• Tidak ada hasil yang ditemukan

BAB III IMPLEMENTASI UNDANG-UNDANG N0.13 TAHUN

G. Peran Kelompok Asosiasional Terhadap Pelanggaran Hak

Kelompok ini terdiri dari serikat buruh. Organisasi ini dibentuk dengan tujuan yang eksplisit agar kelompok-kelompoknya dapat memperjuangkan tujuannya. Serikat Buruh Solidaritas Indonesia merupakan salah satu dari sekian banyak Serikat Buruh yang ada di Indonesia. Serikat Buruh Solidaritas Indonesia bertujuan untuk membebaskan kaum buruh dari penindasan dan kesengsaraan. SBSI ini merupakan suatu wadah yang bercirikan kebersamaan dan solidaritas kaum buruh untuk mencapai kemakmuran dan keadilan. Undang-undang yang dikeluarkan oleh Pemerintah menjadi acuan dasar bagi SBSI untuk berjuang membela kaum buruh apabila terdapat penyimpangan dan kesewenang-wenangan yang dilakukan oleh pengusaha terhadap kaum buruh. SBSI sekaligus menjadi pengawas berjalan atau tidaknya UU No.13 Tahun 2003 tentang Ketenagakerjaan.

Serikat Buruh Solidaritas Indonesia (SBSI) merupakan wadah yang membantu pemerintah dalam mengawasi dan memperjuangkan agar Undang- Undang No.13 Tahun 2003 dalam terwujud secara nyata. Kondisi buruh yang semakin memburuk dan membuat posisi tawar yang semakin lemah di tengah rezim pasar bebas saat ini. Dalam kondisi perburuhan jelas terlihat praktik outsourcing, upah rendah, pelarangan berserikat dan minimnya pengawasan dari pemerintah menjadi suatu hal yang harus dihadapi dan diperjuangkan oleh Serikat Buruh. Karena masalah seperti ini maka Serikat Buruh mempunyai tugas yang berat sekaligus sama-sama berjuang bersama para buruh melawan ketidakadilan.

Dalam permasalahan yang dihadapi para buruh, Serikat Buruh berusaha untuk memperjuangkan nasib buruh agar buruh dapat menerima haknya dan tidak dipekerjakan dengan semena-mena oleh pengusaha. Sebab segala bentuk hubungan industri baik dalam bekerja, upah, jaminan sosial sampai pada kebebasan HAM untuk berserikat dan pemutusan hubungan kerja sudah diatur dalam Undang-undang Ketenagakerjaan No.13 Tahun 2003.

Dalam penyelesaian masalah antara kaum buruh dan pengusaha maka Serikat Buruh (SBSI) menjadi pihak yang mendukung para buruh. Penyelesaian dapat dilakukan dengan cara berunding antara pihak buruh, pengusaha dan Dinas tenaga Kerja. Dalam perundingan tersebut UU No.13 Tahun 2003 yang menjadi acuan dasar dalam mengambil keputusan sehingga Dinas Tenaga Kerja sebagai mediator antara pengusaha dengan buruh dan Serikat Buruh menjadi pihak pembela buruh dan apabila dalam perundingan solusi belum ditemukan maka Serikat Buruh akan sekaligus menjadi kuasa hukum dari buruh yang bersangkutan. Serikat buruh, pemerintah dan buruh akan berjuang bersama menghadapi pengusaha ke depan pengadilan untuk menuntut hak buruh tersebut.

Dalam menyelesaikan masalah perburuhan, Serikat Buruh (SBSI) mempunyai banyak tantangan yang harus dihadapi sehingga dituntut untuk memiliki strategi perlawanan.

Dalam menguasai informasi SBSI juga membutuhkan kelompok-kelompok mahasiswa, akademisi, LSM, anggota parlemen dan masyarakat untuk

bekerjasama membangun strategi untuk memperjuangkan kepentingan buruh. Sebab jika SBSI berjalan sendiri maka bukanlah hal yang mudah untuk melawan para pengusaha dan pasar. Oleh sebab itu SBSI harus dapat berperan sebagai penyeimbang yang dapat mendatangkan keadilan dan kesejahteraan di tengah- tengah buruh.

Pentingnya Serikat Buruh dalam memperjuangkan hak-hak buruh disebabkan pemerintah yang belum maksimal dalam melakukan pengawasan terhadap berjlannya undang-undang. Dengan adanya Serikat Buruh ini maka buruh dapat menjadikan Serikat Buruh sebagai perantaranya kepada pemerintah untuk menyelesaikan masalah.

BAB IV

PENUTUP

A. Kesimpulan

Undang-Undang Ketenagakerjaan yang telah ditetapkan oleh pemerintah tidak menjamin perwujudan kesejahteraan bagi kaum buruh. Hal ini disebabkan dalam implementasinya undang-undang ini belum dapat terealisasi dengan baik. Dengan biaya hidup yang semakin meningkat, tuntutan kehidupan buruh semakin bertambah semakin membuat masalah buruh semakin kompleks. Kesejahteraan yang dijanjikan oleh negara belum dapat terealisasi.

Upah Minimum Provinsi (UMP) yang telah ditentukan pemerintah tidak menjamin pengusaha dapat mengikuti UMP tersebut sehingga UMP ini terkesan untuk menghilangkan eksploitasi pengusaha terhadap buruh walaupun dalam implementasinya masih ditemukan buruh dengan penghasilan dibawah UMP. Upah yang diterima buruh harusnya sebanding dengan jasa yang telah diberikan buruh namun dalam implementasinya UMP sering dijadikan sebagai tolak ukur untuk upah maksimal yang diberikan pengusaha.

Upah Minimum yang ditetapkan pemerintah diharapkan dapat memberikan kesejaheraan terhadap buruh namun dalam implementasinya belum terwujud karena posisi tawar yang rendah dari buruh karena situasi yang sangat sulit saat

ini. Lapangan kerja yang sedikit membuat buruh menerima konsekuensi dari pengusaha sekalipun upah sangat rendah.

Peran pemerintah yang sangat rendah dalam memperjuangkan buruh menjadi salah faktor undang-undang No.13 Tahun 2003 tidak berjalan dengan sebagaimana seharusnya. Kurangnya pengawasan terhadap pengusaha menyebabkan banyak pengusaha yang tidak terlalu mengikuti Undang-undang yang telah ditetapkan pemerintah.

Undang-undang No.13 Tahun 2003 diharapkan dapat memberikan jaminan kepada buruh untuk mendapatkan posisi yang lebih baik sehingga tidak mendapatkan perlakukan yang semena-mena dari pengusaha, namun dalam pengimplementasiannya undang-undang ini masih banyak dilanggar oleh pengusaha. Pemerintah yang seharusnya mengeluarkan kebijakan untuk membela hak buruh malah terkesan berbalik dan mendukung pihak pengusaha.

Tugas pemerintah adalah sebagai pembuat kebijakan (regulasi) dan pengawasan, oleh sebab itu pemerintah harus mampu memlihat kondisi kebutuhan para buruh sehingga regulasi yang dibut lebih bersifat mengikat dan negara harus dapat menawasi segala tindakan pengusaha sebab buruh merupakan bagian dari masyarakat Indonesia yang berhak untuk mendapatkan penghidupan yang layak.

Undang-undang No.13 tahun 2003 sudah memberikan aturan yang cukup rinci tentang ketenagakerjaan di Indonesia, namun dalam pelakasanaan teknisnya,

pemerintah praktis hanya membuat regulasinya saja sedangkan pelaksanaannya diserahkan sepenuhnya kepada pengusaha. Hal ini yang menyebabkan undang- undang ini belum dapat berjalan dengan baik.

Dalam masalah buruh dengan pengusaha dibutuhkan peran dari Serikat Buruh. Serikat Buruh ini dapat membantu pemerintah dalam mengawasi jalannya undang-undang ini. Sebab dalam pengimplementasiannya. Undang-undang ketenagakerjaan belum sepenuhnya dilaksanakan oleh pengusaha. Oleh sebab itu, Serikat buruh berusaha membantu buruh apabila terdapat perlakukan yang sewenang-wenang yang dilakukan oleh perusahaan. Dalam masalah buruh ini, bukan tugas pemerintah dan Serikat buruh saja, namun dalam hal ini dibutuhkan juga partisipasi dari masyarakat, aktivis dan juga akademisi.

B. Saran

Dalam menetapkan sebuah kebijakan sebaiknya pemerintah harus meningkatkan pemgawasan terhadap berjalannya undang-undang tersebut sehingga undang-undang tersebut dapat diimplementasikan dengan baik dan hasilnya dapat maksimal.

Dalam mengatasi masalah buruh, sebaiknya dibutuhkan komunikasi antara pemerintah dengan buruh, dan juga pemerintah dengan pengusaha serta dengan Serikat Buruh sehingga tuntutan-tuntutan yang diminta buruh dapat lebih terealisasi.

Dalam menjalankan undang-undang ketenagakerjaan ini, pemerintah harus dapat bertindak tegas apabila ada pengusaha yang tidak mengikuti peraturan yang ditetapkan pemerintah sehingga tidak hanya berfungsi sebagai pembuat kebijakan saja. Sebab kebijakan tersebut tidak akan berjalan tanpa adanya campur tangan dari pemerintah.

Dalam menyelesaikan masalah buruh, diharapkan adanya partisipasi dari semua masyarakat. Sebab pemerintah berfungsi untuk membuat kebijakan, namun pemerintah tidak dapat melakukannya tanpa aanya partisipasi dan bantuan dari segenap lapisan masyarakat.

DAFTAR PUSTAKA Buku :

Abdul, Solichin. 2008. Analisis Kebijakan Publik. Malang : Penerbit Universitas Muhammadiyah Malang.

Bungin, Burhan. 2001. Metodologi Penelitian Sosial : Format- Format Kuantitatif dan Kualitatif. Surabaya : Airlangga University Press.

Bungin, Burhan. 2009. Penelitian Kualitatif : Komunikasi, Ekonomi, Kebijakan Publik dan Ilmu Sosial Lainnya. Jakarta : Kencana.

Bungin, Burhan. 2001. Metodologi Penelitian Sosial Format-Format Kuantitatif dan Kualitatif. Jakarta : Airlangga University Press.

Black, A. James. 2009. Metode dan Masalah Penelitian Sosial. Bandung : Refika Aditama.

Brewer, Anthony. 1999. Kajian Kritis Das Kapital Karl Marx. Jakarta : Teplok Press.

Dunn, William. 2000. Pengantar Analisis Kebijakan Publik. Yogyakarta : Gadjah Mada University Press.

Edwards, George. 2003. Implementasi Kebijakan Publik. Yogyakarta : Lukman Offset.

Elster, Jon. 2000. Karl Marx Marxisme- Analisis Kritis Sebuah Analisis Kritis Tokoh Historis Pengguncang Dunia Perlukah Kita Menolak Komunisme.

Jakarta : PT. Prestasi Pustakaraya.

Gaus, F. Gerald. 2012. Handbook Teori Politik. Jakarta : Penerbit Nusa Media. Horison, Santi. 2009. Metodologi Penelitian Politik. Jakarta : Prenada Media

Kusumanegara, Solahuddin. 2010. Model Dan Aktor Dalam Proses Kebijakan Publik. Yogyakarta : Gava Media.

Marx, Karl. 2004. Kapital Sebuah Kritik Ekonomi Politik. Jakarta : Hasta Mitra. Subagyo, Joko. 1997. Metode Penelitian Dalam Teori dan Praktek. Jakarta :

Rineka Cipta.

Soewadji, Jusuf. 2012. Pengantar Metodologi Penelitian. Jakarta : Mitra Wacana Media.

Strauss, Anselm. 2003. Dasar-Dasar Penelitian Kualitatif. Yogyakarta : Pustaka Pelajar.

Sabarguna, Boy. 2008. Analisis Data Pada Penelitian Kualitatif. Jakarta : Penerbit Universitas Indonesia.

Subarsono, AG. 2005. Analisis Kebijakan Publik, Konsep, Teori dan Aplikasi.

Yogyakarta : Pustaka Pelajar.

Suseno, Franz Magnis. 2010. Pemikiran Karl Marx Dari Sosialisme Utopis ke Perselisihan Revisionisme. Jakarta : PT Gramedia Pustaka Utama.

Sutrisno, Mudji. 2000. Revolusi Dan Kontra Revolusi. Yogyakarta : Penerbit Jendela.

Undang-Undang :

Jurnal-Jurnal :

Tjandraningsih. Herawati & Suhadmadi. 2010. Diskriminatif dan Eksploitatif : Praktek Kerja Kontrak dan Outsourcing Buruh di Sektor Industri Metal di Indonesia Menuju Upah Layak , Hujan Batu Buruh Kita.

Jurnal Sosial Demokrasi. Buruh dan Politik : Tantangan dan Peluang Gerakan Buruh Indonesia Pasca Reformasi.

Sumber Internet Sumber lainnya :

Buku Panduan Anggaran Dasar Anggaran Rumah Tangga Serikat Buruh Solidaritas Indonesia.

Dokumen terkait