BAB III : PERANAN KEPOLISIAN DALAM MEMBERANTAS
C. Peran Represif
Istilah “kebijakan” berasal dari bahasa Inggris “policy” atau bahasa Belanda “politiek”. Istilah ini dalam bahasa Indonesia sering diterjemahkan dengan kata “politik”, oleh karena itu kebijakan hukum pidana biasa disebut juga dengan politik hukum pidana. Berbicara mengenai politik hukum pidana, maka tidak terlepas dari pembicaraan mengenai olitik hukum secara keseluruhan karena hukum pidana adalah salah satu bagian dari ilmu hukum. Oleh karena itu sangat penting untuk dibicarakan tentang politik hukum.112
Menurut Soedarto, politik hukum adalah usaha untuk mewujudkan peraturan-peraturan yang baik dengan situasi dan kondisi tertentu. Secara mendalam dikemukakan juga bahwa politik hukum merupakan kebijakan negara melalui alat-alat perlengkapannya yang berwenang untuk menetapkan peraturan- peraturan yang dikehendaki dan diperkirakan dapat digunakan untuk mengekspresikan apa yang terkandung dalam masyarakat dalam rangka mencapai apa yang dicita-citakan.113
Senada dengan pernyataan diatas, Solly Lubis juga menyatakan bahwa politik hukum adalah kebijaksanaan politik yang menentukan peraturan hukum apa yang seharusnya berlaku mengatur berbagai hal kehidupan bermasyarakat dan bernegara. Mahfud M.D., juga memberikan defenisi politik hukum sebagai
112
Mahmud Mulyadi, Op cit, Hal. 65. 113
kebijakan mengenai hukum yang akan atau telah dilaksanakan secara nasional oleh pemerintah. Berdasarkan pengertian tentang politik hukum sebagaimana dikemukakan di atas, maka secara umum dapat ditarik kesimpulan bahwa politik hukum pidana merupakan upaya menentukan ke arah mana pemberlakuan hukum pidana di Indonesia di masa yang akan datang dengan melihat penegakannya saat ini. Hal ini juga berkaitan dengan konseptualisasi hukum pidana yang paling baik untuk diterapkan.114
A.Mulder mengemukakan secara rinci tentang ruang lingkup politik hukum pidana yang menurutnya bahwa politik hukum pidana adalah garis kebijakan untuk menentukan: (a) seberapa jauh ketentuan-ketentuan pidana yang berlaku perlu dilakukan perubahan atau diperbaharui; (b) apa yang dapat diperbuat untuk mencegah terjadinya kejahatan; (c) cara bagaimana penyidikan, penuntutan, peradilan dan pelaksanaan pidana harus dilaksanakan.115
Kebijakan hukum pidana atau kebijakan penal ini diterapkan dengan metode atau peran secara represif. Yang dimaksud dengan metode atau peran secara represif adalah penerapan hukum pidana kepada mereka yang telah melakukan kejahatan walaupun mereka masih tergolong anak-anak, kepada mereka yang telah melakukan kejahatan ditindak, kemudian diproses dan dilanjutkan sesuai dengan prosedur hukum yang berlaku.116
Dalam konteks kepentingan nasional ditetapkannya Undang-Undang Tindak Pidana Pencucian merupakan penegasan bahwa pemerintah atau sektor swasta bukan merupakan bagian dari masalah, tetapi bagian dari penyelesaian
114 Ibid, Hal. 66. 115 Ibid, Hal. 66. 116
masalah, baik disektor ekonomi, keuangan, maupun perbankan. Usaha pertama yang harus ditempuh oleh suatu negara untuk dapat mencegah dan memberantas praktik pencucian uang adalah dengan membentuk undang-undang yang melarang perbuatan dan menghukum dengan berat para pelaku tindak pidana pencucian uang. Dengan adanya undang-undang tersebut diharapkan tindak pidana pencucian uang dapat dicegah atau diberantas.117
1. Penundaan Transaksi
Undang-Undang RI Nomor 8 Tahun 2010 telah memuat beberapa ketentuan tentang:
Penyidik, penuntut umum, atau hakim berwenang memerintahkan kepada pihak pelapor untuk melakukan penundaan transaksi terhadap harta kekayaan yang diketahui atau patut diduga merupakan hasil tindak pidana.118
1. Nama dan Jabatan yang meminta penundaan transaksi.
Perintah penyidik, penuntut umum, atau hakim harus dilakukan secara tertulis dengan menyebutkan secara jelas mengenai hal-hal berikut.
2. Identitas setiap orang yang transaksinya akan dilakukan penundaan. 3. Alasan penundaan transaksi.
4. Tempat harta kekayaan berada.119
Penundaan transaksi dilakukan paling lama lima hari kerja. Pihak pelapor wajib melaksanakan penundaan transaksi sesaat setelah menerima surat
117
H. Juni Sjafrien Jahja, Op cit, Hal. 45. 118
Pasal 70 (1) UU RI No. 8 Tahun 2010 tentang Pencegahan dan Pemberantasan Tindak PidanaPencucian Uang.
119
Pasal 70 (2) UU RI No. 8 Tahun 2010 tentang Pencegahan dan Pemberantasan Tindak Pidana Pencucian Uang.
perintah/permintaan penundaan transaksi diterima dari penyidik, penuntut umum, atau hakim.
Pihak pelapor wajib menyerahkan berita acara pelaksanaan penundaan transaksi kepada penyidik, penuntut umum, atau hakim yang meminta penundaan transaksi paling lama satu hari kerja sejak tanggal pelaksanaan penundaan transaksi.120
5. Pemblokiran
Penyidik, penuntut umum, atau hakim berwenang memerintahkan pihak pelapor untuk melakukan pemblokiran harta kekayaan yang diketahui atau patut diduga merupakan tindak pidana dari:
1. setiap orang yang telah dilaporkan oleh PPATK kepada penyidik; 2. tersangka; atau
3. terdakwa.121
Perintah penyidik, penuntut umum, atau hakim harus dilakukan secara tertulis dengan menyebutkan secara jelas mengenai hal-hal berikut:
1. Nama dan jabatan penyidik, penuntut umum, atau hakim.
2. Identitas setiap orang yang telah dilaporkan oleh PPATK kepada penyidik, tersangka, atau terdakwa.
3. Alasan pemblokiran.
4. Tindak pidana yang disangkakan atau didakwakan.
120
Pasal 70 (5) UU RI No. 8 Tahun 2010 tentang Pencegahan dan Pemberantasan Tindak Pidana Pencucian Uang.
121
Pasal 71 (1) UU RI No. 8 Tahun 2010 tentang Pencegahan dan Pemberantasan Tindak Pidana Pencucian Uang.
5. Tempat harta kekayaan berada.122
Pemblokiran harta kekayaan tersebut dilakukan paling lama 30 (tiga puluh) hari kerja. Apabila jangka waktu pemblokiran berakhir, pihak pelapor wajib mengakhiri pemblokiran demi hukum. Pihak pelapor wajib melaksanakan pemblokiran sesaat setelah menerima surat perintah pemblokiran dari penyidik, penuntut umum, atau hakim. Pihak pelapor wajib menyerahkan berita acara pelaksanaan pemblokiran kepada penyidik, penuntut umum, atau hakim paling lama satu hari kerja sejak tanggal pelaksanaan pemblokiran. Harta kekayaan yang diblokir harus tetap berada di pihak pelapor yang bersangkutan.123
Untuk kepentingan pemeriksaan dalam perkara tindak pidana pencucian uang maka penyidik, penuntut umum, atau hakim berwenang untuk meminta keterangan dari pihak pelapor mengenai harta kekayaan dari setiap orang yang telah dilaporkan oleh PPATK, tersangka, atau terdakwa. Dalam meminta keterangan terhadap penyidik, penuntut umum, atau hakim tidak berlaku ketentuan undang-undang yang mengatur tentang rahasia bank dan kerahasiaan transaksi keuangan lainnya.124
Permintaan keterangan harus diajukan secara tertulis dengan menyebutkan secara tertulis mengenai hal-hal sebagai berikut :
122
Pasal 71 (2) UU RI No. 8 Tahun 2010 tentang Pencegahan dan Pemberantasan Tindak Pidana Pencucian Uang.
123
Pasal 71 (3) UU RI No. 8 Tahun 2010 tentang Pencegahan dan Pemberantasan Tindak Pidana Pencucian Uang.
124
1. Nama dan jabatan penyidik, penuntut umum, atau hakim.
2. Identitas orang yang terindikasi dari hasil analisis atau pemeriksaan PPATK, tersangka, atau terdakwa.
3. Uraian singkat tindak pidana yang disangkakan atau didakwakan. 4. Tempat atau harta kekayaam berada.
Surat permintaan untuk memperoleh keterangan harus disertai hal-hal sebagai berikut.
1. Laporan polisi dan surat perintah penyidikan. 2. Surat penunjukan sebagai penuntut umum; atau 3. Surat penetapan majelis hakim.125
Surat permintaan untuk memperoleh keterangan harus ditandatangani oleh pihak-pihak sebagai berikut.
1. Kepala Kepolisian Negara Republik Indonesia atau kepala kepolisian daerah jika permintaan diajukan oleh penyidik dari Kepolisian Negara Republik Indonesia.
2. Pimpinan instansi, lembaga, ataukomisi jika permintaan diajukan oleh penyidik selain penyidik Kepolisian Negara Republik Indonesia.
3. Jaksa Agung atau Kepala Kejaksaan Tinggi jika permintaan diajukan oleh Jaksa penyidik atau penuntut umum.
4. Hakim ketua majelis yang memeriksa perkara yang bersangkutan. Surat permintaan tersebut ditembuskan kepada PPATK.
5. Pemeriksaan dan Penghentian Sementara Transaksi
125Ibid
Berikut ketentuan mengenai pemeriksaan dan penghentian sementara transaksi terkait dengan tindak pidana pencucian uang yang diatur dalam Pasal 64 sampai dengan 67 Undang-Undang RI No 8 Tahun 2010 tentang Pencegahan dan Pemberantasan Tindak Pidana Pencucian Uang.
1. PPATK melakukan pemeriksaan terhadap transaksi keuangan yang mencurigakan terkait dengan adanya indikasi tindak pidana pencucian uang atau tindak pidana lain. Jika ditemukan adanya indikasi tindak pidana pencucian uang atau tindak pidana lain, PPATK menyerahkan hasil pemeriksaan kepada penyidik untuk dilakukan penyidikan, dengan koordinasi antara penyidik dengan PPATK.126
2. PPATK dapat meminta penyedia jasa keuangan untuk menghentikan sementara seluruh atau sebagian transaksi yang diketahui atau dicurigai merupakan hasil tindak pidana. Jika penyedia jasa keuangan memenuhi permintaan tersebut, pelaksanaan penghentian sementara dicatat dalam berita acara penghentian sementara transaksi.127
3. Penghentian sementara transaksi dilaksanakan dalam paling lama lima hari kerja setelah menerima berita acara penghentian sementara transaksi. PPATK dapat memperpanjang penghentian sementara transaksi dalam waktu paling lama 15 (lima belas) hari kerja untuk melengkapi hasil analisis atau pemeriksaan yang akan disampaikan kepada penyidik.128
126
Pasal 64UU RI No. 8 Tahun 2010 tentang Pencegahan dan Pemberantasan Tindak Pidana Pencucian Uang.
127
Pasal 65 UU RI No. 8 Tahun 2010 tentang Pencegahan dan Pemberantasan Tindak Pidana Pencucian Uang.
128
Pasal 66 UU RI No. 8 Tahun 2010 tentang Pencegahan dan Pemberantasan Tindak Pidana Pencucian Uang.
4. Jika tidak ada orang dan/atau pihak ketiga yang mengajukan keberatan dalam waktu 20 hari sejak tanggal penghentian sementara transaksi, PPATK menyerahkan penanganan harta kekayaan yang diketahui atau patut diduga merupakan hasil tindak pidana tersebut kepada penyidik untuk dilakukan penyidikan. Jika yang diduga sebagai pelaku tindak pidana tidak ditemukan dalam waktu 30 hari, penyidik dapat mengajukan permohonan kepada pengadilan negeri untuk memutuskan harta kekayaan tersebut sebagai aset negara atau dikembalikan kepada yang berhak. Pengadilan sebagaimana dimaksud pada ayat (2) harus memutus dalam waktu paling lama tujuh hari.129
Pada proses penanganan tindak perkara tindak pidana pencucian uang sebagaimana diatur dalam Undang-Undang RI Nomor 8 Tahun 2010 telah merumuskan lebih rinci terutama kewenangan penyidik tindak pidana asal untuk melakukan penyidikan tindak pidana pencucian uang, sebagai berikut:
1. Penyidikan, penuntutan, pemeriksaan di sidang pengadilan, dan pelaksanaan putusan putusan yang telah memperoleh kekuatan hukum tetap terhadap tindak pidana sebagaimana dimaksud dalam Undang- Undang RI Nomor 8 Tahun 2010, dilakukan sesuai dengan ketentuan peraturan perundang-undangan kecuali ditentukan lain dalam Undnag- Undang tersebut.130
129
Pasal 67 UU RI No. 8 Tahun 2010 tentang Pencegahan dan Pemberantasan Tindak Pidana Pencucian Uang.
130
Pasal 73 UU RI No. 8 Tahun 2010 tentang Pencegahan dan Pemberantasan Tindak Pidana Pencucian Uang.
2. Untuk dapat dilakukan penyidikan, penuntutan, dan pemeriksaan di sidang pengadilan terhadap tindak pidana pencucian uang tidak wajib dibuktikan terlebih dahulu tindak pidana asalnya.131
Alat bukti yang sah dalam pembuktian tindak pidana pencucian uang, sebagai berikut:132
1. Alat bukti sebagaimana dimaksud dalam Hukum Acara Pidana.
2. Alat bukti berupa informasi yang diucapkan, dikirim, diterima, atau disimpan secara elektronik dengan alat optik atau alatyang serupa optik dan dokumen.
4. Penyidikan
Penyidikan tindak pidana pencucian dilakukan oleh penyidik tindak pidana asal sesuai dengan ketentuan hukum acara dan ketentuan peraturan perundang- undangan, kecuali ditentukan lain menurut undang-undang ini. Penyidik tindak pidana asal adalah pejabat dari instansi yang oleh undang-undang diberi kewenangan untuk melakukan penyidikan yaitu Kepolisian Negara Republik Indonesia, Kejaksaan, Komisi Pemberantasan Korupsi (KPK), Badan Narkotika Nasional (BNN), serta Direktorat Jenderal Pajak dan Direktorat Jenderal Bea dan Cukai Kementrian Keuangan Republik Indonesia.133
Penyidik tindak pidana asal dapat melakukan penyidikan tindak pidana pencucian uang apabila menemukan bukti permulaan yang cukup yang cukup terjadinya tindak pidana pencucian uang saat melakukan penyidikan tindak pidana
131
Pasal 68 UU RI No. 8 Tahun 2010 tentang Pencegahan dan Pemberantasan Tindak Pidana Pencucian Uang.
132
Pasal 69 UU RI No. 8 Tahun 2010 tentang Pencegahan dan Pemberantasan Tindak Pidana Pencucian Uang.
133
asal sesuai kewenangannya. Jika penyidik menemukan bukti permulaan yang cukup terjadinya tindak pidana pencucian uang dan tindak pidana asal, penyidik dapat menggabungkan penyidikan tindak pidana asal dengan penyidikan tindak pidana pencucian uang dan memberitahukannya kepada PPATK.134
3. Penuntutan
Penuntut umum wajib menyerahkan berkas perkara tindak pidana pencucian uang kepada pengadilan negeri paling lama 30 (tiga puluh) hari kerja terhitung sejak tanggal diterimanya berkas perkara yang telah dinyatakan lengkap. Jika penuntut umum telah menyerahkan berkas perkara kepada pengadilan, ketua pengadilan negeri wajib membentuk majelis hakim perkara tersebut paling lama tiga hari kerja sejak diterimanya berkas perkara tersebut.135
Bagi seorang penuntut umum, hal yang paling penting adalah cara menghilangkan keragu-raguan dalam menerapkan ketentuan-ketentuan yang terdapat dalam Undang-Undang Tindak Pidana Pencucian Uang apabila dihadapkan pada penanganan kasus pencucian uang. Hal itu akan menumbuhkan kepercayaan diri menggunakan ketentuan pidana dalam undang-undang tersebut terhadap para pelaku kejahatan atau terdakwa.136
4. Pemeriksaan pada Sidang Pengadilan
Pemeriksaan pada sidang pengadilan untuk perkara tindak pidana pencucian uang diatur dalam Pasal 77 sampai 79 UU RI No. 8 Tahun 2010 tentang Pencegahan dan Pemberantasan Tindak Pidana Pencucian Uang, sebagai berikut:
134
Pasal 75 UU RI No. 8 Tahun 2010 tentang Pencegahan dan Pemberantasan Tindak Pidana Pencucian Uang.
135
Pasal 76 UU RI No. 8 Tahun 2010 tentang Pencegahan dan Pemberantasan Tindak Pidana Pencucian Uang.
136
1. Untuk kepentingan pemeriksaan di sidang pengadilan, terdakwa wajib membuktikan bahwa harta kekayaannya bukan merupakan hasil tindak pidana.
2. Dalam pemeriksaan di sidang pengadilan, hakim memerintahkan terdakwa agar membuktikan bahwa harta kekayaan yang terkait dengan perkara bukan berasal atau terkait dengan tindak pidana sebagaimana dimaksud dalam Pasal 2 ayat (1) UU RI No. 8 Tahun 2010 tentang Pencegahan dan Pemberantasan Tindak Pidana Pencucian Uang.
3. Terdakwa membuktikan bahwa harta kekayaan yang terkait dengan perkara bukan berasal atau terkait dengan tindak pidana sebagaimana dimaksud dalam Pasal 2 ayat (1) dengan cara mengajukan alat bukti yang cukup.
4. Jika terdakwa telah dipanggil secara sah dan patut tidak hadir di sidang pengadilan tanpa alasan yang sah, perkara dapat diperiksa dan diputus tanpa hadirnya terdakwa.
5. Jika terdakwa hadir pada sidang berikutnya sebelum putusan dijatuhkan, terdakwa wajib diperiksa dan segala keterangan saksi dan surat yang dibacakan dalam sidang sebelumnya dianggap sebagai diucapkan dalam sidang yang sekarang.
6. Putusan yang dijatuhkan tanpa kehadiran terdakwa diumumkan oleh penuntut umum dalam papan pengumuman pengadilan, kantor pemerintah daerah, atau diberitahukan kepada kuasanya.
7. Jika terdakwa meninggal dunia sebelum putusan hakim dijatuhkan dan terdapat bukti-bukti yang meyakinkan bahwa yang bersangkutan telah
melakukan tindak pidana pencucian uang, hakim atas tuntutan penuntut umum memutuskam perampasan harta kekayaan yang telah disita.
8. Perlindungan bagi Pelapor dan Saksi
Berikut ketentuan yang mengatur perihal perlindungan bagi pelapor dan saksi sebagaimana diatur dalam Pasal 83 sampai 87 UU RI No. 8 Tahun 2010 tentang Pencegahan dan Pemberantasan Tindak Pidana Pencucian Uang.
1. Pejabat dan pegawai PPATK, penyidik, penuntut umum, atau hakim wajib merahasiakan pihak pelapor dan saksi. Pelanggaran terhadap ketentuan tersebut memberikan hak kepada pelapor atau ahli warisnya untuk menuntut ganti kerugian melalui pengadilan.137
2. Setiap orang yang melaporkan terjadinya dugaan tindak pidana pencucian uang wajib diberi perlindungan khusus oleh negara dari kemungkinan ancaman yang membahayakan diri, jiwa, dan/atau hartanya, termasuk keluarganya. Ketentuan mengenai tata cara pemberian perlindungan khusus tersebut diatur dalam peraturan perundang-undangan.138
3. Di sidang pengadilan, saksi, penuntut umum, hakim, dan orang lain yang terkait dengan tindak pidana pencucian uang yang sedang dalam pemeriksaan dilarang menyebutkan nama, alamat pelapor, atau hal lain yang memungkinakn dapat terungkapnya identitas pelapor dan hakim wajib
137
Pasal 83 UU RI No. 8 Tahun 2010 tentang Pencegahan dan Pemberantasan Tindak Pidana Pencucian Uang.
138
Pasal 84 UU RI No. 8 Tahun 2010 tentang Pencegahan dan Pemberantasan Tindak Pidana Pencucian Uang.
mengingatkan pihak-pihak tersebut dalam setiap persidangan sebelum sidang pemeriksaan dimulai.139
4. Setiap orang yang memberikan kesaksian dalam pemeriksaan tindak pidana pencucian uang wajib diberi perlindungan khusus oleh negara dari kemungkinan ancaman yang membahayakan diri, jiwa, dan/atau hartanya, termasuk keluarganya. Ketentuan mengenai tata cara pemberian perlindungan khusus sebagaimana dimaksud pada ayat (1) diatur dalam peraturan perundang-undangan.140
5. Pelapor dan/atau saksi tidak dapat dituntut, baik secara perdata atau pidana, atas laporan dan/atau kesaksian yang diberikan oleh yang bersangkutan. Saksi yang memberikan keterangan palsu di atas sumpah dipidana sesuai dengan ketentuan dalam Kitab Undang-Undang Hukum Pidana.141
Mengingat pemahaman bahwa tindak pidana pencucian uang menganut asas kriminalitas ganda (double criminality), yang bermakna adanya dua kejahatan pidana yang masing-masing sebagai perbuatan tersendiri yang dalam terminologi hukum dikenal sebagai concursus realis.142
Saat ini banyak sekali situs casino (judi online) yang didirikan di kepulauan Karibia. Kebanyakan situs ini sama sekali tidak diatur atau diawasi oleh
Maka pencegahan dan pemberantasan tindak pidana asalnya juga perlu dilakukan oleh pihak Kepolisian dengan pihak- pihak terkait lainnya.
139
Pasal 85 UU RI No. 8 Tahun 2010 tentang Pencegahan dan Pemberantasan Tindak Pidana Pencucian Uang.
140
Pasal 86 UU RI No. 8 Tahun 2010 tentang Pencegahan dan Pemberantasan Tindak Pidana Pencucian Uang.
141
Pasal 87 UU RI No. 8 Tahun 2010 tentang Pencegahan dan Pemberantasan Tindak Pidana Pencucian Uang.
142
pemerintah. Bahkan beberapa diantaranya tidak meminta tidak meminta identifikasi konsumen. Kondisi inilah yang dimanfaatkan oleh para pelaku pencucian uang karena semenjak timbulnya gerakan anti-money laundering di dunia, mereka tidak bisa lagi mencuci uangnya di tradisional casino karena tradisional casino sudah menerapkan prinsip-prinsip anti pencucian uang.143
Dengan rekening di E-Bank, para pelaku pencucian uang dengan mudahnya melakukan pencucian uang di E-Casino atau judi online. Mereka tinggal login dengan identitas palsu, dan melakukan beberapa sesi di E-casino atau judi online. Uang hasil kemenangan mereka kemudian dibayarkan dalam bentuk cek atas nama casino ke rekening mereka. Dengan proses yang sangat mudah ini, mereka telah melakukan pencucian uang dengan gampang dan menyenangkan. Bahaya akan pencucian uang di uang di E-casino atau judi online ini juga telah disadari oleh kongres Amerika. Mereka mencoba membuat legislasi yang melarang perjudian online. Namun hal ini gagal karena judi online sangat popular di Amerika dan banyak warga negaranya menggunakan fasilitas ini sebagai hiburan.144
Besarnya pencucian uang yang menggunakan teknologi internet ini memang susah untuk ditindak dan diindentifikasi karena sulitnya mendapat bukti. FATF juga menyadari adanya tindakan ini. Hal ini dapat dilihat dari rekomendasinya nomor 13 dari 40 rekomendasi yang telah direvisi pada tahun 1996, yang menyatakan bahwa negara-negara harus memberikan perhatian khusus
143
Bismar Nasution, Op cit, Hal. 8. 144Ibid
kepada ancaman pencucian uang yang timbul karena teknologi baru atau yang sedang berkembang yang membantu penghilangan jejak.145
Negara-negara tersebut harus mengawasi atau jika diperlukan melarang penggunaannya dalam pola keuangan. Selain itu, rekomendasi no 26 (f) The Action Plan to Combat Organized Crime of European Union pada tahun 1997 juga mengatur tentang pencucian uang melalui internet atau dengan menggunakan produk E-money. Action Plan itu mengharuskan bahwa dalam pembayaran elektronik atau sistem pencatatannya harus memberikan detail tentang pengirim asli dan penerimanya. Sedangkan untuk mengatasi permasalahan identifikasi konsumen yang tidak berkontak langsung dengan institusi keuangan, EC Anti Money Laundering Directive dalam artikel 3 (11) menyatakan bahwa setiap negara anggota mempunyai penilaian yang cukup untuk mengatasi resiko pencucianu uang yang timbul pada seorang konsumen yang secara fisik tidak terindentifikasi dalam melakukan hubungan bisnis atau melakukan transaksi.146
Untuk mengatasi permasalahan di internet atau E-Bank, ada sejumlah masukan yang diberikan kepada FATF Typology Report. Beberapa diantaranya adalah membuat sebuah sistem bagi institusi keuangan untuk benar-benar mengenal nasabahnya yang melakukan berbagai jenis transaksi termasuk transaksi melalui internet, memuat unifikasi standar di berbagai yuridiksi, dan mengembangkan sebuah teknologi untuk mendeteksi transaksi yang mencurigakan dan menverivikasi transaksi oleh nasabah. Beberapa ahli di FATF memang telah memberikan berbagai masukan untuk mengatasi masalah pencucian uang yang
145
Ibid, Hal. 9. 146Ibid,
menggunakan teknologi internet. Tetapi yang perlu diingat adalah bahwa masukan tersebut haruslah yang benar-benar dapat diimplementasikan secara nyata dilapangan sehingga praktik pencucian uang dengan menggunakan teknologi internet akan tetap dapat dikontrol meskipun teknologi internet terus berkembang.147
Penanggulangan judi online juga dapat dilakukan dengan upaya-upaya sebagai berikut:
Mengingat perjudian online sendiri dapat dijadikan sebagai tindak pidana asal tindak pidana pencucian uang dan perkembangannya sendiri pun semakin marak terjadi di Indonesia, maka pihak Kepolisian harus melakukan segala bentuk upaya untuk memberantas dan menanggulangi perjudian online tersebut.
148
1. Membuat Situs Konsultasi Online
Yang dimaksudkan dengan situs konsultasi online adalah menciptakan situs sebagai wadah atau tempat bagi masyarakat untuk mengadu, berkomentar dan memberikan masukan mengenai seputar perjudian judi di Indonesia.
2. Melakukan monitoring secara berkala dan terus menerus terkait aktivitas judi
online
Yang dimaksudkan dengan monitoring adalah memata-matai atau melakukan penyelidikan secara berkala dan terus menerus pada tempat-tempat yang diduga terkait adanya aktivitas judi online di dalamnya.
147
Ibid, Hal. 10. 148
3. Melaporkan kepada pihak berwajib untuk segera ditindak serta mendorong kepada pihak berwajib untuk proaktif melakukan penindakan perjudian online.
Apabila masyarakat mengetahui adanya tentang keberadaan judi online di