• Tidak ada hasil yang ditemukan

Bab IV ANALISIS DATA

PAPARAN DATA DAN TEMUAN PENELITI

C. Peranan Agama Dalam Tradisi Adat Suronan Terhadap Pembentukan Sikap Keagamaan Remaja

Dalam tradisi adat suronan dengan melakukan tirakatan, kirab dan jamasan pusaka, ada peranan dalam pembentukan sikap keagamaan tersebut. Hal ini terbukti ketika para remaja juga ikut berperan dan berpartisipasi dalam pelaksanaan tradisi adat tersebut. Karena dalam tradisi adat suronan tersebut mengandung

unsur-lxxiv

unsur keagamaan. Namun ketika para remaja belum diperkenalkan lebih mendalam tentang tradisi adat suronan, remaja masih beranggapan bahwa tradisi adat suronan tersebut hanya sekedar hiburan atau ajang rekreasi yang wajib di rayakan setiap tahunnya. Mereka belum paham apa arti tradisi adat suronan tersebut.

Semenjak remaja di ikut sertakan dalam pelaksanaan tradisi suronan ini, sudah terlihat bahwa tradisi ini mempengaruhi pembentukan sikap keagamaan mereka. Karena dalam tradisi adat suronan ini juga mengajarkan ilmu-ilmu agama seperti pengajian, tirakatan dan remaja diajarkan untuk menghormati agama lain.

Setelah peneliti melakukan penelitian maka peran agama dalam tradisi adat suronan itu ada , meskipun tidak sepenuhnya pembentukan sikap keagamaan remaja itu terbentuk melalui tradisi adat suronan ini.

Tetapi, pembentukan sikap keagamaan remaja di dusun Keceme desa Gerbosari ini terbentuk melalui keluarga dan pola kehidupan di dalam masyarakat yang mengajarkan kepada anak-anak untuk mengikuti pendidikan di Tempat Pembelajaran Al – Qur’an (TPA), di TPA tersebut di didik untuk senantiasa berakhlaq

baik. Seperti : mempelajari rukun iman dan rukun Islam, sholat lima waktu tepat pada waktunya, membaca Al-Qur’an,

menghormati orang tua, menghormati yang lebih tua, menyanyangi sesama, menolong orang yang membutuhkan.

lxxv

Selain di TPA, pembentukan sikap keagamaan remaja juga terbentuk melalui pola asuh keluarga. Dalam keluarga anak juga di didik dari hal-hal yang dilakukan dalam kehidupan sehari-hari. Seperti: mngajarkan sholat lima waktu tepat pada waktunya, mengaji, menghafal surat-surat pedek, menghormati orang tua, doa sehari-hari, selalu berkata jujur, tidak pelit, menghormati yang lebih tua, menyanyangi sesama, menolong orang yang membutuhkan.

BAB V

PENUTUP

A. Kesimpulan

Berdasarkan hasil penelitian dan observasi di atas, maka penulis dapat menyimpulkan hasil penelitian ini sebagai berikut: 1. Tradisi adat suronan di Suroloyo dusun Keceme, Gerbosari,

Kecamatan Samigaluh, Kabupaten Kulon Progo, Provinsi Daerah Istimewa Yogyakarta

Dalam tradisi adat suronan yang dilaksanakan di kawasan wisata puncak Suroloyo ini dengan cara upacara kirab pusaka

lxxvi

dan jamasan pusaka yang dilaksanakan di Sendang Kawidodaren. Setelah melaksanakan jamasan pusaka masyarakat memperebutkan gunungan atau udik-udik yang berupa hasil pertanian masyarakat dusun Keceme.

2. Fungsi tradisi adat suronan di Suroloyo dusun Keceme, Kecamatan Samigaluh, Kabupaten Kulon Progo, Provinsi Daerah Istimewa Yogyakarta

Dalam tradisi adat suronan di Suroloyo mempunyai lima fungsi. Diantaranya : Pertama, fungsi spriritual merupakan fungsi yang berkaitan dengan kepercayaan seseorang terhadap sesuatu. Upacara jamasan pusaka yang dilaksanakan oleh warga dusun Keceme fungsi spiritual terlihat dari jalannya acara kenduri dan tirakatan yang dilakukan dengan proses secara agama islam.

Kedua, fungsi sosial fungsi sosial sebagai sarana meningkatkan hubungan sosial diantara warga masyarakat. Kontak sosial masyarakat juga terlihat saat para masyarakat melakukan tahlil dan kirab pusaka. Pada saat tahlil dan kirab pusaka tergambar dengan jelasa rasa persaudaraan, kebersamaan, kekompakan, kegotong-royongan satu sama lainnya tanpa memandang status sosial ekonomi

. Ketiga, fungsi tradisi ini berkaitan dengan perlindungan terhadap adat kebiasan turun temurun dari

lxxvii

nenek moyang yang masih dilakukan oleh masyarakat pendukungnya. Di dusun Keceme ini masih tetap melaksanakan upacara jamasan pusaka tepat tanggal 1 suro. Ke empat, fungsi ekonomi berperan dalam meningkatkan pendapatan para pelaku tradisi jamasan pusaka dengan memanfaatkan menjadi pedagang tiban di sepanjang jalan menuju lokasi dan menjadi tukang parkir. Kelima, Pariwisata terlihat jelas bahwa tempat pelaksanaan jamasan pusaka di kawasan puncak Suroloyo yang merupakan puncak tertinggi di Kulonprogo yang berada di deretan pegunungan Menoreh. Suroloyo merupakan tempat wisata yang sudah ada sejak dulu, namun sebelum tradisi adat suronan tersebut dilaksanakan di kawasan puncak Suroloyo masih sepi pengunjung dan belum terkenal. Setelah tradisi jamasan pusaka dilaksanakan setiap tahun suroloyo menjadi tempat wisata yang terkenal.

3. Peranan tradisi adat suronan terhadap pembentukan sikap keagamaan remaja di Suroloyo dusun Keceme

Tradisi adat suronan mempengaruhi sikap keagamaan remaja di dusun Keceme Desa Gerbosari. Ini dapat di lihat dari antusias para remaja dusun Keceme dalam berpatisipasi atau berperan dalam pelaksanaan tradisi adat suronan yang dilakukan rutin setiap setahun sekali.

lxxviii

Tradisi adat suronan ini membawa dampak poitif terhadap pembentukan sikap remaja karena tradisi adat suronan tersebut menjungjung tinggi nilai-nilai keagamaan. Meskipun sikap keagamaan remaja tidak sepenuhnya terbentuk melalui tradisi adat suronan tersebut. Namun pembentukan sikap remaja ini juga terbentuk melalui lingkup keluarga.

Pada akhir penulisan ini, penulis memberikan saran yang mungkin dapat membantu dan bermanfaat bagi para pembaca pada umumnya dan orang lain:

1. Masyarakat Dusun Keceme sebaiknya tetap menjaga, melestarikan dan mempertahankan tradisi adat suronan.

2. Kepada masyarakat umum sebaiknya dapat memberikan dukungan serta menghargai Tradisi Kebudayaan sebagai salah satu aset warisan budaya nenek moyang bangsa Indonesia..

3. Kepada instansi pemerintah sebaiknya selalu membina dan mengembangkan Tradisi Adat Suronan, sehingga Tradisi Adat Suronan menjadi Wisata Religi yang menarik bagi masyarakat sekitar..

lxxix

Penulis sangat menyadari bahwa tulisan ini masih terdapat kekurangan,baik dari pengumpulan data, analisis data maupun kata-kata yang kurang tepat, sehingga penulisan ini jauh dari kesempurnaan.

Dengan demikian segala kritik dan saran yang bersifat membangun dalam perbaikan skripsi ini sangatlah penulis harapkan. Semoga tulisan yang sederhana ini dapat bermanfaat bagi penulis secara khusus dan bagi pembaca pada umumnya.

lxxxi