• Tidak ada hasil yang ditemukan

TINJAUAN TEORITIS

A. Peran Orang Tua

2. Peran Orang Tua dalam Keluarga

Kata peran sering dikaitkan dengan seorang aktor dalam suatu drama. Kata peran dalam kamus Oxford Dictionary diartikan dengan Actor’s part, One’s Task

Of Function yang berarti aktor, tugas seorang atau fungsi. Istilah peran dalam

Kamus Besar Bahasa Indonesia, mempunyai arti pemain sandiwara (film) perangkat tingkah laku yang diharapkan dimiliki oleh orang yang berkedudukan di masyarakat.15 Sedangkan menurut Soerjono Soekanto Peran merupakan aspek dinamis kedudukan (status), apabila seseorang melaksanakan hak dan kewajibannya sesuai dengan kedudukannya, maka ia menjalankan suatu peranan.16 Kata peran yang dimaksud dalam penelitian ini adalah tugas utama atau kewajiban yang harus dilaksanakan oleh orang tua kepada anaknya. Peranan mencakup tiga hal besar yaitu:

a. Peran meliputi norma-norma yang diungkapkan dengan posisi atau tempat seseorang dalam masyarakat. Peranan dalam arti ini merupakan rangkaian peraturan-peraturan yang membimbing seseorang dalam kehidupan masyarakat.

14 Imran Siswadi, op. cit., h, 232.

15

Marcelino Sumolang, “Peranan Internet Terhadap Generasi Muda Di Desa Tounelet Kecamatan Langowan Barat”. Jurnal, Vo.2 No. 4 (2013).

16 Soerjono Soekanto, Sosiologi Suatu Pengantar (Jakarta: PT. Raja Grafindo Persada, 2009), h. 212-213.

17

b. Peran adalah suatu konsep perihal apa yang dapat dilakukan oleh individu masyarakat sebagai individu.

c. Peran juga dapat dikatakan sebagai perilaku individu yang penting sebagai struktur sosial masyarakat.17

Orang tua yaitu ibu dan ayah memegang peranan yang sangat penting dan amat berpengaruh atas pendidikan anak-anaknya. Di dalam keluarga ibu dan ayah berperan sebagai pendidik, pelindung, pengasuh, dan pemberi contoh. Menurut Jhonson di dalam keluarga ayah berperan sebagai pencari nafkah, pendidik, pelindung dan pemberi rasa aman, serta sebagai kepala keluarga. Sedangkan ibu berperan sebagai pengurus rumah tangga, pelindung, pengasuh, dan mendidik anak-anaknya.

Pendidikan ibu adalah sosok terdepan dalam keluarga yang turun langsung mendidik anak-anaknya. Apalagi di era globalisasi seperti sekarang ini banyaknya dampak negatif dari kemajuan teknologi yang menjangkit anak bangsa. Pendidikan seorang ibu terhadap anakn merupakan pendidikan dasar yang tidak dapat diabaikan, meskipun sosok ayah tetap menjadi teladan utama di rumah.18

Tugas ayah adalah memenuhi kebutuhan materi berupa makanan, pakaian dan fasilitas lainnya. Sebagai kepala keluarga ayah harus mempersiapkan segala kebutuhan keluarga. Selain itu ayah juga dituntut agar aktif dalam membina perkembangan dalam pendidikan pada anak.

Menurut Harjati menjelaskan bahwa peran orang tua dalam keluarga terdiri dari:

17 Ibid., h, 214

18 Marliana, “Penguatan Peran Ibu Dalam Pendidikan Anak”, Jurnal Islam Al I‟tibar Vol.2 No.1 (Agustus 2017),h.36.

a. Peran sebagai pendidik, orang tua perlu menanamkan kepada anak-anak arti penting pendidikan dan ilmu pengetahuan yang mereka dapatkan dari sekolah.

b. Peran sebagai pendorong, sebagai anak yang sedang menghadapi masa peralihan, anak membutuhkan dorongan orang tua untuk menumbuhkan keberanian dan rasa percaya diri dalam menghadapi masalah.

c. Peran sebagai panutan, orang tua perlu memberikan contoh dan teladan bagi anak, baik dalam berkata jujur maupun dalam menjalankan kehidupan sehari-hari dan bermasyarakat.

d. Peran sebagai teman, menghadapi anak yang sedang menghadapi masa peralihan, orang tua lebih sabar dan mengerti tentang perubahan anak. Orang tua dapat menjadi informasi, teman bicara atau teman bertukar pikiran tentang kesulitan atau masalah anak, sehingga anak merasa nyaman dan terlindungi.

e. Peran sebagai pengawas, kewajiban orang tua adalah melihat dan mengawasi sikap dan perilaku agar anak tidak keluar jauh dari jati dirinya, terutama dari pengaruh lingkungan baik dari lingkungan keluarga, sekolah dan masyarakat.

f. Peran sebagai konselor, orang tua dapat memberikan gambaran dan pertimbangan nilai positif dan negatif sehingga anak mampu mengambil keputusan yang terbaik.19

B. Peran Guru Pendidikan Agama Islam

Guru memiliki tugas yang beragam dalam berimplementasi dalam bentuk pengabdian. Tugas tersebut meliputi bidang profesi, bidang kemanusiaan dan bidang kemasyarakatan. Tugas guru sebagai profesi meliputi mendidik, mengajar dan melatih. Mendidik berarti meneruskan dan mengembangkan nilai-nilai hidup dan kehidupan. Mengajar berarti meneruskan dan mengembangkan ilmu pengetahuan dan teknologi sedangkan melatih berarti mengembangkan keterampilan-keterampilan pada peserta didik.

19 Harjati, Peran Orang Tua Dalam kepribadian Anak, (Jakarta: Permata Pustaka, 2013), h, 45-48

19

Tugas guru dalam bidang kemanusiaan adalah memposisikan dirinya sebagai orang tua kedua. Dimana ia harus menarik simpati dan menjadi panutan para peserta didiknya. Adapun yang diberikan atau disampaikan guru hendaklah dapat memotivasi hidupnya terutama dalam belajar. Bila seorang guru berlaku kurang menarik, maka kegagalan awal akan tertanam dalam diri siswa. Guru adalah posisi yang strategis bagi pemberdayaan dan pembelajaran suatu bangsa yang tidak mungkin digantikan oleh unsure maupun dalam kehidupan sebuah bangsa sejak dahulu semakin signifikannya keberadaan guru melaksanakan peran dan tugasnya semakin terjamin terciptanya kehandalan dan terbinanya kesiapan seseorang. Dengan kata lain potret manusia yang akan datang tercermin dari potret guru dimasa sekarang dan gerak maju dinamika kehidupan sangat bergantung dari “citra” guru ditengah-tengah masyarakat. Beberapa peran seorang guru adalah sebagai berikut:

1. Pengertian Guru Pendidikan Agama Islam

Secara umum (universal) guru berperan sebagai pendidik (educator) dan pengajar (instructor). Peran guru sebagai pendidik (educator), yaitu guru harus bisa mendidik peserta didiknya dengan ilmu pengetahuan (knowledge) dan juga mampu mendidik sesuai dengan nilai-nilai (values) positif. mendidik di sini di artikan lebih konfrehensif, sebagai usaha untuk mendidik peserta didik secara utuh dan menyeluruh (holistic), baik aspek pengetahuan (kognitif), keterampilan

(psikomotorik), maupun sikap (afektif) agar tumbuh sebagai manusia-manusia yang berkepribadian dan berdedikasi tinggi .20

Guru Pendiikan Agama Islam adalah seorang yang mendidik peserta didik sesuai dengan profesinya sebagai guru Pendidikan Agama Islam yaitu mengajar, membimbing, dan membina peserta didik menjadi manusia yang sesungguhnya sesuai syariat Islam.

2. Tugas Guru Pendidikan Agama Islam

a. Guru Pendidikan Agama Islam Sebagai Pembimbing

Guru Pendidikan Agama Islam harus membimbing peserta didik agar dapat mencapai dan melaksanakan tugas-tugas perkembangan mereka, sehingga dengan ketercapaian ia dapat tumbuh dan berkembang sebagai manusia berguna yang menjadi harapan setiap orang tua, masyarakat, bangsa, dan Negara.21

b. Guru Pendidikan Agama Islam Sebagai Sumber Belajar

Tugas guru pendidikan Agama Islam sebagai sumber belajar merupakan tugas yang sangat penting. yaitu guru sebagai tempat bertanya bagi peserta didik, guru sudah seyogianya harus kaya akan pengetahuan (knowledge).

Guru harus menguasai berbagai macam pengetahuan dengan membaca berbagai pengetahuan dengan membaca sebagai macam literature yang terkait dengan pembelajaran. Guru berperan sebagai pusatnya pengetahuan yang bersifat

20

Aminatul Zahroh, Membangun Kualitas Pembelajaran melalui Dimensi

profesionalisme guru, (cet-2; Bandung: Penerbit TraumaWdya, 2018), h 165

21

Aminatul Zahroh, Membangun Kualitas Pembelajaran melalui Dimensi

21

lansung, artinya peserta didik dapat bertanya secara lansung dan memperoleh pengetahuan secara cepat.22

c. Guru Pendidikan Agama Islam Sebagai Pemimpin

Guru sebagai pemimpin berarti guru bertugas dalam memimpin kegiatan belajar mengajar (KBM). Sebagai pemimpin yang baik, seyogianya guru memiliki kecakapan dalam memimpin dan mengantarkan peserta didik pada kesuksesan dalam pencapaian cita-cita mereka.

d. Guru Sebagai Orang Tua dan Teladan

Guru yang afektif adalah guru yang menunaikan peran, tugas, dan fungsinya secara profesional. Sebagai teladan, guru tidak hanya mengajar (instructor) secara tepat dan efektif. tapi harus efektif juga dalam mendidik (educatior). mendidik dengan keteladanan itu lebih efektif dan lebih baik dari pada mengajar hanya dengan perkataan saja (lisan al-hal ashahu min lisan al-maqal).23

C. Perilaku Islami.

1. Pengertian Perilaku Islami

Perilaku Islami adalah keadaan jiwa untuk berpendapat, berpikir, bersikap, dan lain sebagainya yang merupakan refleksi dari berbagai macam aspek, baik fisik maupun non fisik. perilaku juga diartikan sebagai suatu perilaku seseorang terhadap lingkungannya, reaksi yang dimaksud digolongkan menjadi dua, yakni

22

Aminatul Zahroh, Membangun Kualitas Pembelajaran melalui Dimensi

profesionalisme guru, (cet-2; Bandung: Penerbit TraumaWdya, 2018), h 172

22

Aminatul Zahroh, Membangun Kualitas Pembelajaran melalui Dimensi

profesionalisme guru, (cet-2; Bandung: Penerbit TraumaWdya, 2018), h 173

23

Aminatul Zahroh, Membangun Kualitas Pembelajaran melalui Dimensi

dalam bentuk pasif (tanpa tindakan nyata atau konkrit), dan dalam bentuk aktif (dengan tindakan konkrit). Sedangkan dalam pengertian umum perilaku adalah segala bentuk perbuatan atau tindakan yang dilakukan oleh makhluk hidup. Menurut J.P. Chaplin, dalam Dictionary of Psychology yang dikutip oleh Ramayulis,

Perilaku merupakan, sembarang respon yang mungkin berupa reaksi, tanggapan, jawaban atau balasan yang dilakukan oleh organisme. dan Tingkah secara khusus tingkah laku juga bisa berarti suatu perbuatan atau aktifitas.24

Pengertian perilaku keagamaan dapat dijabarkan dengan cara mengartikan perkata. Kata perilaku berarti tanggapan atau reaksi individu terhadap rangsangan atau lingkungan. Sedangkan kata keagamaan berasal dari kata dasar agama yang berarti sistem, prinsip kepercayaan kepada Allah dengan ajaran kebaktian dan kewajiban yang bertalian dengan kepercayaan itu.

Kata keagamaan itu sudah mendapat awalan “ke” dan akhiran “an” yang mempunyai arti sesuatu (segala tindakan) yang berhubungan dengan agama. Dengan demikian, perilaku Islami berarti segala tindakan perbuatan atau ucapan yang dilakukan seseorang, sedangkan perbuatan atau tindakan serta ucapan tadi akan ada kaitannya dengan agama Islam, semuanya dilakukan karena adanya kepercayaan kepada Allah dengan ajaran kebaktian dan kewajiban-kewajiban yang bertalian dengan kepercayaan.

Agama ada ajaran-ajaran yang dilakukan bagi pemeluk-pemeluknya, bagi agama Islam, ada ajaran agama yang harus dilakukan dan ada pula yang berupa larangan. ajaran-ajaran yang berupa perintah yang harus dilakukan di antaranya

24

23

adalah sholat, zakat, puasa, haji, menolong orang lain yang sedang kesulitan, berperilaku sesuai dengan syariat Islam dan masih banyak lagi. Sedangkan yang kaitannya dengan larangan itu juga banyak, seperti tidak ada etika, berpakaian tapi telanjang, minum-minuman keras, judi, korupsi dan lain-lain.

Kehidupan sehari-hari secara tidak langsung banyak aktivitas yang telah kita lakukan baik itu yang ada hubungannya antara makhluk dengan sang Pencipta, maupun antara makhluk dengan makhluk, itu pada dasarnya sudah diatur oleh agama. Sedangkan pengertian perilaku Islami adalah perilaku normatif manusia yang normanya diturunkan dari ajaran Islam dan bersumber dari Al-Qur‟an dan As-Sunnah.

2. Macam-Macam Perilaku Islami

Dilihat dari perpaduan antara iman, ibadah, pengetahuan dan akhlak, maka perilaku Islami seorang muslim dapat dikategorikan menjadi tiga komponen antara lain

a. Perilaku Islami terhadap Allah

Sifat hubungan antara manusia dengan Allah dalam ajaran Islam bersifat timbal-balik, yaitu bahwa manusia melakukan hubungan dengan Tuhan dan Tuhan juga melakukan hubungan dengan manusia. Tujuan hubungan manusia dengan Allah adalah dalam rangka pengabdian atau ibadah. Dengan kata lain, tugas manusia di dunia ini adalah beribadah.

Sebagaimana firman Allah di dalam Q.S. Adz-Dzariat (51) ayat 56

َُّ ِِ ْجىا ُجْقَيَخ اٍََٗ

( ُُِٗذُبْؼَـٍِىَّلِِإ َظِّْلْاَٗ

۵٦

(

“Dan tidak aku ciptakan jin dan manusia melainkan supaya mereka menyembah kepada ku.”25

Setelah saya menganalisis dalil di atas maka penulis memahami bahwa Allah memerintahkan kepada manusia bahwa Allah menciptakan di dunia untuk beribadah. Manusia di ciptakan di dunia ini tujuanya hanya untuk beribadah kepada Allah diantaranya: berbuat baik kepada semua orang, selalu taat beribadah, .selalu berperilaku yang sesuai dengan syariat Islam.

Perilaku manusia terhadap Allah bisa dikatakan bahwa manusia harus taat pada-Nya. Manusia adalah sebagai Abdullah, yang artinya adalah sebagai hamba Allah. Sebagai hamba Allah maka manusia harus menuruti kemauan Allah, yang tidak boleh membangkang pada-Nya.

Seorang yang membangkang maka kita akan terkena konsekuensi yang sangat berat. Kita adalah budak Allah, karenanya setiap perilaku kita harus direstui oleh-Nya, harus menyenangkan-Nya, harus mengagungkan-Nya. Kita ini memang budak dihadapan Allah, namun dengan inilah kita menjadi mulia, kita menjadi mempunyai harga diri, kita menjadi mempunyai jiwa, kita menjadi mempunyai hati, kita menjadi mempunyai harapan cerah yang akan diberikan Allah, karena ketaatan kita.

b. Perilaku Islami terhadap Sesama Manusia

Pada hakikatnya, tidak ada manusia yang dapat hidup sendiri tanpa berhubungan dengan orang lain. Manusia memiliki naluri untuk hidup berkelompok dan berinteraksi dengan orang lain. Karena pada dasarnya, setiap

25

25

manusia memiliki kemampuan dasar yang berbeda-beda dan memiliki ciri khas tersendiri yang dapat dijadikan sebagai alat tukar menukar pemenuhan kebutuhan hidup.

Hubungannya dengan manusia sebagai makhluk sosial, manusia selalu hidup bersama dengan manusia lainnya. dorongan masyarakat yang dibina sejak lahir akan selalu menampakan dirinya dalam berbagai bentuk, karena itu dengan sendirinya manusia akan selalu bermasyarakat dalam kehidupannya.

Manusia dikatakan sebagai makhluk sosial, juga karena pada diri manusia ada dorongan dan kebutuhan untuk berhubungan (interaksi) dengan orang lain, manusia juga tidak akan bisa hidup sebagai manusia kalau tidak hidup di tengah tengah manusia.

Selain saling mengenal, manusia juga sangat dianjurkan agar dapat menjalin hubungan yang baik antar sesamanya.

Sebagaimana firman Allah di dalam Q.S. Al-Hujuraat (49) ayat 13 sebagai berikut:

ٌُْم اَْْى َغَجَٗ ىَثْـُّأَٗ ٍشَمّر ٍِِّْ ٌُْماَْْقَيَخ اَِّّإ ُطاَّْىااَُّٖـٌَأٌَ

ْاُ٘فَساَؼَـخِى َوِئاَبَـقَٗ اًبُ٘ػ ُػ

ِۚ

ٌُْماَقْـحَأَِّٖيىا َذِْْػ ٌُْنٍََشْمَأ َُِّإ

ِۚ

ََّاللّ َُِّإ

( ٌشٍِبَخ ٌٌٍِيَػ

۳۱

Terjemahan:

“Hai manusia, sesungguhnya Kami menciptakan kamu dari seorang laki-laki dan seorang perempuan dan menjadikan kamu berbangsa-bangsa dan bersuku-suku. supaya kamu saling mengenal.26

Setelah saya menganalisis dalil di atas maka penulis memahami bahwa Allah memerintahkan kepada manusia untuk saling kenal-mengenal, baik itu laki-laki atau perempuan, berbeda suku, beda warna kulit.

Sesungguhnya orang yang paling mulia di antara kamu di sisi Allah adalah orang yang paling bertakwa di antara kamu. Sesungguhnya Allah Maha mengetahui apa yang terjadi. tata krama pergaulan dengan sesama muslim, sesama tetangga ayat di atas beralih kepada uraian tentang prinsip dasar hubungan antar manusia.

Ayat tersebut menegaskan bahwa semua manusia derajat kemanusiaannya sama di sisi Allah, tidak ada perbedaan antara satu suku dengan yang lain. Tidak ada juga perbedaan pada nilai kemanusiaan antara laki-laki dan perempuan.Yang membedakan hanyalah iman.

c. Perilkau Islami terhadap Alam

Perilaku Islami terhadap alam adalah bahwa bagaimana seorang muslim berbuat terhadap alam. Yang dimaksud alam di sini adalah segala sesuatu yang ada di sekitar manusia, baik hewan, tumbuh-tumbuhan maupun benda-benda tak bernyawa. alam harus diperlakukan dengan baik dengan selalu menjaga, merawat

26

27

dan melestarikannya, karena secara etika hal ini merupakan hak dan kewajiban suatu masyarakat serta merupakan nilai yang mutlak adanya.27

Berperilaku Islami terhadap alam adalah menjalin dan mengembangkan hubungan yang harmonis dengan alam sekitarnya. Pada intinya, etika Islam terhadap alam semesta mengajarkan perintah yaitu jangan membuat kerusakan di muka bumi. Perintah ini mempunyai arti yang cukup luas mulai dari menjaga kebersihan bumi, tidak bersikap sewenang-wenang terhadap alam, tidak mengeksploitasi sumber daya alam untuk kepentingan sendiri, dan himbauan untuk memperbaiki kembali sumber daya alam yang telah rusak oleh ulah pihak yang tidak bertanggung jawab.

Manusia sebagai salah satu unsur alam seharusnya selalu tunduk terhadap aturan/ketentuan yang ada dalam ekosistem tersebut. Akan tetapi, manusia yang memiliki fungsi sebagai khalifah Allah di bumi ini dilengkapi kebebasan berkehendak, maka ia bebas untuk tunduk dan atau tidak tunduk sama sekali. dari sini, mulai tampak perbedaan antara manusia (sebagai salah satu unsur alam) dengan alam lainnya, yakni manusia bebas menentukan sedangkan alam tidak. Dengan demikian alam memiliki kelebihan sekaligus kelemahan. Kelebihannya terletak pada selalu tunduk atas aturan ketentan Allah, maka alam selalu berada pada posisi yang selalu harmonis. Sedangkan kelemahannya terletak pada tidak berdayanya menentukan sikap- sikap bila umpamanya manusia dengan seleranya mencoba merusak ekosistemnya.28

27

Muhammad Alim, Pendidikan Agama Islam, (Bandung: PT Remaja Rosdakarya, 2006), h. 15

28

Didiek Ahmad Supadie, dkk, Pengantar Studi Islam, (Jakarta: Rajawali Pers, 2015), h 145-146.

Manusia disamping mempunyai status sebagai makhluk dari bagian alam, ia juga mempunyai tugas sebagai khalifah atau penguasa di muka bumi. manusia dibebani tanggung jawab dan anugerah kekuasaan untuk mengatur dan membangun dunia ini dalam berbagai segi kehidupan, dan sekaligus menjadi saksi dan bukti atas kekuasaan Allah di alam jagad raya ini. Tugas kekhalifahan bagi manusia adalah merupakan tugas suci, karena merupakan amanah dari Allah, maka menjalankan tugas sebagai khalifah di bumi merupakan pengabdian (ibadah) kepadaNya. Bagi mereka yang beriman akan menyadari statusnya sebagai khalifah di bumi, serta mengetahui batas kekuasaan yang dilimpahkan kepadanya.

Sebagaimana di dalam Q.S. Al-Baqarah (2) ayat 30

ِتَنِئ َلِ ٌَْيِى َلُّبَس َهاَقْرِإَٗ

ًتَفٍِيَخ ِضْسَلأا ِىف ٌوِػاَج َّىِّإ

ِۖ

َِْحَّٗ َءَاٍِّذىا ُلِفْغٌََٗ اٍَِٖف ُد ِظْفُـٌ ٍَِْاٍَِٖف ُوَػ َِْجحَأْاٗ ُهاَق

َلَى ُطِّذَقُـَّٗ َك ِذٍْ َِِحب ُحِّبَغُّ ُُ

ِۖ

َََُُ٘يْؼَـح َلِاٍَ ٌَُيْػَأ ِّىِّإ َهاَق

Terjemahan:

“Ingatlah ketika Tuhanmu berfirman kepada para Malaikat: “Sesungguhnya Aku hendak menjadikan seorang khalifah di muka bumi”. Mereka berkata: “Mengapa Engkau hendak menjadikan (khalifah) di bumi itu orang yang akan membuat kerusakan padanya dan menumpahkan darah, padahal kami senantiasa bertasbih dengan memuji Engkau dan mensucikan Engkau?” Tuhan berfirman” Sesungguhnya Aku mengetahui apa yang tidak kamu ketahui”.29

Setelah saya menganalisis dalil di atas maka penulis memahami bahwa Allah memerintahkan kepada pemimpin untuk menjaga yang ada di

29

29

lingkungannya. Seperti alam dari manusia-manusia yang ingin merusak di muka bumi. itulah tujuan dari seorang khalifah atau pemimpin.

3. Aspek-aspek pembentukan perilaku Islami

Aspek-aspek pembentukan perilaku Islami diantaranya adalah: bersihnya akidah, lurusnya ibadah, kukuhnya akhlak, mampu mencari penghidupan, luasnya wawasan berfikir, teratur urusannya, perjuangan diri sendiri, memperhatikan waktunya, bermanfaat bagi orang lain.

Tujuan pembentukan perilaku Islami yaitu: terbentuknya kedisiplinan, mampu mengendalikan hawa nafsu serta memelihara diri dari perilaku menyimpang. seorang muslim haruslah mampu berperilaku Islami terhadap Allah, sesama manusia, dan alam.

4. Faktor-Faktor Yang Mempengaruhi Perilaku Islami.

Perilaku seseorang dapat terbentuk sejak dini melalui beberapa faktor antara lain:

a. Faktor formal

Faktor pembentuk perilaku formal dapat diperoleh di sekolah dan lembaga pendidikan, seperti dari sekolah umum maupun kejuruan, sekolah yang berbasis agama tertentu, dari jenjang yang paling rendah hingga yang tertinggi. Sekolah berperan sebagai wahana penyampaian pengajaran dan pendidikan turut mempengaruhi tingkat perkembangan perilaku pada peserta didik.30

Peran guru sebagai pentransferan ilmu sangatlah penting. Seorang guru bukan hanya memberikan pendidikan dalam bentuk materi saja, tetapi lebih dari

30

Abuddin Nata, (2010), Akhlak Tasawuf , Jakarta:PT, Raja Grapindo Persada, hal.160-163

itu harus dapat mencontoh dari sisi teladannya. Disamping itu, guru juga harus memberikan contoh yang baik dalam sosialisasi kehidupan. hal ini dikarenakan perilaku seorang gurulah yang pertama-tama di lihat oleh peserta didiknya.

b. Faktor informal (keluarga dan lingkungan)

Faktor pembentuk perilaku informal yaitu kelurga dan lingkungan. Sebagaimana Menurut KI Hajar Dewantara:

” keluarga adalah tempat pendidikan perilaku yang terbaik dibanding pendidikan yang lain. hal ini dikarenakan, melalui keluarga orang tua akan memberikan pendidikan akhlak kepada peserta didik sedini mungkin. dari lingkungan keluarga inilah pembentukan perilaku mudah diterima oleh anak. karena komunikasi yang terjadi setiap waktu antara orang tua dan anak, melalui perhatian, kasih sayang, serta penerapan akhlak yang baik dari orang tua kepada anaknya berlangsung secara alami”.31

Faktor formal dan informal diatas sangatlah menentukan terbentuknya perilaku yang baik maupun yang buruk. alangkah baiknya jika faktor-faktor tersebut bisa saling melengkapi. hal ini dikarenakan terkadang secara tidak sadar masih terdapat kekurangan-kekurangan dari pendidikan akhlak dan budi pekerti yang di dapat dari lingkungan formal maupun non formal.

5. Dalil Tentang Perilaku Islami

Sebagaimana di dalam Q.S.Albagarah (2) ayat 208

اُ٘ؼِبَّخَح َلَِٗ ًتَّفاَم ٌِْيِّغىا ًِف اُ٘يُخْدا اٍَُْ٘آ ٌَِِزَّىا اٌََُّٖأ اٌَ

ِثاَُ٘طُخ

ٌٍِِبٍُ ٌُّٗذَػ ٌُْنَى َُِّّٔإ ۚ ُِاَطٍَّْشىا

Terjemahan: 31

31

Hai orang-orang yang beriman, masuklah kamu ke dalam Islam keseluruhan, dan janganlah kamu turut langkah-langkah syaitan, Sesungguhnya syaitan itu musuh yang nyata bagimu.32

Setelah saya menganalisis dalil di atas maka penulis memahami bahwa Allah memerintahkan kepada orang-orang yang beriman untuk selalu waspada dari bisikan syaitan, karna syaitan merupakan musuh nyatanya manusia, jangan sampai melakukan sesuatu tidak sesuai dengan syariat Islam..

32

32

BAB III

Dokumen terkait