• Tidak ada hasil yang ditemukan

BAB IV PERAN DAN TANGGUNG JAWAB KANTOR

B. Peran dan Tanggung Jawab Kantor Pertanahan

Secara geografis Kabupaten Deli Serdang (setelah dimekarkan, pada tahun 2003) terletak pada posisi 020 57’ sampai dengan 30 16’ Lintang Utara dan 980 33’ s/d 990 27’ Bujur Timur. Wilayah Kabupaten Deli Serdang terletak di wilayah pantai timur Propinsi Sumatera Utara dan dapat dilihat dalam tabel berikut ini:

Tabel 3 : Batas-batas dan luas wilayah per-kecamatan

Karakteristik Penjelasan

Letak 20 57” Lintang Utara

30 16” Lintang Selatan 90 33” – 990 27” Bujur Timur Luas Wilayah 2.497,72 Km2/ 249.772 Ha Letak di atas permukaan laut 0-500 M

Batas-batas Utara : Kabupaten Langkat dan Selat Malaka

Selatan : Kabupaten Karo dan Kab. Simalungun Barat : Kabupaten Langkat dan Kab. Karo Timur : Kabupaten Serdang Bedagai

Daerah Administratif Terdiri dari 22 Kecamatan dan 403 Desa/

Kelurahan yang semuanya telah definitif Sumber Data : Situs Pemerintahan Kabupaten Deli Serdang Tahun 2009

Artha Rumondang Siburian : Eksistensi Larangan Kepemilikan Tanah Secara Latifundia Dan Absentee (Guntai): Studi Di Kantor Pertanahan Kabupaten Deli Serdang, 2010.

Luas wilayah Kabupaten Deli Serdang pada saat awal terbentuknya yakni pada awal kemerdekaan Republik Indonesia tahun 1945 adalah sekitar 6.589,65 km2. Selanjutnya, pada tahun 2003 Kabupaten Deli Serdang mengalami pemekaran menjadi 2 (dua) wilayah kabupaten yaitu Kabupaten Deli Serdang dan Kabupaten Serdang Bedagai, sehingga luas Kabupaten Deli Serdang saat ini tinggal 2.497,72 km2 atau 249.772 hektar.

Kondisi geomorfologi (evolusi tanah) pada wilayah kabupaten Deli Serdang, yakni meliputi perubahan penggunaan lahan (land use), kondisi topografi wilayah, distribusi struktur dan jenis tanah. Komposisi penggunaan lahan di wilayah Kabupaten Deli Serdang memperlihatkan bahwa luas perkebunan (perkebunan besar dan perkebunan rakyat) dan luas permukiman terus berkembang dari waktu-kewaktu sedangkan luas sawah (tadah hujan dan irigasi) dan tegalan/kebun campuran hampir tidak bertambah dan ada indikasi/kecenderungan menurun. Sementara penggunaan lahan untuk permukiman meningkat dari waktu ke waktu dimana pada tahun 1995 tercatat seluas 12.135 ha dan pada tahun 2005 menjadi 26.252 ha atau meningkat sebesar 4.186 ha dalam 9 tahun atau bertambah rata-rata 465 ha per tahun.

Kabupaten Deli Serdang termasuk dalam golongan daerah yang padat sehingga luas tanah pertanian yang dapat diberikan pada seseorang seluas 6 hektar untuk tanah kering dan 5 hektar untuk tanah sawah dengan jumlah kepadatan penduduknya rata-rata 652 tiap kilometer persegi. Dan pemberian batas luas maksimum tanah pertanian untuk setiap daerah adalah disesuaikan dengan

Artha Rumondang Siburian : Eksistensi Larangan Kepemilikan Tanah Secara Latifundia Dan Absentee (Guntai): Studi Di Kantor Pertanahan Kabupaten Deli Serdang, 2010.

perkembangan zaman sekarang dan memperhatikan jumlah penduduk yang kian bertambah.

Pelaksanaan pemilikan tanah secara latifundia dan absentee telah dilaksanakan oleh Kantor pertanahan Deli Serdang sejak tahun 1960-an, sejak peraturan UU Nomor 56 Tahun 1960 dan PP Nomor 224 Tahun 1961 diberlakukan dibuktikan dengan adanya pemberian hak atas tanah negara maupun yang berasal dari tanah objek landreform dan diberikan sesuai dengan luas yang telah ditetapkan berdasarkan pada peraturan yang berlaku dan subjek penerimanya tetap disyaratkan harus bertempat tinggal di kecamatan letak tanah yang dimohonkan. Apabila ada persyaratan yang tidak memenuhi pemberian hak tersebut maka akan ditolak atau tidak akan diproses dan berkasnya akan dikembalikan kepada pemohon.164

Dari data sekunder yang didapat pada kantor pertanahan Deli Serdang dapat dikatakan bahwa ketentuan-ketentuan larangan pemilikan tanah secara latifundia dan absentee (guntai) tersebut di atas tidak berlaku efektif. Hal ini dapat dilihat dari data

laporan pelaksanaan landreform yang masuk pada kantor pertanahan dalam setiap tahun maupun dari hasil berbagai penelitian bahwa tanah kelebihan maksimum (latifundia) tidak terdata dan untuk tanah absentee tidak efektif lagi pelaksanaannya.

Alasannya adalah dalam praktek di lapangan banyak terlihat tanah-tanah baik secara langsung maupun tidak langsung dinyatakan sebagai tanah yang dimiliki oleh

164

Wawancara dengan Bapak Abdul Rahim Lubis, SH, MKn, Kepala Seksi Hak Tanah dan Pendaftaran Tanah pada Kantor Pertahanan Kabupaten Deli Serdang.

Artha Rumondang Siburian : Eksistensi Larangan Kepemilikan Tanah Secara Latifundia Dan Absentee (Guntai): Studi Di Kantor Pertanahan Kabupaten Deli Serdang, 2010.

penduduk yang berasal dari luar kecamatan letak tanah tersebut. Akibatnya pendataan di kantor Pertanahan Kabupaten Deli Serdang terhadap kepemilikan tanah absentee dan latifundia yang dimiliki oleh masyarakat setempat tidak ada. Banyak masyarakat yang tidak melaporkan atas kepemilikan tanahnya dengan alasan bahwa kewajiban untuk mendaftarkan tanah tersebut sesuai dengan Pasal 19 UUPA adalah kewajiban pemerintah tetapi karena ketidakmampuan atau keterbatasan pemerintah untuk saat ini belum bisa melakukan pendaftaran terhadap sebidang tanah di seluruh Indonesia. Otomatis dengan kondisi masyarakat baik karena ketidakmampuan atau ketidaktauannya banyak masyarakat yang belum mendaftarkan hak atas tanah yang dikuasainya terutama terhadap tanah-tanah pertanian. Secara hukum sulit dinyatakan bahwa suatu bidang tanah dikategorikan tanah latifundia dan tanah absentee.. Hal ini pula yang menyebabkan hasil sensus pertanian tidak dapat mengungkapkan bahwa secara faktual tanah itu absentee akan tetapi secara yuridis tidak. 165

Hal ini disebabkan juga karena sangat mudah untuk mendapatkan KTP di Indonesia. Seseorang yang tinggal di Jakarta mudah sekali untuk mendapat identitas KTP di Lubuk Pakam. Kantor Pertanahan tidak mempunyai hak uji material. Sehingga dalam memproses sertipikat tanah itu kalau sudah sesuai dengan prosedur maka sertipikatnya dikeluarkan. KTP tidak bisa diuji benar atau palsu oleh BPN.

165

Artha Rumondang Siburian : Eksistensi Larangan Kepemilikan Tanah Secara Latifundia Dan Absentee (Guntai): Studi Di Kantor Pertanahan Kabupaten Deli Serdang, 2010.

Sehingga banyak masyarakat kota yang memiliki tanah di daerah. Maka terjadilah ketimpangan dalam pemilikan tanah.166

Administrasi pertanahan di desa Sukamandi Hulu belum menggambarkan adanya tertib administrasi pertanahan yang baik sesuai ketentuan yang berlaku. Hal ini dapat dilihat dari data pertanahan yang ada, dimana bukti kepemilikan atas tanah masih berupa surat jual beli dibawah tangan dan peralihan-peralihannya juga hanya dibuat berdasarkan rasa saling percaya antara pemilik tanah dengan pembeli (tanpa dibuat dalam akta). Disamping itu masih terdapat tanah-tanah yang tidak mempunyai Selanjutnya Berdasarkan data yang di dapat dari kantor wilayah pertanahan Kota Medan dalam pelaksanaan kegiatan inventarisasi Data Penguasaan, Pemilikan, Penggunaan dan Pemanfaatan tanah (P4T) yang dilakukan pada wilayah desa Sukamandi Hulu, Kecamatan Pagar Merbau, Kabupaten Deli Serdang terdapat beberapa pemilikan tanah secara absentee. Kepemilikan tanah absentee tersebut didata berdasarkan alamat atau tempat tinggal pemilik tanah di desa Sukamandi Hulu, yaitu pemilik tanah yang bertempat tinggal di luar kecamatan Pagar Merbau (kecamatan tempat letak tanah). Tempat tinggal para pemilik tanah tersebut tersebar dibeberapa kecamatan seperti Lubuk Pakam, kecamatan Perbaungan, Kecamatan Galang, serta kota Medan.. Luas pemilikan tanah absentee ini tercatat seluas 169.132,80 M2 dengan jenis penggunaan tanah sawah sebanyak 47 bidang, rumah dan pekarangan 1 bidang, serta rumah dan sawah 1 bidang.

166

Wawancara dengan Drs. Aman Tarigan, Kepala Seksi Pengaturan dan Penataan Pertanahan pada Kantor Pertanahan Kabupaten Deli Serdang, pada tanggal 11 Juni 2009.

Artha Rumondang Siburian : Eksistensi Larangan Kepemilikan Tanah Secara Latifundia Dan Absentee (Guntai): Studi Di Kantor Pertanahan Kabupaten Deli Serdang, 2010.

bukti hak sama sekali yang sebagian besar berasal dari tanah garapan. Penguasaan tanah dengan cara sewa dan bagi hasil juga belum dilaksanakan sesuai dengan administrasi pertanahan dan ketentuan sebagaimana diatur dalam UU Nomor 2 Tahun 1960 tentang Perjanjian Bagi Hasil (tanah pertanian).

Dengan adanya pelaksanaan kegiatan P4T tersebut dapat terlihat pemilikan tanah pertanian yang diperoleh secara absentee di kecamatan tersebut berasal dari jual beli yang pemiliknya rata-rata tidak tinggal di daerah letak tanah tersebut. Jelas dalam hal ini, sistem administrasi pertanahan di Kantor Pertanahan Kabupaten Deli Serdang belum menggambarkan adanya tertib administrasi pertanahan yang baik sesuai dengan ketentuan yang berlaku karena untuk mengetahui kepemilikan atas tanah latifundia dan absentee pun tidak ada datanya. Belum adanya sistem pelayanan

pertanahan tentang informasi atau database di kantor tersebut untuk disampaikan, dilegitimasi oleh pejabat yang berwenang sehingga masyarakat mempunyai kepastian terhadap suatu aset yang dimilikinya.

Tidak seluruh masyarakat Deli Serdang mengetahui tentang kepemilikan kelebihan tanah maksimum (latifundia) dan absentee tersebut dikarenakan kurangnya sosialisasi dari Aparat Pemerintah. Padahal fenomena tanah absentee dan kelebihan tanah maksimum (latifundia) yang dipergunakan untuk tanah pertanian merupakan fenomena yang biasa terlihat atau terdengar dan secara terbatas diketahui oleh penduduk atau warga setempat. Jadi pada umumnya masyarakat yang melakukan jual beli tanah sebatas hanya kepada pihak penjual dan disaksikan oleh Camat dan tidak dilanjuti dengan proses pendaftarannya di Kantor Pertanahan, akibatnya tanah

Artha Rumondang Siburian : Eksistensi Larangan Kepemilikan Tanah Secara Latifundia Dan Absentee (Guntai): Studi Di Kantor Pertanahan Kabupaten Deli Serdang, 2010.

tersebut tidak tercatat pada kantor Pertanahan. Selain itu tidak dilakukan atau tidak ada sanksinya kepada pihak penerima tanah yang tidak mendaftarkan tanahnya ke BPN sehingga pola jual beli sebagaimana yang dilakukan di atas mengakibatkan administrasi pertanahan menjadi tidak tertib dan untuk mencari data-data yang diperlukan di kantor pertanahan sangatlah sulit. Selanjutnya untuk melaksanakan salah satu tugas dan tanggung jawabnya Kantor Pertanahan memberikan penyuluhan- penyuluhan pada masyarakat di desa-desa tentang pentingnya bagi pemilik tanah untuk mendaftarkan tanahnya agar Kantor Pertanahan dapat melakukan penertiban administrasi pertanahan karena belum seluruhnya Daftar Nama orang yang memiliki tanah di Kabupaten Deli Serdang terdaftar. Daftar nama diperlukan sebagai instrumen untuk melakukan kontrol dalam hal pemilikan dan penguasaan tanah. Yang telah ada saat ini adalah daftar buku tanah dan surat ukur. Jadi kalau data-data yang diperlukan oleh BPN telah lengkap seperti buku tanah, daftar nama, surat ukur maka sangat mudah untuk melihat siapa-siapa saja yang menguasai tanah lebih dan mempunyai tanah yang berada di luar kecamatan tempat tinggalnya.167

Selain itu kejelasan, kelengkapan dan transparansi data pertanahan merupakan salah satu kunci utama dalam pencapaian bentuk pelayanan yanag menjadi harapan masyarakat. Karena dalam praktek di lapangan sering terjadi bahwa ada sebidang tanah pertanian yang dimiliki oleh seseorang dalam kenyataannya sudah tidak dikuasainya lagi karena telah beralih secara diam-diam ke tangan orang lain yang

167

Wawancara dengan Bapak Abdul Rahim Lubis, SH, MKn, Kepala Seksi Hak Tanah dan Pendaftaran Tanah pada Kantor Pertahanan Kabupaten Deli Serdang.

Artha Rumondang Siburian : Eksistensi Larangan Kepemilikan Tanah Secara Latifundia Dan Absentee (Guntai): Studi Di Kantor Pertanahan Kabupaten Deli Serdang, 2010.

berdomisili di luar kecamatan letak tanah tersebut. Hal ini biasa karena adanya pemilikan KTP ganda yang memungkinkan seseorang menyelundupi ketentuan tentang tanah absentee dan melalui upaya pemindahan hak terselubung yang dikenal dengan pemberian kuasa mutlak. Melalui kuasa mutlak, maka pemberi kuasa (penjual) memberikan kuasa yang tidak dapat ditarik kembali kepada penerima kuasa (pembeli) yang diberi kewenangan untuk menguasai, menggunakan dan melakukan segala perbuatan hukum pemindahan hak atas tanah. Hal ini jelas merupakan penyelundupan hukum.

Artha Rumondang Siburian : Eksistensi Larangan Kepemilikan Tanah Secara Latifundia Dan Absentee (Guntai): Studi Di Kantor Pertanahan Kabupaten Deli Serdang, 2010.

Dokumen terkait