• Tidak ada hasil yang ditemukan

BAB III : PERANAN KEPOLISIAN DALAM MEMBERANTAS

B. Peran Pre-emtif

Bila diamati lebih jauh kejahatan money laundering itu sangat potensial dalam mempengaruhi atau menggangu perekonomian baik nasional maupun internasional karena membahayakan efektifitas operasi sistem perekonomian dan bisa pula menimbulkan kebijakan ekonomi yang buruk, terutama pada negara- negara tertentu. Praktik money laundering juga membuat ketidakstabilan pada ekonomi nasional karena money laundering dapat menyebabkan fluktuasi yang tajam pada nilai tukar dan suku bunga. Selain itu, uang hasil money laundering

dapat saja beralih dari suatu negara yang perekonomiannya baik ke negara lain dengan perekonomian yang kurang baik. Sehingga secara perlahan-lahan dapat menghancurkan pasar finansial dan mengurangi kepercayaan publik kepada sistem finansial, yang pada gilirannya dapat mendorong kenaikan tingkat resiko dan ketidakstabilan dari sistem perekonomian yang berakibat pada menurunnya angka pertumbuhan ekonomi dunia.104

Kondisi sosial yang ditenggarai sebagai faktor penyebab timbulnya kejahatan adalah masalah-masalah yang sulit dipecahkan bila hanya mengandalkan pendekatan penal semata. Oleh karena itulah, pemecahan masalah

103

Ibid, Hal. 159. 104

kejahatan harus didukung oleh pendekatan non penal berupa kebijakan sosial dan pencegahan kejahatan berbasiskan masyarakat.105

Menurut Tim Hope, pencegahan kejahatan oleh masyarakat mengarah kepada tindakan-tindakan yang diharapkan dapat merubah kondisi sosial yang mendukung terjadinya kejahatan di kediaman masyarakat. Fokus perhatiannya dikonsentrasikan pada kemampuan institusi sosial lokal untuk mengurangi angka kejahatan. Institusi lokal ini mewadahi anggota masyarakat dalam suatu komunitas untuk bekerjasama secara sungguh-sungguh, memberikan bimbingan dan mengatur etika berprilaku, khususnya bagi anak-anak muda. Community crime

prevention ini dapat didekati melalui dua dimensi, pertama melalui dimensi

horizontal dari hubungan sosial antara orang-orang dan grup-grup dalam masyarakat. Kedua, melalui dimensi vertikal dari relasi sosial yang menghubungkan institusi lokal dengan komunitas yang lebih luas dari civil society.106

Kebijakan penanggulangan kejahatan melalui non penal, selain melalui peran preventif pihak Kepolisian dan lembaga terkait lainnya, juga dapat ditinjau dari pendekatan peran pre-entif dari pihak Kepolisian dan lembaga terkait tersebut. Yang dimaksud dengan pendekatan atau peran secara pre-entif ini merupakan suatu upaya untuk mencegah secara dini agar tidak terjadi kejahatan dalam masyarakat. Sistem ini dilakukan bersifat moralistis yaitu bekerja sama dengan tokoh masyarakat dan tokoh agama untuk menyebarkan norma-norma maupun ajaran agama kepada masyarakat sehingga mereka dapat mengekang nafsu untuk

105

Mahmud Mulyadi, Op cit, Hal. 57. 106Ibid,

berbuat jahat, dan disamping itu melakukan pembimbingan disiplin terhadap anak- anak remaja seperti melakukan penyuluhan ke sekolah-sekolah tingkat SLTP dan SLTA sampai ke Perguruan Tinggi dalam bentuk ceramah-ceramah mengenai kejahatan yang dipandang perlu agar dapat menjaga diri.107

Pendidikan memainkan peran yang penting untuk mencegah terjadinya kejahatan. Sekolah mempunyai peranan yang integral dalam proses sosialisasi sehingga dapat memberikan pengaruh positif untuk menghambat penyimpangan perilaku dikalangan anak-anak muda. Namun kondisi umum yang dihadapi oleh lembaga pendidikan dewasa ini adalah: (a) resisten terhadap perubahan; (b) program pendidikan tidak fokus dengan kebutuhan siswa; (c) kurangnya daya kompetisi siswa; (d) kurangnya partisipasi orang tua; (e) kurangnya proses demokrasi; (f) tujuan pengajaran yang ambigu dengan kemampuan instruktur, dan (g) tidak cukup dukungan untuk menghubungkan sekolah sebagai bagian dari komunitas masyarakat.108

Pendidikan melalui lembaga sekolah dapat menggunakan pengaruhnya untuk mencegah terjadinya kejahatan kepada siswa-siswanya melalui peningkatan kepekaan siswa terhadap lingkungan kehidupannya, baik keluarga, kelompok belajar, maupun lingkungan tempat tinggalnya. Lebih dari itu, sekolah harus melibatkan diri dalam penanggulangan kejahatan mulai dari tahun-tahun ajaran baru dengan cara mendata secara komprehensif informasi tentang siswa, baik berupa identitas dan latar belakang kehidupan mereka. Dengan demikian diharapkan sekolah dapat merumuskan kebijakan pendidikan yang sesuai dengan

107

Ediwarnan dan Tim Pengajar, Op cit, Hal. 42. 108

kebutuhan siswanya. Oleh karena itu, beberapa program yang dapat dilakukan sekolah antara lain:109

1. Mengadopsi program-program pelatihan guru untuk para orang tua siswa; 2. Mengajarkan dan menerapkan proses demokrasi dan sikap yang adil di dalam

aktivitas sekolah;

3. Menuntaskan kebutahurufan semenjak pendidikan dasar;

4. Menyediakan pelayanan bahasa khusus untuk siswa-siswa yang beda budaya; 5. Mengembangkan program-program penyiapan karir di sekolah;

6. Menyediakan dukungan terhadap pelayanan yang efektif di sekolah;

7. Menawarkan program pendidikan alternatif bagi siswa yang sering berprilaku menyimpang;

8. Membuka sekolah seluas-luasnya untuk aktivitas kemasyarakatan; 9. Mengadopsi merit policy pelatihan dan promosi untuk guru-guru.

Kebijakan ataupun peran pre-entif pihak Kepolisian dalam pencegahan dan pemberantasan tindak pidana pencucian uang adalah dengan melakukan pembimbingan disiplin seperti melakukan penyuluhan yang dilakukan pihak Kepolisian maupun lembaga terkait lainnya terhadap sekolah-sekolah tingkat SLTP dan SLTA sampai pada universitas ataupun perguruan tinggi, dapat dilakukan ke dalam bentuk kunjungan-kunjungan dengan memberikan ceramah, seminar, workshop, kunjungan, dan upaya-upaya lainnya agar para kaum muda- mudi tersebut mengerti dan paham mengenai kriminalisasi dan keberadaan serta perkembangan tindak pidana pencucian uang itu sendiri.

109

Pendidikan keagamaan terhadap seseorang merupakan upaya yang passif untuk mereduksi terjadi kejahatan. Selain itu juga, lembaga-lembaga keagamaan mempunyai landasan yang kuat untuk melibatkan para anggotanya dalam upaya penanggulangan kejahatan. Sedangkan komunitas-komunitas ini keagamaan ini mendorong para anggota perkumpulannya yang tersebar di seluruh belahan dunia untuk melakukan kegiatan penanggulangan kejahatan bekerja sama dengan pihak- pihak terkait. Secara khusus, komunitas religius ini dapat melakukan:110

1. Pendataan dan pendaftaran bagi komunitas-komunitas keagamaan untuk berpartisipasi dalam penanggulangan kejahatan;

2. Mendorong lembaga-lembaga keagamaan untuk menginformasikan di daerah masing-masing tentang permasalahan kejahatan;

3. Mendata lembaga-lembaga keagamaan yang mendukung upaya

penanggulangan kejahatan;

4. Membuka fasilitas-fasilitas rumah ibadah untuk keperluan program penanggulangan kejahatan;

5. Mempromosikan partisipasi kelompok-kelompok keagamaan dalam sistem peradilan pidana.

Dalam konteks ini adalah bagaimana menciptakan komunitas masyarakat yang religius sesuai dengan agama dan kepercayaannya masing-masing sehingga dapat mendorong anggota masyarakat untuk tidak melakukan kejahatan.111 110 Ibid, Hal. 61. 111Ibid , Hal. 61.

Dalam upaya pencegahan melalui pendekatan ini pihak Kepolisian dapat menjalin kerja sama dengan tokoh-tokoh masyarakat serta pemuka-

pemuka agama untuk memberikan penyuluhan dan bimbingan-bimbingan kepada setiap lapisan masyarakat agar mereka tidak turut untuk melakukan kehajatan.

Dokumen terkait