• Tidak ada hasil yang ditemukan

PERAN PPNS DALAM MENANGGULANGI TINDAK PIDANA ILLEGAL LOGGING

A. Peran PPNS dalam penanggulangan Tindak Pidana Illegal Logging

Berdasarkan tujuan dari kodifikasi dan unifikasi, maka segala tata cara dari suatu proses pidana yang akan diperiksakan diadili oleh lingkungan peradilan umum harus berdasarkan pada Undang-Undang No. 8 Tahun 1981 tentang Kitab Undang-

Obrika Simbolon : Peran PPNS Dalam Menanggulangi Tindak Pidana Illegal Logging (Studi di Dinas Kehutanan

undang Hukum Acara Pidana. Walaupun pada dasarnya baik Undang-Undang No. 41 Tahun 1999 tentang Kehutanan dan Undang-Undang No.8 Tahun 1981 tentang Acara Pidana mempunyai kedudukan yang sejajar, tetapi antara kedua Undang- Undang tersebut mempunyai fungsi yang berbeda karena, Undang-undang No. 41 Tahun 1999 adalah merupakan ketentuan hukum materil yang berfungsi mengatur dan menetapkan kewajiban, larangan atau sanksi pidanannya, sedangkan Undang- Undang No. 8 Tahun 1981 adalah ketentuan hukum formil yang berfungsi mengatur cara-cara menetapkan sansi pidananya secara benar jika terjadi hambatan-hambatan dalam melaksanakan UU No. 41 Tahun 1999.

Pada Tahun 2000 Departemen kehutan melaporkan bahwa laju deforetasi sebesar 1,6 juta Ha, empat Tahun kemudian (2001-2004) meningkat menjadi sekitar 3,6 juta Ha per tahun sebagai maraknya penjarahan hutan dan penebangan liar. Sebuah laporan Pengelolaan Sumber daya Alam (PSDA) menemukan bahwa Illlegal logging menyumbang 67 juta Km3 kayu tiap tahunnya. Studi lainnya mengungkapkan bahwa Illegal logging telah mengakibatkan kerugian materil sebesar paling tidak Rp. 30 triliun per Tahun25

Dalam hal melakukan penyidikan, penyidik kehutanan sepenuhnya

berpedoman kepada hukum acara pidana sebagaimana dimaksud dalam UU No. 8 Tahun 1981, tentang KUHAP.

Di dalam UU No. 41 tahun 1999, penyidikan di bidang Kehutanan adalah suatu proses yang ditangani oleh pejabat Penyidik Polisi Negara Republik Indonesia dan Penyidik Pegawai Negri Sipil (PPNS) Kehutanan, terhadap setiap orang yang melakukan perbuatan dalam tindak pidana kehutanan.

25

Obrika Simbolon : Peran PPNS Dalam Menanggulangi Tindak Pidana Illegal Logging (Studi di Dinas Kehutanan

Dengan demikian penyidik Pegawai Negri Sipil tertentu di lingkungan instansi pemerintah yang lingkup tugas dan tanggungjawabnya di bidang Kehutanan diberi wewenang khusus sebagai Penyidik sebagaimana diamaksud dalam Hukum Acara Pidana yang berlaku.

Kewenangan Penyidik Pegawai Negri Sipil Kehutan dalam melakukan penyidikan sebagaimana diatur dalam Pasal 77 ayat (2) UU No. 41 Tahun 1999 tentang Kehutan terdiri dari:

i. melakukan pemeriksaan atas kebenaran laporan atau keterangan yang berkenaan dengan tindak pidana yang menyangkut hutan, kawasan hutan, dan hasil hutan;

j. melakukan pemeriksaan terhadap orang yang diduga melakukan tindak pidana yang menyangkut hutan, kawasan hutan, dan hasil hutan;

k. memeriksa tanda pengenal seseorang yang berada dalam kawasan hutan atau wilayah hukumnya;

l. melakukan penggeledahan dan penyitaan barang bukti tindak pidana yang menyangkut hutan, kawasan hutan, dan hasil hutan sesuai dengan ketentuan peraturan perundang-undangan yang berlaku;

m. meminta keterangan dan barang bukti dari orang atau badan hukum

sehubungan dengan tindak pidana yang menyangkut hutan, kawasan hutan, dan hasil hutan;

n. menagkap dan menahan dalam koordinasi dan pengawasan penyidik

kepolisian Negara Republik Indonesia sesuai Kitab Undang-Undang Hukum Acara Pidana;

o. membuat dan menandatangani berita acara;

p. menghentikan penyidikan apabila tidak terdapat cukup bukti tentang adanya tindak pidana yang menyangkut hutan, kawasan hutan, dan hasil hutan.

Di dalam penjelasan Pasal 77 UU No. 41 dijelaskan bahwa dalam hal dimulainya Penyidikan Penyidik PNS harus memberitahukan dimulainya penyidikan kepada Penyidik POLRI dan hasil penyidikan diserahkan kepada Penuntut Umum melelui Pejabat Penyidik POLRI, hal ini dimaksudkan untuk memberikan jaminan bahwa hasil penyidikan telah memenuhi ketentuan dan persyaratan. Dan dalam Pasal 39

Obrika Simbolon : Peran PPNS Dalam Menanggulangi Tindak Pidana Illegal Logging (Studi di Dinas Kehutanan

Peraturan Pemerintah No. 45 Tahun 2004 tentang Perlindungan Hutan dikatakan bahwa :

“Dalam rangka kegiatan administrasi penyidikan Pejabat Pegawai Negri Sipil dalm hal tertentu dapat secara lengsung menyampaikan Surat Pemberitahuan kepada instansi terkait dan tembusannya kepada Penyidik Polri”

Dalam hal dimulainya Penyidikan penyidik PNS menyampaikan Surat Pemberitahuan Dimulainya Penyidikan (SPDP) kepada penyidik Polri.

Tindakan-tindakan yang dapat dilakukan PPNS Kehutanan dalam menangani tindak pidana khusus bidang kehutanan antara lain :

a. penyidik melakukan pemeriksaan ke TKP (Tempat Kejadian Perkara) b. Melacak dan menangkap pelaku dari tindak pidana tersebut.

c. Pelaku tindak pidana diserahkan kepada Polri atau Polres setempat untuk pengusutan yang lebih lanjut.

Dalam penenganan kasus tindak pidana khusus bidang kehutanan pada satu ekosistem hutan, ada beberapa tahap-tahap yang harus dilakukan oleh PPNS kehutanan dan Penyidik Polri yaitu :

Tahap penenganan kasus tindak pidana yang dilakukan oleh PPNS Kehutanan: a. Penangkapan tersangka pelaku tindak pidana

Penangkapan tersebut dilakukan oleh PPNS Kehutanan di tempat kejadian perkara pada waktu pelaku tindak pidana tertangkap tangan dan ketika pelaku ditangkap pada saat hendak melarikan diri. Dalam hal ini penangkapan dilakukan pada pelaku tindak pidana yang sudah diketahui orangnya.

Obrika Simbolon : Peran PPNS Dalam Menanggulangi Tindak Pidana Illegal Logging (Studi di Dinas Kehutanan

b. Penahanan sementara tersangka di kantor PPNS Kehutanan selama 1

(satu) hari atau 1 X 24 jam. Hal ini dilakukan untuk melakukan pemeriksaan terhadap pelaku tindak pidana, saksi dan mengumpulkan barang bukti yang diperoleh PPNS Kehutanan. Dan juga PPNS Kehutanan membuat keterangan tersebut.

c. Pengumpulan barang bukti

Pengumpulan barang bukti dilakukan PPNS Kehutanan untuk mengetahui jenis tindak pidana yang dilakuakn oleh PPNS Kehutanan dan untuk mengetahui status dari pelaku tindak pidana.

d. PPNS Kehutanan melakuakan pemeriksaan terhadap : 1) Tersangka

Sehubungan dengan pemeriksaan tersangka, undang-undang telah memberikan beberapa hak yang bersifat perlindungan terhadap hak azasi serta perlindungan terhadap haknya untuk mempertahankan kebenaran dan pembenaran diri.

2) Saksi-saksi

Pada dasarnya pemeriksaan yang dilakukan oleh PPNS kehutanan terhadap tersangka hampir sama dengan pemeriksaan yang dilakukan terhadap saksi yang langsung melihat peristiwa tindak pidana itu dilakukan.

e. Pembuatan Berita Acra Pemeriksaan (BAP)

Hal tersebut perlu dilakukan untuk dapat mengetahui serta membuat laporan kepada penyidik Polri yang merupakan suatu proses tindak lanjut yang dilakukan terhadap pelaku tindak pidana bidang kehutanan tersebut.

Obrika Simbolon : Peran PPNS Dalam Menanggulangi Tindak Pidana Illegal Logging (Studi di Dinas Kehutanan

f. Penyerahan tersangka beserta surat pengantar dari PPNS kehutanan kepada Penyidik Polri

Penyerahan tersangka kepada Penyidik Polri adalah untuk dapat melakukan tindak lanjut dalam pemeriksaan perkara yang dilakukan kepada pelaku tindak pidana.

Setelah dilakukannya tahap-tahap penangkapan tindak pidana yang dilakukan PPNS Kehutanan yerhadap pelaku tindak pidana, maka dilakukan beberapa tahap-tahap yang dilakukan penyidik Polri sebagai tindak lanjut yang dilakukan, yaitu :

1. setelah PPNS Kehutanan menyerahkan tersangka beserta surat pengantar kepada Penyidik Polri, maka penyidik Polri melakukan penyidikan lanjut terhadap : Tersangka, Saksi-saksi,dan Barang bukti yang cukup kuat. 2. Pembuatan Berita Acara Pemeriksaan (BAP)

Setelah dilakukan proses pemeriksaan, maka penyidik Polri membuat Berita Acara Pemeriksaan yang berarti ada tindak pidana yang terjadi, serta merupakan berkas di Kepolisian agar dapat dilaporkan kepada Kapolda setempat.

3. Pelimpahan ke kantor Pengadilan atau ke kantor kejaksaan

Hal ini dilakukan untuk membela akan kepentingan dari tersangka agar dapat memperoleh perlindungan hukum hingga menjadi status terdakwa. Dalam melaksanakan tugas penyidik terhadap suatu tindak pidana khusus bidang Kehutanan (illegal logging) terdapat ciri-ciri yang khas dalam penanganannya, yaitu

Obrika Simbolon : Peran PPNS Dalam Menanggulangi Tindak Pidana Illegal Logging (Studi di Dinas Kehutanan

1. PPNS Kehutanan menerima laporan dan mengetahui sendiri telah terjadi suatu tindak pidana bidang kehutanan maka dengan segera PPNS Kehutanan melakukan penangkapan terhadap pelaku tindak pidana tersebut.

2. PPNS Kehutanan kemudian melakukan penahanan selama-lamanya 1-2 hari, bila kemudian ditemukan cukup bukti-bukti yang kuat dari si pelaku (tersangka) untuk selanjutnya diperiksa untuk dibuat Berita Acara Pemeriksan(BAP).

3. di dalam proses ini pihak Polri setempat harus diberitahu oleh PPNS Kehutanan bahwa telah terjadi tindak pidana Khusus bidang kehutanan dan si tersangka dalam proses pemeriksaan.

4. Untuk kepentingan penyidikan, PPNS Kehutanan diberi petunjuk oleh Penyidik Polri mengenai proses penyidikan tindak pidana yang terjadi. 5. bila proses pemeriksaan penyidikan dianggap telah cukup oleh PPNS

Kehutanan maka si tersangka diserahkan kepada Penyidik Polri setempat yang disertai dengan BAP dan surat pelimpahan pemeriksaan. Bila proses pemeriksaan dianggap lenkap maka pihak Polri berkewajiban untuk melengkapinya.

6. dalam hal proses penyidikan dianggap telah selesai oleh penyidik PPNS Kehutanan tersebut, maka PPNS kehutanan segera menyerahkan hasil penyidikannya kepada penuntut umum melalui penyidik Polri.

7. dalam hal penuntut umum berpendapat bahwa hasil penyidikan masih kurang lengkap, penentut umum segera mengembalikan berkas perkara kepada penyidik Polri disertai petunjuk untuk dilengkapi.

Obrika Simbolon : Peran PPNS Dalam Menanggulangi Tindak Pidana Illegal Logging (Studi di Dinas Kehutanan

8. dalam hal Penuntut Umum mengembalikan hasil penyidikan untuk

dilengkapi, Penyidik wajib segera melakukan penyidikan tambahan dengan petunjuk dari penuntut umum.

9. penyidikan dianggap telah selesai dalam waktu 14 hari Penuntut Umum tidak mengembalikan hasil penyidikan atau apabila sebelum batas waktu tersebut berakhir telah ada pemberitahuan tentang hal itu dari Penuntut Umum kepada Penyidik.

Hukum pidana merupakan bagian dari hukum publik. Hukum yang mengatur tingkah laku manusia agar dapat tertib dalam berhubungan dengan sesamanya. UU 41 tahun 1999 merupakan landasan hukum untuk pembinaan dan pengembangan perlindungan hutan di Indonesia. Dengan adanya ketentuan Pidana di dalam UU 41 Tahun 1999 menanggulangi akibat dari lahirnya suatu tindak pidana di bidang kehutanan. Luasnya kawasan hutan yang ada di wilayah Hukum Sumatera utara memang menjadi satu kendala bagi aparat penegak hukum di dalam upaya penegakan hukum dan perlindungan hutan di Sumatera Utara. Berdasarkan data yang diperoleh dari Dinas Kehutanan Luas kawasan Hutan di Provinsi Sumatera Utara sebesar 3.679.338,48 Ha. Yang terdiri dari :

1. Hutan Konservasi 362.333,69 Ha 2. Hutan Lindung 1.481.737,69 Ha 3. Hutan Produksi terbatas 851.159,07 Ha 4. Huatn Produksi tetap 936.861,12 Ha 5. Hutan Konversi 47.251,24 Ha

data ini berdasarkan rencana Tata Ruang Propinsi Sumatera Utara 2003-2018 yang dituangkan dalam Perda No. 7 Tahun 2003.

Obrika Simbolon : Peran PPNS Dalam Menanggulangi Tindak Pidana Illegal Logging (Studi di Dinas Kehutanan

Luasnya kawasan hutan yang ada di daerah sumatera Utara ini tidak sebanding dengan jumlah personil pengamanan hutan. Menurut data yang diperoleh jumlah Polisi Hutan yang ada di Provinsi Sumatera Utara pada Tahun 2006 berjumlah 150 orang. :

1. Tapanuli Selatan 12 orang

2. Deli Serdang 1 orang

3. Serdang Bedagai 7 orang

4. Langkat 15 orang

5 Toba Samosir 15 orang

6. Kabupaten Asahan 15 orang

7. Labuhan Batu 25 orang

8. Mandailing Natal 11 orang

9. Kabupaten Nias 5 orang

10. Tapanuli Tengah 3 orang

11. Dairi 17 orang

12. Tapanuli Utara 24 orang

13. Dinas Kehutanan Provinsi SU 21 orang

14. Wilayah I Medan 30 orang

15. Wilayah II Siantar 12 orang

16. Wilayah III Kisaran 36 orang

17. Wilayah IV P. Sidempuan 25 orang

18. Wilayah V Kabanjahe 26 orang

Itu artinya seorang polisi Hutan di Sumatera Utara menjaga +

Sedangkan jumlah Penyidik Pegawai Negri Sipil yang ada di Sumatera Utara menurut data yang diperoleh, pada Tahun 2006 jumlah Penyidik Pegawai Negri Sipil 32 orang :

24.548 Ha hutan. Hal ini akan sangat menyulitkan bagi aparat untuk dapat menjaga hutan dan hasil hutan yang ada di Sumatera Utara. Selain itu juga kurangnya sarana dan prasarana turut menyulitkan aparat Polisi Kehutanan dalam melakukan perlindungan erhadap hutan.

1. Dinas Kehutanan Provinsi SU 13 orang

2. Tapanuli Selatan 2 orang

3. Deli Serdang 1 orang

Obrika Simbolon : Peran PPNS Dalam Menanggulangi Tindak Pidana Illegal Logging (Studi di Dinas Kehutanan

5. Tobasa 1 orang

6. Wilayah I Medan 4 orang

7. Wilayah II Siantar 1 orang

8. Wilayah III Kisaran 3 orang

9. Wilayah IV Padang Sidempuan 2 orang

10. Wilayah V Kabanjahe 4 orang

Jumlah Penyidik Pegawai Negri Sipil ini dirasa masih sangat kurang

mengingat banyaknya kasus-kasus Kehutanan khususnya Illegal logging di Sumatera Utara. Dalam hal di daerah tertentu tidak tersedia Penyidik Pegawai Negri Sipil maka daerah dapat meminta bantuan tenaga Penyidik dari Dinas Kehutanan Provinsi, atau dapat menyerahkan penanganan kasus tersebut kepada penyidik dari Kepolisian.26

1. Karena ketrbatasan yang selalu dihadapi Penyidik Polri, khususnya keterbatasan dalam jumlah personil di bidang penyidikan.

Peran Penyidik PNS Kehutanan seperti yang diatur dalam Undang-Undang 41 Tahun 1999 dirasakan lebih efektif dalam melakukan Penyidikan di didang Kehutanan disebabkan.

2. Keterbatasan pengetahuan di bidang tertentu menyebabkan Polri tidak mampu menangani semua tindak pidana yang terjadi.

B Hubungan antara PPNS dan Penyidik Polri

Pasal 1 butir 1 KUHAP yang dimaksud dengan penyidik adalah Pejabat Polisi Negara Republik Indonesia atau Pegawai Negri Sipil tertentu yang diberi wewenang khusus oleh Undang-Undang untuk melakukan penyidikan.

26

Obrika Simbolon : Peran PPNS Dalam Menanggulangi Tindak Pidana Illegal Logging (Studi di Dinas Kehutanan

Dalam pasal 6 KUHAP ditentukan bahwa syarat kepangkatan Pejabat Polisi Negara Republik Indonesia yang berwenang menyidik akan diatur lebih lanjut dengan Peraturan Pemerintah. Peraturan Pemerintah yang dimaksud dalam Pasal 6 ayat (2) KUHAP tersebut adalah Peraturan Pemerintah No. 27 Tahun 1983 yaitui tentang pelaksanaan Kitab Undang-Undang Hukum Acara Pidana.

Dalam Peraturan Pemerintah No. 27 tahun 1983 pada Pasal 2 telah ditetapkan kepangkatan pejabat Polisi menjadi penyidik atau sekurang-kurangnya Pembantu Letnan Dua Polisi, sedangkan bagi Pegawai Negri Sipil yang dibebani wewenag penyidikan adalah sekurang-kurangnya Pengatur Muda Tingkat II (gol II/b) atau yang disamakan dengan itu.

Suatu pengecualian, jika di suatu tempat tidak ada pejabat penyidik berpangkat Pembantu Letnan Dua ke atas, maka Komandan sektor Kepolisian yang berpangkat Bintara di bawah Pembantu Letnan Dua Polisi karena jabatannya adalah Penyidik. Penyidik Pejabat Polisi Negara tersebut diangkat oleh Kepala Kepolisian Republik Indonesia, yang dapat melimpahkan wewenag tersebut kepada pejabat polisi lain.

Penyidik Pegawai Negri Sipil diangkat oleh Mentri Kehakiman atas usul departemen yang mebawahi pegawai tersebut. Wewenang kepangkatan tersebut dapat dilimpahkan pula oleh Mentri Kehakiman. Sebelum kepangkatan, terlebih dahulu Mentri Kehakiman meminta pertimbangan jJaksa Agung dan Kepala Kepolisian Republik Indonesia.

Selanjutnya pada Pasal 3 Peraturan Pemerintah No. 27 Tahun 1983 menentukan bahwa Penyidik pembantu adalah pejabat Polisi Negara Republikl Indonesia yang berpangkat Sersan Dua Polisi dan Pegawai Negri Sipil tertentu

Obrika Simbolon : Peran PPNS Dalam Menanggulangi Tindak Pidana Illegal Logging (Studi di Dinas Kehutanan

dalam lingkungan Kepolisian Negara Republik Indonesia yang sekurang-kurangnya berpangkat Pengatur Muda (Golongan II/a) atau yang disamakan dengan itu.

Kedua macam penyidik yang tersebut di atas diangkat oleh Kepala Kepolisian Negara Republik Indonesia atau usul komandan atau pemimpin kesatuan masing-masing. Wewenang kepangkatan ini dapat juga dapat dilimpahkan kepada pejabat Kepolisian yang lain.

Hubungan antara penyidik Polisi Republik Indonesia dengan Pejabat Pegawai Negri Sipil dapat dilihat dalam ketentuan Pasal 107 KUHAP, yaitu;

1. untuk kepentingan penyidikan, penyidik tersebut pada Pasla 6 ayat (1) huruf a memberikan petunjuk kepada penyidik tersebut pada Pasal 6 ayat (1) huruf b dan memberikan bantuan penyidikan yang diperlukan.

2. Dalam hal suatu peristiwa yang patut diduga merupakan tindak pidana sedang dalam penyidikan oleh penyidik tersebut pada Pasal 6 ayat (1) huruf b dan kemudian ditemukan bukti yang kuat untuk diajukan kepada penuntut umum, penyidik tersebut pada Pasal 6 ayat 1 huruf b melaporkan hal itu kepada penyidik tersebut pada Pasal 6 ayat 1 huruf a. 3. dalam hal tindak pidana telah selesai disidik oleh penyidik tersebut pada

Pasal 6 ayat 1 huruf b, segera ia menyerahkan hasil penyidikannya kepada penuntut umum melalui penyidik tersebut pada Pasal 6 ayat 1 huru a.

kemudian dalam penjelasan Pasal 107 KUHAP tersebut dinyatakan bahwa:

Penyidik sebagaimana dimaksud dalam Pasal 6 ayat 1 huruf a, diminta atau tidak diminta berdasarkan tanggungjawabnya wajib memberikan bantuan penyidikan itu kepada penyidik tersebut pada Pasal 6 ayat 1 huruf a.

Kemudian Penyidik sebagaimana dimaksud dalam Pasal 6 ayat 1 huruf a. dalam melakukan penyidikan suatu perkara pidana wajib melaporkan hal itu kepada penyidik sebagaimana dimaksud dalam Pasal 6 ayat 1 huruf a disertai dengan berita acara penyidikan yang dikirim kepada penuntut umum.

Obrika Simbolon : Peran PPNS Dalam Menanggulangi Tindak Pidana Illegal Logging (Studi di Dinas Kehutanan

Penyidik Pegawai negri Sipil diberi wewenang khusus oleh Undang-undang dalam melakukan penyidikan. Penyidik Pegawai Negri Sipil diatur dalam Pasal 6 ayat 1 huruf b, yaitu Pegawai Negri Sipil yang mempunyai fungsi dan wewenang sebagai penyidik. Pada dasarnya wewenang yang mereka miliki bersumber pada undang- undang khusus, yang telah menetapkan sendiri mengenai pemberian wewenang kepada Penyidik Pegawai Negri Sipil pada salah satu Pasal.

Jadi di samping penyidik Polri, dalam undang-undang khusus tersebut memberi wewenang kepada pejabat Pegawai negri sipil yang bersangkutan dalam melakukan penyidikan. Misalnya dalam Undang-undang No. 41 tahun 1999 tentang kehutanan dalam Pasal 77 mengenai penyidikan dalam pasal 2, adapun wewenang dari Pejabat Penyidik Pegawai Negri Sipil sebagaimana yang dimaksud pada ayat 1, berwenang untuk:

a. melakukan pemeriksaan atas kebenaran laporan atau keterangan yang berkenaan dengan tindak pidana yang menyangkut hasil hutan, kawasan hutan dan hasil hutan.

b. Melakukan pemeriksaan terhadap orang yang diduga melakukan tindak pidana yang menyangkut hutan, kawasan hutan, dan hasil hutan.

c. Memeriksa tanda pengenal seseorang yang berada dalam kawasan hutan atau wilayah hukumnya;

d. Melakukan penggeledahan dan penyitaan barang bukti tindak pidana

yang menyangkut hutan, kawasan hutan, dan hasil hutan sesuai dengan ketentuan peraturan perundang-undangan yang berlaku;

Obrika Simbolon : Peran PPNS Dalam Menanggulangi Tindak Pidana Illegal Logging (Studi di Dinas Kehutanan

e. Meminta keterangan dan barang bukti dari orang atau badan hukum

sehubungan dengan tindak pidana yang menyangkut hutan, kawasan hutan dan hasil hutan;

f. Menagkap dan menahan dalam koordinasi dan pengawasan Penyidik

Kepolisian Negara republik Indonesia ssesuai Kitab Undang-Undang Hukum Acara Pidana;

g. Membuat dan menandatangani berita acara;

h. Menghentikan Penyidikan apabila tidak terdapat cukup alat bukti tentang adanya tindak pidana yang menyangkut hutan, kawasan hutan dan hasil hutan.

Wewenang Penyidikan yang dimiliki oleh Pejabat Pegawai Negri Sipil hanya terbatas sepanjang yang menyangkut dengan tindak pidana yang diatur dalam undang-undang tertentu. Adapun yang menjadi kedudukan dan wewenang penyidik pegawai negri sipil dalam melaksanakan tugas penyidikan;

a. penyidik Pegawai Negri Sipil kedudukannya berada di bawah koordinasi penyidik Polri dan di bawah pengawasan Penyidik Polri.

b. Untuk kepentingan penyidikan, penyidik Polri memberikan petunjuk

kepada penyidik pegawai negri sipil tertentu, dan memberikan bantuan penyidikan yang diperlukan.

c. Penyidik pegawai negri sipil tertentu harus melaporkan kepada penyidik Polri tentang adanya suatu tindak pidana yang sedang disidik, jika dari penyidikan itu oleh penyidik pegawai negri sipil ada ditemukan bukti yang kuat untuk mengajukan tindak pidananya kepada penuntut umum. d. Apabila penyidik pegawai negri sipil telah selesai melakukan penyidikan,

hasil penyidikan tersebut harus diserahkan kepada penuntut umum. Cara penyerahannya kepada penuntut dilakukan penyidik pegawai negri sipil melalui peyidik Polri. Apabila Penyidik Pegawai Negri sipil menghentikan penyidikan yang telah dilaporkan kepada penyidik Polri, penghentian penyidikan harus diberitahukan kepad apenyidik Polri dan Penuntut umum.27

27

Obrika Simbolon : Peran PPNS Dalam Menanggulangi Tindak Pidana Illegal Logging (Studi di Dinas Kehutanan

C Pelaku dan modus Operandi Tindak Pidana Illegal Logging

Secara umum dalam suatu tindak pidana yang terjadi biasanya melibatkan beberapa orang atau lebih dari satu orang. Dimana keterlibatan orang-orang tersebut dapat berupa:

a. beberapa orang bersama-sama melakukan delik

b. mungkin saja seseorang yang mempunyai kehendak dan merencanakan

delik, tapi delik tersebut tidak dilakukannya sendiri tetapi delik tersebut tidak dilakukannya sendiri tetapi ia menggunakan orang lain untuk melaksanakan delik tersebut

c. dapat juga terjadi, hanya seseorang yang melakukan delik sedangkan orang lain membantu orang lain itu dalam melaksanakan delik.28

Mengenai masalah pelaku diatur juga dalam KUHP, dalam KUHP mengenai siapa saja yang dapat dipidana sebagai pelaku dari suatu tindak pidana dimuat dalam Pasal 55 KUHP, yaitu :

1. Orang yang melakukan (Pleger)

Dalam hal ini adalah seseorang yang secara sendiri melakukan perbuatan tindak pidana. Dimana pelakunya adalah tunggal terhadap pelaku tindak pidana yang tunggal dapat diminta pertanggungjawabannya apabila memenuhi semua unsur dari yang terdapat dalam rumusan delik. Misalnya seorang yang secara sengaja mencuri dan menebang kayu di dalam hutan. 2. Orang yang menyuruh melakukan (Doen Pleger)

28

Obrika Simbolon : Peran PPNS Dalam Menanggulangi Tindak Pidana Illegal Logging (Studi di Dinas Kehutanan

Dalam hal ini harus ada setidaknya dua orang, yaitu orang yang menyuruh melakukan dan orang yang disuruh melakukan. Orang yang menyuruh melakukan tidak melakukan tindak pidana akan tetapi orang yang disuruhlah yang melakukan tindak pidana tersebut. Misalnya orang yang menyuruh orang lain untuk mencuri dan menebang kayu di dalam hutan.

3. Orang yang turut serta melakukan (Medepleger)

Dalam hal ini harus ada dua orang yang secara bersama-sama melakukan suatu tindak pidana, mereka ini secara sadar bersama-sama melakukan tindak

Dokumen terkait