• Tidak ada hasil yang ditemukan

Dasar Hukum Bank Indonesia

Dalam dokumen profil lembaga negara rumpun keuangan (Halaman 67-114)

C. Gambaran Umum Organisasi Bank Indonesia Sebagai Bank

2. Dasar Hukum Bank Indonesia

Badan Pemeriksa Keuangan (BPK) diatur dalam Bab VIIIA UUD

1945 yang berjudul Badan Pemeriksa Keuangan. Bab VIIIA ini

berisi 3 (tiga) pasal, pasal-pasal yang menyebutkan secara jelas mengenai Badan Pemeriksa Keuangan adalah Pasal 23E ayat (1) yang berbunyi, Untuk memeriksa pengelolaan dan tanggung jawab tentang keuangan negara diadakan satu Badan Pemeriksa Keuangan yang bebas dan mandiri.

Pasal 23F ayat (1) menyatakan, Anggota Badan Pemeriksa

Keuangan dipilih oleh Dewan Perwakilan Rakyat dengan memperhatikan pertimbangan Dewan Perwakilan Daerah dan diresmikan oleh Presiden.

Kemudian Pasal F ayat yang isinya, Pimpinan Badan Pemeriksa Keuangan dipilih dari dan oleh anggota

Pasal 23G ayat (1) menyatakan, Badan Pemeriksa Keuangan berkedudukan di ibu kota negara, dan memiliki perwakilan di setiap provinsi

Pengaturan lebih lanjut mengenai BPK terdapat pada Undang- Undang Nomor 5 Tahun 1973 Tentang Badan Pemeriksa Keuangan, yang kemudian diganti dengan Undang-Undang Nomor 15 Tahun 2006 tentang Badan Pemeriksa Keuangan.

61

Selanjutnya BPK juga disebut pada Undang-Undang Nomor 1 Tahun 2004 Tentang Perbendaharaan Negara yaitu pada Pasal 14 ayat (5), Pasal 15 ayat (4), Pasal 55 ayat (3), Pasal 56 ayat (3), Pasal 60 ayat (1), Pasal 61 ayat (1) Pasal 62 ayat (1) dan ayat (2).

Kemudian BPK disebut pula pada Undang-Undang Nomor 15 Tahun 2004 Tentang Pemeriksaan Pengelolaan dan Tanggung Jawab Keuangan Negara yaitu pada Pasal 1 ayat (2) , ayat (3), dan ayat (8), lalu Pasal 2 ayat (2), Pasal 3 ayat (1) dan ayat (2), Pasal 5 ayat (2), Pasal 6, Pasal 7 ayat (1) dan ayat (2), Pasal 8, Pasal 9 ayat (1), ayat (2), dan ayat (3), Pasal 11, Pasal 14 ayat (1) dan ayat (2), pasal 17 ayat (1), ayat (2), dan ayat (7), Pasal 20 ayat (2) ayat (3), ayat (4), dan ayat (6), Pasal 21 ayat (1), ayat (2), dan ayat (3), Pasal 22 ayat (1), ayat (2), ayat (3), dan ayat (4), Pasal 23 ayat (1) dan ayat (2), Pasal 24 ayat (3) dan Pasal 27 ayat (2).

BPK disebut juga pada Undang-undang Nomor 17 Tahun 2003 Tentang Keuangan Negara. Pasal 30 ayat (1), Pasal 31 ayat (1), Pasal 32 ayat (2), Pasal 35 ayat (2), dan Pasal 36 ayat (2).

3. Susunan dan Kedudukan BPK

Susunan dan Kedudukan BPK tercantum dalam UUD 1945 Pasal 23F ayat (1) dan ayat (2) serta Pasal 23G ayat (1) yang kemudian diatur lebih lanjut pada Pasal 2, Pasal 3, Pasal 4 dan Pasal 5 Undang- Undang Nomor 5 Tahun 2006 yang intinya menyatakan bahwa:

62

a. BPK berkedudukan di Ibukota negara.

b. BPK memiliki perwakilan di setiap provinsi.

c. BPK mempunyai 9 (sembilan) orang anggota, yang

keanggotaannya diresmikan dengan Keputusan Presiden.

d. Susunan BPK terdiri atas seorang Ketua merangkap anggota,

seorang Wakil Ketua merangkap anggota, dan 7 (tujuh) orang anggota.

e. Anggota BPK memegang jabatan selama 5 (lima) tahun dan

sesudahnya dapat dipilih kembali untuk 1 (satu) kali masa jabatan.

Dalam melakukan pemeriksaan atas pengelolaan dan tanggung jawab Pemerintah tentang keuangan Negara, BPK dibantu oleh Pelaksana BPK yang terdiri atas satu Sekretariat Jenderal, satu Inspektorat Utama, dua Direktorat Utama, tujuh Auditorat Keuangan Negara, 4 staf Ahli, dan 33 Perwakilan BPK yang dibagi menjadi dua wilayah, yaitu Wilayah I (Barat) dan Wilayah II (Timur). Masing-masing wilayah tersebut berada di bawah Auditorat Keuangan Negara V dan Auditorat Keuangan Negara VI.

Dengan demikian maka dapat disimpulkan bahwa Struktur Organisasi BPK dapat dilihat pada gambar berikut :

63

Perwakilan- Perwakilan BPK di

Wilayah Barat

BADAN PEMERIKSA KEUANGAN

Ketua, Wakil Ketua dan 7 Anggota

Staf Ahli

Direktorat Utama, Pembinaan dan Pengembangan Hukum Pemeriksaan Keuangan Negara

(Ditama Binbangkum) Auditorat Utama Keuangan Negara I (AUDITAMA I) Auditorat Utama Keuangan Negara II (AUDITAMA II) Auditorat Utama Keuangan Negara VII

(AUDITAMA VII) Auditorat Utama

Keuangan Negara III (AUDITAMA III) Auditorat Utama Keuangan Negara IV (AUDITAMA IV) Auditorat Utama Keuangan Negara V (AUDITAMA V) Perwakilan- Perwakilan BPK di Wilayah Timur

Inspektorat Utama Sekretariat Jenderal

Direktorat Utama, Perencanaan, Evaluasi, Pengembangan, Pendidikan dan Pelatihan Pemeriksaan Keuanan Negara

(Ditama Revbang)

Auditorat Utama Keuangan Negara VI

64 Kantor Perwakilan BPK RI

Seperti yang telah dijelaskan pada halaman sebelumnya, BPK memiliki kantor perwakilan di setiap provinsi yang dibagi menjadi 2 wilayah yaitu:

a. Kantor Perwakilan Wilayah I (Barat) terdiri atas 16 Kantor yang terletak pada:

1) BPK RI Perwakilan Provinsi Nanggroe Aceh Darussalam.

Jalan Panglima Nyak Makam Nomor 38 Banda Aceh Telp. 0651 32627

2) BPK RI Perwakilan Provinsi Sumatera Utara.

Jalan Imam Bonjol Nomor 22 Medan 20152 Telp. 061-4519039

3) BPK RI Perwakilan Provinsi Sumatera Barat.

Jalan Khatib Sulaiman Nomor 54 Padang Telp. (0751) 40818, Faks (0751) 40811

4) BPK RI Perwakilan Provinsi Riau.

Jalan Jendral Sudirman Nomor 721, Pekanbaru - Riau Telp.(0761) 856464, Fax.(0761) 858787

5) BPK RI Perwakilan Provinsi Kepulauan Riau.

Jalan Kartini I Nomor 29-30 Sekupang 29421 Telp. 0778-327600

65

6) BPK RI Perwakilan Provinsi Sumatera Selatan.

Jl. Demang Lebar Daun Nomor 2 Palembang Telp. 0711-410549, Fax. 0711-358948

7) BPK RI Perwakilan Provinsi Jambi.

Jl. P. Hidayat KM 6,5 Nomor 65 Kel. Sukakarya, Kota Baru, Jambi. Telp. 0741 445386,

8) BPK RI Perwakilan Provinsi Lampung.

Jalan Pangeran Emir M. Noor Nomor 11B Kelurahan Sumur Putri Kecamatan Teluk Betung Utara

Telp. 0721 472872, Fax. 0721 472872

9) BPK RI Perwakilan Provinsi Kepulauan Bangka Belitung.

Jalan Pulau Bangka, Kompleks Perkantoran Terpadu, Air Itam, Pangkalpinang 33148 Telp. 0717-439365

10) BPK RI Perwakilan Provinsi Bengkulu.

Jalan Adam Malik Km. 8 Kota Bengkulu 38225 Telp. 0736-343233, Fax. 0736-349348

11) BPK RI Perwakilan Provinsi DKI Jakarta.

JL. MT. Haryono Kav.34 Pancoran, Jakarta Selatan 12270 Telp. 021-79180560 Fax. 021-7902574

12) BPK RI Perwakilan Provinsi Jawa Barat.

Jalan Moch. Toha Nomor 164, Bandung - Jawa Barat Telp. 022-5207294, Fax. 022-5207898

66

13) BPK RI Perwakilan Provinsi Banten.

Jalan Palka Nomor 1, Palima, Serang, Banten, 42163 Telepon 0254-250025 Faksimili 0254-250037

14) BPK RI Perwakilan Provinsi Daerah Istimewa Yogyakarta.

Jalan HOS Cokroaminoto Nomor 52 Yogyakarta Telp. 563635

15) BPK RI Perwakilan Provinsi Jawa Tengah.

Jl.Perintis Kemerdekaan Nomor 175, Semarang Propinsi Jawa Tengah Telp. 024 - 8660883, Fax. 024 – 8660884

16) BPK RI Perwakilan Provinsi Jawa Timur.

Jalan Raya Juanda Sidoarjo Propinsi Jawa Timur Telp. (031) 8669244, Fax. (031) 8669206

b. Kantor Perwakilan Wilayah II (Timur) terdiri atas 17 Kantor yang terletak pada:

1) BPK RI Perwakilan Provinsi Kalimantan Tengah.

Jalan Yos Sudarso Nomor 16 Palangka Raya Telp. 0536 3241118

2) BPK RI Perwakilan Provinsi Kalimantan Selatan

Jalan Ahmad Yani Km 32,5 - Banjarbaru Telp./Fax. (0511)4784295/6

67

3) BPK RI Perwakilan Provinsi Kalimantan Timur

Jl. M. Yamin Nomor 19, Samarinda 75123, Kalimantan Timur

Telp (0541) 765029, 765048, 765041, 765079 Fax. (0541) 735757, 744680

4) BPK RI Perwakilan Provinsi Kalimantan Barat

Jalan Ahmad Yani, Pontianak 78124 Telp. 0561-585349

5) BPK RI Perwakilan Provinsi Bali

Jl. D. I. Panjaitan Renon Denpasar Bali Indonesia Telp. (0361)229193, Fax. (0361)229184

6) BPK RI Perwakilan Provinsi Nusa Tenggara Barat

Jalan Udayana Nomor 22 Mataram Nusa Tenggara Barat 83126

Telp. 0370-6163333, Faks. 0370-6162999

7) BPK RI Perwakilan Provinsi Nusa Tenggara Timur

Jalan W.J. Lalamentik Nomor 91 Oebobo, Kupang Telp.(0380) 840600, Fax.(0380) 840601

8) BPK RI Perwakilan Provinsi Sulawesi Selatan

Jalan Andi Pangerang Pettarani - Makassar 90222 Telp. (0411) 854977, Fax. 854995

68

9) BPK RI Perwakilan Provinsi Sulawesi Tengah

Jalan Prof. M. Yamin Nomor 35 PALU 94121 Telp. 0451-486622

10) BPK RI Perwakilan Provinsi Sulawesi Tenggara

Jalan Sao-Sao Nomor 10 Kendari 93100 Telp. 0401-3129403, Fax. 0401-3129441

11) BPK RI Perwakilan Provinsi Sulawesi Utara

Jalan 17 Agustus Nomor 04 Manado Telp./Faks. 0431-8880205/04

12) BPK RI Perwakilan Provinsi Sulawesi Barat

Jalan H. Abdul Malik Pattana Endeng, Kec. Simboro, Mamuju - 91512

Telp. (0426) 2325276/2325277 , Fax. (0426) 2325279

13) BPK RI Perwakilan Provinsi Gorontalo

Jalan Tinaloga Nomor 3, Kota Utara Kota Gorontalo Provinsi Gorontalo 96123, Telp./Fax. 0435-822208

14) BPK RI Perwakilan Provinsi Maluku Utara

Jalan Jati Lurus , Kelurahan Jati, Kecamatan Kota Ternate Selatan- Maluku Utara 97713

Telp. 0921 3127300 - 3121896, Fax. 0921 3126602

15) BPK RI Perwakilan Provinsi Maluku

Jl. Laksdya Leo Wattimena, Negeri Lama, Ambon, 97232 Telp. (0911)361293, 361294, Fax. (0911)361295

69

16) BPK RI Perwakilan Provinsi Papua

Jalan Balaikota Nomor 2, Entrop Telp. (0967)536098

17) BPK RI Perwakilan Provinsi Papua Barat

Jalan Sowi Gunung No 4, Manokwari - Papua Barat Telp.0986 213656, Fax.0986 215751

4. Tugas dan Kewenangan BPK

Tugas BPK

Berdasarkan Undang-Undang Nomor 15 Tahun 2006, tugas dan wewenang BPK adalah sebagai berikut:

(1) BPK bertugas memeriksa pengelolaan dan tanggung jawab

keuangan Negara yang dilakukan oleh Pemerintah Pusat, Pemerintah Daerah, Lembaga Negara lainnya, Bank Indonesia, Badan Usaha Milik Negara, Badan Layanan Umum, Badan Usaha Milik Daerah, dan lembaga atau badan lain yang mengelola keuangan negara.

(2) Pelaksanaan pemeriksaan BPK sebagaimana dimaksud pada ayat

(1), dilakukan berdasarkan undang-undang tentang

pemeriksaan pengelolaan dan tanggung jawab keuangan negara.

(3) Pemeriksaan BPK mencakup pemeriksaan keuangan,

70

Selanjutnya dari pasal-pasal di atas dapat dijabarkan sebagai berikut: BPK RI bertugas memeriksa pengelolaan dan tanggung jawab keuangan negara yang dilakukan oleh pemerintah pusat, pemerintah daerah, lembaga negara lainnya, Bank Indonesia, Badan usaha Milik Negara. Badan Layanan Umum, Badan Usaha milik daerah dan lembaga atau Badan lain yang mengelola keuangan negara. Keuangan negara adalah semua hak dan kewajiban negara yang dapat dinilai dengan uang. serta segala sesuatu, baik berupa uang maupun berupa barang. yang dapat dijadikan milik negara berhubungan dengan pelaksanaan hak dan kewajiban tersebut. Pengelolaan keuangan negara adalah keseluruhan kegiatan pejabat pengelola keuangan negara. Kegiatan tersebut sesuai dengan kedudukan dan kewenangannya, yang meliputi: perencanaan, pelaksanaan, pengawasan, dan pertanggungjawaban.

Tanggung jawab keuangan negara adalah kewajiban Pemerintah. Untuk melaksanakan pengelolaan keuangan negara secara tertib, taat pada peraturan perundang-undangan, efisien, ekonomis, efektif, dan transparan, dengan memperhatikan rasa keadilan dan kepatutan.

Pemeriksaan yang dilakukan BPK RI diartikan sebagai proses identifikasi masalah, analisis, dan evaluasi yang dilakukan secara independen. objektif, dan profesional berdasarkan standar pemeriksaan, untuk menilai kebenaran, kecermatan, kredibilitas,

71

dan keandalan informasi mengenai pengelolaan dan tanggung jawab keuangan negara.

BPK RI menyerahkan hasil pemeriksaannya kepada DPR, DPD, dan DPRD sesuai dengan kewenangannya. DPR. DPD, dan DPRD kemudian menindaklanjuti hasil pemeriksaan BPK RI, sesuai dengan peraturan tata tertib masing-masing lembaga perwakilan. Hasil pemeriksaan BPK RI yang telah diserahkan kepada DPR. DPD. dan DPRD dinyatakan terbuka untuk umum.

Untuk keperluan tindak lanjut hasil pemeriksaan. BPK RI juga menyerahkan hasil pemeriksaannya secara tertulis kepada

Presiden. Gubernur, Bupati/Walikota sesuai dengan

kewenangannya.

Apabila dalam pemeriksaan ditemukan unsur pidana, BPK RI melaporkan hal tersebut kepada instansi yang berwenang sesuai ketentuan peraturan pemndang-undangan, paling lama I (satu) bulan sejak diketahui adanya unsur pidana.

BPK RI memberitahukan hasil pemantauan tindak lanjut kepada lembaga perwakilan dalam hasil pemeriksaan semester.

Wewenang BPK

Untuk dapat melaksanakan tugasnya. BPK RI berwenang menentukan objek pemeriksaan, merencanakan dan melaksanakan

72

pemeriksaan, menentukan waktu dan metode pemeriksaan, serta menyusun dan menyajikan laporan pemeriksaan. BPK berwenang meminta keterangan dan/atau dokumen yang wajib diberikan oleh setiap orang. Unit organisasi Pemerintah Pusat, Pemerintah Daerah, Lembaga Negara lainnya, Bank Indonesia, BUMN, Badan Layanan Umum, BUMD, dan lembaga atau badan lain yang mengelola keuangan negara. Selain itu, BPK RI juga berwenang melakukan pemeriksaan di tempat penyimpanan uang dan barang milik negara, di tempat pelaksanaan kegiatan. Pembukuan dan tata usaha keuangan negara. serta pemeriksaan terhadap perhitungan-

perhitungan, surat-surat, bukti-bukti, rekening koran,

pertanggungjawaban, dan daftar lainnya yang berkaitan dengan pengelolaan keuangan negara.

Wewenang juga diberikan kepada BPK RI untuk menetapkan jenis dokumen. data, serta informasi mengenai pengelolaan dan tanggung jawab keuangan negara yang wajib disampaikan kepada BPK RI; menetapkan standar pemeriksaan keuangan negara setelah konsultasi dengan Pemerintah Pusat/Daerah; menetapkan kode etik pemeriksaan; menggunakan tenaga ahli dan/atau tenaga pemeriksa di luar BPK RI yang bekerja untuk dan atas nama BPK RI; membina jabatan fungsional pemeriksa; memberi pertimbangan atas Standar Akuntansi Pemerintahan; dan memberi pertimbangan atas

73

Pusat/Pemerintah Daerah sebelum ditetapkan oleh Pemerintah Pusat/Daerah.

Berkaitan dengan kerugian negara, BPK RI berwenang menilai dan/atau menetapkan jumlah kerugian negara yang diakibatkan oleh perbuatan melawan hukum, baik sengaja maupun lalai, yang dilakukan oleh bendahara, pengelola BUMN/BUMD, dan lembaga atau badan lain yang menyelenggarakan pengelolaan keuangan negara. Penilaian kerugian keuangan negara dan/atau penetapan pihak yang berkewajiban membayar ganti kerugian ditetapkan dengan keputusan BPK RI.

BPK RI juga dapat memberi pertimbangan atas penyelesaian kerugian negara/daerah yang ditetapkan oleh Pemerintah Pusat/Daerah; dan/atau memberi keterangan ahli dalam proses peradilan mengenai kerugian negara/daerah.

5. Keanggotaan Badan Pemeriksa Keuangan

Berikut ini adalah daftar nama-nama yang pernah menjabat sebagai Ketua Badan Pemeriksa Keuangan sejak awal kemerdekaan hingga tahun 2012 yaitu:

(1) R. Soerasno (1947-1957)

(2) A. Karim Pringgodigdo (1957-1961)

(3) I Gusti Ketut Pudja (1961-1964)

74 (5) Dadang Suprayogi (1966-1973) (6) Umar Wirahadikusumah(1973-1983) (7) M. Jusuf (1983-1993) (8) JB. Sumarlin (1993-1998) (9) Satrio Boedihardjo (1998-2004) (10) Anwar Nasution (2004-2009)

(11) Hadi Poernomo (2009-sekarang)

Adapun unsur Pimpinan dan Anggota BPK tahun 2009-2014 adalah sebagai berikut:

a. Ketua : Hadi Poernomo

b. Wakil Ketua : Hasan Bisri

c. Anggota I : Moermahadi Sorja Djanegara

d. Anggota II : Taufiequrachman Ruki

e. Anggota III : Agung Firman Sampurna

f. Anggota IV : Ali Masykur Musa

g. Anggota V : Sapto Amal Damandari

h. Anggota VI : Rizal Djalil

i. Anggota VII : Bahrullah Akbar

Sehubungan dengan masa pensiun Anggota II BPK,

Taufiequrachman Ruki, pada bulan Juni 2013. Maka Sesuai ketentuan Undang-Undang Dasar negara Republik Indonesia Tahun 1945 dan Undang-Undang Nomor 15 Tahun 2006 tentang Badan Pemeriksa Keuangan, proses pemilihan pergantian antar waktu

75

(PAW) Anggota BPK dilakukan oleh DPR setelah nama-nama calon anggota BPK telah lulus uji kelayakan dan kepatutan (fit and proper test). Pemilihan Anggota Badan Pemeriksa Keuangan dilakukan secara voting tertutup oleh 56 (lima puluh enam) anggota Komisi XI DPR dengan hasil yaitu terpilihnya Agus joko Pramono menjadi Anggota BPK menggantikan Taufiqurrahman Ruki hingga Oktober 2014. Kemudian, hasil ini akan dibawa ke rapat paripurna DPR untuk disahkan, lalu akan diresmikan oleh Presiden.

6. Peran Serta BPK dalam Tataran Internasional

Kegiatan BPK dalam INTOSAI

BPK RI adalah anggota INTOSAI (International Organization of the Supreme Audit Institutions) dan ASOSAI (Asian Organization of Supreme Audit Institutions). INTOSAI merupakan organisasi

Lembaga Pemeriksa Tertinggi seluruh dunia. BPK RI menjadi

anggota INTOSAI sejak tahun 1968 dalam sidang Badan Pengurus INTOSAI di Tokyo. Kegiatan dan peran BPK RI dalam INTOSAI terdapat dalam bidang-bidang kerja INTOSAI yang berbentuk Commitee, Working Group, Task Force serta dalam kerangka IDI (INTOSAI Developmet Initiative).

Komitmen BPK RI pada kegiatan INTOSAI sampai dengan tahun 2010 antara Iain:

76

a. Professional Standard Comittee-Financial Audit Guidelines

Subcommittee

b. Working Group on Environmental Audit (WGEA)

c. Working Group on Accountability For and Audit of Disaster

Related Aid (WGAADA)

d. Working Group on Fight Against Corruption and Money

laundering (WGFACML)

e. Working Group on Key National Indicators (WGKNI)

f. Working Group on Public Debt (WGPD)

g. Working Group on IT Audit (WGITA)

h. Task Force on Global Financial Crisis (TFGFC)

i. Task Force on SAI's Information Database (TFSID)

BPK telah berperan serta dalam berbagai kegiatan Working Group (Kelompok Kerja) dan Task Force (Gugus Tugas) INTOSAI. Dalam keterlibatannya tersebut, BPK berupaya untuk meningkatkan peran dan kontribusinya bagi kelompok apabila memungkinkan.

Pada acara The International Congress of Supreme Audit Institutions (INCOSAI) tahun 2010, pedoman pemeriksaan tentang kehutanan yang pengembangannya telah dipimpin oleh BPK, secara resmi diadopsi sebagai dokumen INTOSAI. Masih terkait dengan peranannya dalam pemeriksaan lingkungan, BPK terpilih sebagai

Ketua Working Group on Environmental Audit periode 2013-2016

77

November 2011. BPK akan mengambil alih keketuaan WGEA setelah keketuaan the National Audit Office of Estonia berakhir pada tahun 2013.

Hidup di negara yang terletak di daerah rawan bencana, BPK juga menaruh perhatian pada pemeriksaan bencana. BPK sedang dalam proses pengembangan pedoman pemeriksaan atas bantuan bencana untuk WGAADA yang selesai pada pertengahan 2012.

Selain itu, BPK juga berpartisipasi dalam pengembangan pedoman pemeriksaan untuk WGFACML. BPK juga memimpin Sub Grup 2b dari TFGFC dan telah menyelesaikan pengembangan makalah tentang "Pengaruh Ekonomi Riil pada Krisis Keuangan".

Kegiatan BPK dalam ASOSAI (Asian Organization of Supreme Audit Institutions)

Kegiatan dalam ASOSAI yang diikuti oleh BPK secara aktif diantaranya :

ASOSAI Governing Board 2009-2012

BPK RI terpilih sebagai salah satu anggota Governing Board ASOSAI

untuk periode tahun 2009-2012. Sebagai anggota, BPK RI memiliki peran strategis dalam menentukan arah kebijakan ASOSAI, khususnya pada periode tahun 2009-2012. BPK RI secara aktif dapat mendorong peningkatan kapasitas sebagai auditor eksternal

78

pemerintah, baik melalui pengembangan kapasitas kelembagaan maupun kapasitas auditornya.

The 9th ASOSAI Research Project

BPK RI berpartisipasi dalam kegiatan the 9th ASOSAI Research

Project periode 2010-2012 dan merupakan kegiatan reguler ASOSAI yang dilaksanakan setiap tiga tahun. Kegiatan ini diikuti oleh 12 negara anggota ASOSAI, yaitu: Cina, India, Indonesia, Iran, Irak, Kuwait, Korea, Malaysia, Pakistan, Rusia, Saudi Arabia, dan Vietnam. IDI-ASOSAI QAPA

BPK RI ikut berpartisipasi dalam program Quality Assurance

Program in Performance Audit (QAPA) tahun 2010-2011. Program

ini merupakan kerjasama antara ASOSAI dan IDI. Guideline QAPA

yang dihasilkan akan diadopsi oleh masing-masing SAI untuk

dijadikan panduan penerapan Quality Assurance dalam bidang

Performance Audit.

ASOSAI Sponsored Workshop

Program ASOSAI Sponsored Workshop diselenggarakan setiap tahun. BPK selalu mengirimkan pegawai-pegawainya untuk berpartisipasi dalam workshop tersebut. Workshop tahun 2010 temanya adalah

Environment Audit dan pada tahun 2011, kegiatan workshop diselenggarakan di China dengan mengambil tema Audit of Public Debt.

79

Kegiatan BPK dalam ASEANSAI (ASEAN Supreme Audit Institutions)

ASEANSAI didirikan pada 16 November 2011 di Bali, Indonesia. Semua Ketua dari sepuluh lembaga pemeriksa tertinggi negara- negara anggota ASEAN menandatangani persetujuan pendirian ASEANSAI. BPK telah memimpin pendirian ASEANSAI dan menjadi tuan rumah Konferensi Tingkat Tinggi Lembaga Pemeriksa Tertinggi Negara-Negara Anggota ASEAN. Ketua BPK ditetapkan menjadi Ketua ASEANSAI pertama dan Ketua SAI Brunei ditunjuk menjadi Wakil Ketua pertama.

ASEANSAI adalah organisasi profesional, yang independen, otonom dan non politik. ASEANSAI adalah forum untuk meningkatkan kapasitas dan kolaborasi dalam bidang pemeriksaan sektor publik di kawasan ASEAN.

Salah satu tujuan pendirian ASEANSAI adalah untuk membangun kapasitas dan mempromosikan kerja sama dan pengertian diantara anggota-anggota ASEANSAI melalui pertukaran dan berbagi pengetahuan dan pengalaman di bidang pemeriksaan sektor publik untuk memperkuat lembaga-lembaga pemeriksa. Selain itu, ASEANSAI diharapkan untuk memberikan kontribusi secara positif dan konstruktif kepada komunitas ASEAN di masa yang akan datang.

80

Kerjasama Bilateral dengan BPK RI negara lain

Selain berperan aktif dalam INTOSAI dan ASOSAI, BPK RI juga menjalin kerja sama dengan BPK negara lain.

a. Kerjasama dengan ANAO (Australia National Audit Office)

b. Kerjasama dengan Jabatan Audit Negara Malaysia

c. Kerjasama dengan Swedish National Audit Office (SNAO)

d. Kerjasama dengan SAI China

e. Kerjasama dengan CSAO (Supreme Audit Office of the Czech

Republic)

f. Kerjasama dengan BPK Polandia

g. Kerjasama dengan SAC IRAN (Supreme Audit Court of The

Islamic Republic of Iran)

h. Kerjasama dengan ACH (Account Chamber of Russian)

i. Kerjasama dengan Office of the Auditor General of Norway

(Riksrevisjonen)

j. Kerjasama dengan BPK Aljazair

k. Kerjasama dengan (ACCAM) the Court Account of the Kingdom of Morocco

l. Kerjasama dengan BPK Tunisia

m. Kerjasama dengan NAA (National Audit Authority) Cambodia

n. Kerja sama dengan State Audit Office of the Socialist Republic of

81

Kerjasama BPK dengan I.embaga Donor

Kerjasama dengan lembaga donor dilakukan BPK dengan Bank

Dunia. Asian Development Bank (ADB), USAID, AusAlD, Europe

Union, dan UNODC. Kerjasama ini merupakan bagian dari

peningkatan dan pengembangan kapasitas BPK dalam

mempersiapkan pelaksanaan mandat pemeriksaan.

Kerjasama yang telah dilakukan BPK dengan Bank Dunia meliputi Proyek Modernisasi Audit BPK (PMAB) untuk peningkatan

kapasitas SDM dan kelembagaan BPK, Strengthening Investigative

Audit Capacity (SIAC) untuk mendukung peningkatan audit investigatif, dan Strengthening the Accountability for and Audit of Disaster-Related Aid (SAADRA) untuk mendukung audit atas pengelolaan dana bantuan bencana, sedangkan kerjasama yang

masih berjalan adalah IDF Grant for Support to BPK for Preparation

of New Strategic plan Project untuk penyusunan renstra BPK 2011 - 2015 beserta rencana implementasinya dan Scholarship Program for Strengthening Reforming Institutions (SPIRIT) untuk peningkatan SDM BPK melalui program beasiswa dan pelatihan.

Adapun kerjasama yang telah dilakukan BPK dengan ADB meliputi State Audit Reform Sector Development Project (STAR-SDP) bagi peningkatan kemampuan dan kapasitas BPK untuk memenuhi

82

Project (ETESP) untuk dukungan BPK dalam melakukan tugas pemeriksaan penggunaan dana bantuan bencana gempa dan tsunami di Aceh dan Nias, Project Procurement Related Audit (PPRA) dalam melakukan joint audit proyek ADB. Semua kegiatan ini telah berakhir namun ADB tetap mengharapkan keterlibatan BPK dalam proyek ADB yang baru sebagai kelanjutan proyek STAR

SDP yaitu State Audit Revitalization and Procurement Reform

Professional Development Project (STARPRO).

Selain kegiatan kerjasama dalam peningkatan kapasitas dan kemampuan BPK, kedua lembaga donor ini (Bank Dunia dan ADB) telah meminta BPK melalui Kementerian Keuangan untuk melakukan pemeriksaan atas beberapa proyek yang dilaksanakan di Indonesia. Untuk pemeriksaan TA 2011 ADB mengajukan 4 proyek, sementara untuk TA 2011 Bank Dunia mengajukan 5 proyek untuk diperiksa oleh BPK.

Lembaga donor lain yang aktif bekerja sama dengan BPK adalah

USAID melalui tiga kegiatan yaitu: Aceh Technical Assistance

Recovery Project (A-TARP) untuk mendukung penyusunan renstra BPK 2006-2010 beserta rencana implementasinya, Kegiatan Financial Crime Prevention.

83 BAB IV BANK INDONESIA

1. Sejarah Pembentukan Bank Sentral (Bank Indonesia) di Indonesia

Gagasan pembentukan bank sentral telah muncul sejak pembahasan materi Undang-Undang Dasar Negara Republik Indonesia Tahun 1945 (UUD 1945) dalam sidang-sidang Badan Penyelidik Usaha- usaha Persiapan Kemerdekaan Indonesia (BPUPKI) dan Panitia Persiapan Kemerdekaan Indonesia (PPKI). Gagasan tersebut selanjutnya dituangkan dalam Penjelasan Pasal 23 UUD 1945 tentang Hal Keuangan. Langkah pembentukan bank sentral dimulai dengan Surat Kuasa Soekarno-Hatta tanggal 16 September 1945 kepada R.M. Margono Djojohadikoesoemo untuk mempersiapkan Bank Negara Indonesia (BNI). Tidak lama kemudian, didirikan Jajasan Poesat Bank Indonesia yang berikutnya dilebur ke dalam BNI.

Sebagai bank sentral dalam masa revolusi, BNI tidak dapat menjalankan fungsinya secara maksimal. Sementara itu, De Javasche Bank (DJB) yang pernah menjadi bank sirkulasi pada masa Hindia Belanda, kembali membuka cabang-cabangnya di wilayah yang dikuasai oleh NICA sejak awal 1946. Pada 1949 Konferensi Meja

84

Bundar (KMB) telah menetapkan DJB sebagai bank sirkulasi bagi Republik Indonesia Serikat (RIS) dan BNI berfungsi sebagai bank umum.

Setelah bubarnya RIS pada 17 Agustus 1950, Republik Indonesia

Dalam dokumen profil lembaga negara rumpun keuangan (Halaman 67-114)

Dokumen terkait