinar pantul, ada lagi? S : sudut datang sama dengan sudut pantul

P : sudut datang sama dengan sudut pantul, nah kalau di dalam

Dokumen terkait