dan Lokal Di Indonesia dari Tahun 2008 hingga Tahun 2011
Adapun pada BAB I akan berisi mengenai latar belakang masalah, identifikasi masalah, tujuan dan kegunaan penelitian, kerangka pemikiran, metode penelitian dan teknik pengumpulan data, dan sistematika pembahasan.
Pada BAB II, akan dibahas mengenai sejarah pembentukan, identitas ILO sebagai organisasi, bidang pekerjaan ILO, aktivitas ILO melalui berbagai program, baik program secara umum, maupun program penanganan PRT sesuai dengan topik penelitian ini. Selain itu penulis juga akan membahas mengenai ILO di Indonesia dan hubungan ILO dengan pemerintah Indonesia sejak bergabung menjadi anggota resmi ILO.
Pada BAB III, akan dibahas mengenai permasalahan yang terjadi seputar pekerjaan rumah tangga dan Pekerja Rumah Tangga migran dan lokal, terutama keadaan mereka di Indonesia. Kemudian akan dikemukakan juga data-data yang mendukung seputar tingkat kesejahteraan dari mulai upah, jumlah jam kerja, dan hak-hak lainnya yang berkaitan seputar hak-hak pekerja. Kasus-kasus mengenai Pekerja Rumah Tangga di Indonesia juga akan dikaji sesuai pembatasan masalah mengenai adanya kebijakan tentang kontrak kerja, upah, jam kerja, perolehan perawatan kesehatan, serta beberapa upaya yang telah dilakukan pemerintah menyangkut kebijakan tersebut.
Pada BAB IV, pembahasan akan terfokus pada peran-peran ILO dalam perlindungan Pekerja Rumah Tangga migran dan lokal selama tahun 2008-2011. Peran-peran yang dilakukan ILO melalui program dan keterlibatan beberapa pihak lain dalam kegiatan tersebut. Apa saja permasalahan-permasalahan yang dihadapi dan bagaimana perkembangan yang telah dicapai selama kurun waktu yang telah
ditentukan. Kemudian akan dikaji juga apakah dengan berbagai upaya ini indikator yang diinginkan dari perlindungan PRT sudah tercapai.
Pada BAB V, kesimpulan akan dibuat sesuai segala data yang telah dikaji selama penelitian mengenai pencapaian-pencapaian yang telah didapat oleh ILO dan menjawab pertanyaan dalam penelitian ini.
BAB II
ILO SEBAGAI ORGANISASI INTERNASIONAL
International Labor Organization atau ILO merupakan bagian dari Perserikatan Bangsa-Bangsa (PBB) hingga saat ini. Didirikan pada tahun 1919, ILO merupakan bagian dari Perjanjian Versailles yang mengakhiri Perang Dunia
I57. Sebagai bagian dari PBB, ILO telah bekerja di ranah internasional bersama
negara-negara anggota PBB menangani masalah perburuhan, baik itu masalah domestik maupun masalah internasional. ILO didirikan atas dasar kepercayaan bahwa kedamaian yang universal dan abadi dapat diwujudkan jika berdasarkan keadilan sosial.
2.1 Latar Belakang Berdirinya ILO
Kekalahan Jerman pada Perang Dunia I melahirkan sebuah perjanjian damai. Jerman yang saat itu sudah tidak dapat lagi melawan dalam peperangan, karena kehabisan pasukan dan kelaparan yang melanda rakyat Jerman akibat blokade dari Inggris, akhirnya menyerah.Gencatan senjata ditandatangani Jerman
pada “jam 11 hari 11 bulan 11” (11/11/11) di dekat Kota Compiègne, Perancis58.
Setelah Jerman menyerah, digelarlah sebuah konferensi perdamaian pada
tanggal 12 Januari 1919 di Istana Versailles di Paris, Perancis59. Konferensi ini
dihadiri pemimpin politik dari 32 negara. Dalam konferensi ini, para pemimpin
57ILO.T.t. Origins and History.International Labor Organization. Diakses pada 21 September
2012.<http://www.ilo.org/global/about‐the‐ilo/history/lang‐‐en/index.htm>
58
R.W.Mansbach dan K.L.Rafferty. 2008. Introduction to Global Politics. Routledge, New York dan
London. Hal. 119.
negara besar yang memenangkan peperangan membawa berbagai kepentingan. Meskipun begitu, Woodrow Wilson, Presiden Amerika Serikat saat itu yang memiliki kepentingan untuk mewujudkan dunia liberal yang dicerminkan dalam
Empat Belas Poin yang diusungnya60, berhasil memaksa seluruh negara yang
hadir saat itu untuk menyetujui sebuah perjanjian inisiatif, untuk membentuk liga antarbangsa, yang berbeda dari apa yang mereka harapkan.
Wilson menginginkan perdamaian yang memaafkan dan bermurah hati kepada seluruh musuh yang telah dikalahkan Amerika saat itu. Hal ini bertentangan dengan yang diinginkan sekutu Amerika. Mereka lebih menginginkan tindakan kasar pada Jerman untuk mencegah kebangkitan kekuatan
militer Jerman yang dapat membahayakan keamanan mereka61. Idealisme Wilson
tidak dapat diterima oleh aliansinya. Meskipun begitu, pada akhirnya Liga Bangsa-Bangsa tetap terbentuk.
Dari visi Wilson, perjanjian Versailles melahirkan sebuah terobosan baru dalam dunia internasional yang menjadi pendahulu Persatuan Bangsa-Bangsa, yaitu Liga Bangsa-Bangsa.Organisasi ini juga menjadi awal untuk pembentukan
keamanan kolektif62. Liga Bangsa-Bangsa (LBB) merupakan usaha mengakhiri
perang dengan menjauhi keseimbangan kekuatan dan membuat sebuah organisasi
60Empat Belas Poin (The Fourteen Points) Woodrow Wilson dapat dilihat di R.W.Mansbach dan
K.L.Rafferty, Hal.122‐123
61 Ibid. Hal. 119.
62 Keamanan kolektif: prinsip di mana penginvasian di negara manapun akan otomatis membawa
supranasional internasional63. Pembentukan Liga Bangsa-Bangsa kemudian
menjadi salah satu syarat umum dari perjanjian Versailles64.
Adanya balance of power (keseimbangan kekuatan) antar negara di dunia
internasional diyakini Wilson sebagai penyebab konflik dan harus digantikan oleh sesuatu yang lebih baik. Dasar dari LBB adalah prinsip keamanan kolektif, dengan asumsi bahwa semua anggota LBB memiliki kepentingan yang sama dalam perdamaian dan kestabilan global. Meskipun begitu, prinsip keamanan kolektif ini dapat berefek pada terenggutnya kedaulatan negara dalam
mempertahankan perdamaian65. Hal ini kemudian menyebabkan berbagai
perdebatan terjadi. Meskipun menuai banyak kontroversi di awal, LBB tetap berdiri. Tahun 1920 merupakan tahun kejayaan LBB, di mana LBB dianggap berhasil membawa perdamaian. Hal ini sebenarnya didukung oleh trauma para pemimpin dan rakyat akan Perang Dunia I hingga mereka takut untuk memulai
perang lainnya66.
Seiring berjalannya waktu, konflik mulai banyak bermunculan.LBB tidak mampu menangani konflik-konflik tersebut dan dianggap gagal. Dari37 sengketa antara tahun 1920 hingga 1937, hanya 14 yang dilaporkan ke LBB, dan hanya
enam yang diselesaikan dengan usaha dari LBB67. Dari sudut pandang sistem
63
R.W.Mansbach dan K.L.Rafferty.op.cit. Hal. 127.
64 Adapun tiga persyaratan umum yang terdapat pada Perjanjian Versailles (1919) ini adalah: (1)
Jerman harus mengakui tanggung jawab penuh karena telah memulai perang. Pasal 231 dalam
perjanjian ini kemudian dikenal dengan nama “Pasal Rasa Bersalah Perang”; (2) Karena Jerman
bertanggung jawab telah memulai perang sebagaimanadinyatakan dalam Pasal 231, maka
Jerman bertanggung jawab atas semua kerusakan perang pada Perang Dunia I; (3) Sebuah Liga
Bangsa‐Bangsa didirikan untuk menjaga perdamaian dunia.
65
R.W.Mansbach dan K.L.Rafferty.op.cit. Hal. 127‐128.
66Ibid. Hal. 134.
67
global, salah satu sumber kegagalan LBB adalah distribusi kekuatan yang
multipolar yang memungkinkan negara untuk menghindari aksi kolektif68. Selain
itu kegagalan global dalam menanggapi secara efektif keruntuhan ekonomi telah membawa dunia kepada Perang Dunia II. Meski begitu, LBB telah membentuk sebuah dasar yang dapat digunakan dalam PBB. Organisasi-organisasi yang bertahan sejak LBB dibentuk salah satunya adalah ILO. ILO telah bekerja menentukan standar bagi pekerja agar para pekerja mendapatkan hak-hak mereka sejak awal pembentukannya.
Selama masa berdirinya, ILO telah bertahan melewati berbagai masa sulit
seperti Great Depression, Perang Dunia II, dan Perang Dingin.ILO merupakan
salah satu contoh organisasi multilateral yang sukses karena mampu berubah, beradaptasi, dan melakukan pembaharuan. ILO berdiri tahun 1919 sebagai bagian dari Liga Bangsa-Bangsa. Konstitusi ILO disusun sekitar bulan Januari hingga bulan April tahun 1919, oleh Komisi Pekerja yang dibuat oleh Konferensi
Perdamaian. Konstitusi tersebut mengandung ide dari International Association
for Labour Legislation (Asosiasi Internasional untuk Perundang-undangan
Pekerja), yang didirikan di Basel tahun 190169.
Kekuatan pendorong untuk pembuatan ILO muncul daripertimbangan keamanan, kemanusiaan, politik dan ekonomi.ILO berakar pada keadaan sosial di Eropa dan Amerika Utara di mana terjadi Revolusi Industri mengakibatkan pertumbuhan ekonomi yang luar biasa pada saat itu.ILO juga muncul sebagai
68 ibid.
69ILO.T.t. Origins and History.International Labor Organization.Diakses pada 21 September
sebuah ide menanggapi isu mengenai harga pekerja manusia dalam Revolusi Industri.
2.1.1 Faktor Pendorong Berdirinya ILO
Sebagai sebuah organisasi, ILO berdiri dengan kepentingan berbagai pihak yang memiliki motivasi berbeda namun saling berhubungan. Mereka adalah pemerintah, perusahaan, dan para pekerja.Motivasi yang mendorong berdirinya ILO yang paling pertama adalah kemanusiaan. Kondisi para pekerja yang berada di bawah eksploitasi semakin banyak. Tidak ada yang memperhatikan kesehatan, keluarga, dan kenaikan pangkat mereka dalam perusahaan. Semakin hari keadaan
ini semakin tidak bisa diterima70.
Motivasi yang kedua adalah politik. Tanpa adanya usaha untuk memperbaiki nasib mereka, para pekerja yang jumlahnya semakin meningkat ini
dapat membuat sebuah gerakan mogok, bahkan revolusi71.Ini tentunya dapat
merugikan negara dan perusahaan serta menghambat laju pertumbuhan perekonomian. Di lain pihak tentunya akan menurunkan reputasi pemerintah yang berkuasa saat itu.
Motivasi ketiga adalah ekonomi. Keadaan pekerja yang tidak diperhatikan mengakibatkan membengkaknya ongkos produksi, membuat reformasi sosial, dan menyebabkan perusahaan yang bermasalah ini tidak akan mampu bersaing dengan
perusahaan lainnya di negara lain72. Tentunya akan merugikan perusahaan dan
70
ILO. 2003. The ILO: What it is. What it Does. ISBN 92‐2‐114947‐1.Diakses pada 24 September
2012.<http://www.ilo.org/public/libdoc/ilo/2003/103B09_386_engl.pdf>. Hal. 4.
71ILO. 2003. ibid.
72
kemudian negara pada akhirnya. Roda perekonomian macet karena perusahaan bermasalah, kemudian negara dianggap gagal melindungi rakyatnya jika membiarkan para pekerjanya hidup dalam kesengsaraan. Padahal sejatinya para pekerja ini telah membantu membangun negara.
Motivasi-motivasi inilah yang kemudian dituangkan dalam preamble Konstitusi 1919, yang semakin menegaskan pemikiran dasar pendirian ILO bahwa "perdamaian universal dan abadi dapat dibentuk hanya jika didasarkan pada
keadilan sosial”73. Pemikiran ini masih tetap relevan dengan era globalisasi saat
ini dan merupakan dasar ideologi ILO hingga sekarang. Pemikiran tersebut juga kemudian diklarifikasi secara lebih lanjut dalam Deklarasi Philadelphia tahun
1944 sebagai penjabaran tujuan dan kegunaan ILO74.
2.2 ILO sebagai Organisasi Internasional
ILO merupakan sebuah organisasi, dan tentunya sebagai organisasi ILO memiliki sejumlah komponen yang menyusunnya hingga mampu berdiri sampai hari ini. Penulis akan menjabarkan unsur-unsur keorganisasian ILO sebagai organisasi internasional mulai dari misi, strategi, keanggotaan, tujuan didirikannya, struktur, peran dalam dunia internasional, hingga bidang-bidang pekerjaan yang digeluti ILO.
73 ibid.
2.2.1 Visi, Mandat, dan Misi ILO
ILO memiliki visi sesuai motivasi pendiriannya yaitu mewujudkan pekerjaan yang layak untuk pria dan wanita. Adapun visi itu berbunyi “Kondisi universal yang manusiawi untuk para pekerja sebagai sebuah ekspresi dari
keadilan sosial dan kondisi damai diantara bangsa-bangsa”75. Hal ini tercantum
dalam agenda terbesar ILO, yaitu Agenda Pekerjaan Layak76. Visi ini mewakili
seluruh divisi pekerja dan seluruh aspek pekerjaan. Dengan didapatkannya pekerjaan yang layak serta kondisi yang layak, seluruh aspek tujuan seperti contohnya kesehatan pekerja, upah yang layak, perlindungan sosial, perlindungan hukum, lingkungan kerja yang layak, dan hak-hak dasar pekerja akan tercapai.
ILO diberi mandat untuk mewujudkan, melalui dialog sosial dan tripartisme, nilai-nilai universal dari kebebasan, martabat manusia, keamanan dan
non-diskriminasi di dalam dunia pekerjaan77. ILO memiliki misi mempromosikan
keadilan sosial serta menghargai dan mengakui hak-has asasi manusia dan buruh secara internasional, meneruskan misi para pendirinya bahwa perdamaian buruh
sangat penting untuk kemakmuran78. Juan Somavia, mantan Direktur Jenderal
ILO, mengatakan misi ILO adalah untuk mempromosikan kesempatan bagi wanita dan pria untuk mendapat pekerjaan yang layak dan produktif, dengan janji
kebebasan, kesetaraan, keamanan, dan kehormatan manusia79.
75ILO. 2009. ILO Vision and Priorities 2010 ‐15. Biro Program dan Manajemen ILO, Swiss. ISBN
978‐92‐2‐122676‐5. Hal. 3.
76
Decent Work Agenda.
77ILO. 2009. Op.cit.
78
ILO. T.t. Mission and Objectives. International Labor Organization. Diakses pada 10 Oktober
2012. <http://www.ilo.org/global/about‐the‐ilo/mission‐and‐objectives/lang‐‐en/index.htm>
79ILO. T.t. Mission and Objectives. International Labor Organization. Diakses pada 10 Oktober
2.2.2 Tujuan ILO
ILO sebagai organisasi juga memiliki tujuan. Tujuan organisasi bisa jadi merupakan alasan mengapa organisasi tersebut didirikan dan juga sebagai acuan gerak organisasi tersebut. Tujuan ILO secara umum adalah menangani masalah buruh atau pekerja. Tertulis dalam Deklarasi Philadelphia tahun 1944 tujuan dan kegunaan ILO berdiri. ILO berdiri untuk menegakkan hak-hak pekerja, dari penigkatan standar hidup, kebijakan upah, jam kerja, kontrak kerja, permasalahan pekerja anak, perlindungan kehamilan bagi pekerja wanita, perawatan kesehatan
pekerja, kebijakan mengenai pekerja dengan skill atau kemampuan khusus yang
tersertifikasi, migrasi pekerja, standar lingkungan kerja, hingga prosedur
keselamatan dalam pekerjaan80. Sejak pertama didirikan, ILO selalu berpegang
pada prinsip bahwa buruh bukanlah komoditas.
Selain itu, ILO saat ini memiliki empat tujuan strategis untuk mencapai tujuan utama berdirinya ILO. Diantaranya adalah mempromosikan dan merealisasi prinsip-prinsip dan hak-hak standar dan dasar dalam pekerjaan, mewujudkan kesempatan yang lebih besar untuk wanita dan pria untuk pekerjaan dan upah yang layak, meningkatkan jangkauan dan efektivitas perlindungan sosial
untuk semua, memperkuat tripartisme dan dialog sosial81. Seluruh tujuan strategis
ini tertuang ke dalam agenda besar ILO yaitu Agenda Pekerjaan Layak.
80ILO. 1919b. ILO Constitution (Last Amandement in 1972). Diakses pada 27 September 2012.
<http://www.ilo.org/dyn/normlex/en/f?p=1000:62:0::NO:62:P62_LIST_ENTRIE_ID:2453907:NO# A2>
81ILO. T.t. Mission and Objectives. International Labor Organization. Diakses pada 10 Oktober
2.2.3 Strategi ILO
Untuk mencapai tujuan seperti yang telah dijabarkan sebelumnya, ILO memiliki strategi-strategi. Yang pertama adalah memformulasikan kebijakan internasional dan program-program untuk mempromosikan hak asasi manusia, peningkatan kondisi kerja dan kondisi hidup, serta meningkatkan kesempatan kerja. Yang kedua adalah pembuatan standar buruh internasional yang diiringi sistem unik untuk mengawasi aplikasinya. Yang ketiga adalah pembuatan program ekstensif kerjasama teknis internasional yang dirumuskan dan diimplementasikan dalam kemitraan dengan berbagai pilihan, untuk membantu negara-negara menerapkan kebijakan ini menjadi tindakan nyata secara efektif. Yang keempat adalah pelatihan, pendidikan, serta penelitian untuk
memaksimalkan semua usaha ini82.
Dalam perumusan kebijakan dan pembuatan program, ILO menggunakan
prinsip tripartisme83. ILO membuat sebuah dialog sosial yang melibatkan
perwakilan dari tiga pihak yang berkepentingan dalam permasalahan pekerja yaitu negara, pengusaha, serta pekerja. Dengan prinsip ini, ILO dapat mengakomodasi seluruh kepentingan yang ada dari berbagai perspektif untuk mencapai sebuah solusi yang disepakati seluruh pihak.
82
ILO. T.t. Mission and Objectives. International Labor Organization. Diakses pada 10 Oktober
2012. <http://www.ilo.org/global/about‐the‐ilo/mission‐and‐objectives/lang‐‐en/index.htm>
83ILO. T.t. How We Work. International Labor Organization. Diakses pada 10 Oktober 2012.
2.2.4 Struktur ILO
ILO merupakan organisasi yang berprinsip pada tripartisme, yaitu dialog dan kerjasama antara pemerintah, pemilik lapangan pekerjaan, dan pekerja, yang
tergabung dalam formulasi standar dalam menangani permasalahan pekerja84.
Standar internasional pekerja dibuat dan diproses dalam struktur tripartite yang membuat ILO menjadi organisasi yang menarik dalam PBB. ILO bekerja melalui tiga badan yang menyusun strukturnya yaitu Konferensi Buruh Internasional, Badan Pengatur, dan Kantor Buruh Internasional. ILO selalu berusaha melibatkan pemerintah, pengusaha, dan para pekerja dalam pembuatan berbagai standar pekerja dan penyelesaian masalah-masalah pekerja. Tiga badan ini bekerja di ranah yang berbeda namun memiliki satu tujuan yang pasti, yaitu menegakkan hak-hak pekerja.
2.2.4.1 Konferensi Buruh Internasional
Badan ILO yang pertama adalah Konferensi Buruh Internasional. Kebijakan ILO sebagian besar ditetapkan oleh konferensi ini yang mengadakan
pertemuan satu tahun sekali di Jenewa, Swiss85. Konferensi ini membuat dan
mengadopsi standar buruh internasional dan juga berperan sebagai forum diskusi berbagai pertanyaan utama mengenai keadaan sosial dan buruh.
84
ILO. T.t. Tripartite Consultation. International Labor Organization. Diakses pada 28 September
2012.<http://www.ilo.org/global/standards/subjects‐covered‐by‐international‐labour‐
standards/tripartite‐consultation/lang‐‐en/index.htm>
85
ILO. T.t. International Labor Conference. International Labor Organization. Diakses 27
September 2012. <http://www.ilo.org/global/about‐the‐ilo/how‐the‐ilo‐works/international‐
Dalam konferensi, setiap negara anggota diwakili oleh dua orang delegasi dari pemerintah, satu orang delegasi pengusaha, dan satu orang pekerja. Perwakilan pemerintah umumnya berasal dari instansi kementerian yang bekerja menangani permasalahan buruh di negaranya. Sementara perwakilan pengusaha dan pekerja adalah orang yang disetujui oleh masing-masing organisasi nasional
mereka di negaranya86. Setiap delegasi bebas mengemukakan pendapat
masing-masing dan berkedudukan sederajat, meskipun ada perbedaan pendapat antara pemerintah dan pekerja ataupun dengan pengusaha dari negara yang sama, itu semua mencerminkan dinamika dalam konferensi ini dan akan tetap dihargai dan dipertimbangkan. Kepala negara dan perdana menteri juga turut andil dalam konferensi ini. Organisasi lainnya, baik organisasi pemerintahan maupun
non-pemerintahan, hadir sebagai pengamat87.
2.2.4.2 Badan Pengatur
Struktur kedua yang menyusun ILO adalah Badan Pengatur88. Badan
pengatur adalah dewan eksekutif dari Kantor Buruh Internasional. Masa jabatan
dari Badan Pengatur ILO adalah tiga tahun89. Pertemuan Badan pengatur diadakan
setiap dua tahun sekali untuk sesi penuh pada bulan Maret dan November, serta
86
ILO. T.t. International Labor Conference. International Labor Organization. Diakses 27
September 2012. <http://www.ilo.org/global/about‐the‐ilo/how‐the‐ilo‐works/international‐
labour‐conference/lang‐‐en/index.htm>
87
ILO. T.t. International Labor Conference. International Labor Organization. Diakses 27
September 2012. <http://www.ilo.org/global/about‐the‐ilo/how‐the‐ilo‐works/international‐
labour‐conference/lang‐‐en/index.htm>
88
Governing Body. Sesuai terjemahan dari bahasa Inggris
89
ILO. 2008b. Introduction to The Governing Body. International Labor Organization. Diakses pada
28 September 2012. <http://www.ilo.org/wcmsp5/groups/public/‐‐‐ed_norm/‐‐‐
tiga tahun sekali dalam sesi satu hari setelah pertemuan Konferensi Buruh Internasional. Keanggotaan Badan Pengatur terbagi menjadi dua jenis, yaitu 56 anggota regular yang terdiri dari 28 anggota perwakilan pemerintah, 14 anggota perwakilan pekerja, dan 14 anggota perwakilan pengusaha, serta 66 anggota deputi yang terdiri dari 28 anggota deputi pemerintah, 19 anggota deputi pekerja,
dan 19 anggota deputi pengusaha90.
Badan Pengatur bertugas menjalankan fungsi eksekutif ILO selama jeda waktu Konferensi tahunan. Beberapa fungsi dari Badan Pengatur ILO adalah memilih Direktur Jenderal ILO dan mengarahkan serta mengawasi kinerja Kantor ILO dan Direktur Jenderal. Dalam keanggotaannya, dari 28 anggota perwakilan pemerintah yang duduk sebagai anggota reguler, 10 anggota menduduki kursi
tetap sebagai negara terdepan dalam sektor industri91. Sisa 18 anggota perwakilan
pemerintah reguler dan 28 anggota deputi pemerintah dipilih oleh delegasi pemerintah dalam Konferensi, kecuali 10 negara tetap dan negara yang kehilangan hak pilihnya, sesuai dengan distribusi geografis. Sementara anggota “pekerja” dan “pengusaha” dipilih oleh para delegasi pekerja dan pengusaha dalam Konferensi,
kecuali delegasi dari negara yang telah kehilangan hak pilihnya92.
90 ibid. Hal. 1‐2.
91 Saat ini negara yang menduduki posisi tersebut adalah Brazil, China, Perancis, Jerman, India,
Italia, Jepang, Rusia, Inggris, dan Amerika Serikat. (ibid. Hal. 2.)
92
Bagan 2.1 Struktur Badan Pengatur: Komite, Sub-Komite, dan Pendukung Kerja dari Badan Pengatur.
Sumber: ILO. 2008b. Introduction to The Governing Body. International Labor Organization.Diakses pada 28 September
Dari organigram di atas, kita dapat melihat struktur Badan Pengatur yang terdiri dari berbagai komite khusus serta beberapa sub-komite dan satu partai kerja. Struktur seperti ini tentunya didesain untuk menunjang kinerja Badan Pengatur agar lebih efisien.
2.2.4.3 Kantor Buruh Internasional
Selanjutnya struktur penyusun ILO yang terakhir adalah Kantor Buruh Internasional. Kantor Buruh Internasional adalah sekretariat permanen dari ILO. Kantor ini mengambil peranan penting dalam menangani hampir semua kegiatan dan mempersiapkan segala kebutuhan ILO. Kantor Buruh Internasional diawasi oleh Badan Pengatur. Pimpinan Kantor Buruh Internasional adalah Direktur
Jenderal ILO93. Pada 1 Oktober 2012, Guy Rider menempati jabatan Direktur
Jenderal ILO menggantikan Juan Somavia94. Sekitar 2700 orang bekerja di kantor
ini berasal dari 150 negara. Pusat Kantor Buruh Internasional ada di Jenewa, Swiss. Kantor Buruh Internasional juga memiliki 40 kantor lapangan yang tersebar di seluruh penjuru dunia, salah satunya Indonesia. Kantor Buruh Internasional memiliki sebuah pusat penelitian dan dokumentasi yang berfungsi
untuk menunjang pelaksanaan program-program ILO95.
93
ILO. T.t. International Labor Office. International Labor Organization. Diakses pada 27