C. Peran Guru
3. Peran Guru Pendidikan Agama Islam
Selain pengertian guru yang sudah dikemukakan di atas, di dalam literatur kependidikan Islam, guru (agama) biasa disebut sebagai berikut: 78
a. Ustadz yaitu seorang guru dituntut untuk komitmen terhadap profesinya, ia selalu berusaha memperbaiki dan meperbaharui model-model atau cara kerjanya sesuai dengan tuntutan zaman
b. Mu’allim, berasal dari kata dasar ilm yang berarti menagkap hakekat sesuatu. Ini mengandung makna bahwa guru adalah orang yang dituntut untuk mampu menjelaskan hakekat dalam pengetahuan yang diajarkan
c. Murabbiy berasal dari kata dasar “rab”. Tuhan sebagai rabb al-‘alamin dan rabb al-Nas yakni yang menciptakan, mengatur, dan memelihara alam seisinya termasuk manusia. Dilihat dari pengertian ini maka guru adalah orang yang mendidik dan menyiapkan peserta didik agar mampu berkreasi, sekaligus mengatur dan memelihara hasil kreasinya untuk tidak menimbulkan malapetaka bagi dirinya, masyarakat dan alam sekitarnya.
d. Mursyid yaitu seorang guru yang berusaha menularkan penghayatan (transinternalisasi) akhlak dan atau kepribadian kepada peserta didiknya (siswa). e. Mudarris berasal dari kata darasa-yadrusu-darsan wadurasan wadirasatan yang
berarti terhapus, hilang bekasnya, menghapus, melatih dan mempelajari. Artinya guru adalah orang yang berusaha mencerdaskan peserta didiknya, menghilangkan ketidaktahuan atau memberantas kebodohan, serta melatih keterampilan peserta didiksesuai dengan bakat dan minatnya
78
f. Muaddib berasal dari kata adab, yang berarti moral, etika dan adab. Artinya guru adalah orang yang beradap sekaligus memiliki peran dan fungsi untuk membangun peradaban (civilization) yang berkualitas dimasa depan. Di Indonesia pendidik disebut juga guru (orang yang digugu dan ditiru)
Kehadiran guru dalam proses pembelajaran merupakan peranan yang penting, peranan guru itu tidak dapat digantikan oleh teknologi seperti radio, televisi, tepe recorder, internet, komputer maupun teknologi yang paling modern. Banyak unsur- unsur manusiawi seperti sikap, sistem nilai, perasaan, motivasi, kebiasaan dan keteladanan, yang diharapkan dari hasil proses pembelajaran yang tidak dapat dicapai kecuali pendidik.
Demikianlah gambaran betapa pentingnya peranan guru dan betapa beratnya tugas dan tanggung jawab guru, terutama tanggung jawab moral untuk digugu dan ditiru. Di sekolah seorang guru menjadi ukuran dan pedoman bagi murid-muridnya, dimasyarakat seorang guru dipandang sebagai suri tauladan bagi setiap warga masyarakat.
Konsep operasional, pendidikan islam adalah proses transformasi ilmu pengetahuan dan internalisasi nilai-nilai islam dalam rangka mengembangkan fitrah dan kemampuan dasar yang dimiliki peserta didik guna mencapai keseimbangan dan kesetaraan dalam berbagai aspek kehidupan, maka pendidik mempunyai peran yang sangat penting dalam, pendidikan Islam.
Sehubungan dengan hal tersebut Al-Nahlawi menyatakan bahwa peran guru hendaklah mencontoh peran yang dilakukan Rasulullah yaitu mengkaji dan mengembangkan ilmu ilahi. Firman Allah swt, dalam Q.S Ali-Imran ayat 79:
Terjemahnya :Tidak mungkin bagi seseorang yang telah diberikan kitab oleh Allah, serta hikmah dan kenabian, kemudian dia berkata kepada manusia, “Jadilah kamu penyembahku, bukan penyembah Allah,” tetapi (dia berkata), “jadilah kamu pengabdi-pengabdi Allah, karena kamu mengajarkan kitab dan karena kamu mempelajarinya.(Q.S Ali-Imran:79)79
Kata “rabbani” pada ayat di atas menunjukkan pengertian bahwa pada diri setiap orang kedalaman atau kesempurnaan ilmu atau takwa. Hal ini tentu sangat erat kaitannya dengan fungsinya sebagai pendidik. Ia tidak akan dapat memberikan pendidikan yang baik, bila ia sendiri tidak memperhatikan dirinya sendiri.
Di samping itu Allah swt juga mengisyaratkan bahwa tugas pokok Rasulullah adalah mengajarkan al-Kitab dan al-Hikmah kepada manusia serta mensucikan mereka, yakni mengembangkan dan membersihkan jiwa meraka. Sesuai Firman Allah dalam Q.S Al-Baqarah ayat 129:
Terjemahan :Ya Tuhan kami, utuslah di tengah mereka seorang Rasul dari kalangan mereka sendiri, yang akan membacakan kepada mereka
79
ayat-ayat-Mu dan mengajarkan kitab dan hikmah kepada mereka, dan menyucikan mereka. Sungguh, Engkaulah Yang Mahaperkasa, Mahabijaksana.(Q.S Al-Baqarah:129)80
Ayat ini menerangkan bahwa sebagai seorang pendidik yang agung, beliau tidak hanya menerangkan ilmu, tapi lebih dari itu, di mana ia juga mengemban tugas untuk memelihara kesucian manusia. Untuk itu guru sebagai pendidik juga harus memiliki tanggung jawab untuk mempertahankan kesucian atau fitrah peserta didiknya sebagaimana yang telah diajarkan oleh Rasulullah saw.
Berdasarkan firman Allah swt di atas, al-Nahlawi menyimpulkan bahwa tugas pokok (peran utama) guru dalam pendidikan islam adalah sebagai berikut:
a. Tugas pensucian. Guru hendaknya mengembangkan dan membersihkan jiwa peserta didik agar dapat mendekatkan diri kepada Allah swt, menjauhkannya dari keburukan, dan menjaganya agar tetap berada pada fitrahnya.
b. Tugas pengajaran. Guru hendaknya menyampaikan berbagai pengetahuan dan pengalaman kepada peserta didik untuk diterjemahkan dalam tingkah laku dan kehidupannya.81
Selain al-Nahlawi, Ramayulis juga menambahkan bahwa sebagai guru agama maka ia diberikan kewenangan dalam menjalankan tugasnya. Tugas guru agama sebenarnya sama saja dengan guru umum hanya dalam aspek-aspek tertentu ada perbedaan terutama yang erat kaitannya dengan misinya sebagai guru pada umumnya. Diantara tugas-tugas guru agama adalah:82
80
Kementerian Agama RI, ibid., h. 24.
81Ramayulis, Ilmu Pendidikan Islam, op.cit., h. 74-75. 82
a. Sebagai pembimbing, guru agama harus membawa peserta didik ke arah kedewasaan bepikir yang kreatif dan inovatif.
b. Sebagai penghubung, antara sekolah dan masyarakat, setelah peserta didik tamat belajar di suatu sekolah, guru agama harus membantu agar alumninya mampu mengabdikan dirinya dalam lingkungan masyarakat.
c. Sebagai penegak disiplin, guru agama harus menjadi contoh dalam melaksanakan peraturan yang sudah ditetapkan oleh sekolah.
d. Sebagai administrator seorang guru agama harus pula mengerti dan melaksanakan urusan tata usaha terutama yang berhubungan dengan administrasi pendidikan. e. Sebagai suatu profesi, seorang guru agama harus bekerja profesional dan
menyadari benar-benar pekerjaannya sebagai amanah dari Allah swt.
f. Sebagai perencana kurikulum, maka guru agama harus berpartisipasi aktif dalam setiap penyusunan kurikulum, karena yang lebih tau kebutuhan peserta didik dan masyarakat tentang masalah keagamaan.
g. Sebagai pekerja yang memimpin, (guidance worker) guru agama harus berusaha membimbing peserta didik dalam pengalaman belajar.
h. Sebagai fasilitator pembelajaran, guru agama bertugas membimbing dalam mendapatkan pengalaman belajar memonitor kemajuan belajar, membantu kesulitan belajar (melancarkan pembelajaran).
i. Guru sebagai motivator, guru agama harus dapat membarikan dorongan dan niat yang ikhlas karena Allah swt dalam belajar.
j. Sebagai organisator, guru agama harus dapat mengorganisir kegiatan belajar peserta didik baik di sekolah maupun di luar sekolah.
k. Sebagai manusia sumber, maka guru agama harus menjadi sumber nilai keagamaan, dan dapat memberikan informasi yang dibutuhkan oleh peserta didik terutama dalam aspek keagamaan
l. Sebagai manager, guru agama harus berpartisipasi dalam managemen pendidikan di sekolahnya baik yang bersifat kurikulum maupun diluar kurikulum.
Dari tugas guru agama itu tentulah profesionalisme seorang guru agama sangat diandalkan dalam keberhasilan proses pembelajaran. Profesionalisme adalah paham yang mengajarkan bahwa setiapa pekerjaan harus dilakukan secara profesional. Indikator guru profesional adalah:83
a. Selalu membuat perencanaan konkrit dan detail yang siap untuk dilaksanakan peserta didik dalam kegiatan pembelajaran. Sebelum mengajar guru harus sudah mempersiapkan diri sebaik mungkin berupa persiapan fisik, mental, materi pendidikan dan metodologi pembelajaran. Persiapan fisik berupa performance baik berupa pakaian, kerapian dan kebugaran jasmani. Persiapan mental mencakup sikap batin guru untuk mempunyai komitmen dan mencintai perofesi pendidik untuk membantu peserta didik mengoptimalkan potensi yang dimiliki. Sedangkan kesiapan materi meliputi penguasaan bahan pelajaran yang akan disampaikan kepada peserta didik. Kesiapan metodologi adalah pengusaan terhadap metode mengajar tercermin dari pemahaman yang utuh tentang materi pokok yang ada kurikulum dan diperkaya.
b. Berusaha merubah pola pikir lama menjadi pola pikir baru yang menempatkan peserta didik sebagai arsitek pembangun gagasan dan guru berfungsi untuk
83
“melayani” dan berperan sebagai mitra peserta didik supaya peristiwa belajar
bermakna berlangsung pada semua individu. Guru perlu mengkondisikan kegiatan pembelajaran yang memungkinkan pesertan didik aktif mencari dan mengembangkan ilmu pengetahuan sehingga ia memperoleh pengalaman belajar. Hal ini terjadi jika ditunjang oleh penerapan strategi belajar yang mendorong peserta didik terlibat secara fisik dan psikis tentang proses pembelajaran.
c. Bersikap kritis dan berani menolak kehendak yang kurang edukatif. Guru diharapkan mengembangkan dan mengelaborasi sendiri materi pokok yang ditetapkan dalam kurikulum. Untuk itu, sikap kritis harus dimiliki oleh guru yang tercermin antara lain dari praktek pembelajaran yang mengaitkan dengan problem realitas yang ada di masyarakat selain itu, guru juga diharapkan berani memberikan masukan tentang praktek pendidikan disekitarnya, terutama di lingkungan sekolahnya, yang tidak mencerminkan praktek pendidikan, misalnya tidak membuat peserta didik melalui strategi pembelajaran yang diterapkan pada guru lain.
d. Berkehendak mengubah pola tindakan dalam menetapkan peran peserta didik, guru berperan dan bergaya mengajar. Peran peserta didik digeser dari peran
sebagai “konsumen” gagasan, seperti menyalin, mendengar, menghafal, ke peran sebagai “produsen” gagasan, seperti bertanya, meneliti, dan mengarang. Peran guru harus berada pada fungsi fasilitator (pemberi kemudahan peristiwa belajar) dan bukan pada fungsi sebagai penghambat peristiwa belajar. Gaya mengajar lebih difokuskan pada model pemberdayaan dan pengkondisian daripada model latihan (drill) dan pemaksaan (indoktrinasi). Hal ini akan terwujud jika guru mempunyai pemahaman atau kesadaran tentang hakikat pendidikan, yakni
sebagai proses memanusiakan manusia (peserta didik) dengan cara mengoptimalkan potensi yang dimiliki.
e. Berani meyakinkan kepala sekolah, orang tua, dan masyarakat agar dapat berpihak pada kepentingan peserta didik cenderung sulit diterima oleh orang awam dengan menggunakan argumen yang logis dan kritis. Dalam sistem kurikulum berbasis kompetensi keberpihakan pada kepentingan peserta didik perlu ditekankan dalam kegiatan pembelajaran, dalam pengertian bahwa semua aktifitas pembelajaran pada dasarnya diperuntukkan untuk kemanfaatan dan kebermaknaan peserta didik. Untuk itu, guru dituntut aktif dan kreatif mengembangkan dan menciptakan proses pembelajaran yang memungkinkan peserta didik aktif, tidak hanya dipahami sebatas yang berlansung di kelas tapi juga di luar kelas.
f. Bersikap kreatif dalam membangun dan menghasilkan karya pendidikan seperti pembuatan alat bantu belajar, analisis materi pembelajaran, penyusunan alat penilaian beragam, perancangan beragam organisasi kelas, dan perancangan kebutuhan kegiatan pembelajaran lainnya. Untuk mengoptimalkan karya pendidikan guru perlu mamanfaatkan sumber belajar yang ada di sekitar sekolah, baik sumber belajar yang dirancang khusus untuk tujuan pembelajaran (bydesign) maupun sumber belajar yang sudah bersedia secara alami yang tinggal dimanfaatkan oleh guru (by utilization).
Untuk itu, Peran dan tugas pendidikan agama Islam demikian strategis dalam menciptakan kondisi masyarakat yang sejahtera, adil, dan makmur. Pendidikan Islam akan membimbing dan memproses sumber daya manusia dengan bimbingan wahyu hingga terbentuk individu-individu yang memiliki kompetensi yang memadai.
Pendidikan Islam memfasilitasi manusia untuk belajar dan berlatih mengaktualisasikan segenap potensi yang dimilikinya menjadi komptensi sebagai manusia yang kompeten, yang profilnya digambarkan Allah sebagai sosok ulil albab, sebagai manusia muslim paripurna, yaitu manusia yang beriman, berilmu, dan beramal saleh sesuai dengan tuntutan ajaran Islam.
Pendidikan agama Islam harus diberikan sejak dini, mulai dari usia kanak- kanak, remaja bahkan sampai dewasa. Dalam Islam dikenal dengan istilah pendidikan sepanjang hayat (life long education). Artinya selama ia hidup tidak akan lepas dari pendidikan, karena setiap langkah hidup manusia hakekatnya adalah belajar, baik langsung maupun tidak langsung.84
Ungkapan diatas dapat dilihat bahwa pentingnya sebuah proses belajar yang bukan hanya bersifat sementara akan tetapi bersifat sampai sepanjang masa. Seperti dalam ajaran Islam penekanan pada term pendidikan sangatlah penting bagi perkembangan tauhid, intelektual dan sampai pada integritas moral yang berlandaskan Al-Qur‟an dan Hadits.
84
BAB III