• Tidak ada hasil yang ditemukan

BAB III : KENDALA POLRI DALAM MENANGGULANG

A. Kendala Eksternal

4. Peran Masyarakat

Masyarakat Indonesia juga masih belum mendukung terhadap perkembangan teknologi informatika, seperti yang dialami oleh pakar informatika Indonesia, Roy Suryo, di kantor Polda Jawa Tengah pada saat memperkenalkan fasilitas e-mail di Polda Jateng tersebut. Sejak kehadiran fasilitas tersebut, semua urusan kerja yang berkaitan degnan kurir atau pengantar pesan bisa dihilangkan. Pesan-pesan dan dokumen penting bisa dikirim melalui e-mail. Waktu, energi dan biaya yang diperlukan untuk mengantar dokumen penting dari satu kota ke kota yang lain bisa dihapus berkat e-mail, namun proses itu tidak berlangsung lama. Kultur masyarakat yang masih awam merasa kehadiran e-mail menyebabkan pendapatan mereka para kurir atau pengantar pesan berkurang bahkan hilang.

Meski kebanyakan korban kejahatan hacking jarang sekali melaporkan kejadian yang menimpa dirinya kepada Polri atau pemerintah, masyarakat

132

Lihat Pasal 42 Undang-Undang Nomor 7 Tahun 1992 tentang Perbankan, menyebutkan bahwa Menteri dapat memberikan izin kepada Polri, Jaksa atau hakim untuk memperoleh keterangan dari bank tentang keadaan keuangan tersangka/terdakwa pada bank.

masih acuh tak acuh tentang kejahatan hacking ini. Masyarakat yang menjadi korban kejahatan hacking juga masih enggan melaporkan apabila dia menjadi korban kejahatan hacking ini karena merasa tidak perlu mengadukan kejadian itu dan lebih baik memperbaiki sistem pengamanan dari jaringan komputernya.

Kultur dari masyarakat juga mewarnai kendala penanganan kejahatan hacking terhadap bank ini. Masyarakat kita yang sudah bertahun-tahun hanya tahu tentang perilaku kehidupan sosialnya seperti yang sekarang ini, tiba-tiba di hadapkan dengan dunia yang sangat asing bagi masyarakat kita, dunia yang tidak nyata dan tidak bisa mereka rasakan namun berkaitan dan erat hubungannya dengan masyarakat lainnya di dunia yang baru tersebut.

Masyarakat Indonesia sudah terlalu banyak dihadapkan dengan produk hukum yang sudah dikeluarkan oleh aparat pembuat hukum, sehingga kebanyakan dari masyarakat Indonesia masih menilai bahwa hukum siber (cyberlaw) seolah-olah hanya untuk orang-orang diluar dunia mereka, tidak berlaku untuk masyarakat di kehidupan nyata. Akibatnya penyalah gunaan jaringan internet di Indonesia sudah mencapai tingkat memprihatinkan dan dijuluki sebagian negara di dunia ini sebagai negara kriminal Internet.133

Pada tahun 2002 saja Polri telah menemukan 109 (seratus sembilan) kasus tindak pidana yang berhubungan dengan Teknologi Informasi yang

133

Pikiran Rakyat, 2 Nopember 2002, dapat diakses di http://www.pikiran- rakyat.com/cetak/1102/02/0304.html.

dilakukan oleh 124 (seratus dua puluh empat) tersangka WNI yang melakukan aksinya di berbagai kota di Indonesia.134

C. Kendala Internal 1. Instrumental

Kendala yang paling mendasar adalah kendala doktrin. Seluruh personel Polri dari Mulai Pangkat tertinggi sampai pangkat terendah saat ini baru dihadapkan kepada dunia yang sebelumnya tidak pernah terpikir untuk dilakukan tindakan-tindakan kepolisian. Undang-Undang Nomor 2 Tahun 2002 tentang Kepolisian Negara Republik Indonesia ini harus dilakukan pengembangan pemahaman dan penyatuan persepsi dilingkungan internal Polri tentang dunia siber.

Di dalam Pasal 1 angka 5 Undang-Undang Pokok Kepolisian menyebutkan bahwa:135 Keamanan dan Ketertiban Masyarakat adalah suatu kondisi dinamis masyarakat sebagai salah satu prasyarat terselenggaranya proses pembangunan nasional dalam rangka tercapainya tujuan nasional yang ditandai oleh terjaminnya keamanan, ketertiban dan tegaknya hukum, serta terbinanya ketentraman yang mengandung kemampuan membina dan kekuatan masyarakat dalam menangkal, mencegah dan menanggulangi segala bentuk gangguan lainnya yang dapat meresahkan masyarakat. Kemudian pada

134

Data Laporan Kriminal tahun 2002 Bareskrim Mabes Polri.

135

angka 6 disebutkan pula bahwa keamanan dalam negeri adalah suatu keadaan yang ditandai dengan terjaminnya keamanan dan ketertiban masyarakat, tertib dan tegaknya hukum, serta terselenggaranya perlindungan, pengayoman dan pelayanan kepada masyarakat.136

Apabila dilihat uraian tersebut di atas maka tidak perlu dipertanyakan dan dipersoalkan lagi apa yang dinamakan ketertiban masyarakat secara nyata yang sama-sama kita alami, sehingga dalam penjelasan dari Undang-Undang Nomor 2 Tahun 2002 ini tertulis cukup jelas sehingga tidak perlu mendapat penjelasan lagi.137 Namun apakah istilah tersebut juga sama dan berlaku di dunia siber? Perubahan dan pengembangan pemahaman seharusnya harus sudah dijabarkan di dalam penjelasan Undang-Undang tersebut supaya diperoleh kesamaan persepsi tentang dunia siber.

Di dalam bab III Undang-Undang pokok Polri yang menyatakan tugas dan wewenang Polri belum dimasukkan hal-hal yang mengatur tentang kehidupan dunia siber. Pasal 14 ayat (1) huruf a dijelaskan bahwa:138 Kepolisian Negara Republik Indonesia bertugas melaksanakan pengaturan, penjagaan, pengawalan dan patroli terhadap kegiatan masyarakat dan pemerintah sesuai dengan kebutuhan. Ini memerlukan perluasan pemahaman

136

Lihat Pasal 1 angka 6 Undang-Undang Nomor 2 Tahun 2002.

137

George L. Kelling dan Catherine M. Coles dalam bukunya Fixing Broken Windows, 1996, menjelaskan definisi dari ketertiban, yaitu: kesopanan, sikap lembut sesuai dengan adat dan perilaku kehidupan masyarakat.

138

dan tindakan dengan menambahkan tindakan yang dilakukan Polri dalam menghadapi perilaku masyarakat di dunia siber.

Patroli adalah suatu bentuk kegiatan bergerak dari suatu tempat ke tempat tertentu yang dilakukan oleh anggota Samapta Polri guna mencegah terjadinya suatu tindak kriminal, memberikan rasa aman, perlindungan dan pengayoman kepada masyarakat.139 Di dalam ketentuan umum dijelaskan jenis-jenis patroli, yaitu Patroli Jalan Kaki, Bersepeda, Bermotor, Berkuda, Satwa Anjing, Perairan dan Patroli Multifungsi. Patroli ini bertujuan untuk:140

a. Penampakan kesiapsiagaan dan kehadiran Polri di tengah-tengah masyarakat.

b. Pencegahan bertemunya niat dan kesempatan yang memungkinkan timbulnya kriminalitas.

c. Pencegahan terjadinya gangguan kamtibmas.

d. Pemberian rasa aman, perlindungan dan pengayoman masyarakat. e. Diperolehnya informasi tentang kemungkinan timbulnya gangguan

kamtibmas.

f. Pembatasan gerak provokator dan separatis di tengah-tengah masyarakat.

139

Lihat Lampiran Keputusan Kapolri No.Pol: SKEP/249/IV/2004 tanggal 21 April 2004 tentang Buku Petunjuk Kegiatan Patroli.

140

2. Struktur Organisasi

Struktur Organisasi Polri mengacu kepada Keputusan Presiden Republik Indonesia Nomor: 70 Tahun 2002 tentang Organisasi dan Tata Kerja Kepolisian Negara Republik Indonesia yang dijabarkan dengan Keputusan Kapolri No.Pol: KEP/54/X/2002, tanggal 17 Oktober 2002, tentang Organisasi dan Tata Kerja Satuan-Satuan Organisasi pada Tingkat Kepolisian Republik Indonesia. Dalam Surat Keputusan Kapolri ini dijabarkan struktur organisasi dan tata kerja masing-masing satuan mulai dari Mabes Polri sampai kepada kesatuan yang terkecil yaitu polsek.

Kepolisian Daerah Republik Indonesia, disingkat Polda, adalah badan pelaksana utama Polri pada tingkat kewilayahan yang berkedudukan dibawah Kapolri yang bertugas menyelenggarakan tugas pokok Polri dalam pemeliharaan keamanan dan ketertiban masyarakat, penegakkan hukum dan pemberian perlindungan, pengayoman dan pelayanan masyarakat serta tugas- tugas Polri lain dalam daerah hukumnya, sesuai ketentuan hukum dan peraturan/kebijakan yang berlaku dalam organisasi Polri.141 Susunan Organisasi Polda terdiri dari:142

a. Unsur Pimpinan. 1) Kapolda.

141

Lampiran “B” Keputusan Kapolri No.Pol: KEP/54/X/2002, tanggal 17 Oktober 2002, tentang Organisasi dan Tata Kerja Satuan-Satuan Organisasi pada Tingkat Kepolisian Republik Indonesia tingkat Polda hlm. 9.

142

2) Wakapolda.

b. Unsur Pembantu Pimpinan dan Pelaksana Staf.

1) Inspektorat Pengawasan Umum Daerah (Itwasda).

2) Biro Perencanaan umum dan Pengembangan (Rorenbang). 3) Biro Operasi (Roops).

4) Biro Pembinaan Kemitraan (Robinamitra). 5) Biro Personalia (Ropers).

6) Biro Logistik (Rolog).

c. Unsur Pelaksana Staf Khusus/Pendidikan dan Pelayanan. 1) Bidang Hubungan Masyarakat (Bidhumas).

2) Bidang Pembinaan Hukum (Bidbinkum).

3) Bidang Pertanggung jawaban Profesi dan Pengamanan Internal (Bidpropam).

4) Bidang Telekomunikasi dan Informatika (Bidtelematika). 5) Bidang Kedokteran dan Kesehatan (Biddokkes).

6) Bidang Keuangan (Bidku). 7) Sekolah Polisi Negara (SPN). 8) Sektretariat Umum (Setum). 9) Detasemen Markas (Denma). d. Unsur Pelaksana Utama.

2) Direktorat Reserse Kriminal (Ditreskrim). 3) Direktorat Samapta (Ditsamapta).

4) Direktorat Lalu Lintas (Ditlantas).

5) Direktorat Kepolisian Perairan (Ditpolair). 6) Satuan Brigade Mobil (Satbrimob).

e. Unsur Pembantu Pimpinan dan Pelaksana Staf Kewilayahan (Polres). Di tingkat Polda, unsur yang menangani kegiatan dunia siber adalah Bidang Telematika yang berada dibawah Kapolda yang bertugas menyelenggarakan pembinaan telekomunikasi, pengumpulan dan pengolahan data serta penyajian informasi termasuk informasi kriminal dan pelayanan multimedia.143 Peralatan yang dimiliki Bidtelematika Polda Sumut adalah : sebuah komputer personal, mesin faximili, base station handy talky da peralatan meubelair.144 Dengan bantuan peralatan hanya sebuah personal komputer yang sama sekali tidak terhubung dengan internet, bidtelematika tidak akan dapat bekerja maksimal dalam menangani kasus kejahatan hacking terhadap bank.

143

Ibid, hlm. 38. menyebutkan bahwa dalam melaksanakan tugas bidtelematika

menyelenggarakan fungsi :

a. Pembinaan fungsi telematika dalam lingkungan Polda.

b. Pembangunan/pembinaan/pemeliharaan jaringan dan pelayanan telekomunikasi.

c. Pembinaan dan penyelengaraan sistem informatika yang meliputi sentralisasi pengumpulan

dan pengolahan data, analisa dan evaluasi serta penyajian informasi termasuk pelayanan multimedia.

d. Pembinaan dan penyelenggaraan pusat sistem informasi kriminal yang meliputi penyiapan dan

penyajian data/statistik kriminal.

e. Pemberian bimbingan dan bantuan teknis dan komputer forensik kepada satuan-satuan

organisasi dalam lingkungan Mapolda.

144

Dalam penanganan tindak pidana yang terjadi di tingkat Polda ditangani oleh Direktorat Reserse Kriminal yang bertanggung jawab langsung kepada Kapolda. Ditreskrim bertugas membina fungsi dan menyelenggarakan kegiatan- kegitatan penyelidikan dan penyidikan tindak pidana, termasuk fungsi identifikasi dan fungsi laboratorium forensik lapangan, dalam rangka penegakkan hukum, koordinasi dan pengawasan operasional dan administrasi penyidikan PPNS sesuai ketentuan hukum dan peraturan yang berlaku.145 Susunan organisasi Direktorat Reserse Kriminal terdiri dari:146

a. Sub bagian Perencanaan dan Administrasi (Subbagrenmin). b. Bagian Analis (Baganalis).

c. Seksi Koordinasi dan Pengawasan Penyidik Pegawai Negeri Sipil (Sikorwas PPNS).

d. Seksi Identifikasi (Siident). e. Satuan Operasional (Satopsnal).

Selaku bagian yang berwenang dalam penyidikan tindak pidana yang terjadi di jajaran Polda, Direktorat Reserse Kriminal belum mempunyai unit khusus dalam penanganan tindak pidana kejahatan hacking. Penyidikan yang dilaporkan hanya ditangani oleh satuan operasional yang tidak memiliki spesifikasi khusus dalam bidang cybercrime.

145

Ibid, hlm. 51.

146

Di tingkat Polres, struktur organisasi juga mengacu kepada Keputusan Kapolri No.Pol: KEP/54/X/2002, tanggal 17 Oktober 2002, tentang Organisasi dan Tata Kerja Satuan-Satuan Organisasi pada Tingkat Kepolisian Republik Indonesia. Polres bertugas menyelenggarakan tugas pokok Polri dalam pemeliharaan keamanan dan ketertiban masyarakat, penegakkan hukum dan pemberian perlindungan, pengayoman dan pelayanan kepada masyarakat serta tugas-tugas Polri lain dalam wilayah hukumnya, sesuai ketentuan hukum dan peraturan/kebijakan yang berlaku dalam organisasi Polri.147 Susunan Organisasi Polres terdiri dari:148

a. Unsur Pimpinan. 1) Kapolres. 2) Wakapolres.

b. Unsur Pembantu Pimpinan dan Pelaksana Staf.

1) Urusan Telematika dan Informatika (Urtelematika).

2) Unit Pelayanan Pengaduan dan Penegakkan Disiplin (P3D). 3) Tata Usaha dan Urusan Dalam (Taud).

c. Unsur Pelaksana Utama.

1) Sentra Pelayanan Kepolisian (SPK). 2) Satuan Intelijen Keamanan (Satintelkam).

147

Lampiran “C” Keputusan Kapolri No.Pol: KEP/54/X/2002, tanggal 17 Oktober 2002, tentang Organisasi dan Tata Kerja Satuan-Satuan Organisasi pada Tingkat Kepolisian Republik Indonesia tingkat Polres hlm. 9.

148

3) Satuan Reserse Kriminal (Satreskrim). 4) Satuan Samapta (Satsamapta).

5) Satuan Lalu Lintas (Satlantas).

d. Unsur Pembantu Pimpinan dan Pelaksana Staf Kewilayahan (Polsek). Di tingkat Polres, unsur yang menangani kegiatan dunia siber adalah Urusan Telematika yang berada dibawah Kapolres yang bertugas menyelenggarakan pelayanan telekomunikasi, pengumpulan dan pengolahan data serta penyajian informasi termasuk informasi kriminal dan pelayanan multimedia. Dalam penanganan tindak pidana yang terjadi di tingkat Polres ditangani oleh Satuan Reserse Kriminal yang bertanggung jawab langsung kepada Kapolres. Satreskrim bertugas menyelenggarakan/membina fungsi penyelidikan dan penyidikan tindak pidana, dengan memberikan pelayanan/perlindungan khusus kepada korban/pelaku, remaja, anak dan wanita, serta menyelenggarakan fungsi identifikasi, baik untuk kepentingan penyidikan maupun pelayanan umum dan menyelenggarakan koordinasi dan pengawasan operasional dan administrasi penyidikan PPNS, sesuai degnan ketentuan hukum dan Perundang-Undangan.149 Susunan organisasi Satuan Reserse Kriminal terdiri dari Urusan Administrasi dan Ketatausahaan serta sejumlah unit.

Selaku bagian yang berwenang dalam penyidikan tindak pidana yang terjadi di jajaran Polres, Satuan Reserse Kriminal belum mempunyai unit khusus dalam penanganan tindak pidana kejahatan hacking. Penyidikan yang dilaporkan

149

hanya ditangani oleh unit yang tidak memiliki spesifikasi khusus dalam bidang cybercrime.

3. Fungsional

Kegiatan kepolisian di dalam menangani perilaku sosial masyarakat selalu melakukan tingkatan tindakan, yaitu mulai tindakan pre-emtif, preventif dan represif. Eskalasi tindakan tersebut sudah ditentukan fungsi-fungsi kepolisian yang menanganinya.150 Tindakan pre-emtif diemban oleh fungsi intelijen, tindakan preventif diemban oleh fungsi samapta, binamitra, lalulintas dan tindakan represif diemban oleh fungsi penegakkan hukum yaitu fungsi reserse kriminal dan reserse narkoba.

Penanganan masalah cybercrime saat ini masih difokuskan pada penegakkan hukum saja, sehingga masih fungsi reserse kriminal yang menangani masalah cybercrime. Penanganan di fungsi reserse juga hanya terbatas pada satuan kerja Mabes Polri saja, apabila Polda menemukan kejadian kejahatan yang berhubungan dengan komputer, maka harus meminta bantuan dari personel Mabes Polri. Penanganan masalah cybercrime dengan menggunakan sarana non penal yaitu dengan mengedepankan fungsi kemitraan dengan masyarakat dan fungsi samapta masih terabaikan.

150

Momo Kelana, Memahami Undang - Undang Kepolisian, (Jakarta : PTIK “Press”, 2002), hlm. 77.

Fungsi intelijen, merupakan bagian yang sangat menentukan bagi keberhasilan tugas-tugas kepolisian, sebab organ intelijen berfungsi menyediakan bahan-bahan keterangan yang diperlukan satuannya untuk early warning dan early detection.151 Intelijen adalah kegiatan di samping mencari data dan informasi, juga harus mampu memprediksi atau membuat perkiraan mengenai kejadian dan kegiatan yang mungkin akan dihadapi atau terjadi di masa mendatang.152

Hasil operasional intelijen adalah produk intelijen, yaitu informasi, data dan laporan tertulis, yang disampaikan oleh pelaksana intelijen kepada pimpinan. Begitu pentingnya produk intelijen sehingga dikatakan bahwa produk intelijen adalah tahapan atau bagian dari operasional intelijen. Namun semua proses olahan produk intelijen saat ini masih bersifat paperless sehingga komputer hanya dipakai seperti mesin tik elektronik saja, belum dimanfaatkan untuk kepentingan pemantauan kegiatan dunia siber.

Fungsi binamitra dengan mengedepankan program perpolisian masyarakat belum menyentuh ke aspek kehidupan dunia siber. Program Perpolisian Masyarakat masih dalam tahap awal yaitu pembentukan dan proses meyakinkan kepada masyarakat, sedangkan masyarakat tersebut melaksanakan program Perpolisian Masyarakat tersebut belum terbentuk secara mendalam di kehidupan

151

Y. Wahyu Saronto dan Jasir Karwita, Intelijen, (Jakarta:PT Ekalaya Saputra, 2001), hlm. 1.

152

Ibid, hlm. 19. Teori dasar intelijen berkisar pada teori penyelidikan, pengamanan dan

penggalangan. Oleh sebab itu negara-negara maju dalam rangka efesiensi dan efektifitas telah merubah image intelijen dengan juga memanfaatkan proses intelijen pada berbagai lahan organisasi bisnis dengan methoda simbiosis mutualisme.

bermasyarakat. Polmas adalah sebuah filosofi, strategi operasional dan organisasional yang mendorong terciptanya suatu kemitraan baru antara masyarakat dengan polisi dalam memecahkan masalah dan tindakan-tindakan proaktif sebagai landasan terciptanya kemitraan. Filosofi polmas berangkat pada keyakinan bahwa tantangan-tantangan yang sedang dihadapi dimasa kini menuntut polisi memberikan pelayanan secara penuh, proaktif maupun reaktif.153

Sebagai suatu strategi, polmas berarti model perpolisian yang menekankan kemitraan sejajar antara petugas polmas dengan masyarakat lokal. Kemitraan ini penting dalam menyelesaikan dan mengatasi setiap permasalahan sosial yang mengancam keamanan, ketertiban dan ketentraman masyarakat. Pada akhirnya kemitraan ini dapat mengurangi kejahatan, rasa ketakutan akan terjadi kejahatan dan meningkatkan kualitas hidup warga setempat. Sebenarnya polmas sejalan dengan nilai-nilai yang terkandung dalam konsep sistem keamanan swakarsa (siskam swakarsa – sistem keamanan yang muncul dari inisiatif warga). Konsep ini kemudian disesuaikan dengan trend perpolisian dalam masyarakat madani masa kini. Dengan demikian konsep tersebut tidak semata-mata merupakan penjiplakan dari konsep umum polmas.

Tujuan penerapan polmas adalah terwujudnya kerjasama polisi dan masyarakat lokal untuk menanggulangi kejahatan dan ketidak tertiban sosial dalam rangka menciptakan ketentraman umum dalam kehidupan masyarakat

153

Kepolisian Negara Republik Indonesia, Buku Pedoman Pelatihan Perpolisian Masyarakat, (Jakarta : Polri, 2006), hlm. 9.

setempat. Menanggulangi kejahatan dan ketidaktertiban sosial mengandung makna bukan hanya mencegah timbulnya tetapi juga mencari jalan keluar pemecahan permasalahan yang dapat menimbulkan gangguan terhadap keamanan dan ketertiban yang bersumber dari komunitas itu sendiri serta dalam batas-batas tertentu mengambil tindakan pertama jika terjadi kejahatan atau bahkan menyelesaikan pertikaian antar warga sehingga tidak memerlukan penanganan melalui proses formal dalam sistem peradilan pidana. Kerjasama polisi dan masyarakat mengandung makna bukan sekedar bersama dalam operasional penanggulangan kejahatan dan ketidaktertiban sosial tetapi juga meliputi mekanisme kemitraan yang mencakup keseluruhan proses manajemen mulai dari perencanaan sampai pengawasan/pengendalian dan analisis/evaluasi atas pelaksanaannya.154

Fungsi kesamaptaan, saat ini hanya difokuskan untuk menghindari terjadinya kejahatan dengan menghilangkan kesempatan berbuat jahat melalui metode patroli. Ada beberapa pengertian tentang patroli, antara lain: Patroli Polisi sering diartikan sebagai polisi yang melaksanakan patroli. Atau perondaan yang dilakukan oleh Polisi atau Tentara.155 Sementara itu Markas Besar Kepolisian Negara Republik Indonesia membuat pengertian tentang patroli sebagai beriku:

154

Lampiran Surat Keputusan Kapolri No.Pol:SKEP/737/X/2005, tanggal 13 Oktober 2005 tentang Kebijakan dan Strategi Penerapan Model Perpolisian Masyarakat dalam penyelenggaraan tugas Polri, hlm. 18.

155

Christina Ruse, Oxford Student’s Dictionary (1990), hlm. 459. menyebutkan bahwa patroli adalah: Patrol to go around (palace) to see that all is well, to look out for people doing wrong, in need

Patroli adalah salah satu kegiatan kepolisian yang dilakukan oleh dua personel atau lebih dari prajurit Polri sebagai upaya mencegah bertemunya niat dan kesempatan dengan cara mendatangi, menjelajahi, mengamati, mengawasi, memperhatikan, situasi dan kondisi yang diperkirakan akan menimbulkan segala bentuk gangguan kamtibmas (baik kejahatan maupun pelanggaran) serta menuntut kehadiran Polri untuk melakukan tindakan-tindakan kepolisian guna memelihara ketertiban dan keamanan masyarakat.156

Tugas pokok patroli polisi antara lain :157

a. Mencegah bertemunya faktor niat dan kesempatan berbuat jahat. b. Memelihara dan meningkatkan tertib dan kepatuhan hukum masyarakt

serta membina ketentraman masyarakat.

c. Menjaga keselamatan orang, harta benda, hak asasi dan termasuk memberi perlindungan dan pertolongan.

d. Memelihara ketertiban, keteraturan dan keamanan umum.

e. Memberikan pelayanan masyarakat, menerima laporan dan pengaduan.

f. Melakukan tindakan pertama terhadap peristiwa pidana tertangkap tangan, tipiring, tindakan hukum lainnya atas perintah kasatwil, menangani kecelakaan lalu-lintas atau kecelakaan lainnya atau

156

Petunjuk Pelaksanaan Kapolri No.Pol: Juklak/35/V/1989, tanggal 26 Mei 1989, tentang Patroli Polisi.

157

pelanggaran hukum lalu-lintas, menangani musibah khususnya bencana alam.

g. Melakukan pengawasan dan tindakan pertama di TKP untuk kepentingan penyidikan.

h. Memberikan penerangan/penyuluhan pada masyarakat guna merangsang partisipasi masyarakat dalam berkamtibmas.

i. Mencatat, mengumpulkan data dan informasi tentang apa yang dilihat, apa yang disaksikan dan apa yang dialami kemudian melaporkannya ke kesatuan tempat bertugas dalam bentuk laporan patroli, laporan polisi serta wajib membuat berita acara atas tindakan-tindakan yang telah dilakukan di TKP.

Dari tugas-tugas pokok patroli polisi di atas sama sekali tidak disentuh ataupun disebutkan masalah kegiatan di dunia siber. Tugas pokok di atas hanya diperuntukkan pada kegiatan di dunia nyata saja.

Bentuk patroli yang selama ini dikenal oleh seorang polisi antara lain patroli berjalan kaki, patroli bersepeda, patroli bermotor, patroli berkuda, patroli dengan kapal laut, patroli dengan pesawat terbang. Bila dilihat dari daerah yang dipatroli, bentuk patroli dapat dibagi menjadi patroli wilayah tertentu, patroli jalan tertentu, patroli obyek tertentu.158 Munculnya kehidupan masyarakat di dunia siber membuat organisasi Polri harus sudah memikirkan teknik dan cara berpatroli didunia siber (cyber patrol).

158

Fungsi reserse kriminal, melakukan kegiatan represif yang meliputi penyelidikan, penindakan, pemeriksaan serta penyelesaian dan penyerahan berkas perkara kepada Jaksa Penuntut Umum sebagai upaya penegakkan hukum yang dilakukan oleh Polri, kegiatan tersebut kemudian dikenal sebagai pelaksanaan penyidikan tindak pidana, yang pada hakekatnya merupakan suatu upaya penegakkan hukum yang bersifat pembatasan/pengekangan hak azasi sekarang dalam rangka kepentingan individu dan kepentingan umum guna terpeliharanya keamanan dan ketertiban masyarakat.159 Tugas pokok fungsi reserse kriminal adalah melaksanakan penyidikan tindak pidana, dimana dalam pelaksanaanya berpedoman kepada Petunjuk Pelaksanaan Kapolri No.Pol:JUKLAK/04/II/1982 tanggal 18 Pebruari 1982 tentang proses penyidikan tindak pidana.160 Kegiatan fungsi reserse kriminal masih belum diaktifkan untuk penyelidikan dan penyidikan kasus-kasus cybercrime. Dalam bahan ajaran yang diberikan kepada siswa/taruna polisi masih bahan ajaran yang menyangkut dengan fungsi dan pelaksanaan penyelidikan dan penyidikan di dunia nyata saja.161

159

Pieter Yacob Sihasale, Diktat Fungsi Tehnis Reserse (Semarang : Departemen Profesi Akpol), hlm. 7.

160

Ibid. hlm. 8.

161

Ibid, Dalam diktat fungsi teknis reserse Akademi Kepolisian disebutkan bahwa faktor-faktor

yang menentukan keberhasilan penyidikan hanya disebutkan faktor-faktor yang ada di dunia nyata, antara lain : faktor manusia (formal, fisik, mental dan kemampuan), faktor dana, faktor sarana dan faktor metoda.

4. Sarana dan Prasarana

Membicarakan sarana dan prasarana tidak terlepas dari anggaran yang diperoleh kesatuan tersebut. Sarana dan prasarana yang dimiliki Polri untuk menangani kehidupan dunia siber hanya ada di unit cybercrime Bareskrim Mabes Polri, sedangkan di seluruh Polda jajaran masih belum mempunyai sarana dan prasarana yang digunakan untuk menangani kehidupan dunia siber. Sarana dan prasarana yang dimiliki Polri sangat berhubungan dengan anggaran yang diterima oleh Polri dari Pemerintah.162

Dalam salah satu program Polri yang membahas masalah sarana dan prasarana adalah program penerapan kepemerintahan yang baik. Dalam rincian

Dokumen terkait