• Tidak ada hasil yang ditemukan

Upaya Dan Peranan Majelis Kehormatan Beserta Organisasi Agar Meminimalisir Profesi Notaris Dalam Pembuatan Akta Tidak Terlibat

Dalam dokumen TESIS. Oleh. AHMAD REZA ANDHIKA /M.Kn (Halaman 133-138)

UPAYA DAN PERANAN MAJELIS KEHORMATAN BESERTA ORGANISASI AGAR MEMINIMALISIR PROFESI NOTARIS DALAM

C. Upaya Dan Peranan Majelis Kehormatan Beserta Organisasi Agar Meminimalisir Profesi Notaris Dalam Pembuatan Akta Tidak Terlibat

Dalam Kasus Pidana

Majelis Pengawas Notaris secara umum mempunyai ruang lingkup kewenangan menyelenggarakan sidang majelis untuk memeriksa adanya dugaan pelanggaran Kode Etik Notaris atau pelanggaran pelaksanaan jabatan notaris (Pasal 70 huruf a, Pasal 73ayat (1) huruf a dan b, Pasal 77 huruf a dan b Undang Undang Jabatan Notaris. Berdasarkan substansi pasal tersebut bahwa Majelis Pengawas Notaris berwenang melakukan sidang untukmemeriksa:

1. Adanya dugaan pelanggaran Kode Etik;

2. Adanya dugaan pelanggaran pelaksanaan tugas jabatan notaris.

3. Perilaku para notaris yang di luar menjalankan tugas jabatannya sebagai Notaris yang dapat mengganggu atau mempengaruhi pelaksanaan tugas jabatan Notaris. Majelis Pengawas juga berwenang memeriksa fisik kantor Notaris beserta perangkatnya juga memeriksa fisik minutaakta Notaris (Bab IV Tugas Tim Pemeriksa Keputusan Menteri Hukumdan Hak Asasi

Manusia Republik Indonesia Nomor : M. 39-PW.07.10.Tahun 2004).

Tujuan dari pengawasan terhadap notaris agar para Notaris ketika menjalankan tugas jabatannya memenuhi semua persyaratan yang berkaitan dengan pelaksanaan tugas jabatan notaris, demi untuk pengamanan darikepentingan masyarakat, karena notaris diangkat oleh pemerintah, bukan untuk kepentingan diri notaris sendiri, tapi untuk kepentingan masyarakat yang dilayaninya.

Wewenang Majelis Pengawas Daerah Notaris berkaitan dengan pengambilan Minuta Akta dan/ atau pemanggilan Notaris baik sebagai saksi maupun sebagai tersangka oleh Penyidik, Penuntut Umum atau Hakim,yaitu sesuai dengan, Prosedur Pengambilan Minuta Akta oleh Penyidik, Penuntut Umum atau Hakim, dalam Pasal 8 ayat (1), Pasal 9 sampai dengan 11, yaitu:

a. Penyidik, Penuntut Umum atau Hakim untuk kepentingan proses peradilan dapat mengambil Minuta Akta dan/ atau surat-surat yang dilekatkan pada Minuta Akta atau Protokol Notaris yang terdapat dalam Penyimpanan Notaris, dengan meminta kepada Notaris yang bersangkutan untuk

membawa Minuta Akta dan/ atau sutat-surat yang dilekatkan pada Minuta Akta atau Protokol Notaris yang terdapat dalam Penyimpanan Notaris, dengan syarat harus megajukan permohonan tertulis pada Majelis

Pengawas Daerah Notaris setempat.118

b. Majelis Pengawas Daerah Notaris memberikan persetujuan untuk pengambilan Minuta Akta dan atau surat-surat yang dilekatkan pada Minuta Akta atau Protokol Notaris dalam Penyimpanan Notaris oleh penyedik, penuntut umum atau hakim untuk kepentingan peradilan apabila:

a) Ada dugaan tindak pidana yang terkait dengan minuta akta dan/surat-surat yang dilekatkan pada minuta atau protokol yang disimpan Notaris.

b) Belum gugur hak menuntut berdasarkan ketentuan tentang daluarsa peraturan perundang-undangan di bidang pidana.

c) Ada penyangkalan atas keabsahan tanda tangan para pihak.

d) Ada dugaan pengurangan dan penambahan dari minuta akta.

e) Ada dugaan Notaris melakukan pemunduran tanggal akta.119

c. Persetujuan Majelis Pengawas Daerah Notaris di berikan setelah mendengarkan keterangan dari Notaris yang bersangkutan.120

118Keputusan Menteri Hukum dan Hak Asasi Manusia Republik Indonesia Nomor:

M.39PW.07.10 Tahun2004 tentang Pedoman pelaksanaan Tugas Majelis Pengawas Notaris. Bagian Ke III Nomor 1.2.

119Peraturan Menteri Hukum dan Hak Asasi Manusia Republik Indonesia Nomor:

M.03.HT.03.10 Tahun2007 Tentang Pengambilan Minuta Akta dan Pemanggilan Notaris. Pasal 9.

d. Majelis pengawas Notaris tidak memberikan persetujuan Untuk pengambilan Minuta/ atau surat-surat yang dilekatkan pada minuta akta atau protokol Notaris apabila tidak memenuhi ketentuan Pasal 9.121

e. Majelis Pengawas Daerah Notaris dalam waktu paling lambat 14 hari sejak permohonan pengambilan minuta akta dan atau surat-surat yang dilekatkan pada minuta akta atau protokol Notaris oleh Penyidik, Penuntut Umum atauHakim harus memberikan persetujuan atau tidak memberikan persetujuan atas pengambilan tersebut.

122

f. Jika jangka waktu 14 (empat belas) hari itu terlampaui maka Majelis Pengawas Daerah Notaris dianggap menyetujui pengambilan Minuta Akta dan/ atau surat-surat yang dilekatkan pada Minuta Akta atau Protokol

Notaris.123

Betapapun ketatnya pengawasan yang dilakukan Majelis Pengawas Notaris, tidak mudah untuk melakukan pengawasan, hal ini terpulang kepada Notaris sendiri dengan kesadaran dan penuh tanggung jawab dalam tugas Jabatannya mengikuti atau berdasarkan aturan hukum yang berlaku, dan tidak kalah pentingnya, yaitu peranan masyarakat untukmengawasi dan senantiasa melaporkan tindakan notaris yang dalam melaksanakan tugas jabatannya tidak sesuai dengan aturan hukum yang berlaku

120Peraturan Menteri Hukum dan Hak Asasi Manusia Republik Indonesia Nomor:

M.03.HT.03.10 Tahun 2007 Tentang Pengambilan Minuta Akta dan Pemanggilan Notaris. Pasal 10.

121Peraturan Menteri Hukum dan Hak Asasi Manusia Republik Indonesia Nomor:

M.03.HT.03.10 Tahun 2007 Tentang Pengambilan Minuta Akta dan Pemanggilan Notaris. Pasal 11.

122Peraturan Menteri Hukum dan Hak Asasi Manusia Republik Indonesia Nomor:

M.03.HT.03.10 Tahun 2007 Tentang Pengambilan Minuta Akta dan Pemanggilan Notaris. Pasal 12 ayat (

1) 123

Peraturan Menteri Hukum dan Hak Asasi Manusia Republik Indonesia Nomor:

M.03.HT.03.10 Tahun 2007 Tentang Pengambilan Minuta Akta dan Pemanggilan Notaris. Pasal 12 ayat (2)

kepada Majelis Pengawas notaris setempat, dengan adanya laporan seperti ini dapat mengeliminasi tindakan notaris yang tidak sesuai dengan aturan hukum pelaksanaan tugas jabatan notaris. Pengawasan dan pemeriksaan terhadap notaris yang dilakukan oleh Majelis Pengawas, yang di dalamnya ada unsur notaris, dengan demikian setidaknya notaris diawasi dan diperiksa oleh anggota Majelis Pengawas yang memahami dunia notaris. Adanya anggota Majelis Pengawas dari notaris merupakan pengawasan internal artinya dilakukan oleh sesama Notaris yang memahami dunia notaris luar dan dalam, sedangkan unsur lainnyamerupakan unsur eksternal yangmewakili dunia akademik, pemerintah dan masyarakat. Perpaduan keanggotan Majelis Pengawas diharapkan dapat memberikan sinergi pengawasan dan pemeriksaan yang objektif, sehingga setiap pengawasan dilakukan berdasarkan aturan hukum yang berlaku, dan para notaris dalam menjalankan tugas jabatannya tidak menyimpang dari Undang-Undang Jabatan Notaris karena diawasi secara internal dan eksternal.124

Berdasarkan Undang-Undang Nomor 30 tahun 2004 pada pasal 66 diuraikan tentang wewenang MPD dalam hal pemanggilan Notaris telah dicabut putusan Mahkamah Konstitusi Nomor49/PPU-X/2013, kemudian Undang-Undang Nomor 30 tahun 2004 diubah diubah dengan Undang-Undang Nomor 2 tahun 2014, dimana dalam pasal 66 Undang-Undang Nomor 2 tahun 2014 terdapat wewenang dalam pemanggilan Notaris yang digantikan oleh Majelis Kehormatan yang sebelumnya majelis pengawas daerah, walaupun undang-undang nomor 2 tahun 2014 pasal 66 telah diambil alih oleh majelis kehormatan tetapi mempunyai tugas dan wewenang yang sama.

124Anke Dwi Saputro (Penyadur), Ibid hal 235-236

BAB V

Dalam dokumen TESIS. Oleh. AHMAD REZA ANDHIKA /M.Kn (Halaman 133-138)