• Tidak ada hasil yang ditemukan

Peran Motivasi dalam Proses Pembelajaran 1 Peran Motivas

Dalam dokumen BELAJAR dan PEMBELAJARAN (Halaman 147-151)

MOTIVASI DALAM PEMBELAJARAN

7.2 Peran Motivasi dalam Proses Pembelajaran 1 Peran Motivas

Motivasi belajar merupakan unsur yang penting dalam proses pembelajaran. Ada atau tidaknya motivasi belajar dalam diri siswa akan menentukan apakah siswa akan terlibat secara aktif dalam proses pembelajaran atau bersikap pasif dan tidak peduli. Tentu saja kedua kondisi yang berbeda ini akan menghasilkan hasil belajar yang berbeda pula.

Di dalam ruang kelas guru dihadapkan dengan berbagai macam siswa. Guru terkadang merasa sulit untuk dapat memotivasi siswa, disebabkan berbagai hambatan seperti: keterbatasan waktu, kebutuhan emosional setiap siswa yang perlu diperhatikan guru, tuntutan kualitas hasil kerja dari pimpinan (kepala sekolah) dan orang tua.

Guru sering merasa harus berpacu dengan waktu untuk dapat menyelesaikan semua materi dalam silabus atau kurikulum yang digunakan, dengan akibat perhatian kepada siswa menjadi terbatas. Keinginan dan kesempatan untuk mengenal siswa secara pribadi menjadi berkurang. Sudah

menjadi pendapat umum, bahwa kurikulum yang diberlakukan di pendidikan dasar dan menengah sangat padat dan berat untuk diselesaikan oleh siswa dan guru, tetapi guru merasa tidak menyelesaikan tugasnya dengan baik apabila tidak menyelesaikan kurikulum.

Berbagai kondisi tersebut menjadi sumber stres bagi guru sehingga tidak dapat melaksanakan fungsinya sebagai motivator bagi siswa. etapi guru perlu memahami bahwa apapun yang dilakukan di ruang kelas mempunyai pengaruh, baik positif maupun negatif, terhadap motivasi siswa. Cara guru menyajikan pelajaran, bagaimana kegiatan belajar dikelola di kelas, cara guru berinteraksi dengan siswa, apakah guru memberi kesempatan siswa untuk lebih mandiri, dan kesempatan untuk bekerja sendiri atau dalam kelompok, itu semua akan mempengaruhi motivasi siswa. Supaya proses belajar efektif diperlukan tingkat motivasi yang cukup kuat. Motivasi menunjukkan suatu keadaan bertenaga dalam diri siswa yang mengarahkan perilaku siswa untuk mencapai suatu tujuan, dengan kekuatan yang sebanding dengan kekuatan motivasi siswa. Intensitas motivasi yang terlalu rendah, memadai atau terlalu kuat akan mempengaruhi intensitas usaha. Apabila terlalu rendah maka usaha menjadi minimal, siswa bersikap apatis, tidak acuh dan tidak bertanggung jawab. Perhatian dan konsentrasinya mudah terganggu oleh faktor dari luar. Pada tingkat yang memadai, perilaku siswa akan ditandai dengan arch kegiatan yang jelas dan fleksibilitas cara yang digunakan untuk mencapai tujuan. Kondisi ini membantu belajar yang maksimal. Sedangkan motivasi yang terlalu kuat menghasilkan pula ketegangan (rangsangan, stres) dalam diri siswa yang tinggi yang terkadang justru menghambat usaha dalam belajar. Ketegangan ini muncul sebagai dampak rasa takut gagal yang dapat menimbulkan sikap siswa yang tidak fleksibel dalam proses pembelajaran. Saat menghadapi ujian dapat terjadi siswa mengalami ketegangan yang tinggi, sehingga tiba-tiba lupa terhadap apa yang telah dipelajari. Hubungan antara intensitas ketegangan dengan kinerja dapat dilihat pada ketegangan

G a m b a r 7 . 1 Hubungan antara Intensitas Ketegangan dengan Kinerja Pada Gambar 1.1 sumbu x menunjukkan tingkat ketegangan yang berkaitan dengan motivasi, dan sumbu y menunjukkan tingkat kinerja. Dari gambar tersebut terlihat bahwa hubungan antara ketegangan dan kinerja bukan linier tetapi curvilinier. Pada tingkat ketegangan medium, kinerja mencapai tingkat optimal. Tetapi, semakin intens atau tinggi ketegangan, semakin menurun kinerja. Apabila motivasi terlalu kuat, kendah dan pengamatan diri pada siswa menjadi tidak efektif sehingga usaha belajarnya menjadi terganggu (Hebb, 1955).

7.2.2 Peran Guru Dalam Memotivasi Siswa

Usaha membantu siswa menggunakan seluruh potensinya untuk mencapai aktualisasi diri yang maksimal merupakan tugas dan tanggung jawab utama guru. Ketika berada di ruang kelas guru memegang peranan kunci dalam memotivasi siswa. Guru diharapkan dapat mengarahkan siswa untuk mencapai tujuan yang diharapkan dengan memperhatikan motif/tujuan pribadi siswa. Ini berarti guru dapat memberikan dukungan/bantuan moral bagi siswa yang merasa putus asa karena tuntutan dan hasil belajar yang mengecewakan. Ketika melihat siswa yang bosan, guru harus melaksanakan pembelajaran yang bervariasi, dan dapat pula memberikan tantangan barn kepada siswa yang kelebihan energi. Guru harus dapat membuat keseimbangan antara materi pelajaran yang mudah dan yang sulit agar siswa tidak menjadi bosan atau frustrasi; dan hal ini dilakukan sekaligus terhadap 30 siswa atau lebih

dalam kelas. Jelas bukan merupakan pekerjaan mudah. Tugas guru dalam hal ini perlu dilakukan secara profesional, menggunakan segala pengetahuan, kepribadian dan keterampilan profesional untuk "memmpengaruhi" dan mengarahkan siswa.

Melalui kegiatan pembelajaran guru dapat membantu siswa niengembangkan kemandirian dan kepercayaan diri, kemampuan akademis dan rasa antusias untuk mengerjakan tugas-tugas selanjutnya, dalam suasana kelas yang memberi rasa aman kepada siswa. Untuk itu guru perlu mengenal tingkat kemampuan, minat dan latar belakang pengalaman siswa. Kemudian secara bertahap memberikan tugas atau latihan yang akan memberikan pengalaman keberhasilan kepada siswa sehingga mereka merasa mampu berhasil dalam tugas pelajaran.

Mengingat variasi latar belakang siswa, pendekatan ini tentunya merupakan pendekatan individual, yang akan menuntut tenaga dan perhatian guru yang tidak sedikit, tetapi hasilnya dapat lebih dipertanggungjawabkan dan berdampak jangka panjang dalam kehidupan siswa. Guru memang harus pertimbangkan dan menentukan apakah tugas guru/sekolah semata-mata untuk membuat siswa menghafal pengetahuan atau terampil melakukan sesuatu, ataukah lebih jauh lagi yaitu untuk menjadikan siswa sebagai pribadi yang percaya diri dan mampu mengembangkan diri lebih lanjut. Penekanan yang terfokus pada hasil belajar, atau nilai yang diperoleh siswa. Mau kemampuan akademis semata, dapat berakibat negatif pada pengembangan diri secara total dan utuh.

7.2.3 Faktor-Faktor Yang Berpengaruh Terhadap Motivasi Belajar

Pada bagian ini akan dibahas berbagai faktor yang mempengaruhi motivasi. Kerangka terori yang digunakan dalam menjelaskan faktor- faktor lersebut adalah teori "kebutuhan" menurut Maslow, kebutuhan untuk berprestasi (need for achievement), teori atribusi (attribution theory), dan model ARCS menurut Keller.

Dalam dokumen BELAJAR dan PEMBELAJARAN (Halaman 147-151)