• Tidak ada hasil yang ditemukan

BAB III. HASIL PENELITIAN DAN PEMBAHASAN

C. PENGAWASAN DPRD PADANG LAWAS TERHADAP

C.2. Peran dan Pengawasan DPRD terhadap

Proses penyusunan dapat dilihat dalam dua proses, yakni proses yang terjadi di eksekutif dan proses yang terjadi di legislatif.

1. Proses yang terjadi di eksekutif

Proses penyusunan APBD secara keseluruhan berada di tangan Sekretaris Daerah selaku koordinator anggaran yang bertanggung jawab untuk mengkoordinasikan seluruh kegiatan penyusunan APBD. Sedangkan proses penyusunan belanja rutin disusun oleh bagian keuangan Pemerintah Daerah, proses penyusunan penerimaan dilakukan oleh Dinas Pendapatan Daerah dan proses penyusunan belanja pembangunan disusun oleh Bappeda (bagian penyusunan program dan bagian keuangan). Dan dalam penyusunan APBD tentu banyak bergantung pada undang-undang serta peraturan yang berlaku. Misalnya sebagaimana yang disampaikan sebelumnya, ada Peraturan Menteri Dalam Negeri (Permendagri) No.25 tahun 2009 tentang Pedoman Penyusunan APBD tahun 2010. Permendagri ini merupakan acuan penting agar tercapainya sasaran dan target yang diharapkan baik di daerah maupun secara nasional.

2. Proses di legislatif

Di DPRD, proses penyusunan APBD dilakukan berdasarkan tata tertib DPRD. Di bawah ini akan diuraikan alur penyusunan APBD ditingkat Dewan dan bagaimana peran dan fungsi pengawasan DPRD Padang Lawas berjalan di dalamnya, sebagai berikut:

a. Setiap tahun menjelang berlakunya tahun anggaran baru, Bupati wajib menyampaikan Rancangan Peraturan Daerah tentang APBD dan lampiran selengkapnya dengan nota keuangan kepada DPRD.

Ternyata Rancangan Peraturan Daerah tentang APBD tahun 2010 Padang Lawas, lampiran, serta nota keuangan APBD disampaikan ke DPRD Padang Lawas sangat terlambat. Yang seharusnya sesuai dengan tatib dewan Padang Lawas, R-APBD dan nota keuangan diserahkan ke DPRD 4 (empat) bulan sebelum habis masa anggaran 2009. Sementara ranperda, lampiran serta nota keuangan APBD disampaikan baru bulan Januari 2010, sehingga mengalami keterlambatan pembahasan di DPRD yang tentu mempengaruhi optimalisasi target dalam pembahasan dan pelaksanaan APBD tahun 2010. Namun meski mengalami keterlambatan, tetapi upaya DPRD untuk mengantisipasi keterlambatan relatif rendah. Hal ini dibuktikan tidak adanya surat peringatan atau tekanan secara institusi sebelumnya kepada eksekutif agar segera menyampaikan R-APBD.

b. Pimpinan DPRD menyerahkan nota keuangan dan Rancangan Peraturan Daerah tentang R-APBD kepada Panitia Anggaran untuk memperoleh pendapatnya.

Pendapat panitia anggaran seharusnya disampaikan sekilas dalam sajian penelitian ini, namun sayangnya saat dilakukan penelitian keberadaan berkas pandangan atau hasil pembahasan panitia anggaran terhadap R-APBD tidak jelas keberadaannya. Dan telah berulangkali diperiksa di bagian risalah juga tidak ditemukan. Hal ini menunjukkan tidak rapinya pengarsipan dan dokumentasi di sekretariat dewan Padang Lawas. Sementara dari pihak panitia anggaranpun tidak ada melakukan pengontrolan terhadap berkas-berkas yang

menyangkut kinerja dewan. Wajar, pengawasan yang optimalpun tidak mungkin terwujud bila pengarsipan dan dokumentasi tidak beres.

c. Pendapat panitia anggaran diserahkan ke komisi-komisi sebagai bahan pembahasan. Kemudian komisi-komisi melakukan pembahasan R-APBD tersebut.

Sama halnya dengan berkas pendapat panitia anggaran seharusnya disampaikan sekilas dalam sajian penelitian ini, namun sayangnya saat dilakukan penelitian keberadaan berkas pandangan atau hasil pembahasan komisi-komisi terhadap R-APBD juga tidak jelas keberadaannya. Dan telah berulangkali diperiksa di bagian risalah juga tidak ditemukan.

d. Setelah dari komisi-komisi diputuskan secara bersama antara DPRD dengan eksekutif dalam Rapat Paripurna.

e. Pengambilan keputusan dalam rapat paripurna DPRD tentang RAPBD didahului dengan :

• Pendapat akhir fraksi-fraksi

Secara garis besar dari dokumen yang ada, semua fraksi menyampaikan pandangan akhir fraksi dan memiliki catatan masing-masing. Substansi yang disampaikan dalam pandangan akhir fraksi terhadap RAPBD tahun 2010 di antaranya memang cukup kelihatan.

Seperti yang disampaikan fraksi PPP tentang skala prioritas daerah, baik menyangkut pembangunan, pemerintahan dan kemasyarakatan. Tentang peningkatan etos kerja aparatur eksekutif dan upaya peningkatan pendapatan. Fraksi PDIP dalam pandangannya, mengingatkan fungsi penting anggaran dan agar mengoptimalkan penggunaan anggaran daripada peningkatan pendapatan, mengingatkan pentingnya system pengelolaan

keuangan daerah yang transparan, efisien, efektif dan akuntabel. Meningkatkan pelayanan di semua sektor, baik pendidikan, infrastruktur, kesehatan dan administrasi di pemerintahan dan mendorong kemandirian daerah. Fraksi PKPB dalam pandangannya, selain menyampaikan sekilas tentang hal yang umum, fraksi ini juga menyinggung masalah formasi CPNS tahun 2010.

Fraksi Nasional Bersatu sesuai isi pandangannya kelihatan hanya sekedar memenuhi sarat formal dalam penyampaian pandangan akhir fraksinya. Tidak ada yang lain dari fraksi yang lain dan tidak ada yang substantif dari pandangan yang disampaikan, bahkan nuansa asal-asalan cukup kelihatan. Fraksi Palas Bersatu disamping sekilas menyampaikan hal-hal yang umum, tapi menyampaikan dan menegaskan bentuk-bentuk yang konkrit terkait dengan kepentingan dan kebutuhan masyarakat kecamatan dan desa. Contohnya, pembangunan di desa-desa di wilayah Barumun Tengah. Begitu juga dengan hal yang detail lainnya, seperti mengingatkan pertanggungjawaban biaya makan-minum aparatur (eksekutif), perjalanan dinas, dan honorer.

Sedangkan pandangan fraksi-fraksi yang lainnya, tidak jauh berbeda. Semua hampir bersifat normatif, hanya sekitar tiga fraksi yang pandangannya lebih menyentuh substansi dan semangat penyelenggaraan otonomi daerah yang baik.

Dapat diberikan beberapa catatan dari pandangan fraksi-fraksi di DPRD Padang Lawas terhadap R-APBD tahun 2010, sebagai berikut :

1. Substansi yang seharusnya disampaikan dalam pandangan akhir fraksi, namun ternyata tidak merata disampaikan semua fraksi. Prihatinnya, ada fraksi yang hanya sekedar memenuhi sarat formal alias asal ada.

2. Isi yang disampaikan pada umumnya relatif mengedepankan nuansa instan atau nuansa kerja pragmatis, yakni tanpa kajian yang baik, aktual dan representatif. Hal ini juga membuktikan tidak adanya persiapan yang matang dan lobi politik antar fraksi untuk menyamakan pandangan dan semangat dalam rangka perbaikan dan optimalisasi untuk pelaksanaan anggaran (APBD) tahun 2010.

3. Kadar penekanan yang kuat dari teks dan konteks yang disampaikan agar eksekutif merasa ‘terkepung’ dengan ‘harapan dan tuntutan’ dewan, hampir tidak ada.

4. Sedikitnya nuansa evaluasi terhadap penyelenggaraan pemerintahan tahun sebelumnya untuk diperbaiki atau dimasukkan dalam APBD tahun 2010. Termasuk bagaimana mendorong upaya serius pemerintah untuk benar-benar melakukan pemerataan pembangunan, terutama di daerah yang sama sekali masih jauh dari sentuhan pembangunan yang menyangkut infrastruktur dasar, mengingat kondisi sarana-prasarana di beberapa wilayah di Padang lawas masih memprihatinkan. Serta, agar lebih maksimal menggali potensi-potensi di beberapa sektor yang belum terjamah.

• Kesimpulan rapat oleh Pimpinan rapat

C.3. Pengawasan DPRD Padang Lawas terhadap Pelaksanaan APBD tahun

Dokumen terkait