• Tidak ada hasil yang ditemukan

Pengawasan DPRD Padang Lawas Terhadap Pelaksanaan APBD Tahun 2010

N/A
N/A
Protected

Academic year: 2016

Membagikan "Pengawasan DPRD Padang Lawas Terhadap Pelaksanaan APBD Tahun 2010"

Copied!
83
0
0

Teks penuh

(1)

PENGAWASAN DPRD PADANG LAWAS

TERHADAP PELAKSANAAN APBD TAHUN 2010

Diajukan Untuk Memenuhi Salah Satu Syarat Menyelesaikan

Pendidikan

Sarjana (S-1) Pada Fakultas Ilmu Sosial dan Ilmu Politik

Departemen Ilmu Administrasi Negara

Oleh :

ANSOR

090921045

Program Studi : Ilmu Administrasi Negara Ekstensi

DEPART EM EN I LM U ADM I N I ST RASI N EGARA

FAK U LTAS I LM U SOSI AL DAN I LM U POLI T I K

U N I V ERSI TAS SU M AT ERA U TARA

M EDAN

(2)

KATA PENGANTAR

Tidak ada kalimat yang layak dihaturkan penulis, kecuali ucapan rasa syukur dan segenap puji kepada Dia yang maha tahu, maha besar, maha penentu, Allah S.W.T. Sepenuhnya meyakini, ‘Dia’ hadir dalam setiap ruang dan gerak kehidupan yang dilalui. Deretan langkah untuk menentukan, memulai, dan menjalani segenap kehidupan akademik, hingga pada titik penyelesaian syarat-syarat untuk menyandang gelar Sarjana (S-1), ‘didalamnya’ hadir tuntunan, tuntutan dan anugrahNya. Alhamdulillah skripsi ini, sebagai salah satu syarat, terselesaikan sesuai dengan harapan. Skripsi ini berjudul “PENGAWASAN DPRD PADANG LAWAS TERHADAP PELAKSANAAN APBD TAHUN 2010”. Yaitu menggambarkan jalannya pengawasan DPRD Padang Lawas, kendala-kendala pengawasan, terhadap pelaksanaan APBD tahun 2010 serta potret pelaksanaan APBD itu sendiri.

Shalawat dan salam kepada Nabi Muhammad, S.A.W, nabi akhir zaman, berserta keluarga, sahabat, dan pengikutNya. Mudah-mudahan kita mendapat syafaatnya di hari perhitungan amal dan dosa oleh Allah.S.W.T.

Selanjutnya, pada kesempatan yang berbahagia dan baik ini, dengan segala ketulusan dan kerendahan hati, penulis menyampaikan rasa terimakasih yang sebesar-besarnya kepada :

1. Ayahanda tercinta Ahmad Sahri Harahap dan Ibunda tersayang Farida Hapni Hasibuan atas doa, tuntunan, nasehat, dan kasih sayang yang diberikan kepada penulis.

(3)

3. Bapak Drs.M.Husni Thamrin Nasution, M.Si dan Ibu Dra. Elita Dewi, MSP selaku Ketua Departemen Ilmu Administrasi Negara FISIP USU Medan.

4. Bapak Prof. Dr. Marlon Sihombing, MA selaku dosen pembimbing.

5. Ibu Siswati Saragih, S.Sos, M.SP yang cukup berperan dalam memberikan arahan dalam proses penelitian dan penyusunan.

6. Seluruh dosen FISIP USU, khususnya dosen tetap Ilmu Administrasi Negara dan seluruh pegawai, khususnya Kak Dian, Kak Mega, Pak Mul, dan Bang Ria, disamping bertugas mengurus kebutuhan dan kepentingan akademik mahasiswa AN, juga cukup membantu dalam kelancaran beberapa kendala yang dihadapi selama proses administrasi penyelesaian studi.

7. Anggota DPRD Padang Lawas dan pegawai di lingkungan pemerintahan Kabupaten Padang Lawas, khususnya di sekretariat dewan dan di sekretariat daerah. Serta seluruh instansi yang terkait pada penelitian ini.

8. Bapak H.Rido Harahap, SE selaku Ketua DPRD Padang Lawas, Ir.H.Syarifuddin Hasibuan, Erwin Hamonangan Pane, SH, MH, Ir.Hotman Nasution, H.Amir Hud Nasuiton, H.Syahwil Nasution, Rinal Diansyah, Irwan SH, dan H.Amir Husin, yang turut menjadi narasumber dan memperlancar dalam pengumpulan data di lingkungan sekretariat dewan.

9. Bapak Tongku Paruhum Hasibuan, H. Mawardi Hasibuan, abanganda Nasir Hasibuan S.Ag, Raja Parlindungan Nasution, Idaham Butar-butar, Sunardi Daulay, dan juga khususnya kepada Bapak H. Imran Joni Hasibuan, yang telah bersedia menjadi narasumber dan memberikan bimbingan yang berarti dalam pemantapan proses penelitian.

(4)

Khususnya lagi, kepada Yanti Siregar, SS. yang insyaAllah akan menjadi pasangan hidup, juga sangat banyak memberikan semangat dan mengingatkan dalam tahapan-tahapan penyelesaian skripsi ini.

11.Rekan-rekan penulis baik di departemen Administrasi Negara maupun di lingkungan organisasi, di HMI (Himpunan Mahasiswa Islam) dan Gerakan Mahasiswa Padang Lawas (Gema Padang Lawas).

Penulis menyadari dan meyakini bahwa dalam penulisan skripsi ini, khususnya terkait isi, tentu masih jauh dari sempurna. Oleh karena itu penulis dengan lapang dada menerima kritik dan saran yang membangun dari pembaca. Akhir kalimat, mudah-mudahan skripsi ini dapat bermanfaat bagi semua pembaca.

Medan, Juni 2011

Penulis,

(5)

ABSTRAK

Dalam skripsi ini, penulis membahas mengenai masalah Pengawasan DPRD Padang Lawas terhadap Pelaksanaan Anggaran Pendapatan dan Belanja Daerah tahun 2010. Terkait dengan itu, masalah yang diuraikan yaitu bagaimana jalannya pengawasan DPRD terhadap pelaksanaan APBD, faktor-faktor yang menjadi kendala pengawasan. Untuk mendukung dalam penguraian dua sisi tersebut yaitu tentang pengawasan dan kendalanya, maka membutuhkan uraian tentang kondisi konfeherenship pelaksanaan APBD. Yang pada akhirnya untuk merumuskan solusi-solusi yang perlu dipertimbangkan dalam menjalankan pengawasan serta mengatasi kendala-kendala yang dihadapi.

Penyampaian dalam skrispi ini tentu dilatar belakangi karena banyaknya penyimpangan dalam pelaksanaan program, proyek maupun kebijakan pemerintah Kabupaten Padang Lawas yang dibiayai oleh APBD, khususnya tahun 2010. Dan hal tesebut tentu merupakan satu kesatuan dalam upaya mewujudkan kesejahteraan rakyat sebagaimana tujuan dilaksanakannya otonomi daerah. Disamping itu, Padang Lawas sebagai kabupaten baru tentu membutuhkan perlindungan maksimal dari segala sisi, termasuk kritik kelompok intelektual sebagai bagian dari masyarakat, dan skripsi ini merupakan bentuk kritik ilmiah sekaligus menyertakan solusi untuk perbaikan di masa akan datang. Dengan demikian skripsi ini diharapkan menyentuh tujuan arti penting dan manfaatnya, baik secara praktis maupun dalam keikutsertaan mengisi perkembangan dinamika dan ilmu pengetahuan.

Pendekatan yang dilakukan dalam mnganalisis data adalah bersifat dekriftif kualitatif. Bahwa data yang berhasil dikumpulkan, baik data primer maupun sekunder diteliti kembali guna mengetahui kelengkapan data yang diperoleh, kejelasan rumusan maupun relevansinya untuk dapat dilengkapi lebih lanjut yang kemudian disajikan.

(6)

ditemukan kelemahan-kelamahan mendasar, termasuk masalah sumber daya manusia (SDM), mekanisme pengawasan yang tidak terformat, belum adanya perangkat hukum khusus pengawasan, faktor kultur yang bersifat primordial. Pada skhirnya agenda-agenda pengawasan, seperti reses, kunjungan kerja, paripurna, dan rapat dengar pendapat tidak berlangsung optimal dan tidak dapat berfungsi perbaikan di masa akan datang.

DPRD Padang Lawas dalam pengawasannnya terhadap ABPD tahun 2010 tidak melakukan inprovisasi, antisipasi dan refresif yang baik dan kuat dalam agenda-agenda pengawasannya. Bahkan masih terjadi pembiaran-pembiaran terhadap hal-hal yang fatal berkaitan dengan pelaksanaan APBD. Dimana daya serap APBD Padang Lawas rendah, miliaran anggaran terpaksa kembali ke kas daerah. Aroma korupsi dalam dalam realisasi program dan proyek yang dibiayai APBD cukup terasa. Sehingga APBD/pembangunan 2010 belum menyentuh kebutuhan masyarakat dan belum sinkron dengan segenap potensi sumber daya yang ada di Padang Lawas.

(7)

DAFTAR ISI

Kata Pengantar... i

Abstraksi... iii

Daftar Isi... v

BAB I. PENDAHULUAN A. Latar Belakang... ... 1

B. Perumusan Masalah... 7

C. Tujuan Penelitian... 7

D. Manfaat Penelitian... 8

E. Kerangka Teori... 8

1. Pengawasan DPRD... 9

1.1. Defenisi Pengawasan... 9

1.2. Tujuan Pengawasan... 10

1.3. Prinsip-prinsip Pengawasan... 12

1.4. Pengawasan DPRD... 12

2. Anggaran Pendapatan Belanja Daerah (APBD)... 17

2.1. Defenisi APBD... 17

2.2. Fungsi APBD... 19

3. Pengawasan DPRD Padang Lawas Terhadap APBD Tahun 2010... 20

F. Defenisi Konsep... 23

(8)

H. Sistematika Penulisan... 24

BAB II. METODE PENELITIAN A. Metode Penelitian... 26

B. Lokasi Penelitian... 26

C. Informan Penelitian... 26

D. Teknik Pengumpulan Data... .28

E. Teknik Analisis Data... 29

BAB III. HASIL PENELITIAN DAN PEMBAHASAN A. GAMBARAN UMUM KABUPATEN PADANG LAWAS... 30

A.1. Wilayah dan Kependudukan... 30

A.2. Sarana dan Prasarana... 31

A.3. Sosial Budaya dan Politik... 31

A.4. Potensi Daerah dan Aktifitas Ekonomi Masyarakat... 32

B. GAMBARAN UMUM DPRD PADANG LAWAS... 32

C. PENGAWASAN DPRD PADANG LAWAS TERHADAP PELAKSANAAN APBD TAHUN 2010... 33

C.1. Peran dan Pengawasan DPRD Padang Lawas terhadap Perencanaan APBD tahun 2010... 35

C.2. Peran dan Pengawasan DPRD terhadap Penyusunan APBD Padang Lawas... 40

(9)

a. Pengawasan Langsung terhadap Program atau Proyek Realisasi APBD tahun 2010 di Lapangan

dan Peran Alat Kelengkapan Dewan... 46 b. Menjaring Aspirasi Masyarakat... 57 C.4. Pengawasan DPRD Padang Lawas terhadap

Laporan Pertanggungjawaban Pelaksanaan

APBD tahun 2010... 59 C.5. Pengawasan DPRD Padang Lawas terhadap

Laporan Keterangan Pertanggungjawaban (LKPJ)

Bupati tahun 2010... 60

D. FAKTOR-FAKTOR YANG MENJADI KENDALA PENGAWASAN DPRD PADANG LAWAS TERHADAP PELAKSANAAN APBD TAHUN 2010

A. Faktor Internal ... 62 B. Faktor Eksternal... 64 C. Faktor Konstitusional dan Kultur... 64

BAB IV. KESIMPULAN DAN SARAN

A. Kesimpulan... 67 B. Saran... 68

DAFTAR PUSTAKA... 70

(10)

ABSTRAK

Dalam skripsi ini, penulis membahas mengenai masalah Pengawasan DPRD Padang Lawas terhadap Pelaksanaan Anggaran Pendapatan dan Belanja Daerah tahun 2010. Terkait dengan itu, masalah yang diuraikan yaitu bagaimana jalannya pengawasan DPRD terhadap pelaksanaan APBD, faktor-faktor yang menjadi kendala pengawasan. Untuk mendukung dalam penguraian dua sisi tersebut yaitu tentang pengawasan dan kendalanya, maka membutuhkan uraian tentang kondisi konfeherenship pelaksanaan APBD. Yang pada akhirnya untuk merumuskan solusi-solusi yang perlu dipertimbangkan dalam menjalankan pengawasan serta mengatasi kendala-kendala yang dihadapi.

Penyampaian dalam skrispi ini tentu dilatar belakangi karena banyaknya penyimpangan dalam pelaksanaan program, proyek maupun kebijakan pemerintah Kabupaten Padang Lawas yang dibiayai oleh APBD, khususnya tahun 2010. Dan hal tesebut tentu merupakan satu kesatuan dalam upaya mewujudkan kesejahteraan rakyat sebagaimana tujuan dilaksanakannya otonomi daerah. Disamping itu, Padang Lawas sebagai kabupaten baru tentu membutuhkan perlindungan maksimal dari segala sisi, termasuk kritik kelompok intelektual sebagai bagian dari masyarakat, dan skripsi ini merupakan bentuk kritik ilmiah sekaligus menyertakan solusi untuk perbaikan di masa akan datang. Dengan demikian skripsi ini diharapkan menyentuh tujuan arti penting dan manfaatnya, baik secara praktis maupun dalam keikutsertaan mengisi perkembangan dinamika dan ilmu pengetahuan.

Pendekatan yang dilakukan dalam mnganalisis data adalah bersifat dekriftif kualitatif. Bahwa data yang berhasil dikumpulkan, baik data primer maupun sekunder diteliti kembali guna mengetahui kelengkapan data yang diperoleh, kejelasan rumusan maupun relevansinya untuk dapat dilengkapi lebih lanjut yang kemudian disajikan.

(11)

ditemukan kelemahan-kelamahan mendasar, termasuk masalah sumber daya manusia (SDM), mekanisme pengawasan yang tidak terformat, belum adanya perangkat hukum khusus pengawasan, faktor kultur yang bersifat primordial. Pada skhirnya agenda-agenda pengawasan, seperti reses, kunjungan kerja, paripurna, dan rapat dengar pendapat tidak berlangsung optimal dan tidak dapat berfungsi perbaikan di masa akan datang.

DPRD Padang Lawas dalam pengawasannnya terhadap ABPD tahun 2010 tidak melakukan inprovisasi, antisipasi dan refresif yang baik dan kuat dalam agenda-agenda pengawasannya. Bahkan masih terjadi pembiaran-pembiaran terhadap hal-hal yang fatal berkaitan dengan pelaksanaan APBD. Dimana daya serap APBD Padang Lawas rendah, miliaran anggaran terpaksa kembali ke kas daerah. Aroma korupsi dalam dalam realisasi program dan proyek yang dibiayai APBD cukup terasa. Sehingga APBD/pembangunan 2010 belum menyentuh kebutuhan masyarakat dan belum sinkron dengan segenap potensi sumber daya yang ada di Padang Lawas.

(12)

BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang

Setelah reformasi, ternyata tanpa terasa, teori dan praktek penyelenggaraan pemerintahan di Indonesia terus mengalami perkembangan. Berbagai eksprimentasipun dilakukan untuk mencari model atau bentuk penyelenggaraan pemerintahan yang ideal. Termasuk dalam konteks hubungan legislatif dengan eksekutif. Ini yang disebut bahwa hal yang niscaya Negara mengalami perubahan-perubahan dalam konsepsi dan praktek penyelenggaraan pemerintahan seiring dengan perkembangan dunia, terlebih-lebih perkembangan Sumber Daya Manusianya (SDM). Termasuk perubahan penyelenggaraan pemerintahan daerah. Seperti yang diungkapkan Eko Prasojo (2010), pakar tata Negara dari UI, bahwa tidak satu pun Negara yang statis dan tidak berubah dalam konstruksi pemerintahan daerahnya. Hanya saja fase perubahan yang terus menerus ini juga ternyata menyisakan persoalan-persoalan substantif yang sangat mempengaruhi laju gerak pembangunan sebagai inti dari kehadiran dan penyelenggaraan pemerintahan.

(13)

Hanya saja muatan tanggungjawab yang membedakan eksekutif dan legislatif adalah muatan tanggungjawab moralitasnya untuk menjalankan fungsinya masing-masing. Di samping selama ini pemerintah daerah, eksekutif dan legislatif, relatif tidak bertanggungjawab. Namun, dalam konteks tanggungjawab moralitas DPRD tentu lebih dituntut menjadi penyambung harapan dan aspirasi rakyat, sesuai dengan penyebutannya sebagai wakil rakyat, yang dipilih untuk mewakili kepentingan rakyat dan menjadi tempat pengaduan rakyat.

(14)

adiminstrasi penanaman modal; (15) Penyelenggaraan pelayanan dasar lainnya; dan (16) Urusan wajib lainnya yang diamanatkan oleh peraturan perundang-undangan. Sementara urusan pilihan pemerintah daerah meliputi urusan pemerintahan yang secara nyata ada dan berpotensi untuk meningkatkan kesejahteraan masyarakat sesuai dengan kondisi, kekhasan dan potensi unggulan daerah yang bersangkutan.

Sejalan dengan luasnya kewenangan pemerintah daerah yang tergambar di atas, sejalan dengan itu pula eksekutif dan legislatif sama-sama memiliki tanggungjawab konstitusional. Dan sejalan dengan itu pula tanggungjawab moralitas DPRD dituntut untuk melakukan fungsi controling (pengawasan) yang melingkupi sektor wajib dan pilihan. Sehingga kehadiran DPRD dapat dirasakan jelas dalam setiap pembangunan yang melingkupi semua sektor tersebut.

(15)

Perwakilan Rakyat Daerah (DPRD). DPRD-lah yang memiliki kewenangan dan kekuasaan lebih dalam menjalankan fungsi pengawasan terhadap penyelenggaraan APBD.

Pengawasan DPRD yang dimaksud tidak hanya sebatas seberapa sering agenda seremonial dan mekanisme pengawasan dilakukan. Tapi jauh dari itu, termasuk sejauhmana capaian substantif pelaksanaan APBD terwujud. Sejauhmana prinsip efektifitas, efisiensi, transparansi serta akuntabilitas pelaksanaan APBD. Dan sejauhmana upaya perbaikan dan tindaklanjut oleh DPRD terhadap pelaksanaan APBD. Bahwa semuanya sangat bergantung pada wujud pengawasan dan prosesnya yang dilakukan DPRD. Pengawasan tersebut juga melingkupi sejak APBD akan diparipurnakan. Artinya, proses legitimasi yang terdapat di dalamnya, apakah sudah memenuhi kriteria hukum dan asas politik sebagaimana diatur dan diharapkan masyarakat. Ini penting, karena legitimasi yang dilakukan juga mempengaruhi tingkat pelaksanaan APBD. Semakin tepat waktu, regulasi dan penekanan politik dijalankan dalam pengesahan APBD tentu semakin tepat pula pelaksanaannya.

(16)

guna mengoptimalkan peran DPRD serta sinerginya dengan harapan rakyat. Juga bagaimana mekanisme yang dijalankan, keterlibatan pihak ketiga, hingga pada improvisasi DPRD dalam melakukan pengawasan. Semuanya akan menjadi deret ukur untuk melihat dan menyimpulkan komitmen DPRD dalam menjalankan tugas pengawasannya terhadap pelaksanaan APBD. Juga, bagaimana fungsi pengawasan DPRD mempengaruhi eksekutif dalam menjalankan APBD agar sejalan dengan tujuan yang dimaksud Undang-undang No.32 tahun 2004 yang menekankan pada tiga faktor yang mendasar. Yaitu, memberdayakan masyarakat, menumbuhkan prakarsa dan kreatifitas, serta meningkatkan peran serta masyarakat secara aktif dan meningkatkan peran dan fungsi Badan Perwakilan Rakyat.

Gambaran tersebut akan bisa ditelusuri lebih dalam, terlebih-lebih setelah pergeseran undang-undang yang menurut informasi berkembang DPRD mengalami keterhambatan dengan semakin dibatasinya kewenangan dan kekuasaannya. Apakah hal ini hanya sekedar alasan tanpa argumentasi yang dapat diterima akal masyarakat. Atau mau tidak mau masyarakat dipaksa untuk mengamini perkembangan peraturan perundang-undangan yang mengarah pada pelemahan peran controlling DPRD, khususnya pengawasan dalam pelaksanaan APBD. Sehingga membuat relasi DPRD dengan eksekutif dalam konteks untuk keseimbangan kekuasaan khususnya dalam pengawasan dan pelaksanaan APBD semakin tidak menentu.

(17)

dijadikan tolok ukur pelengkap untuk melihat berjalannya lembaga pemerintah daerah, tentu khususnya dalam masalah posisi DPRD, dengan baik dan seimbang.

Dengan demikian nantinya dapat disimpulkan sejauhmana posisi dan fungsi strategis DPRD berjalan sebagaimana yang diamanatkan Undang-Undang No.32 tahun 2004 yang salah satunya dalam bentuk pengawasan. Terlebih-lebih pengawasan politik strategis yang menyeluruh dalam rangka menjauhkan pemerintah eksekutif dari penyalahgunaan wewenang atau prilaku korupsi yang sangat merugikan rakyat dan negara. Dan pada akhirnya akan terbentuk pemerintahan yang bersih, efisien, efektif dan akuntabel di daerah. Dan pemerintahan yang baik di daerah akan menopang pemerintahan yang baik pula secara nasional. Karena pemerintahan daerah adalah subsistem pemerintahan nasional (Kaloh, J.2009).

(18)

menyampaikan R-APBD tahun 2011 sehingga Padang Lawas masuk dalam daftar daerah yang kena sanksi penundaan DAU (Dana Alokasi Umum) sebesar 25 % oleh Kementerian Keuangan RI.

Berangkat dari paparan yang dikemukakan di atas, penulis berketetapan hati dan pikiran untuk melakukan penelitian yang berjudul Pengawasan DPRD Padang Lawas Terhadap Pelaksanaan APBD Tahun 2010.

B. Perumusan Masalah

Berkaitan dengan uraian latar belakang itu, maka permasalahan yang dikemukakan adalah, sebagai berikut :

1. Bagaimana peran dan fungsi pengawasan DPRD Padang Lawas terhadap pelaksanaan APBD tahun 2010.

2. Faktor-faktor apa saja yang menjadi kendala pengawasan DPRD Padang Lawas terhadap pelaksanaan APBD tahun 2010.

C. Tujuan Penelitian

Sesuai dengan perumusan masalah yang disampaikan, maka penelitian ini bertujuan :

1. Untuk mengetahui dan mengkaji secara lebih mendalam peran dan fungsi pengawasan DPRD Padang Lawas terhadap pelaksanaan APBD tahun 2010. 2. Untuk mengetahui dan mengidentifikasi faktor-faktor yang menjadi kendala

(19)

D. Manfaat Penelitian

Manfaat yang diharapkan dari penelitian ini adalah:

1. Secara akademis atau teoritis penelitian ini diharapkan menjadi salah satu referensi dalam khazanah informasi maupun perbandingan bagi mahasiswa dan dosen, khususnya di Fakultas Ilmu Sosial dan Ilmu Politik serta bagi kalangan umum dalam melakukan pendalaman kajian tentang pengawasan DPRD terhadap pelaksanaan APBD.

2. Secara praktis, penelitian ini diharapkan menjadi sumbangsih pemikiran bagi penyelenggara pemerintah daerah, khususnya dalam pengawasan DPRD terhadap APBD, serta terkhusus menjadi masukan bagi pemerintah Padang Lawas menuju perbaikan dalam menjalankan pemerintahan.

E. Kerangka Teori

Demi keutuhan atau kesempurnaan penelitian yang akan dilakukan, posisi teori harus jelas dan tersambung dengan objek yang akan diteliti. Selain alat untuk memudahkan penelitian, teori juga berfungsi agar tidak senjangnya antara konsepsi dengan fakta yang akan diarahkan teori. Langkah inilah yang disebut sinkronisasi ilmiah, seperti yang diungkapkan Sugiyono (2003) bahwa landasan teori perlu ditegakkan agar penelitian mempunyai dasar yang kokoh dan bukan sekedar perbuatan yang sifatnya hanya coba-coba (trial and error). Dan adanya landasan teoritis merupakan cara ilmiah untuk mendapatkan data.

(20)

1. Pengawasan DPRD

1.1. Defenisi Pengawasan

Istilah pengawasan dalam bahasa Inggris disebut controlling, yang oleh Dale (dalam Winardi, 2000:224) dikatakan bahwa: “… the modern concept of

controlprovides a historical record of what has happenedand provides

date the enable theexecutiveto take corrective steps …”. Bahwa

pengawasan tidak hanya melihat sesuatu dengan seksama dan melaporkan hasil kegiatan mengawasi, tetapi juga mengandung arti memperbaiki dan meluruskannya sehingga mencapai tujuan yang sesuai dengan apa yang direncanakan. More (dalam Winardi, 2000:226) menyatakan bahwa: “… there’s many a slip between giving works, assignments to men and carrying them out. Get

reports of what is being done, compare it with what ought to be done, and do

something about it if the two aren’t the same. Sedangkan menurut Admosudirdjo

(dalam Febriani, 2005:11) yang mengatakan bahwa pada pokoknya controlling

atau pengawasan adalah keseluruhan daripada kegiatan yang membandingkan atau mengukur apa yang sedang atau sudah dilaksanakan dengan kriteria, norma-norma, standar atau rencana-rencana yang telah ditetapkan sebelumnya.

(21)

maksudnya mengevaluasi prestasi kerja dan apabila perlu menerapkan tindakan-tindakan korektif sehingga hasil pekerjaan sesuai dengan rencana. Jadi pengawasan dapat dianggap sebagai aktivitas untuk menemukan dan mengoreksi penyimpangan- penyimpangan penting dalam hasil yang dicapai dari aktivitas-aktivitas yang direncanakan.

Berangkat dari defenisi di atas terdapat kesamaan pengertian terhadap apa yang dimaksud pengawasan secara umum. Bahwa pengawasan adalah proses pengamatan atau serangkaian aktifitas memperhatikan bahkan melakukan evaluasi terhadap objek (kinerja, yang melingkupi standart, norma-norma, serta usaha memperbaiki) yang diawasi atau yang dijalankan untuk dipastikan sesuai dengan apa yang ditentukan sebelumnya serta diharapkan akan mengalami perbaikan pada proses dan tahapan selanjutnya dari hasil pengawasan.

1.2. Tujuan pengawasan

Sementara berkaitan dengan tujuan pengawasan, Situmorang dan Juhir (1994:26) mengatakan bahwa tujuan pengawasan adalah :

1. Agar terciptanya aparat yang bersih dan berwibawa yang didukung oleh suatu sistem manajemen pemerintah yang berdaya guna (dan berhasil guna serta ditunjang oleh partisipasi masyarakat yang konstruksi dan terkendali dalam wujud pengawasan masyarakat (kontrol sosial) yang obyektif, sehat dan bertanggung jawab.

2. Agar terselenggaranya tertib administrasi di lingkungan aparat pemerintah, tumbuhnya disiplin kerja yang sehat.

(22)

dan rasa berdosa yang lebih mendalam untuk berbuat hal-hal yang tercela terhadap masyarakat dan ajaran agama.

Maman Ukas (2004:337) mengemukakan tujuan pengawasan adalah untuk:

1. Mensuplai pegawai-pegawai manajemen dengan informasi-informasi yang tepat, teliti dan lengkap tentang apa yang akan dilaksanakan.

2. Memberi kesempatan pada pegawai dalam meramalkan rintangan-rintangan yang akan mengganggu produktivitas kerja secara teliti dan mengambil langkah-langkah yang tepat untuk menghapuskan atau mengurangi gangguan-gangguan yang terjadi.

3. Setelah kedua hal di atas telah dilaksanakan, kemudian para pegawai dapat membawa kepada langkah terakhir dalam mencapai produktivitas kerja yang maksimum dan pencapaian yang memuaskan dari pada hasil-hasil yang diharapkan.

Sedangkan Rachman (dalam Situmorang dan Juhir, 1994:22) juga mengemukakan tentang maksud pengawasan, yaitu:

1. Untuk mengetahui apakah segala sesuatu berjalan sesuai dengan rencana yang telah ditetapkan

2. Untuk mengetahui apakah segala sesuatu telah berjalan sesuai dengan instruksi serta prinsip-prinsip yang telah ditetapkan

(23)

4. Untuk mengetahui apakah segala sesuatu berjalan efisien dan apakah dapat diadakan perbaikan-perbaikan lebih lanjut, sehingga mendapat efisiensi yang lebih benar.

Dari ketiga pendapat di atas dapat disimpulkan bahwa maksud pengawasan adalah untuk mengetahui dan menyimpulkan pelaksanaan kerja, hasil kerja, dan segala sesuatunya apakah sesuai dengan yang direncanakan atau tidak, apakah berjalan efisien dan efektif atau tidak, serta mengukur tingkat kesalahan yang terjadi dan kesulitan atau gangguang yang ada, untuk diperbaiki ke arah yang lebih baik.

1.3. Prinsip-prinsip Pengawasan

Sedangkan prinsip-prinsip pengawasan yaitu : a. Dapat tepat mencapai sasaran,

b. Fleksibel, c. Dinamis, d. Ekonomis, e. Efisien,

f. Dapat dimengerti,

g.Dapat segera melaporkan penyimpangan,

h.Dapat menjamin diberlakukannya tindakan korektif

Bahwa mengamati lebih jernih tentang prinsip-prinsip pengawasan cukup diperlukan untuk menguatkan penilaian terhadap pengawasan dan capaiannya demi tindak lanjut yang akan dilakukan guna arah perbaikan.

1.4. Pengawasan DPRD

(24)

menjelaskan; bahwa DPRD merupakan unsur pemerintahan daerah, unsur pemerintah(an) daerah lainnya adalah pemerintah daerah yang dipimpin oleh kepala daerah. Pengertian unsur pemerintahan mengartikan bahwa DPRD merupakan bagian manajemen pemerintahan daerah untuk mencapai tujuannya. Sedangkan kedudukan lainnya, DPRD sebagai lembaga perwakilan rakyat yang dipilih dalam pemilihan umum dan menjalankan tugas pokok dan fungsinya, legislasi, anggaran dan pengawasan sebagai representasi rakyat di propinsi, maupun kota/Kabupaten (Bahrullah Akbar, 2011). Sebelumnya kedudukan DPRD dalam Undang-undang No.22 Tahun 1999 diposisikan sebagai badan legislatif yang kemudian dirubah menjadi DPRD sebagai unsur pemerintahan daerah yang termaktub pada UU No. 32 Tahun 2004. Meski dalam penelitian ini nantinya tidak ada memfokuskan pembahasan pada titik masalah problematika kedudukan DPRD, namun perubahan-perubahan itu sesungguhnya telah ‘merekonstruksi’ posisi DPRD kaitannya dengan wewenang dan tugas yang dijalankannya. Dan tentu akan berpengaruh terhadap capaian yang diharapkan rakyat akan wujud pengawasan DPRD terhadap segenap objek yang diawasinya, termasuk pengawasan terhadap pelaksanaan APBD.

Sekedar mereview dimana dalam pasal 16 ayat (1) dan (2) dalam Undang-undang No.22 Tahun 1999 disebutkan bahwa:

(1). DPRD sebagai lembaga perwakilan rakyat di Daerah merupakan wahana untuk melaksanakan demokrasi berdasarkan Pancasila.

(2). DPRD sebagai Badan Legislatif Daerah berkedudukan sejajar dan menjadi mitra dari Pemerintah Daerah.

(25)

“kuasa” DPRD dengan memberikan tugas, kewenangan dan hak yang lebih besar pada DPRD.

Sebagaimana dalam UU No.32 Tahun 2004 dan dalam UU No. 27 Tahun 2009 tentang MPR, DPR, DPD dan DPRD yang menegaskan DPRD sebagai bagian dari unsur pemerintahan daerah, bahwa sebelumnya juga telah lahir paradigma DPRD sebagai bagian pemerintahan daerah dalam UU No. 22 Tahun 2003 tentang Susunan dan Kedudukan MPR, DPR, DPD dan DPRD. Penegasan DPRD sebagai bagian dari pemerintahan daerah dalam Undang-undang No. 32 Tahun 2004, terdapat pada pasal 42. Dengan demikian DPRD berada dalam ranah yang sama dengan pemerintah daerah dalam struktur hubungan dengan pemerintah pusat. Atau dengan kalimat yang lebih ringkas DPRD berada dalam rezim pemerintahan daerah (AA GN Ari Dwipayana, 2010). Hanya saja meski DPRD ditegaskan pada ranah yang sama dengan eksekutif, namun sesungguhnya kita melihat realitas yang seakan ‘mengkondisikan’ terciptanya kembali executive

heavy. Pergeseran regulasi yang dialami terkait perubahan posisi DPRD, akan

membantu untuk menghantarkan dalam merealisasikan ‘batasan-batasan’ dalam menginput data atau informasi pada penelitian ini nantinya, terkait pelaksanaan pengawasan DPRD.

(26)

Daerah dijelaskan berkaitan dengan hak dan kewajiban DPRD yang menjadi media dalam menjalankan tugasnya baik secara politik maupun administratif, yakni legislasi, budgeting (penganggaran), dan controlling (pengawasan). Namun sebelum itu, perlu kiranya terlebih dahulu mengingat filosofi pengawasan, bahwa pengawasan bertujuan untuk tertibnya pelaksanaan administrasi keuangan daerah, bukan mencari-cari kesalahan. Untuk itu, dalam meningkatkan fungsi pengawasan DPRD yang dimulai sejak perencanaan musrenbang, perlu memperhatikan Permendagri 54 Tahun 2010. Di mana secara eksplisit menjelaskan bahwa segala bentuk sumber daya DPRD dirahkan untuk mendampingi, memberikan pertimbangan, mengarahkan keterlibatan masyarakat, yang merupana konstituen kelembagaan yang diwakili (Bahrullah Akbar, 2011).

Kaitannya dengan terhadap dimensi pengawasan DPRD akan APBD, bahwa sesuai dengan Tugas dan Wewenang DPRD menurut pasal 293 dan 344 UU No.27/2009 yaitu :

1. Membentuk peraturan daerah provinsi bersama gubernur/bupati/walikota; 2. Membahas dan memberikan persetujuan rancangan peraturan daerah

mengenai anggaran pendapatan dan belanja daerah provinsi yang diajukan oleh gubernur/bupati/walikota;

3. Melaksanakan pengawasan terhadap pelaksanaan peraturan daerah dan anggaran pendapatan dan belanja daerah provinsi/kabupaten/kota.

(27)

keterangan tentang sesuatu hal yang perlu ditangani demi kepentingan daerah, bangsa dan negara. Bahwa setiap pejabat negara, pejabat pemerintah daerah, badan hukum, atau warga masyarakat wajib memenuhi permintaan DPRD sebagaimana dimaksud pada ayat 1. Kemudian penjelasan pasal 62 & 78 Undang-undang No 22 Tahun 2003 yakni DPRD Provinsi/Kabupaten/Kota mempunyai tugas dan wewenang: melaksanakan pengawasan terhadap pelaksanaan peraturan daerah dan peraturan perundang-undangan lainnya, keputusan gubernur/bupati/walikota, APBD, kebijakan pemerintah daerah dalam melaksanakan program pembangunan daerah, dan kerjasama internasional di daerah, dapat dilakukan DPRD dan menguatkan paradigma tersebut di atas. Begitu juga dalam kenyataan sehari-hari bahwa DPRD juga kerap disebut sebagai lembaga legislatif.

(28)

Undang-undang serta peraturan di bawahnya, termasuk pengawasan terhadap pelaksanaan APBD sebagai kunci utama pembangunan.

Kemudian juga perlu diingat kembali sebagaimana disampaikan di awal

bahwa efektifitas DPRD dalam melaksanakan peran dan fungsi pengawasan

sangat tergantung pada kapasitas para anggotanya dalam menjalankan aktifitas

pengawasannya. Untuk ini tentu memerlukan pola pikir yang independen, tidak

memihak, bebas dari intervensi serta adanya akses yang baik terhadap riset dan

fasilitas kantor. Kewenangan yang lemah, kepemimpinan yang tidak efektif dan

staf administrasi yang kurang terlatih serta kurangnya informasi adalah

faktor-faktor yang menghambat efektifitas dan demokrasi (USAID blog’s). Di samping

itu, kapasitas yang dimaksud untuk melihat sejauhmana kesenjangan latar

belakang yang dapat dijadikan sebagai bagian dari tolok ukur kapasitas dengan

peran dan fungsi yang dijalankan selaku anggota DPRD. Tentu hal ini juga sangat

mempengaruhi tingkat kemampuan dalam menjalankan tugas pokok dan fungsi

DPRD.

Dengan demikian, bagaimana DPRD Padang Lawas dalam melaksanakan

pengawasan terhadap pelaksanaan APBD tahun 2010 di bawah komando Bupati

dan Wakil Bupati Padang Lawas periode 2009-2014, perlu ditinjau dan diteliti

secara ilmiah guna mendapatkan kesimpulan yang bersifat ilmiah pula demi

sebuah perbaikan yang diharapkan.

2. Anggaran Pendapatan dan Belanja Daerah (APBD)

2.1. Defenisi APBD

(29)

Tahun anggaran APBD meliputi masa satu tahun, mulai dari tanggal 1 Januari sampai dengan tanggal 31 Desember.

Sementara pada pasal 16 Undang-undang No 17 tahun 2003 tentang Keuangan Negara bahwa APBD adalah meupakan wujud pengelolaan keuangan daerah yang ditetapkan setiap tahun dengan Peraturan Daerah. APBD terdiri atas anggaran pendapatan, anggaran belanja, dan pembiayaan. Pendapatan daerah berasal dari pendapatan asli daerah, dana perimbangan, dan lain-lain pendapatan yang sah. Sedangkan belanja daerah dirinci menurut organisasi, fungsi, dan jenis belanja.

Sekilas penjelasannya, yaitu:

Anggaran pendapatan, terdiri atas

o Pendapatan Asli Daerah (PAD), yang meliputi pajak daerah, retribusi daerah, hasil pengelolaan kekayaan daerah, dan penerimaan lain-lain

o Bagian dana perimbangan, yang meliputi Dana Bagi Hasil, Dana Alokasi Umum (DAU), dan Dana Alokasi Khusus (DAK)

o Lain-lain pendapatan yang sah seperti dana hibah atau dana darurat.

Anggaran belanja, yang digunakan untuk keperluan penyelenggaraan tugas

pemerintahan di daerah. Baik yang meliputi belanja langsung maupun belanja tidak langsung.

Pembiayaan, yaitu setiap penerimaan yang perlu dibayar kembali dan/atau

pengeluaran yang akan diterima kembali, baik pada tahun anggaran yang bersangkutan maupun tahun-tahun anggaran berikutnya.

(30)

dalam ayat sebelumnya berpedoman kepada rencana kerja pemerintah daerah dalam rangka tercapainya tujuan bernegara.

2.2.Fungsi APBD

Dalam pasal 3 ayat 3 Undang-undang No 17 tahun 2003 tentang Keuangan Negara telah tertuang fungsi APBD yakni mempunyai fungsi alokasi, distribusi, stabilisasi, otorisasi, perencanaan, dan fungsi pengawasan.

Sekilas dapat dijelaskan fungsi-fungsi APBD tersebut, yaitu :

1. Fungsi Alokasi dana dalam arti APBD diarahkan untuk menciptakan lapangan kerja, mengurangi pengangguran dan pemborosan sumber daya, dan meningkatkan efisiensi dan efektifitas perekonomian.

2. Fungsi Distribusi dalam memperhatikan rasa keadilan dan kepatutan.

3. Fungsi Stabilisasi ekonomi berarti APBD menjadi alat untuk memelihara dan mengupayakan keseimbangan fundamental perekonomian daerah.

4. Fungsi Otorisasi berarti APBD menjadi dasar untuk melaksanakan pendapatan dan belanja pada tahun yang bersangkutan

5. Fungsi Perencanaan yaitu APBD menjadi pedoman bagi manajemen dalam merencanakan kegiatan pada tahun yang bersangkutan.

6. Fungsi Pengawasan yaitu APBD menjadi pedoman untuk menilai kegiatan penyelenggaraan pemerintahan daerah sesuai dengan ketentuan yang telah ditetapkan.

Sedangkan ditinjau dari sudut manajemen, bahwa fungsi APBD adalah sebagai :

(31)

c. Untuk menilai seberapa jauh pencapaian pemerintah dalam melaksanakan kebijakan dan program yang telah direncanakan.

Dari penjelasan dan paparan Undang-undang tersebut di atas memastikan betapa posisi dan fungsi APBD menjadi tempat ‘tumpuan’ untuk menggerakan pembangunan di setiap sektor kehidupan masyarakat. Maka sangat membutuhkan sentuhan peran politik yang baik yang mengacu pada undang-undang yang mengaturnya. Oleh karenanya semua unsur, terlebih-lebih DPRD harus berada di garda terdepan untuk mengawalnya agar selaras dengan intruksi peraturan serta instruksi rakyat. Bila tidak, tentu akan mengundang harapan terbalik dari strategisnya posisi dan fungsi APBD dalam pembangunan masyarakat dan bangsa di setiap sektor.

3. Pengawasan DPRD Padang Lawas

Terhadap Pelaksanaan APBD Tahun 2010

(32)

peraturan perundang-undangan, efisien, ekonomis, efektif, transparan, dan bertanggungjawab dengan memperhatikan rasa keadilan dan kepatutan.

Hal tersebut di atas juga sejalan dengan konsepsi kewenangan dan kewajiban daerah dalam pengelolaan keuangan negara yang masuk dalam APBD tertuang pada Pasal 23 UU No.32 Tahun 2004 tentang Pemerintahan Daerah, yaitu :

(1) Hak dan kewajiban daerah sebagaimana dimaksud dalam Pasal 21 dan Pasal 22 diwujudkan dalam bentuk rencana kerja pemerintahan daerah dan dijabarkan dalam bentuk pendapatan, belanja, dan pembiayaan daerah yang dikelola dalam sistem pengelolaan keuangan daerah.

(2) Pengelolaan keuangan daerah sebagaimana dimaksud pada ayat (1) dilakukan secara efisien, efektif, transparan, akuntabel, tertib, adil, patut, dan taat pada peraturan perundang-undangan.

(33)

APBD dijalankan pada relnya. Begitu juga dalam mengukur keberhasilan pelaksanaan otonomi daerah tentu dilihat dari peran optimal semua unsur pemerintahan serta stakeholdersnya. Yaitu di antaranya, tingkat peran dan fungsi pengawasan yang dilakukan DPRD, badan audit, dan juga elemen pengendali lainnya.

Sejalan dengan pikiran Mardiasmo (dalam Agus Hartanto, 2006) yang mengatakan bahwa ada tiga aspek utama yang mendukung keberhasilan otonomi daerah, yaitu pengawasan, pengendalian, dan pemeriksaan. Ketiga hal tersebut pada dasarnya berbeda baik konsepsi maupun aplikasinya. Pengawasan mengacu pada tingkatan atau kegiatan yang dilakukan diluar pihak eksekutif yaitu masyarakat dan DPRD, untuk mengawasi kinerja pemerintahan. Pengendalian

(control) adalah mekanisme yang dilakukan oleh pihak eksekutif, yang dipimpin

kepala daerah, untuk menjamin dilaksanakanya sistem dan kebijakan manajemen sehingga tujuan organisasi dapat tercapai. Pemeriksaan Audit merupakan kegiatan oleh pihak yang memiliki independensi dan memiliki kompetensi profesional untuk memeriksa apakah hasil kinerja pemerintah daerah telah sesuai dengan standar atau kriteria yang ada.

(34)

F. Defenisi Konsep

Defenisi konsep dalam penelitian digunakan untuk menggambarkan secara tepat tentang masalah atau fenomena yang hendak diteliti. Bahwa konsep haruslah juga memenuhi syarat, salah satunya adalah harus diterjamahkan ke hal lebih konkrit atau mudah difahami alias tidak jelimet. Karena semakin abstrak rumusan konsep akan semakin sulit pula memahami maknanya dalam realitas (Suyanto, 2005:50)

Bahwa dalam penelitian ini, yang menjadi defenisi konsep adalah:

a. Pengawasan DPRD merupakan serangkaian aktifitas dengan kewenangan yang dimiliki, baik secara politik maupun administratif untuk mengawasi jalannya agenda pemerintah (eksekutif) yang diawasi.

b. Pelaksanaan APBD yaitu segenap realisasi anggaran pendapatan dan belanja daerah (APBD) selama anggaran untuk tahun 2010. Baik belanja langsung maupun belanja tidak langsung.

G. Defenisi Operasional

(35)

Sedangkan aspek-aspek yang turut melingkupi defenisi operasional pengawasan DPRD dan pelaksanaan APBD, adalah :

1. Pengawasan DPRD

a. Aspek standart kegiatan pengawasan

Yaitu, bagaimana tata tertib atau mekanisme serta standar kegiatan pengawasan yang dilakukan DPRD Padang Lawas terkait pengawasan terhadap pelaksanaan APBD tahun 2010.

b. Aspek kegiatan penilaian

Yaitu, ukuran-ukuran atau tingkatan penilaian yang dilakukan oleh DPRD Padang Lawas terkait pengawasan terhadap pelaksanaan APBD tahun 2010. Baik penilaian yang disimpulkan dalam laporan Komisi, pandangan fraksi, kemudian keputusan DPRD serta penilaian selama masa pelaksanaan anggaran dalam agenda-agenda DPRD.

c. Aspek kegiatan perbaikan

Yaitu, bagaimana dan kegiatan apa saja yang dilakukan DPRD Padang Lawas terkait pengawasan terhadap pelaksanaan APBD tahun 2010.

2 Pelaksanaan APBD a. Aspek Pengelolaan

Yaitu, menggambarkan bagaimana APBD Padang Lawas dikelola, apakah sesuai dengan prinsip atau aturan-aturan yang berlaku dalam pelaksanaan APBD.

b. Aspek Laporan (LKPJ)

(36)

H. Sistematika Penulisan BAB.I : Pendahuluan

Bab ini meliputi latar belakang masalah, perumusan masalah, tujuan penelitian, manfaat penelitian, defenisi konsep, defenisi operasional, dan sistematika penulisan.

BAB II : Metode Penelitian

Bab ini meliputi bentuk penelitian, lokasi penelitian, informan penelitian, teknik pengumpulan data, dan teknik analisis data.

BAB III : Deskripsi Lokasi Penelitian

Bab ini mengurai tentang gambaran atau karakteristik lokasi penelitian, berupa sejarang singkat serta hal-hal yang melengkapi gambaran lokasi penelitian.

BAB IV : Penyajian Data

Bab ini mengurai hasil penelitian yang diperoleh dari lapangan selama penelitian berlangsung serta dokumen-dokumen lain yang akan dianalisis.

BAB V : Analisis Data

Bab ini mengurai tentang kajian dan analisis data yang diperoleh saat penelitian dan memberikan interpretasi atas permasalahan yang akan diteliti.

BAB VI: Penutup

(37)

BAB II

METODE PENELITIAN A. Bentuk Penelitian

Bentuk penelitian yang digunakan dalam penilitian ini adalah penelitian deskriftif kualitatif. Yaitu untuk menyajikan informasi sebagaimana layaknya hasil penelitian tentang masalah atau fakta di lapangan, terutama hal-hal yang pokok pada objek penelitian untuk digambarkan secara terprinci, serta diintrepretasikan dengan rasional dan akurat. Sebagaimana yang diungkapkan Nawawi (1990:64) bentuk deskriftif adalah bentuk penelitian yang memusatkan pada masalah-masalah atau fenomena yang bersifat aktual pada saat penelitian dilakukan, kemudian menggambarkan fakta-fakta tentang masalah yang diselidiki sebagaimana adanya diiringi dengan interpretasi yang rasional dan akurat.

B. Lokasi Penelitian

Penelitian ini dilakukan pada Dewan Perwakilan Rakyat Daerah (DPRD) Padang Lawas, dan Sekretariat DPRD (Jl.K.H.Dewantara, Lingkungan VI, Pasar Sibuhuan), yang terfokus pada salah satu fungsi DPRD yaitu mengenai pengawasan terhadap pelaksanaan Anggaran Pendapatan dan Belanja Daerah (APBD) di Padang Lawas. Penelitian ini juga tentu tidak terlepas dengan keberadaan Pemerintah Kabupaten Padang Lawas, khususnya yang terkait langsung dengan pelaksanaan APBD tahun 2010.

C. Informan Penelitian

(38)

penelitian yang telah tercermin dalam fokus penelitian ditentukan secara sengaja. Bahwa subjek penelitian menjadi informan yang akan memberikan informasi yang diperlukan selama proses penelitian. Informan adalah seorang yang benar-benar mengetahui suatu persoalan atau permasalahan tertentu yang dapat memberi informasi yang jelas, akurat, dan terpercaya, baik berupa pernyataan, keterangan atau data-data yang dapat membantu dalam memenuhi persoalan/permasalahan tentu dalam penelitian ini.

Kemudian menurut Bagong Suyanto, (2005:172) informan penelitian meliputi beberapa macam, yaitu 1) Informan kunci (key informan) yaitu mereka yang mengetahui dan memiliki informasi pokok yang diperlukan dalam penelitian; 2) Informan utama yaitu mereka yang dapat memberikan informasi dan terlibat langsung dalam interaksi sosial yang diteliti, dan 3) Informan tambahan yaitu mereke yang dapat memberikan informasi walaupun tidak terlibat langsung dalam interaksi sosial yang diteliti.

Dalam penelitian ini, penulis berhubungan dengan beberapa unsur informan yang terdiri atas:

1. Informan kunci, yaitu pimpinan di DPRD dan kepala daerah sebagai penanggungjawab pelaksana APBD serta Sekretaris Daerah Padang Lawas sebagai ketua panitia anggaran.

2. Informan utama, yaitu anggota DPRD dan Unsur Pejabat Pemerintah (Eksekutif) Padang Lawas lainnya, baik di lingkungan sekretariat dewan maupun di lingkungan SKPD.

(39)

D. Teknik Pengumpulan Data

Dalam proses pengumpulan data primer penulis menggunakan beberapa teknik pengumpulan data, yaitu;

1. Observasi, yaitu penulis melakukan pengamatan secara langsung di lapangan terhadap objek yang diteliti, baik berupa data maupun fenomena yang terjadi serta mencatatnya segala sesuatu yang ada kaitannya dengan masalah yang diteliti. Namun observasi yang dilakukan tidak berstruktur yaitu observasi yang dilakukan tanpa menggunakan guide observasi, tanpa saat kejadian

berlangsung atau tanpa mengikuti keseharian responden. Yaitu peneliti atau

pengamat lebih ditekankan untuk mengembangkan daya pengamatannya

dalam mengamati suatu objek yang diteliti.

2. Wawancara mendalam (depth interview), yaitu melakukan serangkaian tanya jawab antara peneliti dengan anggota DPRD Padang Lawas dan Pimpinan unit kerja yang terkait dengan pelaksanaan APBD terkait dengan fungsi pengawasan DPRD Padang Lawas terhadap pelaksanaan APBD tahun 2010. 3. Dokumentasi, yaitu teknik pengumpulan data dengan cara mempelajari,

menelaah berbagai dokumen resmi, seperti data, peraturan-peraturan dan buku-buku yang memiliki relevansi yang jelas dengan masalah yang diteliti. Penggunaan dokumentasi ini dimaksudkan untuk membantu menjawab persoalan-persoalan tentang apa, kapan, dan dimana peristiwa itu terjadi.

(40)

E. Teknik Analisa Data

Berdasarkan rumusan yang diuraikan di atas, teknik analisis data yang digunakan dalam penelitian ini tentu teknik bersifat kualitatif. Bahwa data yang berhasil dikumpulkan, baik data primer maupun sekunder diteliti kembali guna mengetahui kelengkapan data yang diperoleh, kejelasan rumusan maupun relevansinya untuk dapat dilengkapi lebih lanjut. Kemudian melakukan penyederhaan penyajian data atau informasi tetapi tetap representatif menjadi informasi yang dalam menjelaskan permasalahan penelitian. Dengan memilah-milah informasi berdasarkan kategori yang disiapkan dalam daftar wawancara, observasi, dokumentasi dan dengan menggunakan teori-teori maupun pendapat yang disinggung dalam tinjauan pustaka sehingga dapat ditafsirkan untuk merumuskan kesimpulan penelitian.

(41)

BAB III

HASIL PENELITIAN DAN PEMBAHASAN

A. GAMBARAN UMUM KABUPATEN PADANG LAWAS

A.1. Wilayah dan Kependudukan

Kabupaten Padang Lawas dengan Ibukota Sibuhuan merupakan kabupaten yang baru dimekarkan dari Kabupaten Tapanuli Selatan, Provinsi Sumatera Utara. Kabupaten ini diparipurnakan pada tanggal 27 Juli 2007 dan resmi diundangkan pada tanggal 10 Agustus 2007 dengan Undang-undang Nomor 38 Tahun 2007 tentang Kabupaten Padang Lawas. Kabupaten ini lahir bersamaan dengan lahirnya Kabupaten Padang Lawas Utara yang juga pemekaran dari Kabupaten Tapanuli Selatan, Padang Lawas Utara diundangkan lewat UU.No.37 Tahun 2007. Pada saat mekar, Padang Lawas meliputi 9 (sembilan) kecamatan, yaitu Kecamatan Barumun, Lubuk Barumun, Ulu Barumun, Sosopan, Barumun Tengah, Huristak, Sosa, Hutaraja Tinggi dan Kec. Batang Lubu Sutam. Namun di tahun 2010 ini, pemerintah melakukan pemekaran Kecamatan Barumun Selatan, pecahan dari Kec. Barumun, Kec. Aek Nabara Barumun, Kec. Sihapas Barumun, Kec. Barumun Barat, pecahan dari Kec. Barumun Tengah. Sekarang jumlah Kecamatan di Padang Lawas sebanyak 14 (empat belas) kecamatan. Jumlah penduduk Kabupeten Padang Lawas sekitar 233.933 jiwa (2010) dengan luas keseluruhan sekitar 3.892,74 Km2.

(42)

berbatasan dengan Kabupaten Tapanuli Selatan dan Mandailing Natal. Kabupaten ini terletak di antara antara 1o26’ - 2o11’ LU dan 91o01’ – 95o53’ BT dengan luas wilayah sebesar 4.229,99 Km2 dan ketinggian berkisar antara 0 – 1.915 m diatas permukaan laut. Kontur tanah di Kabupaten Padang Lawas didominasi oleh tanah bergunung dengan luas 279.773 Ha (66,13%) dan hanya 26.863 Ha (6,35%) berupa tanah datar.

A.2. Sarana dan Prasarana

Sebagaimana catatan pemerintah Kabupaten Padang Lawas dan melihat realitas di lapangan, kondisi sarana dan prasarana Padang Lawas relatif tertinggal dibanding dengan kabupaten-kabupaten lain. Baik masalah infrastruktur dasar (jalan & jembatan, listrik, irigasi, prasarana kesehatan, prasarana pendidikan, dan lain-lain) maupun infrastruktur pemerintahan (kantor bupati, DPRD, SKPD, kantor kecamatan, desa, dan lain-lain) dan pelayanan umum (pasar, prasarana olahraga, dan lain-lain)

A.3. Sosial Budaya dan Politik

Masyarakat Padang Lawas relatif religius. Penduduk yang beragama Islam sekitar 95 %. Namun, meski demikian pengaruh adat juga cukup mempengaruhi kehidupan sehari-hari masyarakat Padang Lawas.

(43)

(satu) kursi. Dapem IV Kec. Sosa enam kursi, yang diperoleh Partai Demokrat, PDIP, Golkar, PDK, Patriot dan PPP, masing-masing 1 (satu) kursi. Dapem V Kec. Hutaraja Tinggi lima kursi, yang diperoleh Partai Demokrat, Golkar, PKPB, PDIP dan Republikan, masing-masing 1 (satu) kursi. Pada pemetaan daerah potensial di Sumatera Utara, yang dilakukan pemerintah Provinsi, Kabupaten Padang Lawas termasuk daerah yang memiliki potensi yang luar biasa. Di sektor pertania

A.4. Potensi Daerah dan Aktifitas Ekonomi Masyarakat

Kabupaten Padang Lawas memiliki potensi sumber daya alam (SDA) yang cukup berlimpah. Di sektor perkebunan (sawit, karet, kopi, kakao, dll), pertanian, perikanan, peternakan, kehutanan dan pertambangan (minyak bumi, emas, batubara, bahan galian non-logam, dll)

Sehingga sebagian besar penduduk bekerja dan mendapatkan kehidupan dari sektor perkebunan, pertanian, peternakan dan perikanan. Di sektor pertambangan belum tergali dengan baik.

(44)

Berdasarkan perolehan kursi dan suara, maka DPRD Padang Lawas dipimpin H.Rido Harahap, SE selaku Ketua dari Partai Demokrat, H.Syahwil Nasution, Wakil Ketua dari Golkar, H.Ammar Makruf, Wakil Ketua dari PKPB. Kemudian dibagi menjadi tujuh fraksi berdasarkan tatib yang disepakati pada Bab VIII pasal 12 dan pasal 13, yaitu Fraksi Demokrat yang berjumlah 5 orang, Fraksi Golkar berjumlah 5 orang, Fraksi PKPB, PDIP, PPP, masing-masing berjumlah 3 orang, Fraksi Nasional Bersatu berjumlah tujuh orang, Fraksi Palas Bersatu berjumlah 4 orang.

C. PENGAWASAN DPRD PADANG LAWAS TERHADAP

PELAKSANAAN APBD TAHUN 2010

(45)

DPRD Padang Lawas dalam menjalankan tugas dan fungsinya, termasuk dalam hal pengawasan secara operasional berlandaskan pada tata tertib DPRD Nomor 17 tahun 2010 sebagai turunan dari undang-undang atau peraturan tentang kedudukan DPRD. Dalam tata tertib DPRD Padang Lawas tersebut kembali ditegaskan tentang fungsi DPRD pada Bab III pasal 4 ayat 1 yaitu legislasi, anggaran dan pengawasan. Di mana dalam pasal 4 ayat 4 bahwa fungsi pengawasan diwujudkan dalam mengawasi pelaksanaan peraturan daerah dan APBD. Selanjutnya pada ayat 5 di pasal yang sama mengatakan bahwa ketiga fungsi yang dijalankan dewan adalah representasi rakyat di daerah. Begitu juga dengan tugas dan wewenang DPRD dijelaskan pada Bab IV pasal 5 ayat a sampai k. Demikian seterusnya pada Bab-bab berikutnya menjelaskan tentang bagaimana pelaksanaan hak dan kewajiban anggota DPRD, alat kelengkapan dewan, fraksi, serta tugas-tugas badan maupun unsur-unsur yang ada di DPRD dan juga tentang penjelasan APBD. Ini merupakan mekanisme dan acuan DPRD Padang Lawas dalam menjalankan fungsinya, khususnya fungsi pengawasan.

(46)

sama lain. Dan pada pokoknya controlling atau pengawasan adalah keseluruhan daripada kegiatan yang membandingkan atau mengukur apa yang sedang atau sudah dilaksanakan dengan kriteria, norma-norma, standar atau rencana-rencana yang telah ditetapkan sebelumnya, kata Admosudirdjo (dalam Febriani, 2005:11). Di samping itu, tentu akan menambah pisau kendali lebih terinci dalam mengukur pengawasan yang dijalankan DPRD Padang Lawas terhadap pelaksanaan APBD tahun 2010 yang dilihat sejak proses penyusunan hingga evaluasi LKPJ Kepala Daerah.

Namun yang lebih pokok adalah uraian bagaimana jalannya pengawasan DPRD Padang Lawas terhadap pelaksanaan APBD tahun 2010. Meliputi jalannya tugas dan tanggungjawab alat kelengkapan yang ada di DPRD Padang Lawas dalam menjalankan fungsi pengawasan. Baik menyangkut pengawasan langsung terhadap program atau proyek realisasi APBD di lapangan, termasuk bagaimana kondisi proyek pembangunan fisik dan non-fisik, belanja langsung maupun tidak langsung, serta bagaimana penatausahaan yang dilakukan eksekutif dalam pengelolaan APBD. Kunjungan kerja. Jaring aspirasi masyarakat, baik saat reses maupun tidak, seperti saat adanya aksi (demonstrasi) dengan tuntutannya atau dari dialog-dialog yang melibatkan unsur DPRD Padang Lawas. Kemudian menyangkut evaluasi yang dilakukan DPRD Padang Lawas terhadap Laporan Keterangan Pertanggungjawaban (LKPJ) Bupati.

C.1. Peran dan Pengawasan DPRD Padang Lawas terhadap Perencanaan APBD tahun 2010

(47)

tahu apa yang menjadi kebutuhan dan kepentingannya. Hal ini juga dalam rangka mengeliminir siklus korupsi yang kerap terjadi sejak perencanaan APBD. Dan dalam siklus perencanaan ini tentu harus memperhatikan Permendagri No.25 tahun 2009 tentang Pedoman Penyusunan APBD tahun 2010 di samping peraturan-peraturan lainnya.

Sebagaimana yang lumrah terjadi dalam sejarah administrasi pemerintahan di Indonesia, bahwa dalam perencanaan APBD Padang Lawas tahun 2010 juga jauh dari harapan dalam rangka mewujudkan perencanaan yang benar-benar menyerap aspirasi rakyat. Apa yang diharapkan pasal 2 Permendagri No.25 tahun 2009 tentang Pedoman Penyusunan APBD tahun 2010 sepertinya tidak tergambar dengan baik dalam perencanaan APBD Padang Lawas tahun 2010, yang meliputi : a. Tantangan dan prioritas pembangunan tahun 2010

b. Pokok-pokok kebijakan penyusunan APBD c. Teknis penyusunan APBD; dan

d. Hal-hal khusus

Pedoman yang bertujuan dalam rangka menjaga kesinambungan pembangunan secara nasional maka keterpaduan dan sinkronisasi, kebijakan program/kegiatan antara Pemerintah dengan Pemerintah Daerah perlu lebih ditingkatkan. Keterpaduan dan sinkronisasi dilakukan melalui upaya penyamaan persepsi terhadap tantangan, prioritas dan langkah kebijakan pembangunan yang menjadi perhatian bersama guna tercapainya tujuan pembangunan nasional sebagaimana diamanatkan dalam Undang-Undang Dasar Republik Indonesia 1945.

(48)

terpublikasikan secara luas, seperti forum musyawarah perencanaan pembangunan (Musrenbang) baik di tingkat desa maupun di tingkat kecamatan dan kabupaten. Bahkan Musrenbang di tingkat desa dan kecamatan tidak dilaksanakan. Sehingga kepentingan dan kebutuhan masyarakat di Desa dan Kecamatan tidak terakomodasi secara aspiratif dalam perencanaan APBD Padang Lawas, di mana perencanaan yang dilakukan pemerintah masih terkesan acak karena tidak memberikan partisipasi seluas-luasnya bagi rakyat. Begitu juga dalam forum SKPD Padang Lawas, juga tidak melibatkan unsur-unsur sektor dan delegasi Musrenbang.

Dengan demikian, tergambar bahwa kemauan pemerintah dalam melibatkan masyarakat di setiap ritme pembangunan, terutama sejak perencanaan APBD, masih rendah. Padahal dalam Undang-Undang No.32 tahun 2004 tentang Pemerintahan Daerah pasal 139 ayat 1 cukup tegas memberikan kebebasan yang luas bagi masyarakat untuk menyampaikan aspirasi baik lisan maupun tulisan dalam rangka penyiapan atau pembahasan rancangan perda (peraturan daerah). Bahwa penyerapan aspirasi melalui perencanaan APBD merupakan kegiatan yang terpadu nantinya saat dilakukannya pembahasan perda APBD Padang Lawas. Terkait pelaksanaan Musrenbang di Padang Lawas, bahwa hanya Musrenbang di tingkat Kabupaten yang melibatkan unsur masyarakat, itupun sangat terbatas. Undangan Musrenbang Kabupaten hanya ditujukan kepada tokoh-tokoh masyarakat dengan jumlah yang sangat terbatas serta tidak diberikan peran yang sesuai dalam menyampaikan aspirasinya. Artinya, dalam pelaksanaan Musrenbang banyak tidak mengacu pada Permendagri No.54 tahun 2010 tentang Tatacara Musrenbang.

(49)

H. Mawardi Hasibuan, Imran Joni Hasibuan, serta Raja Parlindungan Nasution ST, selaku tokoh masyarakat dan tokoh pemuda Padang Lawas. Bahwa Musrenbang dilakukan sangat tidak representatif. Dimana undangan atau sosialisasi pelaksanaan Musrenbang sering terlambat. Bahwa pemerintah Padang Lawas melibatkan masyarakat dalam Musrenbang hanya sekedar untuk memenuhi sarat formal, sementara tujuan substansinya ditinggalkan.

Kondisi ini juga menggambarkan bahwa pemerintah Padang Lawas tidak memiliki mekanisme perencanaan APBD yang membuka ruang keterlibatan luas masyarakat. Belum adanya manajemen informasi dan dokumentasi usulan perencanaan. Proses perencanaan dan penyusunan anggaran masih terpisah. Kemudian, tidak sinkronnya antara pendekatan politik, teknokratis, bottom up, top down dan partisipatif dalam merencakan APBD sebagai perwujudan rencana pembangunan secara konfeherenship untuk jangka pendek, menengah dan jangka panjang.

(50)

RPJMD belum ada. Suatu yang fatal dalam menjalankan pemerintahan dan pembangunan. Berarti, Renstra-SKPD yang seharusnya juga memuat visi, misi, tujuan, strategi, kebijakan, program dan kegiatan pembangunan yang bersifat indikatif sesuai dengan tugas dan fungsinya masing-masing, tidak terintegrasi dengan kuat dan sesuai dengan dasar yang ditetapkan. Karena penyusunan Renstra-SKPD sebagaimana dimaksud tersebut berpedoman pada RPJMD, penegasan kedua pointer terakhir dituangkan pada pasal 31 dalam peraturan yang sama.

Bila kondisi ini dihubungkan dengan fungsi pengawasan DPRD Padang Lawas dalam pelaksanan perencanaan APBD tahun 2010 dapat disimpulkan masih lemah. DPRD seharusnya hadir dan berperan serius di setiap tahapan-tahapan yang menjaring aspirasi rakyat. Sesuai dengan tugas pengawasannya, seyogianya DPRD ikut memastikan jalannya mekanisme dan tercapainya substansi perencanaan APBD. Sayangnya RPJMD Padang Lawas baru dibahas pada 23 Mei 2011, padahal Kabupaten Padang Lawas sudah berusia 4 (empat) tahun dan DPRD menyurati dan melakukan pemanggilan lebih serius baru di bulan April-Mei 2011 (surat udangan rapat RPJMD terlampir). Perda-perda yang seharusnya bersinergi dengan APBD pada akhirnya dalam rencana APBD tahun 2010 sama sekali tidak terintegrasi dengan baik, karena Perda tentang itu sendiri belum ada.

(51)

berbagai bentuk, sejak pelaksanaan perencanaan APBD Padang Lawas.

C.2. Peran dan Pengawasan DPRD terhadap Penyusunan APBD Padang Lawas

Proses penyusunan dapat dilihat dalam dua proses, yakni proses yang terjadi di eksekutif dan proses yang terjadi di legislatif.

1. Proses yang terjadi di eksekutif

Proses penyusunan APBD secara keseluruhan berada di tangan Sekretaris Daerah selaku koordinator anggaran yang bertanggung jawab untuk mengkoordinasikan seluruh kegiatan penyusunan APBD. Sedangkan proses penyusunan belanja rutin disusun oleh bagian keuangan Pemerintah Daerah, proses penyusunan penerimaan dilakukan oleh Dinas Pendapatan Daerah dan proses penyusunan belanja pembangunan disusun oleh Bappeda (bagian penyusunan program dan bagian keuangan). Dan dalam penyusunan APBD tentu banyak bergantung pada undang-undang serta peraturan yang berlaku. Misalnya sebagaimana yang disampaikan sebelumnya, ada Peraturan Menteri Dalam Negeri (Permendagri) No.25 tahun 2009 tentang Pedoman Penyusunan APBD tahun 2010. Permendagri ini merupakan acuan penting agar tercapainya sasaran dan target yang diharapkan baik di daerah maupun secara nasional.

2. Proses di legislatif

(52)

a. Setiap tahun menjelang berlakunya tahun anggaran baru, Bupati wajib menyampaikan Rancangan Peraturan Daerah tentang APBD dan lampiran selengkapnya dengan nota keuangan kepada DPRD.

Ternyata Rancangan Peraturan Daerah tentang APBD tahun 2010 Padang Lawas, lampiran, serta nota keuangan APBD disampaikan ke DPRD Padang Lawas sangat terlambat. Yang seharusnya sesuai dengan tatib dewan Padang Lawas, R-APBD dan nota keuangan diserahkan ke DPRD 4 (empat) bulan sebelum habis masa anggaran 2009. Sementara ranperda, lampiran serta nota keuangan APBD disampaikan baru bulan Januari 2010, sehingga mengalami keterlambatan pembahasan di DPRD yang tentu mempengaruhi optimalisasi target dalam pembahasan dan pelaksanaan APBD tahun 2010. Namun meski mengalami keterlambatan, tetapi upaya DPRD untuk mengantisipasi keterlambatan relatif rendah. Hal ini dibuktikan tidak adanya surat peringatan atau tekanan secara institusi sebelumnya kepada eksekutif agar segera menyampaikan R-APBD.

b. Pimpinan DPRD menyerahkan nota keuangan dan Rancangan Peraturan Daerah tentang R-APBD kepada Panitia Anggaran untuk memperoleh pendapatnya.

(53)

menyangkut kinerja dewan. Wajar, pengawasan yang optimalpun tidak mungkin terwujud bila pengarsipan dan dokumentasi tidak beres.

c. Pendapat panitia anggaran diserahkan ke komisi-komisi sebagai bahan pembahasan. Kemudian komisi-komisi melakukan pembahasan R-APBD tersebut.

Sama halnya dengan berkas pendapat panitia anggaran seharusnya disampaikan sekilas dalam sajian penelitian ini, namun sayangnya saat dilakukan penelitian keberadaan berkas pandangan atau hasil pembahasan komisi-komisi terhadap R-APBD juga tidak jelas keberadaannya. Dan telah berulangkali diperiksa di bagian risalah juga tidak ditemukan.

d. Setelah dari komisi-komisi diputuskan secara bersama antara DPRD dengan eksekutif dalam Rapat Paripurna.

e. Pengambilan keputusan dalam rapat paripurna DPRD tentang RAPBD didahului dengan :

• Pendapat akhir fraksi-fraksi

Secara garis besar dari dokumen yang ada, semua fraksi menyampaikan pandangan akhir fraksi dan memiliki catatan masing-masing. Substansi yang disampaikan dalam pandangan akhir fraksi terhadap RAPBD tahun 2010 di antaranya memang cukup kelihatan.

(54)

keuangan daerah yang transparan, efisien, efektif dan akuntabel. Meningkatkan pelayanan di semua sektor, baik pendidikan, infrastruktur, kesehatan dan administrasi di pemerintahan dan mendorong kemandirian daerah. Fraksi PKPB dalam pandangannya, selain menyampaikan sekilas tentang hal yang umum, fraksi ini juga menyinggung masalah formasi CPNS tahun 2010.

Fraksi Nasional Bersatu sesuai isi pandangannya kelihatan hanya sekedar memenuhi sarat formal dalam penyampaian pandangan akhir fraksinya. Tidak ada yang lain dari fraksi yang lain dan tidak ada yang substantif dari pandangan yang disampaikan, bahkan nuansa asal-asalan cukup kelihatan. Fraksi Palas Bersatu disamping sekilas menyampaikan hal-hal yang umum, tapi menyampaikan dan menegaskan bentuk-bentuk yang konkrit terkait dengan kepentingan dan kebutuhan masyarakat kecamatan dan desa. Contohnya, pembangunan di desa-desa di wilayah Barumun Tengah. Begitu juga dengan hal yang detail lainnya, seperti mengingatkan pertanggungjawaban biaya makan-minum aparatur (eksekutif), perjalanan dinas, dan honorer.

Sedangkan pandangan fraksi-fraksi yang lainnya, tidak jauh berbeda. Semua hampir bersifat normatif, hanya sekitar tiga fraksi yang pandangannya lebih menyentuh substansi dan semangat penyelenggaraan otonomi daerah yang baik.

(55)

1. Substansi yang seharusnya disampaikan dalam pandangan akhir fraksi, namun ternyata tidak merata disampaikan semua fraksi. Prihatinnya, ada fraksi yang hanya sekedar memenuhi sarat formal alias asal ada.

2. Isi yang disampaikan pada umumnya relatif mengedepankan nuansa instan atau nuansa kerja pragmatis, yakni tanpa kajian yang baik, aktual dan representatif. Hal ini juga membuktikan tidak adanya persiapan yang matang dan lobi politik antar fraksi untuk menyamakan pandangan dan semangat dalam rangka perbaikan dan optimalisasi untuk pelaksanaan anggaran (APBD) tahun 2010.

3. Kadar penekanan yang kuat dari teks dan konteks yang disampaikan agar eksekutif merasa ‘terkepung’ dengan ‘harapan dan tuntutan’ dewan, hampir tidak ada.

4. Sedikitnya nuansa evaluasi terhadap penyelenggaraan pemerintahan tahun sebelumnya untuk diperbaiki atau dimasukkan dalam APBD tahun 2010. Termasuk bagaimana mendorong upaya serius pemerintah untuk benar-benar melakukan pemerataan pembangunan, terutama di daerah yang sama sekali masih jauh dari sentuhan pembangunan yang menyangkut infrastruktur dasar, mengingat kondisi sarana-prasarana di beberapa wilayah di Padang lawas masih memprihatinkan. Serta, agar lebih maksimal menggali potensi-potensi di beberapa sektor yang belum terjamah.

• Kesimpulan rapat oleh Pimpinan rapat

(56)

C.3. Pengawasan DPRD Padang Lawas terhadap Pelaksanaan APBD tahun 2010

Sebagaimana dipaparkan sebelumnya, dalam menjalankan tugas pengawasannya, DPRD mengacu kepada tata terib yang telah ditetapkan serta undang-undang yang mengatur kedudukan dewan. Selanjutnya dalam operasionalnya pengawasan ini dijalankan alat kelengkapan dewan sebagaimana disinggung pada uraian sebelumnya. DPRD Padang Lawas telah membentuk Badan Kelengkapan Dewan dan Mitra Kerja Eksekutif dengan Komisi di DPRD, tentang mitra kerja ini ditetapkan berdasarkan Keputusan Bupati Padang Lawas. Piranti ini bertujuan untuk efektifitas kinerja dewan dalam menjalankan tugas dan fungsi, khususnya fungsi pengawasan DPRD Padang Lawas terhadap Pelaksanaan APBD.

(57)

a. Pengawasan Langsung terhadap Program atau Proyek Realisasi APBD tahun 2010 di Lapangan dan Peran Alat Kelengkapan Dewan

1. Alat Kelengkapan Dewan Padang Lawas

Kelengkapan Dewan DPRD Padang Lawas terdiri dari : a.Pimpinan

Satu orang Ketua dan dua orang Wakil Ketua b.Badan Musyawarah (Bamus)

Berjumlah 15 orang, Bamus dipimpin pimpinan dewan sendiri, sekretaris Bamus adalah sekretaris dewan, dan anggotanya mewakili fraksi-fraksi.

c.Komisi

Terdiri dari tiga komisi yaitu, Komisi A. Bidang Politik dan Pemerintahan, Komisi B. Bidang Perekonomian dan Keuangan, dan Komisi C. Bidang Pembangunan dan Kesejahteraan Rakyat.

d.Badan Legislasi Daerah e.Badan Anggaran

f.Badang Kehormatan

Daftar Pimpinan dan Anggota beserta Alat Kelengkapan Dewan DPRD Kabupaten Padang Lawas terlampir.

Bahwa formasi alat kelengkapan dewan ini disusun dan ditetapkan adalah untuk optimalnya kerja-kerja dewan. Keterwakilan unsur dewan untuk berpartisipasi aktif dalam mengemban amanah rakyat sesuai dengan bidang masing-masing. Terlebih-lebih dalam mengawasi pelaksanaan APBD.

(58)

1. Terkait dengan tugas pimpinan dewan:

a.Rencana kerja pimpinan dewan belum terbentuk

b.Keterampilan dan penguasaan pimpinan sebagai juru bicara dewan masih kurang mantap di beberapa bidang tertentu, termasuk dalam menyahuti aspirasi, baik saat dialog maupun saat adanya demonstrasi

c.Nuansa kolektif kolegial belum berjalan maksimal 2. Terkait tugas badan musyawarah

a.agenda sidang yang belum berjalan dengan baik, masih seringnya rapat dewan ditunda dan dibatalkan

b.perkiraan dalam penyelesaian suatu masalah dan jangka waktu penyelesaian ranperda masih sering meleset.

3. Terkait tugas komisi

Hal ini melingkupi pengawasan terhadap pelaksanaan perda dan APBD tahun 2010 sesuai dengan ruang lingkup tugas masing-masing, dan akan dijelaskan lebih lanjut di bagian lain. Namun sekilas menyajikan pendapat masyarakat terkait dengan pengawasan komisi-komisi di DPRD Padang Lawas terhadap pelaksanaan APBD 2010, masyarakat berpendapat pengwasan DPRD pada APBD tahun 2010 kurang baik. Hal ini ditandai dengan beruntunnya persoalan-persoalan yang terjadi menyangkut pelaksanaan APBD tahun 2010. Termasuk daya serap APBD yang rendah.

4. Terkait tugas badan legislasi daerah

a. Rencana kerja dan kegiatan balegda belum terbentuk

(59)

5. Terkait tugas badan anggaran

Masih kurang optimalnya saran yang disampaikan kepada kepala daerah tentang rancangan perda APBD tahun 2010, tentang perubahan (P-APBD) dan pertanggungjawaban APBD. Hal ini ditandai keterlambatan dan kurang maksimalnya pembahasan-pembahasan tentang RAPBD, P-APBD, dan terlebih-lebih LKPJ tahun 2010. Dan diyakini ternyata PAD maupun realisasi anggaran jauh dari target. Miliaran rupiah juga kembali ke kas daerah dan negara. Persoalan ini tentu dipengaruhi Visi-misi, RPJMD yang belum jelas, sehingga melemahkan realisasi anggaran dalam APBD 2010.

6. Terkait tugas badan kehormatan dewan

Masih terdapatnya anggota dewan yang kehadiran dan keaktifannya sudah melewati ambang batas kewajaran, namun tidak ada peringatan dan sanksi yang tegas dari BK. Padahal ini sudah menyangkut disiplin atau kepatuhan terhadap moral, etika dan tata tertib dewan yang mempengaruhi martabat, kehormatan, citra dan kredibilitas DPRD.

(60)

tahap selama satu tahun pengawasan pelaksanaan APBD tahun 2010, untuk memudahkan kerja-kerja pengawasan serta agar lebih terfokus. Menyiapkan alat analisis dan kendali dalam melakukan perbandingan harga atau capaian substantif dalam pelaksanaan proyek atau program di lapangan. Merencanakan dan melaksanakan keterlibatan tim ahli dalam melakukan pengawasan di lapangan. Merencanakan dan melaksanakan keterlibatan masyarakat luas untuk sama-sama melakukan pengawasan di lapangan.

Untuk diketahui, dalam R-APBD Padang Lawas tahun 2010 dengan rincian sebagai berikut :

Pendapatan Rp.362.737.756.612 Belanja

a.tidak langsung Rp 142.251.442.418 b.tidak langsung Rp.248.616.314.194 Pembiayaan

a.Penerimaan Rp. 20.000.000.000 b.Pengeluaran Rp.-

Devisit Rp. 8.130.000.000

(61)

Sementara kenyataan di lapangan banyak program atau proyek APBD tahun 2010 yang pelaksanaannya tidak baik, bahkan sebagian di antaranya kategori amburadul dan gagal total. Pengeluaran yang patut dipertanyakan, baik pengeluaran rutin yang terdiri dari belanja aparatur (pegawai) dan pengeluaran pembangunan yang terdiri dari belanja modal investasi (non pegawai) yang mencakup beberapa sektor. Belanja rutin, misalnya biaya perjalanan dinas di lingkungan kantor Bupati dan Sekretariat Daerah, sekitar 4 M, diduga banyak masalah. Belanja langsung, misalnya belanja pengadaan meubiler kecamatan senilai Rp. 1.050.000.000,-, juga diduga kuat terjadi mark-up (pembengkakan) dan tidak didistribusikan ke kecamatan-kecamatan dengan baik. Biaya perawatan jalan sekitar Rp.800.000.000,- tidak jelas pelaksanaannya. Biaya penyusunan Rencana Pembangunan Jangka Panjang Daerah (RPJPD) senilai 2 M juga tidak jelas dikemanakan, karena sepanjang tahun 2010 sama sekali tidak ada pembahasan RPJPD. Begitu juga dengan program MTQ tahun 2010 yang dianggarkan sebesar 1,4 M, sementara berdasarkan informasi yang beredar masih dilakukan ‘pungutan’ terhadap guru-guru PNS dengan jumlah yang bervariasi, antara Rp.15.000 – 50.000 yang peruntukannya untuk kebutuhan penyelenggaraan MTQ tahun 2010 di Lapangan Mahato, Sosa. Sama halnya dengan Dana Bantuan Operasional Sekolah (BOS) tahun 2010 juga terjadi penyalahgunaan. Belanja pembangunan (belanja modal investasi) seperti bantuan sosial, belanja gedung dan bangunan diyakini juga diselimuti banyak persoalan yang berbau korupsi.

Referensi

Dokumen terkait

menyampaikan rancangan perda tentang pertanggungjawaban pelaksanaan APBD kepada DPRD berupa laporan keuangan yang telah diperiksa oleh Badan Pemeriksa Keuangan paling lambat 6 (enam

Bertoak pada penyelenlsa.aan otonom daerah sebelum eta €formasiyang dial!rdaam llLl No 5 Tahun 1974 tentanq Pokok Pokok Pemerintahan d Daerah yang nenoanltp.nsipotofom

Pada konteks ini, pelaksanaan pengawasan yang dilakukan oleh DPRD Kabupaten Tabanan lebih diposisikan pada pengawasan tidak langsung yang lebih bersifat