Universitas Katolik Parahyangan
Fakultas Ilmu Sosial dan Ilmu Politik
Program Studi Ilmu Hubungan Internasional
Terakreditasi A
SK BAN-PT No. 027/BAN-PT/AK-XII/S1/IX/2009
Peran ILO di Indonesia dalam Perlindungan Pekerja
Rumah Tangga Migran dan Lokal Tahun 2008-2011
Skripsi
Oleh:
Salita Romarin
2009330073
Bandung
Universitas Katolik Parahyangan
Fakultas Ilmu Sosial dan Ilmu Politik
Program Studi Ilmu Hubungan Internasional
Terakreditasi A
SK BAN-PT No. 027/BAN-PT/AK-XII/S1/IX/2009
Peran ILO di Indonesia dalam Perlindungan Pekerja
Rumah Tangga Migran dan Lokal Tahun 2008-2011
Skripsi
Oleh:
Salita Romarin
2009330073
Pembimbing Skripsi:
Dr. Atom Ginting Munthe
Bandung
PERNYATAAN
Saya yang bertandatangan di bawah ini:
Nama : Salita Romarin
NPM : 2009330073
Jurusan/Program Studi : FISIP/Ilmu Hubungan Internasional
Judul : Peran ILO di Indonesia dalam Perlindungan
Pekerja Rumah Tangga Migran dan Lokal Tahun
2008-2011.
Dengan ini menyatakan bahwa penelitian ini merupakan hasil karya tulis ilmiah
sendiri dan bukanlah karya yang pernah diajukan untuk memperoleh gelar
akademik oleh pihak lain. Adapun karya atau pendapat pihak lain yang dikutip,
ditulis sesuai dengan kaidah penulisan yang berlaku.
Pernyataan ini saya buat dengan penuh tanggung jawab dan saya bersedia
menerima konsekuensi apapun sesuai dengan aturan yang berlaku apabila di
kemudian hari pernyataan saya ini tidak benar.
Bandung, 20 Januari 2013
Abstrak
Nama : Salita Romarin
Nomor Pokok : 2009330073
Judul : Peran ILO di Indonesia dalam Perlindungan Pekerja Rumah
Tangga Migran dan Lokal Tahun 2008-2011.
Penelitian ini mendeskripsikan Peran ILO di Indonesia dalam
Perlindungan Pekerja Rumah Tangga Migran dan Lokal, selama periode tahun 2008 hingga tahun 2011. Penelitian ini bertujuan untuk mendeskripsikan peran ILO di Indonesia dalam perlindungan pekerja rumah tangga migran dan lokal di Indonesia pada tahun 2008 hingga tahun 2011.
Penulis menggunakan teori fungsi organisasi internasional oleh Clive Archer dan teori Rezim Internasional sebagai kerangka analisis serta menggunakan Deklarasi Universal Hak Asasi Manusia sebagai konsep dasar perlindungan PRT sebagai pekerja. Berdasarkan dokumen deskriptif mengenai
proyek ILO yang menjadi bahasan dalam penelitian ini yaitu “Combating Forced
Labour and Trafficking of Indonesian Migrant Workers” yang berlangsung dari tahun 2008 hingga tahun 2012 awal, penulis menganalisis kegiatan apa saja yang dilakukan ILO di Indonesia dalam rangka perlindungan PRT. ILO menggunakan lima sasaran strategis yaitu advokasi kerangka kebijakan dan legislasi; peningkatan kesadaran; pendampingan, pelayanan, pemberdayaan ekonomi; peningkatan kapasitas; dan pendokumentasian serta penguatan sistem penyebaran informasi untuk mencapai tujuan utama dari proyek yaitu perlindungan PRT migran dan lokal.
Penelitian ini berkesimpulan bahwa peran dan fungsi ILO sebagai organisasi internasional dapat dilihat dalam proyek ini. Selain itu proyek ini juga telah menunjukkan keberhasilannya dengan munculnya banyak inisiatif dari berbagai partner proyek seperti Pemerintah Indonesia yang sudah mengagendakan Rancangan Undang Pekerja Rumah Tangga dan Amandemen Undang-Undang no.39/2004 mengenai Penempatan dan Perlindungan Pekerja Migran dalam Program Legislasi Nasional, meningkatnya kesadaran masyarakat mengenai nasib PRT melalui media nasional, dan menguatnya berbagai organisasi buruh maupun masyarakat untuk membantu proses perlindungan PRT di Indonesia.
Abstract
Name : Salita Romarin NPM : 2009330073
Title : ILO’s Role in Indonesia in Protecting Migrant and Local Domestic Worker during 2008-2011.
This study is about the description of ILO’s Role in Indonesia in Protecting Migrant and Local Domestic Worker, during the period year 2008 until 2011. This study has a purpose to describe ILO’s role in Indonesia in protecting migrant and local domestic worker in Indonesia from 2008 until 2011.
The functions of international organizations by Clive Archer and International Regime theory is used as an analytical framework and also The Universal Declaration of Human Rights is used as a basic concept for protection of domestic workers as a worker. Based on descriptive document about ILO’s project which become the main topic in this study titled “Combating Forced Labour and Trafficking of Indonesian Migrant Workers” which conducted from 2008 until early 2012, researcher analyzed every activities done by ILO in Indonesia to protect domestic workers. ILO used five strategic objectives such as advocacy of policy and legislation framework; awareness-raising; assistance, service, and economic empowerment; capacity building; and documentation and improvement of information dissemination system to reach the main goal from this project which is to protect migrant and local domestic workers.
This study eventually concluded that the role and functions of ILO as an international organization can be seen through this project. In the other hand this project also showed its’ success by the emergence of initiatives from various project partners for example Indonesian Government already placed the drafting of National Domestic Worker Bill and Amendment of Law number 39/2004 about Placement and Protection of Migrant Workers in their National Legislation Program, the raising of awareness about domestic workers’ plight through national media, and strengthening of various organizations of workers and society to help the protection process of domestic workers in Indonesia.
KATA PENGANTAR
Puji dan syukur saya panjatkan ke hadirat Allah SWT karena atas berkat
dan rahmat-Nya saya dapat menyelesaikan skripsi ini. Skripsi yang berjudul
“Peran ILO di Indonesia dalam Perlindungan Pekerja Rumah Tangga Migran dan
Lokal Tahun 2008-2011” membahas peran ILO dalam menjalankan fungsinya
sebagai organisasi internasional di Indonesia yang merupakan negara anggotanya
sejak tahun 1950. Saya membahas sebuah studi kasus yaitu permasalahan Pekerja
Rumah Tangga (PRT), baik migran maupun lokal. Saya memandang
permasalahan ini sebagai permasalahan yang menarik untuk dibicarakan karena
keunikan pekerjaan di sektor ini. PRT merupakan pekerjaan yang tergolong dalam
sektor informal dan didominasi oleh wanita sebagai pekerjanya. Banyak yang
membutuhkan PRT, di Indonesia, maupun di mancanegara. Meskipun begitu,
hak-hak mereka sebagai pekerja seringkali terabaikan dan menyebabkan mereka
mendapat diskriminasi dalam upah dan kondisi kerja. ILO sebagai organisasi
internasional yang menangani masalah ketenagakerjaan sedang serius menangani
masalah PRT agar mereka mendapatkan perlindungan dalam pekerjaan, dan
program tersebut dilaksanakan di Indonesia pada tahun 2008 hingga tahun 2011.
Skripsi ini disusun dengan tujuan untuk menganalisis peran ILO tersebut
kemudian mendeskripsikannya agar para pembaca bisa mengetahui apa saja yang
dilakukan ILO dalam menangani perlindungan PRT migran dan lokal di Indonesia
di tahun 2008 hingga tahun 2011. Saya berharap bahwa skripsi ini dapat
digunakan sebagai salah satu referensi untuk para akademisi untuk mengkaji
peranan organisasi internasional di Indonesia.
Sebelum memulai pembahasan, terlebih dahulu saya ingin mengucapkan
terima kasih kepada para pihak yang telah mendukung penelitian saya selama
pembuatan skripsi ini, dan kepada pihak lain yang juga telah mendukung studi
saya di jurusan Ilmu Hubungan Internasional UNPAR selama kurang lebih 3.5
tahun ini.
a. Ucapan terima kasih saya tujukan kepada Ibu saya, Lia Asyiah Sodikin,
Tidak bosannya engkau mengingatkan saya akan berbagai ambisi dan
cita-cita yang ingin saya capai, mengingatkan tentang pentingnya mengatur
waktu, menjadi teman bercanda, dan milyaran jasa lain yang selama hidup
saya tidak dapat saya hitung hingga kini. Juga kepada Ayah saya, Herry
Purnomo. Saya hanya bisa mengucapkan terima kasih dan memberikan
hadiah yaitu selesainya studi saya di jenjang S1 ini. Semoga kalian selalu
sehat dan bahagia.
b. Saya juga mengucapkan terima kasih kepada adik saya Muhammad
Sawuka Maulana, karena telah memberikan saya lebih banyak motivasi
untuk terus maju. Kamu membuat saya berkeinginan untuk jadi lebih hebat
agar saya bisa membuatmu jadi orang hebat kelak.
c. Saya ingin mengucapkan terima kasih kepada pembimbing saya Atom
Ginting Munthe, yang selama satu semester ini telah sabar mendengarkan
saya mempresentasikan halaman-halaman skripsi saya di pagi hari dan
selalu teliti melihat celah kekurangan yang ada di dalam skripsi ini. Juga
terima kasih atas obrolan-obrolan menyenangkan selama bimbingan.
d. Saya juga ingin mengucapkan terima kasih kepada Avezia Gabby Laupa,
Dian Hutami, Devi Natasia, Belinda Olga Cinintya, Marvin Sulistio,
Adrianus Ardhi, dan Fandi Muhammad Hizbullah. Meskipun saya bukan
teman yang baik yang bisa selalu ada dan mungkin bagi kalian saya juga
bukan sahabat yang dekat, tetapi kalian telah memberikan
kenangan-kenangan yang sangat menyenangkan selama saya kuliah di HI UNPAR
mulai dari Galau Conference, Bali, hingga hari-hari perkuliahan yang tak
terhitung.
e. Kepada IREC, HMPSIHI, dan LKM 2010/2011, saya mengucapkan terima
kasih karena sudah mengajarkan banyak hal mengenai organisasi, juga
menjadi kenangan atas berbagai acara yang telah diselenggarakan,
teamwork yang solid, dan sejumlah kenangan lainnya. Saya akan selalu ingat semua pembelajaran itu.
f. Kepada Kabaret PMKT XIV dan XV yang selalu spesial menduduki
Chairunissa Muliawan, Dhimas Shindu Aji, Joshua Ferdika Gultom, dan
teman-teman kabaret lainnya yang tidak mungkin saya sebutkan satu
persatu, terima kasih banyak karena mengizinkan saya berekspresi melalui
kreativitas saya.
g. Kepada Delegasi New Zealand: Adyarta Sukma Yuninda, Alamanda
Hindersah, Ermelinda Gammadhani. Terima kasih sudah memberikan
kenangan yang selalu asyik untuk diceritakan meskipun saya tidak pandai
bercerita.
h. Kepada HI 2009 tersayang, juga dosen-dosen HI UNPAR tercinta, terima
kasih sudah memberikan satu kisah yang luar biasa untuk diceritakan
kelak. Saya berharap kita semua akan menjadi orang-orang hebat yang
bisa membawa perubahan baik untuk dunia ini.
i. Kepada SaTre UNPAR yang selalu diingat, Seribu for Indonesia yang
menjadi gebrakan gila saya, Pak Albert Bonasahat dari ILO yang saya
teror dengan e-mail dan SMS saya, Tim Promosi UNPAR yang asyik, dan
seluruh pihak yang tidak mungkin saya sebutkan satu persatu, terima kasih
telah memberikan banyak pembelajaran selama pengerjaan skripsi dan
selama saya kuliah. Kalian akan selalu ada dalam ingatan saya.
j. Dan yang terakhir, saya ucapkan terima kasih kepada Mohamad Jaka
Prawira untuk segala dukungan, kesabaran, cinta, dan doanya. Apapun
yang terjadi nanti, semoga kita adalah orang-orang yang bahagia selalu.
Terima kasih.
Demikian kata pengantar ini saya buat. Kesempurnaan hanyalah milik
Tuhan Yang Maha Esa. Saya menyadari apabila ada kesalahan dalam skripsi ini,
itu murni merupakan kesalahan saya. Selamat membaca dan semoga bermanfaat.
Bandung, 20 Januari 2013
DAFTAR ISI
1.5 Metode Penelitian dan Teknik Pengumpulan Data ... 25
1.5.1 Metode Penelitian ... 25
1.5.2 Jenis Penelitian ... 27
1.5.3 Teknik Pengumpulan Data ... 28
1.6 Sistematika Pembahasan ... 28
BAB II ILO SEBAGAI ORGANISASI INTERNASIONAL ... 31
2.1 Latar Belakang Berdirinya ILO ... 31
2.1.1 Faktor Pendorong Berdirinya ILO ... 35
2.2 ILO sebagai Organisasi Internasional ... 36
2.2.1 Visi, Mandat, dan Misi ILO ... 37
2.2.3 Strategi ILO ... 39
BAB III PROBLEMATIKA PEKERJA RUMAH TANGGA ... 63
3.1 Gambaran Umum Keadaan Pekerja Rumah Tangga di Indonesia ... 64
3.2 Faktor-faktor yang Melatarbelakangi Banyak Wanita Memilih Pekerjaan di Sektor Pekerjaan Rumah Tangga di Indonesia ... 69
3.3 Kondisi Kerja Pekerja Rumah Tangga Lokal ... 72
BAB IV PERAN ILO DALAM PERLINDUNGAN PEKERJA RUMAH TANGGA DI INDONESIA DARI TAHUN 2008 HINGGA TAHUN 2011 ... 91
4.1 Strategi Proyek ... 93
4.2 Kerangka Institusional ... 101
4.3 Pelaksanaan Proyek di Tingkat Nasional Serta Perkembangannya ... 104
4.4.1 Memperkuat Kerangka Kebijakan dan Regulasi serta Mekanisme
Implementasi untuk Perlindungan Pekerja Rumah Tangga dari
Perdagangan Manusia dan Kerja Paksa ... 110
4.4.2 Meningkatkan Kesadaran para Pemegang Kepentingan Pengambil
Keputusan, Pekerja Rumah Tangga Migran dan Keluarganya, serta
Publik ... 114
4.4.3 Memperkuat Jangkauan, Pengorganisasian, Pendampingan, Reintegrasi,
dan Pelayanan Pemberdayaan Ekonomi bagi Pekerja Rumah Tangga
Migran dan Keluarga Mereka ... 119
4.4.4 Memperkuat Kapasitas para Pemegang Kepentingan ... 121
4.4.5 Dokumentasi dan Koleksi Data, Serta Sistem Penyebaran yang Terpadu
... 123
DAFTAR GAMBAR
DAFTAR TABEL
Tabel 2.1 Daftar konvensi ILO yang telah diratifikasi Pemerintah Indonesia .. 58
Tabel 3.1 Alasan Bekerja bagi para PRT ... 70
Tabel 3.2 Kisaran Upah/Gaji PRT per Bulan ... 72
Tabel 3.3 Frekuensi Ganti Majikan PRT ... 76
Tabel 3.4 Alasan PRT Pindah Kerja ... 78
Tabel 3.5 Jumlah Jenis Pekerjaan PRT dalam satu hari ... 80
Tabel 3.6 Ketersediaan Waktu Istirahat PRT dalam satu hari ... 81
Tabel 3.7 Kesempatan Libur Mingguan bagi PRT ... 83
DAFTAR DIAGRAM
Diagram 3.1 Alasan Bekerja bagi para PRT ... 71
Diagram 3.2 Kisaran Upah PRT per Bulan ... 73
Diagram 3.3 Frekuensi PRT/PRTA Ganti Majikan ... 77
Diagram 3.4 Alasan PRT Pindah Kerja ... 79
Diagram 3.5 Ketersediaan Waktu Istirahat PRT dalam satu hari ... 82
Diagram 3.6 Kesempatan Libur Mingguan bagi PRT ... 85
DAFTAR BAGAN
Bagan 2.1 Struktur Badan Pengatur: Komite, Sub-Komite, dan Pendukung Kerja dari Badan Pengatur ... 43
BAB I PENDAHULUAN
1.1 Latar Belakang Masalah
Organisasi internasional memiliki peranan penting dalam membantu
negara-negara mengatasi berbagai permasalahan yang tidak dapat diatasi sendirian
oleh negara tersebut. Dalam paradigma liberalisme, keberadaan organisasi
internasional menjadikan negara berada dalam lingkup interaksi yang dinamis
tidak hanya berinteraksi dengan negara lainnya, tetapi juga dengan aktor-aktor
non-negara. Organisasi internasional memiliki tujuan tertentu, dan apabila negara
sudah bergabung ke dalam organisasi tersebut, maka segala bentuk hak dan
kewajiban yang ada dalam organisasi internasional haruslah dipenuhi.
Organisasi internasional menangani permasalahan global. Salah satunya
adalah perlindungan tenaga kerja. Tenaga kerja merupakan manusia-manusia yang
berkontribusi terhadap perekonomian negara. Untuk melindungi hak-hak mereka,
negara menyediakan seperangkat aturan dan undang-undang yang mampu
melindungi hak-hak tenaga kerja. Meskipun begitu, permasalahan perlindungan
tenaga kerja ini tidak mencakup seluruh pekerja di dunia, kebanyakan diantaranya
adalah para pekerja yang bekerja di sektor informal.
Para pekerja di sektor informal ini sedikit banyak telah membantu
perekonomian negara. Salah satunya adalah Indonesia, dengan berbagai
keragamannya. Negara ini merupakan negara yang senantiasa berusaha
juga merupakan salah satu negara yang sedang berkembang dengan pesat. Situasi
perekonomian Indonesia saat ini sedang berkembang dan mengalami peningkatan.
Saat ini Indonesia telah menjadi salah satu anggota G-20 yang memimpin
perekonomian dunia, dengan jumlah Gross Domestic Product (GDP) menempati
urutan ke-16 dari 226 negara di dunia1. Akan tetapi dapat kita lihat hingga saat ini,
masih banyak yang perlu dibenahi untuk mencapai kemajuan yang merata di
semua bidang.
Ketidakmerataan perekonomian dirasakan oleh mereka yang kurang
beruntung, dan sangat disayangkan kebanyakan adalah wanita. Wanita merupakan
bagian dari warga negara yang berada dalam kondisi yang kurang makmur
dibandingkan pria. Hal ini disebabkan banyak faktor diantaranya adalah
kesempatan kerja yang kurang, kesempatan mendapat pendidikan, keberadaan
hukum dan undang-undang yang masih belum sempurna sehingga tidak bisa
melindungi hak-hak wanita, permasalahan kultur, dan lain sebagainya. Hal-hal
seperti ini terjadi di kebanyakan negara berkembang seperti Indonesia.
Kebanyakan wanita yang tinggal jauh dari perkotaan merupakan kelompok yang
paling merasakan hal ini.
Ketidakmerataan pembangunan salah satu contohnya. Hal ini
menyebabkan orang-orang yang tinggal jauh dari perkotaan harus mencari nafkah
dengan cara-cara lain. Salah satunya adalah dengan masuk ke sektor pekerjaan
informal. Karena terbatasnya akses terhadap pengetahuan mengenai perlindungan
tenaga kerja, seringkali para pekerja di sektor ini mengalami eksploitasi. Berbeda
1CIA (2012) CIA World Fact Book: Indonesia. Diakses pada 24 Januari 2012.
dengan pekerjaan formal yang pengawasannya lebih mudah, untuk mengawasi
sektor pekerjaan informa tidaklah mudah karena seringkali tidak tersedia data.
Perlindungan pekerja sangatlah penting bagi para pekerja. Hal ini
mencegah mereka dari tindakan eksploitatif maupun memberikan kenyamanan
selama bekerja. Sangat penting juga untuk memperhatikan sektor pekerjaan
informal, karena para pekerja yang bekerja di sektor ini juga memiliki tugas-tugas
rutin sama halnya seperti pekerja pada umumnya.
Dalam upaya perlindungan pekerja, semua pihak harus sadar dan terlibat.
Kegiatan perlindungan pekerja di Indonesia ditangani baik oleh
Non-Governmental Organization (NGO), Lembaga Swadaya Masyarakat (LSM), lembaga pemerintahan, organisasi internasional, hingga komunitas-komunitas
lokal. Organisasi internasional yang khusus menangani ketenagakerjaan adalah
International Labor Organization (ILO). ILO merupakan sebuah organisasi internasional bagian dari Perserikatan Bangsa-Bangsa (PBB) yang menangani
bidang ketenagakerjaan di dunia internasional. ILO sendiri sudah banyak
berkontribusi di Indonesia menangani beberapa program untuk mengatasi masalah
seputar ketenagakerjaan. Salah satu masalah tersebut adalah mengenai penegakan
hak-hak pekerja di Indonesia, baik sektor formal maupun informal.
Salah satu jenis pekerjaan yang masuk ke dalam sektor informal adalah
pekerjaan rumah tangga yang pekerjanya disebut sebagai Pekerja Rumah Tangga.
Mayoritas wanita seringkali terkonsentrasi dalam bidang pekerjaan informal
pendidikan dan pekerjaan serta segregasi gender dalam pasar kerja2. Dalam
penelitian ini, penulis bermaksud untuk memfokuskan pembahasan pada
permasalahan di bidang pekerjaan informal, yaitu Pekerja Rumah Tangga (PRT).
Sebagai pekerjaan yang masuk ke dalam sektor informal, permasalahan PRT
seringkali luput dari perhatian publik, padahal permasalahan yang terjadi adalah
nyata. PRT sendiri dapat kita ketahui ada yang bekerja di dalam negeri dan di luar
negeri. Fokus dalam penelitian ini adalah upaya ILO sebagai organisasi
internasional dalam menangani berbagai permasalahan yang terkait dengan
perlindungan PRT di dalam negeri, baik PRT migran maupun PRT lokal. Penulis
juga akan menekankan pembahasan pada penelitian ini dengan metode
pengarusutamaan gender, karena PRT sebagian besar diwakili oleh wanita.
Seseorang bekerja kerena termotivasi untuk mendapatkan penghasilan
guna memenuhi kebutuhan sehari-hari. Hal ini juga berlaku bagi pekerja rumah
tangga yang merepresentasikan bagian besar angkatan kerja yang juga didominasi
wanita3. Besarnya upah yang diterima PRT seringkali menjadi permasalahan dan
menjadi perbandingan signifikan dengan sektor pekerjaan formal. Dalam pasar
tenaga kerja, upah para PRT termasuk salah satu yang paling kecil dan mereka
juga terikat secara informal dengan tempat di mana mereka bekerja4.
2ILO. 2010. Mengakui Pekerjaan Rumah Tangga sebagai Pekerjaan. Edisi Khusus. ILO Jakarta. 3
ILO. T.t. Domestic Work Policy Brief: Pengupahan Pekerja Rumah Tangga. ILO. Diakses pada 24 Februari 2012. <http://www.ilo.org/wcmsp5/groups/public/@asia/@ro‐bangkok/@ilo‐ jakarta/documents/publication/wcms_166260.pdf>. Hal. 1.
4
Dari segi jam kerja, PRT memiliki jam kerja yang panjang dan tidak
terduga5. Masalah ini telah berulangkali diperdebatkan dalam rangka penyusunan
kebijakan namun ternyata tetap kontroversial. Di satu sisi, hukum internasional
telah menetapkan lama jam kerja normal adalah 8 (delapan) jam per hari, tetapi ini
tidak menjamin para PRT untuk bekerja sesuai dengan standar tersebut, karena
mereka berada di sektor informal yang lebih sulit untuk dikendalikan. PRT juga
biasanya tidak dibekali dengan kecakapan khusus yang dilatih sebelumnya,
membuat kebanyakan orang sulit untuk menghargai mereka dengan gaji yang
lebih tinggi.
ILO sebagai organisasi ketenagakerjaan telah berperan mengupayakan
nasib yang lebih baik bagi para PRT ini. ILO menyadari bahwa PRT merupakan
sebuah pekerjaan yang juga disertai tugas dan tanggung jawab rutin tetapi masih
belum ada peraturan apapun yang secara spesifik mengatur PRT sebagai suatu
bentuk pekerjaan. Upaya-upaya yang telah dilakukan contohnya seperti membuat
konvensi yang mencakup standar gaji, hak-hak, jumlah jam kerja, dan berbagai
aturan lain yang berfungsi untuk mengatur PRT. Selain itu juga
penyuluhan-penyuluhan dan seminar-seminar seputar PRT di daerah-daerah menjadi salah satu
dari sekian banyak program yang telah dilakukan ILO. ILO juga bekerjasama
dengan pemerintah Indonesia dalam menerapkan berbagai kebijakan agar sesuai
dengan standar internasional sehingga meningkatkan kesejahteraan para pekerja.
Penelitian ini diberi judul “Peran ILO di Indonesia dalam Perlindungan
Pekerja Rumah Tangga Migran dan Lokal Tahun 2008-2011”. Penelitian ini
5
akan berfokus pada program-program ILO dalam upaya memberikan
perlindungan bagi Pekerja Rumah Tangga di Indonesia, baik Pekerja Rumah
Tangga Migran maupun Pekerja Rumah Tangga lokal.
1.2 Identifikasi Masalah
Kebanyakan wanita bekerja di sektor informal, oleh karena itu kebanyakan
pekerja yang tidak terlindungi secara hukum adalah wanita. Salah satu pekerjaan
dalam sektor informal adalah Pekerjaan Rumah Tangga. Dengan mengkaji
peranan ILO dalam mengatasi permasalahan PRT di Indonesia, penulis akan
mencari tahu apa saja yang telah dicapai ILO untuk mencapai penegakan hak-hak
PRT di Indonesia melalui upaya perlindungan PRT sebagai pekerja, khususnya
PRT yang berjenis kelamin wanita.
Indonesia telah menjadi anggota ILO sejak 12 Mei 19506. Peran ILO
dalam mengatasi permasalahan ketenagakerjaan Indonesia memang sudah lama.
ILO menjadi salah satu aktor yang berperan dalam memperbaiki nasib pekerja di
Indonesia, termasuk sektor pekerjaan informal seperti Pekerja Rumah Tangga.
Meskipun begitu, hingga saat ini belum ada undang-undang yang secara spesifik
menangani permasalahan PRT di Indonesia7.
Sebelumnya penulis hendak mengemukakan permasalahan seputar
ketenagakerjaan di Indonesia secara umum. Ketenagakerjaan di Indonesia masih
kurang mengutamakan keadilan dalam pemberian upah. Wanita Indonesia hanya
6ILO. T.t. Country Profile. International Labor Organization.Diakses pada 17 Maret 2012.
<http://www.ilo.org/dyn/normlex/en/f?p=1000:11003:3349938302451749::NO:::>
7
menerima upah sebesar 70 persen dari upah yang diterima oleh pria8. Hal ini dapat
terjadi karena berbagai faktor. Untuk porsi kerja yang sama, wanita mendapat
upah yang lebih kecil dari pria. Selain itu minimnya perlindungan keselamatan
kerja dan perlindungan hukum bagi wanita yang bekerja di sektor industri
non-formal menjadi tantangan yang harus ditangani di samping permasalahan upah9.
Situasi saat ini menurut laporan dari Survey Angkatan Kerja Nasional
(Sakernas), tingkat pengangguran terbuka wanita telah menurun lebih dari 6
persen dari 14,71 persen pada tahun 2005 menjadi 8,47 persen pada tahun 2009,
sementara tingkat pengangguran terbuka untuk pria menurun hanya 1,6 persen,
dari 9,29 persen menjadi 7,51 dalam periode yang sama10. Hal ini menunjukkan
perkembangan yang cukup signifikan bagi Tingkat Partisipasi Angkatan Kerja
(TPAK) wanita di Indonesia, meskipun jumlah pengangguran wanita masih lebih
banyak dibandingkan dengan pria.
Laporan ILO tahun 2010 mengenai Pekerjaan Layak di Indonesia juga
menyebutkan tingkat kesejahteraan pekerja wanita masih lebih rendah dibanding
tingkat kesejahteraaan pekerja pria. Upah riil rata-rata pekerja adalah
Rp575.000,00 sementara upah riil pekerja wanita adalah Rp455.000,00. Besar
perbandingan dalam persen (%) untuk upah minimum rata-rata pekerja pria adalah
Bappenas. 2010. Report on The Achievement of The Millennium Development Goals Indonesia 2010. Kementerian Negara Perencanaan Pembangunan Nasional, Jakarta. Diakses pada 1 Februari
2012.<http://www.undp.or.id/pubs/docs/MDG%202010%20Report%20Final%20Full%20LR.pdf> Hal. 52‐53.
10
74.3 persen sementara pekerja wanita adalah 94.5 persen11. Hal ini menunjukkan
bahwa pekerja wanita masih kurang sejahtera dibandingkan pekerja pria dengan
upah riil yang lebih rendah serta proporsi upah minimum yang lebih tinggi.
Salah satu sektor pekerjaan yang perlu diperhatikan adalah sektor informal
yaitu PRT. Menurut ILO, sekitar 52.6 juta orang di dunia (termasuk Indonesia)
bekerja sebagai PRT dan 80 persen diantaranya adalah wanita12. Di Indonesia
sendiri menurut sebuah survey yang dilakukan oleh JALA-PRT pada tahun 2009,
jumlah PRT yang ada di Indonesia adalah sekitar 10.744.887 orang13. Sekitar 92
persen dari jumlah keseluruhan PRT adalah wanita, berasal dari daerah pedesaan
dan berpendidikan rendah14. PRT di Indonesia ada yang bekerja di dalam negeri
yang disebut PRT lokal, ada juga yang bekerja di luar negeri yang disebut PRT
migran. Penulis akan lebih berfokus kepada program ILO di Indonesia untuk
menangani perlindungan PRT, baik itu PRT yang bekerja di dalam negeri,
maupun PRT yang bekerja di luar negeri.
Permasalahan seputar PRT di Indonesia seringkali kurang diperhatikan
oleh pemerintah maupun masyarakat. Padahal pekerjaan ini memikul banyak
tanggung jawab melalui serangkaian tugas dan keterampilan. PRT sangat
11
ILO. Menilai Pekerjaan Layak di Indonesia: Sekilas tentang Profil Nasional untuk Pekerjaan Layak. ILO Country Office Jakarta. Diakses pada 2 November
Komnas Perempuan. 2012. Lembar Fakta Peringatan Hari Pekerja Rumah Tangga 15 Februari 2012.Komisi Nasional Perempuan.Diakses pada 12 Desember 2012.<http://www.komnasperempuan.or.id/wp‐content/uploads/2012/02/Lembar‐
Fakta_Peringatan‐Hari‐PRT.pdf>
14
dibutuhkan bagi wanita dan pria ataupun keluarga-keluarga yang memiliki
kesibukan di luar rumah untuk membantu menyelesaikan pekerjaan rumah tangga.
Sampai saat ini, pemerintah tidak memiliki data resmi jumlah PRT yang ada di
Indonesia15. Hal ini terjadi karena kontrak kerja PRT biasanya bersifat
kekeluargaan saja, dan tidak ada aturan resmi untuk itu. Selain itu, lokasi kerja
PRT yang berada di dalam rumah menyebabkan pendataan jadi sulit dilakukan.
Tetapi pemerintah Indonesia memiliki data resmi dari pemerintah Indonesia
menyebutkan bahwa pada tahun 2010, ada sekitar 4.2 juta orang Indonesia yang
bekerja di luar negeri, 72-80 persen diantaranya adalah PRT16. Di sisi lain, hingga
saat penelitian ini ditulis, pemerintah Indonesia belum meratifikasi konvensi ILO
yang mengatur tentang hak-hak dan aturan kerja PRT yaitu konvensi nomor 189
tahun 201117.
Undang-undang di Indonesia yang mengatur PRT pun tidak ada. PRT
masih masuk sebagai tenaga kerja informal. Jenis profesi PRT tidak termasuk
dalam kategori 'tenaga kerja' yang dimaksud dalam Undang-undang No. 13 Tahun
2003 tentang Ketenagakerjaan18. Dalam UU tersebut, interpretasi ‘tenaga kerja’
adalah pekerja yang terdaftar dalam sektor formal saja atau yang memiliki kontrak
15
A Pertiwi. 2011. Pemerintah Tidak Punya Data Jumlah PRT. Tempo. Diakses 16 Maret 2012. <http://www.tempo.co/read/news/2011/06/18/090341604/Pemerintah‐Tidak‐Punya‐Data‐ Jumlah‐PRT>
16 Komnas Perempuan. 2012. Lembar Fakta Peringatan Hari Pekerja Rumah Tangga 15 Februari
2012. Komisi Nasional Perempuan. Diakses pada 12 Desember 2012.<http://www.komnasperempuan.or.id/wp‐content/uploads/2012/02/Lembar‐
Fakta_Peringatan‐Hari‐PRT.pdf>
17
ILO. T.t. Ratifications for Indonesia. International Labor Organization. Diakses pada 16 Maret 2012.<http://www.ilo.org/dyn/normlex/en/f?p=1000:11200:3349938302451749::::P11200_INST RUMENT_SORT:2>
18
kerja. Tanpa adanya kontrak kerja, maka pekerja tidak dianggap sebagai pekerja.
Hal ini terjadi pada PRT yang kebanyakan sistem perekrutan dan kerjanya bersifat
kekeluargaan. Oleh karena itu, penyelesaian masalah PRT menjadi lebih sulit
karena tidak adanya payung hukum yang kuat untuk melindungi PRT di
Indonesia.
Banyak elemen yang menyebabkan ketidaksejahteraan PRT di Indonesia.
Kultur feodal hasil peninggalan masa penjajahan salah satunya. Perdagangan
budak yang terjadi di abad ke-19 serta faktor budaya peninggalan masa penjajahan
membuat para PRT harus hidup menumpang tinggal di rumah majikan dan
membuat PRT seolah-olah harus selalu menuruti apa yang dikehendaki
majikannya19. Keharusan menurut itulah yang berujung pada pelanggaran hak-hak
dasar mereka. Hak-hak yang dimaksud antara lain: tiadanya Memorandum of
Understandings (MOU) di awal yang mengatur semua tugas, hak serta kewajibannya, jam kerja yang panjang, tiadanya perlindungan kerja, kesehatan
reproduksi yang terabaikan, tidak diberikannya kebebasan berkumpul,
berorganisasi dan mengemukakan pendapat, serta tidak diberikannya waktu
istirahat, hari libur (untuk kasus-kasus tertentu) dan upah yang rendah20.
Sebagian besar PRT datang dari dan bekerja di Pulau Jawa.Sebanyak 90
persen PRT berasal dari Pulau Jawa. Pulau Jawa merupakan pulau yang paling
sibuk dan paling maju di Indonesia. Persaingan ketat dalam memperoleh
pekerjaan menyebabkan sebagian orang tidak bisa mendapat pekerjaan dan jatuh
ekonomi. Masyarakat rural yang tidak mampu mengikuti persaingan di Pulau
Jawa akhirnya masuk ke dalam pekerjaan informal seperti PRT. Di sisi lain,
kemajuan dan kesibukan Pulau Jawa menjadikan permintaan pasar kerja PRT
menjadi tinggi. Para PRT ini sebagian besar memiliki pendidikan yang rendah
yang rata-rata selevel dengan sekolah dasar. Kebanyakan dari mereka juga berasal
dari keluarga dengan kondisi ekonomi yang kekurangan di daerah rural21.
Upah PRT di Indonesia memang amatlah murah. Salah satunya di DKI
Jakarta yang merupakan merupakan tempat terbesar yang mempekerjakan
PRT.Sebagai ibukota dengan segala kesibukannya, kalangan kelas menengah ke
atas memilih untuk mempekerjakan PRT untuk membantu tugas sehari-hari agar
kesibukan-kesibukan lain dapat terselesaikan. Tidak dapat dipungkiri lagi
masyarakat Jakarta membutuhkan PRT. Meski begitu, banyak yang belum sadar
akan hak-hak PRT yang mereka sewa. Dapat dilihat dari laporan Yayasan Jurnal
Perempuan, meski Upah Minimum Regional (UMR) DKI Jakarta berkisar
Rp972.605,00 per bulan mulai tahun 200822, namun, masih cukup banyak yang
memberikan upah kepada PRT-nya sekitar Rp200.000,00 per bulan23.
Di daerah lain seperti di Bekasi atau Tangerang yang juga menjadi salah
satu konsumen PRT juga di Indonesia, menurut survey tahun 2008 yang dilakukan
oleh Rumpun Gema Perempuan serta Rumpun Tjoet Nyak Dien, masih banyak
21ILO. 2009b. Factsheet: Domestic Workers in Indonesia (Addressing the Urgent Protection Needs
of Indonesian Domestic Workers). ILO Migrant and Domestic Workers’ Project.Diakses pada 19 September 2012. <http://www.ilo.org/wcmsp5/groups/public/‐‐‐asia/‐‐‐ro‐bangkok/‐‐‐ilo‐ jakarta/documents/publication/wcm_041884.pdf>
majikan yang menggaji PRT-nya sekitar Rp 200.000,00 – Rp300.000,00 per bulan
di mana kondisi UMR untuk daerah tersebut tentunya sudah jauh lebih tinggi24.
Perlu diingat juga, tidak adanya pembekalan pendidikan kecakapan khusus
pada PRT menjadi salah satu alasan kuat mengapa para PRT di Indonesia masih
kurang dihargai. Seperti sudah disebutkan sebelumnya, para PRT ini berasal dari
daerah pedesaan dengan pendidikan yang kurang. Kebanyakan hanya
bermodalkan nyali untuk bekerja di perkotaan tanpa adanya modal keterampilan.
Permasalahan lainnya yang menjadi tantangan bagi ILO adalah koordinasi
antara pemerintah pusat dan daerah untuk menegakkan hukum dan peraturan
mengenai ketenagakerjaan yang seringkali tidak lancar. Sulitnya birokrasi dan
tidak adanya hukum yang melindungi PRT secara khusus seringkali menyebabkan
permasalahan PRT di Indonesia luput dari perhatian. Akhirnya para PRT ini pun
harus tetap terkekang dan terampas haknya.
1.2.1 Pembatasan Masalah
Masalah yang dikaji dalam penelitian ini dibatasi pada studi program ILO
dalam menegakkan hak-hak Pekerja Rumah Tangga (PRT) migran dan lokal
terutama yang berjenis kelamin wanita melalui program perlindungan PRT di
Indonesia dari tahun 2008-2011. Pembatasan tahun bertujuan untuk memfokuskan
penelitian agar penelitian lebih jelas. Alasan pemilihan awal penelitian pada tahun
2008 adalah karena pada tahun tersebut, ILO di Indonesia memulai sebuah
24
Rumpun Gema Perempuan dan Rumpun Tjoet Nyak Dien. 2009. Kondisi Kerja dan Profil Pekerja Rumah Tangga. ILO Jakarta. Diakses pada 24 Oktober 2012.
program yang bernama “Combating Forced Labour and Trafficking of Indonesian Migrant Workers” yang menangani perlindungan hak-hak PRT dari kerja paksa dan perdagangan manusia, baik PRT yang bermigrasi ke luar negeri, maupun PRT
yang bekerja di Indonesia sendiri25. Penulis akan berfokus pada program yang
menangani masalah seputar PRT di dalam negeri, tetapi tidak terbatas kepada
jenis PRT migran maupun PRT yang bekerja di dalam negeri. Batas tahun pada
tahun 2011 adalah karena tahun ini penting. ILO membuat sebuah konvensi baru
menangani standar ketentuan kerja PRT pada tahun ini26. Aspek pekerjaan rumah
tangga yang disorot sesuai dengan klasifikasi dari ILO adalah mereka yang
bekerja sebagai perawat pribadi, penjaga anak (baby sitter), dan pekerja rumah
tangga yang berjenis kelamin wanita.
1.2.2 Perumusan Masalah
Untuk memfokuskan penelitian ini, maka pertanyaan riset yang tepat
adalah: Bagaimana peran ILO di Indonesia dalam Perlindungan Pekerja Rumah
Tangga Migran dan Lokal dari tahun 2008 sampai tahun 2011?
1.2 Tujuan dan Kegunaan Penelitian 1.3.1 Tujuan Penelitian
25
ILO. 2009b. Factsheet: Domestic Workers in Indonesia (Addressing the Urgent Protection Needs of Indonesian Domestic Workers). ILO Migrant and Domestic Workers’ Project. Diakses pada 19 September 2012. <http://www.ilo.org/wcmsp5/groups/public/‐‐‐asia/‐‐‐ro‐bangkok/‐‐‐ilo‐ jakarta/documents/publication/wcm_041884.pdf>
26ILO. 2011. 100th ILO Annual Conference Decides to Bring an Estimated 53 to 100 Million
Domestic Workers Worldwide Under The Realm of Labour Standards. International Labor Organization. Diakses pada 19 September 2012. <http://www.ilo.org/ilc/ILCSessions/100thSession/media‐centre/press‐
Tujuan dari penelitian ini adalah mendeskripsikan peran ILO di Indonesia
dalam perlindungan pekerja rumah tangga migran dan lokal di Indonesia pada
tahun 2008 hingga tahun 2011.
1.3.2 Kegunaan Penelitian
Penelitian ini dapat digunakan sebagai salah satu sumber data bagi mereka
yang hendak melakukan penelitian lebih mendalam mengenai peran ILO di
Indonesia dalam menangani masalah perlindungan tenaga kerja khususnya yang
terkait dengan bidang pekerjaan rumah tangga. Apabila memungkinkan, data yang
ada dalam penelitian ini juga dapat dijadikan bahan pertimbangan untuk kebijakan
pemerintah berkaitan dengan peraturan seputar ketenagakerjaan wanita ataupun
program-program pemerintah lainnya agar pemerintah dapat terus meningkatkan
kinerjanya untuk publik.
1.4 Kerangka Pemikiran
Penelitian ini tersusun dari kumpulan-kumpulan konsep yang saling
berkaitan. Sebelum menelaah konsep-konsep yang menyusun penelitian ini,
penulis akan mendefinisikan kata “kerangka pemikiran” terlebih dahulu.
Pengertian kerangka pemikiran yang digunakan dalam penelitian ini adalah:
metodologis, dan masing-masing konsep memainkan peran
ontologis ataupun epistemologis27”.
Dari definisi tersebut, penulis mengambil sebuah konsep awal untuk
penelitian ini sebagai dasar, yaitu paradigma Liberalisme. Dalam liberalisme,
masyarakat global berfungsi bersama negara-negara dan mengambil peran dalam
konteks untuk negara28. Adapun yang digambarkan dalam masyarakat global
adalah adanya perdagangan internasional, organisasi internasional dan hubungan
antara orang-orang yang berada dalam cakupan global. Liberalisme terbagi ke
dalam empat jenis menurut Robert Jackson dan Georg Sorensen, yaitu liberalisme
sosiologis, liberalisme interdependensi, liberalisme institusional, dan liberalisme
republik. Konsep liberalisme yang digunakan dalam penelitian ini adalah
Liberalisme Institusional. Liberalisme institusional percaya bahwa sebuah institusi
internasional dapat menjadi sebuah forum untuk negosiasi antara negara-negara29.
Institusi internasional adalah organisasi internasional, atau seperangkat aturan
yang mengatur tindakan negara dalam beberapa bidang tertentu. Seperangkat
aturan ini juga biasa disebut sebagai “rezim”30. Dengan kata lain, selain negara,
organisasi internasional juga diakui sebagai aktor internasional karena mampu
menyediakan aturan-aturan yang dapat mengatur negara. Dalam hal ini, ILO
27
Teks Asli: “Conceptual framework defined as a network, or “a plane”, of interlinked concepts that together provide a comprehensive understanding of a phenomenon or phenomena. The concepts that constitute a conceptual framework support one another, articulate their respective phenomena, and establish a framework‐specific philosophy. Conceptual frameworks posses ontological, epistemological, and methodological assumptions, and each concept within a conceptual framework plays an ontological or epistemological role.” (Y. Jabareen. 2009. ‘Building a Conceptual Framework: Philosophy, Definitions, and Procedure’. International Journal of Qualitative Methods.University of Alberta, Kanada. Hal. 51.)
28
Jackson dan Sorensen. 1999. Introduction to International Relations. Oxford University Press, Great Britain.
29 Ibid. Hal. 122. 30
merupakan bagian dari institusi internasional karena merupakan sebuah organisasi
nasional dan mampu membuat rezim, berupa konvensi-konvensi yang diratifikasi
dan diimplementasikan oleh negara-negara. Hubungan antara ILO dengan negara
diakui dunia internasional dan perannya juga dilegitimasi oleh baik negara
maupun masyarakat global.
Seperti yang telah disebutkan dalam paradigma Liberalisme Institusional,
organisasi internasional membuat seperangkat aturan yang digunakan untuk
mengatur negara yang juga disebut sebagai rezim. Maka konsep teori yang teapt
untuk ini adalah teori Rezim Internasional.
“Teori Rezim Internasional memandang dari perspektif yang berfokus pada kerjasama antara aktor-aktor dalam ranah hubungan internasional. Sebuah rezim internasional dipandang sebagai seperangkat prinsip implisit dan ekspilisit, norma-norma, aturan, dan prosedur yang mana harapan setiap aktor mencakup sebuah permasalahan tertentu. Sebuah permasalahan melibatkan interaksi dalam cakupan yang berbeda-beda seperti penggunanaan nuklir, komunikasi, hak asasi manusia, ataupun masalah lingkungan. Pemikiran dasar di belakang rezim internasional adalah bahwa mereka (negara) menunjukkan perilaku negara yang transparan dan sejumlah stabilitas dalam kondisi anarki di dalam sistem
internasional31.”
Dari teori rezim internasional, dapat dikaitkan dengan peran ILO sebagai
salah satu aktor internasional sebagai bentuk rezim internasional. ILO menjadi
aktor internasional bersama negara dalam hal menangani isu-isu internasional dan
31
domestik. Isu yang dibahas dalam penelitian ini adalah perlindungan PRT. Dalam
norma internasional, setiap manusia berhak mendapatkan pekerjaan yang layak
dan bebas dari diskriminasi dan eksploitasi, sesuai dengan Deklarasi Universal
Hak Asasi Manusia32. Dalam kasus ini, kebanyakan PRT adalah wanita.
Perlindungan PRT merupakan salah satu perwujudan kesetaraan gender dalam
pekerjaan. Kesetaraan gender adalah bentuk norma internasional juga, seperti
yang disebutkan dalam CEDAW.
Menurut Stephen D. Krasner, rezim internasional adalah “Prinsip-prinsip,
norma, aturan, dan prosedur pengambilan keputusan yang diantaranya terdapat
harapan aktor yang bersatu dalam sebuah ranah isu tertentu33”. Sementara
pengertian rezim menurut Oran R. Young adalah “pengaturan yang lebih khusus
yang berkaitan dengan kegiatan yang jelas, sumber daya, atau wilayah geografis
dan seringkali hanya melibatkan beberapa kelompok dari anggota masyarakat
internasional34”.
Terkait dengan pengertian rezim oleh Oran R. Young, kegiatan ILO di
ranah khusus ketenagakerjaan dapat dikategorikan sebagai bentuk rezim. ILO
merupakan aktor internasional yang mempromosikan konvensi internasional, oleh
karena itu, ILO dapat disebut sebagai rezim internasional. Ada kegiatan yang
Regime Consequences: Regimes as Intervening Variables’. International Regimes 36/2. Cornell University Press, New York.Hal. 185)
34
jelas, adanya sumber daya, wilayah geografis yang spesifik, dan melibatkan
aktor-aktor spesifik. Dalam hal ini, program perlindungan PRT migran dan lokal dari
eksploitasi dan perdagangan manusia merupakan bentuk konkret dari tindakan
ILO sebagai institusi internasional yang menghasilkan rezim.
ILO merupakan sebuah organisasi internasional. Konsep yang juga masih
berkaitan dengan paradigma liberalisme institusional dan teori rezim
internasional. Definisi dari organisasi internasional yang digunakan dalam
penelitian ini adalah definisi organisasi internasional menurut Clive Archer.
Organisasi internasional adalah “sebuah struktur formal yang berkelanjutan yang
dibentuk melalui sebuah perjanjian diantara anggotanya (negara dan/atau
non-negara), dari dua negara berdaulat atau lebih dengan tujuan mencapai kepentingan
bersama dalam keanggotaannya35”.
Sesuai dengan definisi tersebut, apabila dikaitkan dengan ILO sebagai
organisasi internasional, para anggota ILO memiliki satu kepentingan bersama
yaitu menyejahterakan buruh secara umum. Pembentukan ILO juga diawali dari
sebuah konvensi yang dibuat oleh negara-negara yang bergabung dengannya.
Keberadaan ILO sendiri tentunya berkelanjutan.
Organisasi internasional diciptakan oleh negara, yang kemudian berperan
untuk menangani masalah-masalah yang tidak bisa ditangani negara sendirian.
Organisasi internasional menangani hal-hal yang sulit ditangani satu negara
seperti pembuatan standar minimum internasional, membuat norma yang dapat
35
diterima secara internasional, mempercepat kerjasama melalui pertemuan, dan
juga ikut terlibat dalam aktivitas kerjasama teknis36.
Dalam menjalankan perannya tersebut, organisasi internasional
melaksanakan sejumlah fungsi. Dalam buku “International Organizations” karya
Clive Archer, fungsi dari organisasi internasional ada sembilan, diantaranya
adalah menyampaikan dan mengumpulkan kepentingan anggota, mempromosikan
norma-norma di dalam sistem internasional, rekruitmen, pembuatan aturan,
pengadjudikasian aturan, pengaplikasian aturan, sosialisasi, komunikasi dan
informasi, operasi37.
Sesuai dengan topik penelitian ini, maka fungsi yang cocok dari ILO di
Indonesia adalah fungsi operasi, sosialisasi, promosi norma internasional, dan
pembuatan, serta pengaplikasian aturan. Fungsi ILO di sini sebagai operasi adalah
peran langsung ke lapangan seperti penyuluhan, dan sebagainya. Fungsi
sosialisasi adalah fungsi ILO untuk mempublikasikan setiap programnya ke
seluruh pemegang kepentingan ataupun pihak-pihak lain yang terlibat agar tujuan
program tersebut tercapai. Fungsi promosi norma internasional tentu terletak di
dalam program perlindungan tenaga kerja sektor informal yaitu PRT dan juga
mewujudkan kesetaraan gender karena PRT didominasi oleh wanita, dalam hal ini
kesetaraan dalam pekerjaan. Fungsi pembuatan serta pengaplikasian aturan dapat
dilihat dalam upaya-upaya ILO untuk menerapkan merumuskan konvensi,
menerapkan konvensi ke dalam kebijakan negara, serta memantau penerapan
36
W. R. Böhning. 1999. The Role and Functions of International Organizations in the Field of Migrant Workers. International Labor Organization. Diakses pada 13 Januari 2013. <http://www.ilo.org/public/english/region/asro/mdtmanila/speeches/miworker.htm>.
37
tersebut. Fungsi aturan ini juga dapat dilihat dalam peran ILO yang berusaha
terlibat dengan pemerintah dalam pembentukan kebijakan nasional dan lokal.
Fungsi ini juga dapat menggambarkan bagaimana hubungan ILO sebagai
organisasi internasional dengan pemerintah di ranah pembuatan kebijakan.
Organisasi internasional turut mempengaruhi kebijakan pemerintah dengan
ratifikasi konvensi-konvensi ataupun melalui program-program.
Konsep perlindungan dalam pekerjaan tertuang dalam Artikel 23 dan
Artikel 24 pada Deklarasi Universal Hak Asasi Manusia. Dalam Artikel 23
disebutkan:
1. Setiap orang berhak untuk mendapatkan pekerjaan, untuk memilih
pekerjaan, untuk menyesuaikan dan memilih kondisi kerja dan untuk
melindungi diri dari pengangguran.
2. Setiap orang, tanpa diskriminasi, berhak mendapatkan pembayaran setara
dengan pekerjaannya.
3. Setiap orang yang bekerja dapat mengatur dan memilih pemberian upah
untuk memastikan dirinya dan keluarganya mendapatkan yang senilai
dengan martabat manusia, dan diiringi, jika dibutuhkan, dengan
perlindungan sosial.
4. Setiap orang berhak membentuk dan bergabung dengan serikat buruh
untuk melindungi kepentingannya38.
Hak-hak pekerja disebutkan dengan jelas dalam Artikel tersebut. Sudah
seharusnya PRT juga mendapatkan hak-hak tersebut karena mereka juga
38 United Nations. 2012. The Universal Declaration of Human Rights. Diakses pada 19 Desember
merupakan pekerja. Dalam Artikel 24 juga disebutkan “Setiap orang berhak
mendapatkan istirahat dan libur, termasuk diantaranya pembatasan jam kerja dan
libur berkala dengan bayaran”39. Ini menunjukkan bahwa jika kemudian semua
pekerja berhak untuk istirahat dan libur, termasuk PRT.
Dalam melindungi hak-hak pekerja, sebuah peraturan harus dibuat, dan itu
dilakukan melalui advokasi. Advokasi adalah upaya terancana dan terorganisasi
untuk mendesakkan perubahan dengan cara mempengaruhi para penghambil
keputusan40. Advokasi bertujuan untuk membentuk suatu perubahan kebijakan
maupun membuat kebijakan baru untuk mencapai kepentingan yang diinginkan41.
Dalam hal ini, ILO melaksanakan program perlindungan PRT dengan cara
advokasi agar pemerintah Indonesia mau menurunkan sebuah kebijakan yang
dapat mengatur perlindungan PRT.
PRT didominasi oleh wanita, oleh karena itu masalah PRT mengandung
masalah gender juga. Alasan mengapa banyak PRT adalah wanita hingga
diskriminasi di tempat kerja merupakan isu-isu gender. Melindungi PRT dari
berbagai eksploitasi merupakan upaya untuk menyetarakan PRT dengan pekerja
lain dan merupakan upaya dalam mencapai kesetaraan gender dalam pekerjaan.
Konsep dalam penelitian ini selanjutnya adalah kesetaraan gender. Apakah
arti dari gender? Gender adalah paradigma dan praktik sosial masyarakat
mengenai identitas wanita dan pria mengenai bagaimana mereka seharusnya
berperilaku sebagai pria atau wanita42. Penelitian ini membahas program ILO
dengan konsep pengarusutmaan gender. Konsep pengarusutamaan gender
maksudnya adalah membawa perspektif gender ke dalam semua aspek kebijakan
dan aktivitas institusi43.
Konsep kesetaraan gender diambil dari Konvensi Penghapusan Segala
Bentuk Diskriminasi terhadap Perempuan (CEDAW44). CEDAW adalah suatu
instrumen standar internasional yang diadopsi oleh Perserikatan Bangsa-Bangsa
pada tahun 1979 dan mulai berlaku pada tanggal 3 Desember 1981. Pada tanggal
18 Maret 2005, 180 negara, lebih dari sembilan puluh persen negara-negara
anggota PBB, merupakan Negara Peserta Konvensi45.
“CEDAW menetapkan secara universal prinsip-prinsip persamaan hak antara laki-laki dan perempuan. Konvensi menetapkan persamaan hak untuk perempuan, terlepas dari status perkawinan mereka, di semua bidang – politik, ekonomi, sosial, budaya dan sipil. Konvensi mendorong diberlakukannya perundang-undangan nasional yang melarang diskriminasi dan mengadopsi tindakan-tindakan khusus-sementara untuk mempercepat kesetaraan de facto antara laki-laki dan perempuan, termasuk merubah praktek-praktek kebiasaan dan budaya yang didasarkan pada inferioritas atau superioritas salah satu jenis kelamin atau peran stereotipe untuk
perempuan dan laki-laki.46”
42 Hazel Reeves dan Sally Baden. 2000. Gender and Development: Concepts and Definitions.
University of Sussex, UK. Diakses pada 19 Desember 2012. <http://www.bridge.ids.ac.uk/reports/re55.pdf>. Hal. 3.
43 Ibid. Hal.2. 44
CEDAW: Convention on the Elimination of All Forms of Discrimination against Women
45
CEDAW East Asia. T.t. Penjelasan singkat: Konvensi Penghapusan Segala Bentuk Diskriminasi terhadap Perempuan (CEDAW). CEDAW. Diakses pada 1 Februari 2012. <http://cedaw‐ seasia.org/docs/indonesia/CEDAW_text_Bahasa.pdf>
46
Sesuai pengertian tersebut, sebuah undang-undang nasional dibutuhkan untuk
menunjang proses penyetaraan gender dan mencegah diskriminasi terhadap pria
maupun wanita. Pengertian ini kemudian dikaitkan dengan peran ILO sebagai
organisasi internasional. Berdasarkan apa yang telah disebutkan dalam CEDAW,
ILO sebagai organisasi yang bergerak di bidang ketenagakerjaan bertugas
membuat aturan untuk mewujudkan kesetaraan gender dalam pekerjaan.
Kesetaraan gender juga termasuk ke dalam poin Millenium Development
Goals (MDGs). MDGs terdiri dari delapan target pembangunan yang harus dicapai pada tahun 2015. Tujuan nomor tiga dari MDGs adalah mempromosikan
kesetaraan gender dan memberdayakan wanita47. Pembahasan PRT dalam
penelitian ini relevan dengan kesetaraan gender karena pekerjaan ini merupakan
sektor pekerjaan informal yang didominasi oleh wanita sebagai pekerjanya dan
tentunya masalah seperti gender based violence dapat terjadi di kalangan PRT.
Berkaitan dengan studi kasus membahas seputar pekerja rumah tangga,
ada baiknya mengambil konsep atau pengertian dari pekerja rumah tangga itu
sendiri. Sesuai dengan konvensi ILO ke-100 di Geneva 2011 lalu, definisi
“pekerjaan rumah tangga” adalah “pekerjaan yang dilakukan di dalam sebuah
rumah atau banyak rumah48” (Artikel 1 poin (a)). Definisi pekerja rumah tangga
47United Nations Development Group. 2003. Indicators for Monitoring the Millennium
Development Goals. United Nations, New York. Diakses pada 24 Januari 2012. Hal. 4. <http://www.undp.or.id/mdg/documents/MDG%20Indicators‐UNDG.pdf>
48 Teks asli: “the term “domestic work” means work performed in or for a household or
households”. ( ILO. 2011. Text Of The Convention Concerning Decent Work For Domestic Workers. ILO.Diakses pada 24 Februari
sesuai Artikel 1 poin (b) adalah “orang manapun yang terikat dengan pekerjaan
rumah tangga dalam hubungan pekerjaan49”.
Meskipun telah ada pendefinisian untuk PRT, sulit untuk mengklasifikasi
siapa saja yang termasuk ke dalam bidang pekerjaan rumah tangga. Penulis
menggunakan International Standard Classification of Occupations (ISCO) yang
dibuat ILO untuk memperjelas siapa saja yang termasuk ke dalam pekerja rumah
tangga. Dalam ISCO dijelaskan yang pekerja domestik (pekerja rumah tangga)
terbagi menjadi tiga klasifikasi. Yang pertama adalah pekerjaan rumah tangga yang
berkaitan dengan pekerjaan perawatan anak dan segala bidang pekerjaan yang
melibatkan perawatan anak seperti mengantar dan menjemput anak, memandikan
anak, membersihkan kamar anak, dan sebagainya. Kategori kedua adalah pekerja
perawatan personal di rumah, yang meliputi bidang pekerjaan perawatan untuk
orang-orang yang memiliki kekurangan dalam kesehatan mental maupun fisik, ataupun
orang-orang tua. Kategori ketiga adalah pekerja rumah tangga yang bekerja meliputi
bidang jasa bersih-bersih, mencuci, membeli kebutuhan rumah, menyiapkan
makanan, dan sebagainya, baik di rumah, hotel, perkantoran, rumah sakit, dan
tempat-tempat lainnya, yang juga meliputi pekerjaan membersihkan kendaraan,
interior, dan eksterior rumah50. Penulis akan menggunakan tiga klasifikasi tersebut
untuk membatasi bidang kajian dalam penelitian ini.
49Teks asli: “the term “domestic worker” means any person engaged in domestic work within an
employment relationship”. (ILO. 2011. Text Of The Convention Concerning Decent Work For Domestic Workers. ILO. Diakses pada 24 Februari
2012.<http://www.ilo.org/wcmsp5/groups/public/@ed_norm/@relconf/documents/meetingdoc ument/wcms_157836.pdf >).
50
ILO. 2010. Decent Work for Domestic Workers. International Labor Office, Jenewa. Diakses pada 9 Februari 2012.<http://www.ilo.org/wcmsp5/groups/public/‐‐‐ed_norm/‐‐‐
Merujuk kepada program ILO yang menjadi acuan penelitian ini yaitu
“Combating Forced Labour and Trafficking of Indonesian Migrant Workers”, penulis menyadari bahwa program ini apabila dilihat dari judulnya saja membahas
pekerja rumah tangga migran dan berbeda dengan judul penelitian serta
perumusan masalah yang diajukan penulis. Namun setelah berdiskusi dengan
Albert Y. Bonasahat selaku Koordinator Proyek Nasional ILO di Indonesia,
program ini melihat aspek kondisi PRT di Indonesia sebagai dasar untuk
membantu penegakan hak-hak para PRT migran maupun PRT lokal. Menurut
Bonasahat, saat ini Indonesia yang tidak memiliki perlindungan hukum untuk
PRT serta tidak memiliki peraturan yang mengatur sistem kerja PRT, tidak akan
dapat meminta negara lain untuk melindungi PRT yang dikirim dari Indonesia ke
luar negeri. Logikanya adalah apabila peraturan di dalam negeri sendiri saja tidak
ada, negara lain tentunya akan mempertanyakan saat negara kita meminta mereka
untuk mengatur51. Pada intinya, misi yang terkandung dalam program ini adalah
pengaturan di dalam negeri dapat menjadi patokan untuk perlindungan PRT di
luar negeri. Pernyataan ini memberikan gagasan kepada penulis bahwa program
ILO di Indonesia untuk PRT yang akan dibahas penulis merupakan peletakan
dasar bagi perlindungan PRT dari Indonesia secara global di kemudian hari. Hal
ini tentunya berkaitan sekali dengan studi penulis di ilmu hubungan internasional.
1.5 Metode Penelitian dan Teknik Pengumpulan Data 1.5.1 Metode Penelitian
51Wawancara lisan dengan Albert Y. Bonasahat selaku Koordinator Proyek Nasional ILO di Kantor
Metode penelitian yang digunakan untuk penelitian ini adalah metode
kualitatif. Metode kualitatif umumnya bergantung pada pendekatan N-kecil52
secara mendalam pada setiap sebjek/kasus. Metode kualitatif mempelajari sebuah
subjek penelitian tidak hanya dari apa yang terlihat, tetapi juga sebab-sebab
mengapa subjek itu terjadi, dan hal-hal yang berkaitan dengan subjek tersebut53.
Metode ini menggunakan teknik observasi, dengan pendalaman pada konteks
sosial dalam penelitian. Salah satu teknik lain dari metode ini adalah dengan
teknik wawancara terstruktur. Metode ini juga dapat dilakukan dengan cara
analisis konten, baik itu analisis berita, data, dan dokumen-dokumen lainnya54.
Sesuai dengan metode penelitian yang bersifat kualitatif, maka penelitian
ini berfokus pada subjek program ILO di bidang perlindungan Pekerjaan Rumah
Tangga di Indonesia pada tahun 2008 hingga tahun 2011. Penelitian ini juga
mengkaji kondisi PRT yang terdiri dari jumlah jam kerja, besarnya upah, dan
kondisi lingkungan kerja, karena hal-hal tersebut berhubungan dengan program
yang bertujuan memperbaiki berbagai permasalahan berkaitan dengan
kondisi-kondisi tersebut. Sesuai metode, penulis akan menggunakan teknik analisis konten
untuk mendeskripsikan data dari ILO seputar program-programnya untuk PRT
dan berita seputar kasus tentang PRT dalam negeri yang terjadi di Indonesia
sepanjang tahun 2008-2011.
2012.<http://www.scribd.com/doc/85649141/Moore‐Research‐Methods‐for‐IR‐Students>
54
G. J. Moore. 2007. Research Methods for International Relations Studies: Assembling an Effective Toolkit. Eckerd College, Florida. Diakses pada 23 Maret
1.5.2 Jenis Penelitian
Jenis penelitian ini adalah studi kasus tipe deskriptif. Studi Kasus menurut
kamus Miriam-Webster adalah analisis intensif dari sebuah unit individual (seperti
satu orang atau satu komunitas) menekankan faktor pembangunan dalam relasi
kepada lingkungan55. Karakteristik dari studi kasus adalah adanya fokus pada satu
kasus yang mewakili keseluruhan dari suatu subjek sosial yang rumit. Tipe kasus
dari studi kasus diantaranya ekplanatoris, ekploratif, dan deskriptif.56
Studi kasus dalam penelitian ini bersifat deskriptif karena penelitian ini
melihat data-data dan dokumen yang tersedia sebagai gambaran jawaban
pertanyaan riset. Studi kasus yang digunakan dalam penelitian ini adalah program
ILO untuk perlindungan pekerja rumah tangga yang bekerja diIndonesia tahun
2008-2011. Disebut studi kasus karena aspek perlindungan tenaga kerja sangat
luas. Penulis hanya membahas perlindungan PRT, dan memandang dengan
perspektif gender. Penulis membahas satu objek spesifik yaitu pekerjaan rumah
tangga yang ada dalam sektor informal yang mewakili wanita dalam angkatan
kerja.
55
1.5.3 Teknik Pengumpulan Data
Teknik pengumpulan data yang akan digunakan dalam penelitian ini,
sesuai dengan metode kualitatif, adalah studi data yang bersifat data sekunder dari
berbagai laporan yang telah dibuat oleh ILO di sektor Pekerja Rumah Tangga.
Sumber yang digunakan adalah situs resmi ILO. Data-data lain akan diperoleh
dari Bappenas, BNP2TKI, maupun organisasi lain yang masih berkaitan dengan
topik yang dibahas penulis. Studi teori akan menggunakan cara menelusuri
internet untuk mendapatkan buku-buku maupun data yang berkaitan dengan topik
penelitian yang tidak tersedia di perpustakaan. Dalam penelitian ini juga penulis
akan menggunakan teknik wawancara kepada pihak ILO yang terlibat dalam
bidang yang dikaji penulis. Selain itu akan dilakukan juga studi pustaka untuk
dasar-dasar teori maupun data tambahan.
1.6 Sistematika Pembahasan
Sistematika pembahasan penelitian ini akan dibagi ke dalam lima bab
dengan pembagian:
1. BAB I Pendahuluan
2. BAB II ILO sebagai Organisasi Internasional
3. BAB III Problematika Pekerja Rumah Tangga
4. BAB IV Peran ILO dalam Perlindungan Pekerja Rumah Tangga Migran
dan Lokal Di Indonesia dari Tahun 2008 hingga Tahun 2011
Adapun pada BAB I akan berisi mengenai latar belakang masalah,
identifikasi masalah, tujuan dan kegunaan penelitian, kerangka pemikiran, metode
penelitian dan teknik pengumpulan data, dan sistematika pembahasan.
Pada BAB II, akan dibahas mengenai sejarah pembentukan, identitas ILO
sebagai organisasi, bidang pekerjaan ILO, aktivitas ILO melalui berbagai
program, baik program secara umum, maupun program penanganan PRT sesuai
dengan topik penelitian ini. Selain itu penulis juga akan membahas mengenai ILO
di Indonesia dan hubungan ILO dengan pemerintah Indonesia sejak bergabung
menjadi anggota resmi ILO.
Pada BAB III, akan dibahas mengenai permasalahan yang terjadi seputar
pekerjaan rumah tangga dan Pekerja Rumah Tangga migran dan lokal, terutama
keadaan mereka di Indonesia. Kemudian akan dikemukakan juga data-data yang
mendukung seputar tingkat kesejahteraan dari mulai upah, jumlah jam kerja, dan
hak-hak lainnya yang berkaitan seputar hak-hak pekerja. Kasus-kasus mengenai
Pekerja Rumah Tangga di Indonesia juga akan dikaji sesuai pembatasan masalah
mengenai adanya kebijakan tentang kontrak kerja, upah, jam kerja, perolehan
perawatan kesehatan, serta beberapa upaya yang telah dilakukan pemerintah
menyangkut kebijakan tersebut.
Pada BAB IV, pembahasan akan terfokus pada peran-peran ILO dalam
perlindungan Pekerja Rumah Tangga migran dan lokal selama tahun 2008-2011.
Peran-peran yang dilakukan ILO melalui program dan keterlibatan beberapa pihak
lain dalam kegiatan tersebut. Apa saja permasalahan-permasalahan yang dihadapi
ditentukan. Kemudian akan dikaji juga apakah dengan berbagai upaya ini
indikator yang diinginkan dari perlindungan PRT sudah tercapai.
Pada BAB V, kesimpulan akan dibuat sesuai segala data yang telah dikaji
selama penelitian mengenai pencapaian-pencapaian yang telah didapat oleh ILO