• Tidak ada hasil yang ditemukan

TESIS. Oleh. AHMAD REZA ANDHIKA /M.Kn

N/A
N/A
Protected

Academic year: 2022

Membagikan "TESIS. Oleh. AHMAD REZA ANDHIKA /M.Kn"

Copied!
144
0
0

Teks penuh

(1)

PERTANGGUNGJAWABAN NOTARIS DALAM PERKARA PIDANA BERKAITAN DENGAN AKTA YANG DIBUATNYA MENURUT UNDANG-UNDANG NOMOR 2 TAHUN 2014 TENTANG PERUBAHAN

ATAS UNDANG-UNDANG NOMOR 30 TAHUN 2004

TESIS

Oleh

AHMAD REZA ANDHIKA 137011076/M.Kn

FAKULTAS HUKUM

UNIVERSITAS SUMATERA UTARA MEDAN

2015

(2)

PERTANGGUNGJAWABAN NOTARIS DALAM PERKARA PIDANA BERKAITAN DENGAN AKTA YANG DIBUATNYA MENURUT

UNDANG-UNDANG NOMOR 2 TAHUN 2014 TENTANG PERUBAHAN ATAS UNDANG-UNDANG NOMOR 30 TAHUN 2004

TESIS

Diajukan Untuk Memperoleh Gelar Magister Kenotariatan Pada Program Studi Magister Kenotariatan Fakultas Hukum Universitas

Sumatera Utara

Oleh

AHMAD REZA ANDHIKA 137011076/M.Kn

FAKULTAS HUKUM

UNIVERSITAS SUMATERA UTARA MEDAN

2015

(3)

Judul Tesis : PERTANGGUNGJAWABAN NOTARIS DALAM PERKARA PIDANA BERKAITAN DENGAN AKTA YANG DIBUATNYA MENURUT UNDANG- UNDANG NOMOR 2 TAHUN 2014 TENTANG PERUBAHAN ATAS UNDANG-UNDANG NOMOR 30 TAHUN 2004

Nama Mahasiswa : AHMAD REZA ANDHIKA Nomor Pokok : 137011076

Program Studi : Kenotariatan

Menyetujui Komisi Pembimbing

(Prof. Dr. Muhammad Yamin, SH, MS, CN)

Pembimbing Pembimbing

(Prof. Dr. Budiman Ginting, SH, MHum) (Dr. Syahril Sofyan, SH, MKn)

Ketua Program Studi, Dekan,

(Prof. Dr. Muhammad Yamin, SH, MS, CN) (Prof. Dr. Runtung, SH, MHum)

Tanggal lulus : 22 Oktober 2015

(4)

Telah diuji pada

Tanggal : 22 Oktober 2015

PANITIA PENGUJI TESIS

Ketua : Prof. Dr. Muhammad Yamin, SH, MS, CN Anggota : 1. Prof. Dr. Budiman Ginting, SH, MHum

2. Dr. Syahril Sofyan, SH, M.Kn

3. Prof. Dr. Syafruddin Kalo, SH, MHum 4. Dr. T. Keizerina Devi A, SH, CN, MHum

(5)

SURAT PERNYATAAN

Saya yang bertanda tangan dibawah ini :

Nama : AHMAD REZA ANDHIKA

Nim : 137011076

Program Studi : Magister Kenotariatan FH USU

Judul Tesis : PERTANGGUNGJAWABAN NOTARIS DALAM

PERKARA PIDANA BERKAITAN DENGAN AKTA

YANG DIBUATNYA MENURUT UNDANG-UNDANG NOMOR 2 TAHUN 2014 TENTANG PERUBAHAN ATAS UNDANG-UNDANG NOMOR 30 TAHUN 2004

Dengan ini menyatakan bahwa Tesis yang saya buat adalah asli karya saya sendiri bukan Plagiat, apabila dikemudian hari diketahui Tesis saya tersebut Plagiat karena kesalahan saya sendiri, maka saya bersedia diberi sanksi apapun oleh Program Studi Magister Kenotariatan FH USU dan saya tidak akan menuntut pihak manapun atas perbuatan saya tersebut.

Demikianlah surat pernyataan ini saya buat dengan sebenarnya dan dalam keadaan sehat.

Medan,

Yang membuat Pernyataan

Nama : AHMAD REZA ANDHIKA Nim : 137011076

(6)

ABSTRAK

Notaris adalah pejabat umum yang diangkat oleh Pemerintah untuk membantu masyarakat umum dalam hal membuat perjanjian-perjanjian yang ada atau timbul dalam masyarakat. Perlunya perjanjian tertulis ini dibuat dihadapan seorang Notaris adalah untuk menjamin kepastian hukum bagi para pihak yang melakukan perjanjian.

Perjanjian tertulis yang dibuat dihadapan Notaris disebut Akta. Tujuannya adalah, supaya akta tersebut dapat digunakan sebagai bukti yang kuat jika suatu saat terjadi perselisihan antara para pihak atau ada gugatan dai pihak lain. Berdasarkan uraian diatas, jelas begitu pentingnya fungsi dari akta Notaris tersebut, oleh karena itu untuk menghindari tidak sahnya suatu akta, maka lembaga Notaris diatur didalam Peratuan Jabatan Notaris (PJN) yang sekarang telah diganti oleh Undang-Undang Nomor 30 Tahun 2004 tentang Jabatan Notaris

Jenis penelitian tesis ini menggunakan penelitian yuridis normatif, yang bersifat deskriptif analitis, dimana pendekatan terhadap permasalahan dilakukan dengan mengkaji ketentuan Perundang-undangan yang berlaku dibidang peraturan jabatan Notaris Undang-Undang No. 2 Tahun 2014 tentang perubahan Undang- Undang No 30 Tahun 2004, KUHPerdata dan KUHP, KUHAP yang mengatur masalah pidana. Penelitian ini menguraikan atau memaparkan sekaligus menganalisis permasalahan mengenai mengenai pertanggungjawaban notaris dalam berkara pidana yang berkaitan dengan akta yang dibuatnya

Dari hasil penelitian diketahui bahwa notaris sebagai pejabat umum terhadap akta yang telah dibuatnya dan ditandatangani oleh para pihak tersebut memperoleh kekuatan pembuktian. Notaris harus mempertanggungjawabkan terhadap akta otentik yang dibuat jika terjadi perbuatan pidana, mengharuskan notaris hadir dalam pemeriksaan awal yaitu penyidikan ditingkat kepolisian, penuntutan di kejaksaan sampai proses persidangan mengingat bahwa akta otentik tersebut yang dibuat oleh notaris akan dipergunakan sebagai alat bukti apabila terjadi persengketaan di pengadilan. Setelah dibuktikan akta notaris tersebut memang berindikasi perbuatan pidana melalui keputusan pengadilan maka notaris dapat di pidana dan di tuntut oleh pihak yang berkepentingan dalam akta tersebut yang haknya telah terlanggar sepanjang hal tersebut disebabkan oleh kesalahan notaris, dan jika tidak merugikan pihak para pihak yang berkepentingan maka notaris tidak dapat dituntut selama akta yang dibuatnya memenuhi syarat formil dalam pembuatan akta, maka untuk meminimalisir agar tidak terjadi kasus pidana yang melibatkan notaris undang-undang memberikan amanat kepada dewan kehormatan notaris untuk memberikan pengarahan, pengawasan kepada notaris.

Kata Kunci : Notaris , Akta, Perkara Pidana.

(7)

ABSTRACT

Notary is a public official appointed by Government to help the society make present or emerging agreements in the society. The purpose of the making of these written agreements before a Notary is to guarantee the legal certainty of stakeholders of the agreements. The written agreement made before a Notary is called a Deed. The purpose of the Deed is, so that it can be used as powerful evidence in case of disputes among the stakeholders or any lawsuit from other parties. Based on this explanation, how important the function of the deed is obvious, thus, in order to prevent the deed from being invalid, Notary Public Institution is governed in Notary regulations which have been replaced by Law No 30/2004 on The Position of Notary.

This is a normative juridical research which analysis is descriptive, and its approach to the problems was made by analyzing the provisions of the applicable laws upon the position of Notary in Law No 2/2014 on the amendment of Law No 30/ 2004, The Civil Code and The Penal Code, The Criminal Code Procedure that govern criminal matters. This research described and explained as well as analyzed the problems on the responsibilities of Notary in litigating a criminal case related to the deed he had made.

The results showed that notary as the public official of the Deed which he had made and of which had been signed by the parties who had stake in the Deed obtained evidentiary value. Notary had to account for the authentic Deed made in case of any crimes obliging the Notary to be present in the preliminary examination, namely investigations by police, the prosecution at the District’s Attorney Office, up to the Hearing process given that the authentic deed made by the Notary would be used as the evidence in case of disputes in the court. Once proven that the Notary Deed had indication of crime by a court decision, the Notary would be punishable and chargeable by the stakeholders whose right had been violated to the extent that they were caused by the notary error, but if caused no harm to the stakeholders, the notary could not be charged providing that the deed made had met the formal requirements of the making of the Deed. Therefore, in order to minimize the possibility of criminal case involving the notary, The Law gives mandate to Notary Honorary Board to provide directions and control to notaries.

Keywords: Notary, Deed, Criminal Case.

(8)

KATA PENGATAR

Bismillahirrahmanirrohim

Puji dan Syukur Allhamdulillah kehadirat Allah S.W.T karena hanya dengan rahmat dan karunia-Nya penulisan tesis ini dengan judul " Pertanggungjawaban Notaris Dengan Akta Yang Dibuatnya Menurut Undang-Undang Nomor 2 Tahun 2014 Tentang Perubahan Atas Undang-Undang Nomor 30 Tahun 2004”,

telah dapat diselesaikan. Penulisan Tesis ini merupakan salah satu persyaratan untuk memperoleh gelar Magister Kenotariatan (M.Kn) Fakultas Universitas Sumatera Utara.

Dalam penulisan tesis ini banyak pihak yang telah memberikan bantuan dorongan moril berupa masukan dan saran, sehingga penulisan tesis dapat diselesaikan tepat pada waktunya. Oleh sebab itu, ucapan terima kasih dan amat terpelajar Bapak Prof. Dr. Muhammad Yamin Lubis, SH, MS, CN., Bapak Prof.

Dr. Budiman Ginting, SH, M.Hum dan Bapak Dr. Syahril Sofyan, SH, M.kn selaku Komisi Pembimbing yang telah dengan tulus ikhlas memberikan bimbingan dan arahan untuk kesempurnaan penulisan tesis ini.

Kemudian juga, semua pihak yang telah berkenan memberi masukan dan arahan yang konstruktif dalam penulisan tesis ini sejak kolokium, seminar hasil sampai ujian tertutup sehingga penulisan menjadi lebih sempurna dan terarah.

Selanjutnya ucapan terima kasih penulis yang sebesar-besarnya kepada :

B. Bapak Prof. Subhilhar, Ph.D, selaku Pejabat Rektor Universitas Sumatera Utara atas kesempatan dan fasilitas yang diberikan dalam menyelesaikan pendidikan di Fakultas Hukum, Program Studi Magister Kenotariatan Universitas Sumatera Utara.

(9)

c) Bapak Prof. Dr. Runtung, S.H, M.Hum, selaku Dekan Fakultas Hukum Universitas Sumatera Utara, atas kesempatan dan fasilitas yang diberikan dalam menyelesaikan pendidikan ini.

d) Bapak Prof. Dr. Muhammad Yamin, S.H, M.S, C.N, selaku Ketua Program studi Magister Kenotariatan Fakultas Hukum Universitas Sumatera Utara, yang telah memberikan dorongan kepada penulis untuk segera menyelesaikan penulisan tesis ini.

e) Ibu Dr. T. Keizerina Devi Azwar, S.H, C.N, M.Hum, selaku Sekretaris Program studi Magister Kenotariatan Fakultas Hukum Universitas Sumatera Utara, yang telah memberikan dorongan kepada penulis untuk segera menyelesaikan penulisan tesis ini.

f) Bapak dan Ibu Dosen Magister Kenotariatan Fakultas Hukum Universitas Sumatera Utara, yang telah memberikan bimbingan dan arahan serta ilmu yang sangat bermanfaat selama penulis mengikuti proses kegiatan belajar mengajar di bangku kuliah.

g) Seluruh Staf/Pegawai di Magister Kenotariatan Fakultas Hukum Universitas Sumatera Utara, yang telah banyak memberikan bantuan kepada penulis selama ini menjalankan pendidikan.

h) Motivator terbesar dalam hidup Penulis yang selaku memberikan cinta, kasih sayang, dukungan dan doa yang tak putus-putusnya dari papa, mama, arief, keza, opa, Almh oma, angku milus, mak uning, mak itam, angah, mak etek, bunda, om

(10)

marzul, umi, om jun dan siska, yang telah memberikan dukungan dan doa kepada Penulis.

1. Rekan-rekan mahasiswa dan mahasiswi di Magister Kenotariatan, khususnya angkatan tahun 2013 yang telah banyak memberikan motivasi kepada penulis dalam memberikan masukan dan arahan yang kostruktif dalam penulisan tesis ini sejak tahap kolokium, seminar hasil sampai pada tahap ujian tertutup sehingga penulisan tesis ini menjadi lebih baik dan terarah.

Kemudian juga, semua pihak yang telah berkenan memberi masukan dan arahan yang konstruktif dalam penulisan tesis ini sejak tahap kolokium, seminar hasil sampai pada tahap ujian tertutup sehingga penulisan tesis ini menjadi lebih baik dan terarah.

Penulis menyadari sepenuhnya bahwa tulisan ini masih jauh dari sempurna, namun penulis berharap kiranya tesis ini dapat memberikan manfaat kepada semua pihak, terutama para pemerhati hukum perdata pada umumnya dan ilmu kenotariatan pada khususnya.

Amiin Ya Rabbal’ Alamin.

Medan, Oktober 2015 Penulis,

(Ahmad Reza Andhika)

(11)

DAFTAR RIWAYAT HIDUP

I. IDENTITAS PRIBADI

Nama : Ahmad Reza Andhika

Tempat / TanggalLahir : Padang, 12 September 1988

Alamat : Jln. Dr. Soetomo Nomor 50 G Padang

JenisKelamin : Laki-Laki

Umur : 27 Tahun

Kewarganegaraan : Indonesia

Nama Bapak : H. Yanuarizal SE, MM

Nama Ibu : Hj. Lisa Hariati

II. PENDIDIKAN

Sekolah Dasar : SD Negeri 020 Batam (1995-2000) Sekolah Menengah Pertama : SMP Negeri 10 Batam (2000-2003) Sekolah MenengahAtas : SMA Negeri I Bantan Bengkalis Riau

(2003-2006)

Universitas : S1 Fakultas hukum Universitas Andalas Sumatera Barat (2006-2013)

Universitas : S2 Magister Kenotariatan Fakultas hukum Sumatera Utara (2013-2015)

(12)

DAFTAR ISI

Halaman

ABSTRAK ... i

ABSTRACT ... ii

KATA PENGANTAR ... iii

DAFTAR RIWAYAT HIDUP ... vi

DAFTAR ISI ... vii

DAFTAR SINGKATAN ... ix

DAFTAR ISTILAH ASING ... x

BAB 1PENDAHULUAN ... 1

A. Pendahuluan ... 1

B. Perumusan Masalah ... 15

C. Tujuan Penelitian ... 16

D. Manfaat Penelitian ... 16

E. Keaslian Penelitian ... 17

F. Kerangka Teori dan Konsepsi ... 26

1. Kerangka Teori ... 26

2. Konsepsi ... 31

G. Metode Penelitian ... 33

BAB IIPERTANGGUNGJAWABAN NOTARIS SEBAGAI PEJABAT UMUM YANG MEMBUAT AKTA JIKA TERJADI MASALAH PADA AKTA TERSEBUT DI TINJAU DARI UNDANG-UNDANG NOMOR 2 TAHUN 2014 TENTANG PERUBAHAN ATAS UNDANG-UNDANG NOMOR 30 TAHUN 2014 ... 37

1. Tugas pokok Dan Fungsi Notaris Berdasarkan Undang- Undang Jabatan Notaris ... 37

2. Akta Notaris Berdasarkan Undang-Undang Jabatan Notaris .. 40

(13)

1. Pertanggungjawaban Notaris Sebagai Pejabat Umum yang membuat Akta Jika Terjadi Masalah Pada Akta Tersebut di Tinjau Dari Undang-Undang Nomor 2 Tahun Tentang Perubahan atas Undang-Undang Nomor 30 Tahun 2014

Tentang Jabatan Notaris ... 64

BAB III AKIBAT HUKUM BAGI AKTA NOTARIS JIKA TERJADI PERKARA PIDANA ... 72

A. Karakteristik Suatu Akta Notaris Sebagai Alat Bukti ... 72

B. Kekuatan Akta Notaris Sebagai Alat Bukti ... 77

C. Akibat Hukum Bagi Akta Notaris Jika Terjadi Perkara Pidana 93 BAB IV UPAYA DAN PERANAN MAJELIS KEHORMATAN BESERTA ORGANISASI AGAR MEMINIMALISIR PROFESI NOTARIS DALAM PEMBUATAN AKTA AGAR TIDAK TERLIBAT DALAM KASUS PIDANA ... 104

2. Pengertian Majelis Pengawas Daerah, Majelis Pengawas Wilayah, dan Majelis Pengawas Pusat ... 104

B. Kepastian Hukum Tentang Perlindungan Notaris ... 110

90 Upaya Dan Peranan Majelis Kehormatan Beserta Organisasi Agar Meminimalisir Profesi Notaris Dalam Pembuatan Akta Tidak Terlibat Dalam Kasus Pidana ... 116

BAB V KESIMPULAN DAN SARAN ... 121

A. Kesimpulan ... 121

B. Saran ... 122

DAFTAR PUSTAKA ... 124

(14)

DAFTAR SINGKATAN

UUJN : Undang-Undang Jabatan Notaris

KUHAP :Kitab Undang-Undang Hukum Acara Pidana KUHPerdata :Kitab Undang-Undang Hukum Perdata

MA : Mahkamah Agung

KUHPidana/KUHP :Kitab Undang-Undang Hukum Pidana

MPD : Majelis Pengawas Daerah

MPW : Majelis Pengawas Wilayah

MPP : Majelis Pengawas Pusat

INI : Ikatan Notaris Indonesia

PPAT :Pejabat Pembuat Akta Tanah

(15)

DAFTAR ISTILAH ASING

Autensitas : Kebenaran, dan keaslian

Credietverband Hak Tanggungan

Derde : Orang ketiga

Degradasi : Penurunan derajat (dalam hal ini akta)

Eksekutorial : Kekuatan untuk dilaksanakannya apa yang diterapkan dalam putusan itu secara paksa oleh alat- alat negara

Faute personalle : Bersifat pribadi

Faute de service : Kesalahan dalam menjalankan tugas

Geutuige : Saksi

In service fault : Dianggap tidak sah Instrumentair : Saksi dalam suatu akta Instrumenteire getuigen : Saksi dalam suatu akta Immunitas : Hak kebal terhadap hukum

Legitimasi : Kualitas hukum yang berbasis pada penerimaan putusan dalam pengadilan

Onrechtmatigedaad : Perbuatan melawan hukum Partij : Para pihak (dalam hal ini akta)

Relaas : Dalam hal ini suatu tindakan dalam bentuk akta, yang diuraikan oleh notaris atas suatu keadaan yang dilihat dan ia saksikan

Renvoi : Penunjukan kembali

Ultimatum remendium : Jalan terakhir

Waarnemen : Menerangkan apa yang ia saksikan sendiri

Wanprestasi : Tidak adanya suatu prestasi dalam suatu perjanjian, atau suatu perikatan dimana pihak debitur karena kesalahannya tidak melaksanakan apa yang diperjanjikan

Zaakwarneming Tanpa kuasa

(16)

x

(17)

BAB I

PENDAHULUAN

A. Latar Belakang

Indonesia adalah negara hukum yang mana hal ini secara tegas dinyatakan dalam Undang-Undang Negara Republik Indonesia Tahun 1945 (UUD 45). Profesi Hukum meliputi Polisi, Hakim, Advokat, Jaksa, Notaris dan lain-lain. Profesi Hukum sendiri adalah profesi yang luas, dimana setiap peran memiliki karakter sendiri-

sendiri.Kehidupan masyarakat yang memerlukan kepastian hukum memerlukan sektor pelayanan jasa publik yang saat ini semakin berkembang seiring meningkatnya

kebutuhan masyarakat atas pelayanan jasa. Hal ini berdampak pula pada peningkatan di bidang jasa notaris. Peranan notaris dalam sektor pelayanan jasa adalah sbagai pejabat yang diberikan wewenang oleh negara untuk melayani

masyarakat dalam bidang perdata khusunya pembuatan akta otentik.1

Notaris adalah pejabat umum yang diangkat oleh Pemerintah untuk membantu masyarakat umum dalam hal membuat perjanjian-perjanjian yang ada atau timbul dalam masyarakat. Perlunya perjanjian tertulis ini dibuat dihadapan seorang Notaris adalah untuk menjamin kepastian hukum bagi para pihak yang melakukan perjanjian.

Perjanjian tertulis yang dibuat dihadapan Notaris disebut Akta. Tujuannya adalah, supaya akta tersebut dapat digunakan sebagai bukti yang kuat jika suatu saat terjadi

1 www.hukumonline. Etika Profesi Hukum di Era Perubahan, Imam Nasima Mahasiswa pascasarjana hukum perusahaan Universitas Utrecht, aktif di dalam Indonesian Law Society Utrecht.

Yang di akses terakhir 29 Januari 2015.

(18)

perselisihan antara para pihak atau ada gugatan dai pihak lain. Berdasarkan uraian diatas sangat penting fungsi dari akta Notaris tersebut, oleh karena itu untuk menghindari tidak sahnya suatu akta, lembaga Notaris mengatur dalam Peraturan Jabatan Notaris (PJN) yang sekarang telah diganti oleh Undang-Undang Nomor 30 Tahun 2004 tentang Jabatan Notaris.2

Notaris dalam menjalankan profesinya memberikan pelayanan kepada masyarakat sepatutnya bersikap sesuai aturan yang berlaku, ini penting karena Notaris melaksanakan tugas jabatannyatidak hanya untuk kepentingan pibadi, melainkan juga untuk kepentingan masyarakat, serta mempunyai kewajiban untuk menjamin kebenaran dari akta yang dibuatnya,karena itu seorang Notaris dituntut lebih peka, jujur, adil, dan transparan dalam pembuatan sebuah akta otentik. Dalam melaksanaka tugas jabatanya Notaris harus berpegang teguh kepada kode etik jabatan Notaris, karena tanpa itu harkat dan martabat profesionalisme akan hilang dan tidak lagi mendapat kepercayaan dari masyarakat. Notaris juga dituntut untuk memiliki nilai moral yang tinggi, karena dengan adanya moral yang tinggi maka notaris tidak akan menyalahgunakan wewenang yang ada padanya, sehingga Notaris akan dapat menjaga matabatnya sebagai seorang penjabat umum yang memberikan pelayanan

yang sesuai dengan aturan yang berlaku dan tidak merusak citra Notaris itu sendiri.3 Menurut GHS Lumban Tobing dalam bukunya peraturan jabatan notaris lembaga notaris masuk ke Indonesia pada permulaan abad ke 17 dengan beradanya Vereenigde

2G.H.S. Lumban Tobing,“Peraturan Jabatan Notaris”, Erlangga, Jakarta. 1992.Hal 15.

3Komar Andasasmita, Notaris Dengan Sejarah, Peranan, Tugas Kewajiban, Rahasia Jabatannya, Sumur, Bandung, 1981hal. 14

(19)

Oost Ind Compagnie(VOC). 4 Sejak kehadiran VOC tersebut di Indonesia lalu lintas

hukum perdagangan dilakukan dengan akta notariil, hal ini berdasarkan Notodisoerjo menyatakan bahwa “Lembaga Notariat telah di kenal di negara Indonesia dijajah oleh belanda, semula lembaga ini diperuntukan bagi golongan eropa terutama dalam

bidang hukum perdata.5

Berdasarkan hal tersebut lembaga notariat yang sebenarnya hanya diperuntukan bagi kalangan golongan Eropa dalam lapangan hukum perdata namun dalam perkembangan selanjutnya masyarakat Indonesia secara umum dapat membuat suatu perjanjian yang di lakukan di hadapan Notaris. Hal ini menjadikan lembaga notariat sangat di butuhkan keberadaanya di tengah – tengah masyarakat. Setelah Indonesia merdeka, tanggal 17 Agustus 1945, keberadaan notaris di Indonesia tetap diakui berdasarkan ketentuan pasal II Aturan Peralihan Undang –Undang Dasar 1945, yaitu segala peraturan perundang-undangan yang ada masih tetap berlaku selama belum di adakan yang baru menurut undang-undang dasar ini. Dengan demikian peraturan tentang notaris pada zaman penjajahan belanda yaitu Reglement op Het Notaris Ambt in Nederlands Indie (stbl.1860 : 3) tetap berlaku di Indonesia. Pada tanggal 13 November 1954 telah di berlakukan Undang- Undang Nomor 33 tahun 1954, yang menegaskan berlakunya Stbl.1860 :3 sebagai Undang-Undang Jabatan Notaris di Indonesia (pasal 1 huruf a) untuk notaris di Indonesia.6

4Habib Adjie, Hukum Notaris Indonesia (Tafsir Tematik terhadap UU No 30 Tahun 2004 Tentang Jabatan Notaris),Bandung,Refika Aditama, 2008, hal 3

5R.Soegondo Notodisoerjo, Hukum Notariat di Indonesia (suatu penjelasan), Jakarta, PT.

Grafindo, 1993, hal 13

6Habib Adjie,Op.Cit Hal 6

(20)

Dengan di keluarkanya Undang-Undang Nomor Tahun 30 Tahun 2004 tentang jabatan notaris pada pasal 91 menyatakan telah mencabut dan tidak berlaku lagi :

C. Reglement op het Notaris ambt in netherlands indie (Stbl.1860 : 3) sebagaimana telah diubah terakhir dalam lembaran negara 1954 nomor 101.

D. Ordonantie 16 September 1931 tentang Honorarium Notaris.

E. Undang-Undang Nomor 33 tahun 1954 tentang Wakil Notaris dan Wakil Notaris Sementara.

F. Pasal 54 Undang –Undang nomor 8 tahun 2004 tentang Perubahan atas Undang-Undang nomor 2 tahun 1986 tentang peradilan umum

G. Peraturan pemerintah nomor 11 tahun 1949 tentang sumpah/ janji jabatan notaris.

Jika dibandingkan dengan fungsi Notaris pada zaman sekarang sangat berbeda dengan Notaris pada zaman Romawi pada abad ke 13 masehi akta yang di buat oleh notaris memiliki sifat sebagai akta umum yang diakui, dan untuk selanjutnya pada abad ke-15 barulah akta notaris memiliki kekuatan pembuktian meskipun hal ini tidak pernah di akui secara umum, tetapi para ahli berpendapat mengenai akta notaris sebagai alat bukti di persidangan dan secara substansial merupakan alat bukti yang mutlak sehingga mempunyai konsekuensi tersendiri dari sifat mutlaknya tersebut.

Berkaitan dengan itu sama dengan halnya R.Soegondo Notodisoerjo dalam bukunya menyatakan bahwa :

(21)

“Akta notaris dapat di terima dalam sidang di pengadilan sebagai alat bukti yang mutlak mengenai isinya, walaupun terhadap akta itu masih dapat di adakan penyangkalan dengan bukti sebaliknya oleh para saksi, apabila mereka yang membuktikan tersebut dapat membuktikan bahwa apa yang di terangkan dalam akte itu adalah tidak benar.”7

Perkembangan hukum yang komplek dalam kehidupan bermasyarakat, semakin menuntut adanya kepastian hukum terhadap hubungan hukum individu maupun subyek hukum. Semenjak itulah akta notaris dibuat tidak hanya sekedar catatan atau bukti untuk mengingat kembali peristiwa-peristiwa yang telah terjadi, tetapi lebih di tujukan untuk kepentingan kekuatan pembuktiannya, sehingga di harapkan dapat memberikan kepastian hukum di kemudian hari. Dengan demikian dapat di pahami bahwa keberadaan jabatan notaris sebagai notaris sangat penting dan di butuhkan masyarakat luas, mengingat fungsi notaris adalah sebagai pejabat umum

yang membuat alat bukti tertulis berupa akta otentik.8 Berkaitan dengan ruang lingkup kewenangan notaris adalah dalam bidang hukum perdata rangka menciptakan kepastian hukum melalui alat bukti akta otentik. Akta otentik sebagai alat bukti terkuat dan penuh mempunyai peranan penting dalam setiap hubungan hukum dalam

kehidupan masyarakat9Berdasarkan kitab Undang-Undang Hukum Perdata, (KUHPerdata) Pasal 1867.10Sebagai alat bukti Pasal 1867 KUH perdata “ pembuktian dengan dilakukan dengan tulisan otentik atau dengan tulisan dibawah tangan.” Pasal 1868 KUH perdata “ suatu akta otentik ialah suatu akta yang dibuat dalam bentuk

7Ibid. Hal 19.

8 G.H.S Lumban Tobing, Perturan Jabatan Notaris, Cetakan ke-5,Jakarta, Erlangga hal. 51-

52. 9Supriadi,Etika & Tanggung Jawab Profesi Hukum di Indonesia, Jakarta, Sinar Grafika, 2008, Hal 29.

10

(22)

yang di tentukan undang-undang yang dibuat di hadapan pejabat umum yang berwenang untuk itu dimana akta itu di buat.”

Fungsi akta otentik dalam hal pembuktian tentunya di harapkan dapat menjelaskan secara lengkap dalam proses pembuktian di persidangan, karena pada proses peradilan berdasarkan hukum acara pidana, terdapat proses pembuktian, yang menekankan pada alat – alat bukti yang sah menurut Pasal 184 kitab undang-undang hukum acara pidana (KUHAP), antara lain:11

i) Keterangan saksi.

j) Keterangan ahli.

k) Surat.

l) Petunjuk.

m) Keterangan terdakwa.

Akta otentik sebagai produk notaris dalam pembuktian di dalam persidangan di kategorikan sebagai alat bukti surat. Sebagaimana yang di atur dalam pasal 1 angka 1 Undang-Undang Nomor 30 Tahun 2004 tentang jabatan notaris (UUJN) bahwa notaris adalah pejabat umum yang berwenang membuat akta otentik dan kewenangan

sebagaimana yang di tetapkan dalam undang-undang ini.12 Eksistensi notaris sebagai pejabat umum didasarkan atas undang-undang jabatan notaris yang menetapkan rambu-rambu bagi gerak langkah seorang notaris, yaitu notaris sebagai pejabat publik

11 R Sunarto Soerodibroto, KUHP dan KUHAP Dilengkapi Yurisprudensi Mahkamah Agung dan Hoge Raad,Jakarta, PT Raja Grafindo Persada, 2003, Hal 438.

12Hadi Setia Tunggal, Peraturan Pelaksanaan Undang- Undang Jabatan Notaris Dilengkapi Putusan Mahkamah Kontitusi & AD, ART dan Kode Etik Notaris, Jakarta, Harvarindo, 2006, Hal.36.

(23)

yang berwenang untuk membuat akta otentik, mempunyai peran penting dalam kehidupan masyarakat, banyak sektor kehidupan transaksi bisnis dari masyarakat yang memerlukan peran serta dari notaris, bahkan beberapa ketentuan yang mengharuskan dibuat dengan akta notaris yang artinya jika tidak di buat dengan akta

notaris maka transaksi atau kegiatan tersebut tidak mempunyai kekuatan hukum.13 Dalam pasal 1 angka 7 undang-undang jabatan notaris menyebutkan bahwa “akta notaris adalah akta otentik yang dibuat oleh atau di hadapan notaris menurut bentuk dan tata cara yang di tetapkan dalam undang-undang ini. “ Pasal ini merupakan penegasan dari Pasal 1868 KUHPerdata “suatu akta otentik ialah suatu akta yang di dalam bentuk yang di tentukan oleh undang-undang, dibuat oleh atau di hadapan pegawai-pegawai umum yang berkuasa untuk itu dimana akta dibuatnya. Jelas bahwa salah satu akta otentik adalah akta yang dibuat oleh notaris.14

Berdasarkan bunyi pasal 1868 KUHPerdatat, unsur-unsur dalam suatu akta adalah:

2. Akta itu dibuat sesuai undang-undang.

3. Akta itu dibuat dalam bentuk menurut undang-undang.

4. Akta itu dibuat oleh atau di hadapan pejabat umum.

5. Akta itu dibuat oleh atau di hadapan pejabat yang berwenang untuk membuatnya dimana akte itu di buat.

13www.hukumonline yang diakses terakhir pada tanggal 19 februari 2015. 14Hadi Setia Tunggal, op. Cit, hal 37.

(24)

Kewenangan membuat akta otentik ini merupakan permintaan para pihak sepanjang tidak bertentangan dengan Pasal 1320 KUH Perdata yaitu syarat sahnya perjanjian yakni :

2. Sepakat mereka yang mengikatkan dirinya.

3. Kecakapan untuk membuat suatu perjanjian.

4. Suatu hal tertentu.

5. Suatu sebab yang halal.

Atas dasar kewenangan tersebut, dalam menjalankan tugas dan kewajibannya notaris di tuntut untuk memberikan jaminan kepastian hukum dan pelayanan profesional. Dalam mewujudkan 2 (dua) sisi pekerjaan yang mengandung dan ketelitian serta tanggung jawab yang tinggi. Untuk itu dalam praktek sehari-hari notaris diwajibkan untuk senantiasa menjunjung tinggi hukum dan asas negara serta bertindak sesuai dengan makna sumpah jabatan dan mengutamakan pengabdiannya kepada kepentingan masyarakat dan negara.

Adanya kewajiban kepribadian yang baik dan untuk menjunjung tinggi martabat jabatan notaris, dengan demikian dalam pelaksanaan jabatannya notaris tidak di benarkan melakukan hal-hal yang tidak sesuai dengan martabat dan kehormatan jabatan notaris.Notaris sebagai pejabat umum dalam menjalankan tugas jabatannya mengemban amanat yang beasal dari dua sumber yaitu :

3. Anggota masyarakat yang menjadi klien notaris, menghendaki agar notaris membuatkan akta otentik yang berkepentingan.

(25)

2. Amanat berupa perintah dari undang-undang secara tidak langsung kepada notaris, agar untuk perbuatan hukum itu di tuangkan dan dinyatakan dengan akta otentik, hal ini mengandung makna bahwa notaris terikat dan berkewajiban untuk mentaati peraturan yang mensyaratkan untuk sahnya sebagai akta otentik.15

Dalam menjalankan tugas sehari-hari sebagai pembuat akta, Notaris dituntut

untuk lebih berhati-hati, untuk memeriksa identitas penghadap seperti Kartu Tanda Penduduk (KTP), Kartu Keluarga yang masih berlaku atau apabila tidak mempunyai KTP sebagai bukti identitas diri, Notaris dapat meminta identitas lain seperti Surat Izin Mengemudi (SIM), Kartu Pelajar, dan identitas sah lainnya. Bagi Warga Negara Asing sebagai ganti dari identitas seperti KTP dan SIM, kepada penghadap dapat dimintakan Pasport. Setelah seluruh persyaratan tersebut dilengkapi oleh penghadap maka barulah kemudian akta dapat dibuat oleh Notaris. Namun dalam hal pemenuhan prosedur tersebut ada juga Notaris yang melakukan penyimpangan. Meskipun telah diketahui bahwa identitas tersebut tidak sesuai dengan penghadap namun akta notaris tetap dibuat oleh notaris yang bersangkutan. Berdasarkan Perumusan unsur-unsur pidana dari bunyi pasal 263 KUHP mengenai pemalsuan akta otentik yang dilakukan oleh Notaris tidak bisa diterapkan kepada pelaku yakni Notaris yang memalsu akta otentik.

Akan tetapi Notaris tersebut dapat dikenakan sanksi dari Pasal 264 KUHP, sebab Pasal 264 KUHP merupakan Pemalsuan Surat yang diperberat dikarenakan

15Rahmat –Setiawan, Pokok-Pokok Hukum Perikatan, Bandung, Putra A Bardin, Cetakan Keenam, 1999, hal 3

(26)

obyek pemalsuan ini mengandung nilai kepercayaan yang tinggi. Sehingga semua unsur yang membedakan antara Pasal 263 dengan Pasal 264 KUHP hanya terletak pada adanya obyek pemalsuan, yaitu:

“Macam surat dan surat yang mengandung kepercayaan yang lebih besar akan kebenaran isinya”.

Surat ialah suatu lembaran kertas yang di atasnya terdapat tulisan yang terdiri dari kalimat dan huruf termasuk angka yang mengandung atau berisi buah pikiran atau makna tertentu, yang dapat berupa tulisan dengan tangan, dengan mesin ketik, printer komputer, dengan mesin cetak dan dengan alat dan cara apapun. Membuat surat palsu (membuat palsu/valschelijk opmaaken sebuah surat) adalah membuat sebuah surat yang seluruh atau sebagian isinya palsu, atau bertentangan dengan yang sebenarnya.Di dalam Pasal 184 KUHAP, surat merupakan salah satu alat bukti yang sah. Adapun yang dimaksud surat sebagai alat bukti adalah yang dibuat atas sumpah jabatan atau dikuatkan dengan sumpah. Misalnya berita acara dan surat lain yang dibuat oleh pejabat umum yang berwenang atau yang dibuat di hadapannya, yang memuat keterangan tentang kejadian atau keadaan yang didengar, dilihat atau dialaminya sendiri, disertai dengan alasan yang jelas dan tegas tentang keterangan itu. Surat yang dibuat menurut keterangan peraturan perundang-undangan atau surat yang dibuat oleh pejabat mengenai hal yang termasuk dalam tata laksana yang menjadi tanggungjawabnya dan diperuntukkan bagi pembuktian sesuatu hal atau sesuatu keadaan, termasuk juga surat keterangan dari seorang ahli yang memuat pendapat berdasarkan keahliannya mengenai sesuatu keadaan yang diminta secara resmi

(27)

kepadanya. Misalnya hasil visum et repertum, uji balistik, bedah mayat, uji keaslian surat, dan sebagainya. Surat lain yang hanya dapat berlaku jika ada hubungannya dengan isi dari alat pembuktian yang lain.

Ketentuan Pasal 264 ayat (1) dan ayat (2) KUHPidana ini secara umum mengatur masalah pemalsuan akta otentik atau dengan kata lain adalah surat-surat yang dibuat menurut bentuk dan syarat-syarat yang ditetapkan oleh undang-undang dan dibuat oleh atau dihadapan pejabat umum. Oleh karena itudikatakan pemalsuan surat yang diperberat ancaman pidananya. Surat-surat ini adalah surat yang mengandung kepercayaan yang lebih besar akan kebenaran isinya. Pada surat-surat tersebut mempunyai derajat kebenaran yang lebih tinggi daripada surat-surat biasa

atau surat-surat lainnya.16

Terkait dengan pekerjaan notaris dalam rangka pembuatan akta otentik, diharapkan dalam pelaksanaan tugasnya, notaris akan terhindar dari segala akibat hukum terhadap akta-akta yang telah dan atau akan di buatnya. Dalam kehidupan sehari hari sering manusia selalu dihadapkan pada tuntutan pemenuhan kebutuhan hidup yang semakin sulit keadaan ini yang membuat beberapa orang berfikir singkat untuk dapat segera memenuhi kebutuhan hidup sehari-hari dengan jalan pintas, tidak terkecuali dengan profesi notaris. Idealisme seakan menjadi barang baru dan aneh di tengah maraknya pragmatisme yang menjadi faham baru di tengah masyarakat. Notaris sebagai bagian dari individu dalam masyarakat menghadapi tantangan yang serupa. Di satu sisi notaris diminta menjaga idealismenya sebagai pejabat umum,

16www.hukumonline.tindak pidana yang dilakukan notaris yang di akses 12 April 2015

(28)

Namun disisi lain notaris di himpit oleh kehidupan materialisme gemerlap yang merobohkan benteng nurani.17

Profesi hukum khususnya notaris merupakan profesi yang menuntut pemenuhan nilai moral dan perkembangannya. Nilai moral merupakan kekuatan yang mengarahkan dan mendasari perbuatan luhur, oleh karena itu notaris di tuntut supaya memiliki nilai moral yang kuat. Hal ini juga didasari oleh lima kriteria nilai moral yang kuat mendasari kepribadian profesional hukum sebagai berikut :18

3. Kejujuran, kejujuran adalah dasar utama. Tanpa kejujuran maka profesional hukum mengingkari misi profesinya, sehingga dia menjadi munafik, licik, penuh tipu diri. Dua sikap yang terdapat dalam kejujuran yaitu, terbuka, ini berkenaan dengan pelayanan klien, kerelaan melayani secara bayaran atau secara Cuma-Cuma. Dan bersikap wajar, ini berkenaan dengan perbuatan yang tidak berlebihan.

4. Autentik. Artinya menghayati dan menunjukan diri sesuai dengan keasliannya, autentik pribadi profesional hukum antara yaitu tidak menyalahgunakan wewenang, tidak melakukan perbuatan yang merendahkan martabat, mendahulukan kepentingan klien, berani berinisiatif dan berbuat sendiri dengan kebijakan dan tidak semata-mata menunggu perintah atasan, dan tidak mengisolasi diri dari pergaulan.

17Anke Dwi Saputro (Penyadur), Jati Diri Notaris Indonesia, Dulu, Sekarang dan Di Masa Datang, Jakarta, PT. Gramedia, 2008, hal 93-94.

18Supriadi, Op.cit, hal. 19-20.

(29)

91 Bertanggung jawab. Dalam menjalankan tugasnya, profesional hukum wajib bertanggung jawab artinya kesediaan melakukan dengan sebaik mungkin apa saja yang termasuk lingkup profesinya, bertindak secara proporsional tanpa membedakan perkara bayaran dan perkara Cuma-Cuma.

92 Kemandirian moral. Kemandirian moral artinya tidak mudah terpengaruh atau tidak mudah mengikutipandangan moral yang terjadi di sekitarnya, melainkan membentuk penilaian sendiri. Mandiri secara moral berarti tidak dapat dibeli oleh pendapat mayoritas, tidak terpengaruh oleh pertimbangan untung rugi, menyesuaikan diri dengan nilai kesusilaan agama.

93 Keberanian moral. Keberanian moral adalah kesetiaan terhadap suatu hati nurani yang menyatakan kesediaan untuk menanggung resiko konflik.

Keberanian dimaskud disini yaitu, menolak segala bentuk korupsi, kolusi, suap dan pungli, menolak tawaran damai ditempat atas tilang karena pelanggaran lalu lintas jalan raya, dan menolak segala bentuk cara penyelesaian melalui cara yang tidak sesuai dengan ketentuan undang-undang. Disinilah kadar spiritual seseorang di ukur, tidak hanya dengan beribadah

kepada Tuhan Yang Maha Esa saja.19 Seseorang harus dapat menjalani hidup dengan konsisten sesuai pemahaman misi hidup manusia sesuai dengan keyakinan agama masing-masing. Demikian juga dalam menjalankan profesi notaris, telah di atur dalam kode etik sebagai parameter kasat mata, detail dan jelas tentang larangan boleh dan tidak terhadap perilaku dan perbuatan notaris. Kode etik dipahami sebagai norma

19Anke Dwi Saputro, Op.Cit, hal. 98.

(30)

dan peraturan mengenai etika, baik yang tertulis maupun tidak tertulis dari suatu profesi yang dinyatakan oleh organisasi profesi, yang fungsinya sebagai pengingat berperilaku bagi para anggota organisasi profesi tersebut. Kode etik hanya sebagai

“pagar pengingat” mana yang boleh dan tidak boleh yang dinamis mengikuti perkembangan lingkungan dan para pihak yang berkepentingan. Organisasi profesi notaris yaitu INI (Ikatan Notaris Indonesia) telah membentuk kode etik profesi yaitu kode etik INI. Kode Etik INI bagi para notaris hanya sampai pada tataran sanksi

moral administratif.20Meskipun telah diatur sedemikian rupa dalam undang-undang jabatan notaris, dan kode etik notaris yang merupakan keseluruhan kaedah moral yang di tentukan oleh perkumpulan Ikatan Notaris Indonesia yang wajib di taati oleh semua orang yang menjalankan tugas jabatan sebagai notaris, baik dalam pelaksanaan tugas jabatan maupun dalam perilaku kehidupan sehari-hari, namun tekanan faktor eksternal dari lingkungan serta pertahanan diri yang lemah merupakan sebab betapa sebagian oknum notaris dewasa ini mudah terjerumus ke praktek kenotariatan tidak

ideal yang mengurangi esensi keluhuran dan martabat sebagai pejabat umum.21

Dalam menjalankan tugasnya berdasarkan Pasal 68 UUJN notaris diawasi oleh majelis pengawas yaitu:

a. Majelis pengawas daerah untuk tingkat kabupaten atau kota.

b. Majelis pengawas wilayah untuk tingkat propinsi.

c. Majelis pengawas pusat untuk tingkat pusat di jakarta.

20Ibid, hal.99.

21Ibid, hal 100.

(31)

Mengenai pengawasan terhadap notaris adalah meliputi keseharian/perilaku notaris dan pelaksanaan jabatan notaris, yaitu terhadap akta-aktanya. Pengawasan ini semula dilakukan oleh Ketua Pengadilan Negeri setempat, Ketua Pengadilan Tinggi, dan Ketua Mahkamah Agung. Namun sejak dikeluarkannya undang-undang Nomor 4 tahun 2004 tentang kekuasaan kehakiman yang di dalamnya mengatur kewenangan pengawasan terhadap notaris, maka sejak saat itu kewenangan pengawasan beralih yang semula di lakukan oleh pengadilan negeri yang secara struktur berada di bawah mahkamah agung, kini beralih kepada Menteri Hukum dan Hak Asasi Manusia Republik Indonesia.

Kasus pidana yang berkaitan dengan jabatan notaris sehingga notaris harus dapat mempertanggung jawabkan terhadap akta otentik yang dibuatnya berdasarkan kenyataan tersebut, maka penelitian tesis ini akan di fokuskan pada tanggung jawab notaris terhadap akta yang di buat dan berindikasi perbuatan pidana berdasarkan bukti awal dan patut di duga adanya keterlibatan notaris dalam melakukan tindak pidana yang berkaitan dengan akte otentik yang dibuat, yang tersusun dalam suatu judul tesis : Pertanggungjawaban Notaris Dalam Perkara Pidana Berkaitan Dengan Akta Yang Dibuatnya Menurut Undang-Undang Nomor 2 Tahun 2014 Tentang Perubahan Atas Undang-Undang Nomor 30 Tahun 2004.

B. Perumusan Masalah

Berdasarkan uraian pada latar belakang diatas di rumuskan permasalahan sebagai berikut:

(32)

1. Bagaimanakah pertanggungjawaban notaris sebagai pejabat umum yang membuat akta jika terjadi masalah pada akta tersebutdi tinjau dari Undang-Undang nomor 2 Tahun 2014 tentang perubahan atas Undang-Undang Nomor 30 Tahun 2014 tentang jabatan notaris ?

2. Bagaimanakah akibat hukum bagi akta notaris jika terjadi perkara pidana?

3. Bagaimanakah upaya dan peranan majelis kehormatan beserta organisasi agar meminimalisir profesi notaris dalam pembuatan akta tidak telibat dalam kasus pidana?

C. Tujuan Penelitian

Berdasarkan latar belakang dan perumusan masalah di atas, maka penelitian ini bertujuan untuk :

1. Untuk mengetahui tanggung jawab notaris sebagai pejabat umum yang membuat akta jika terjadi masalah pada akta tersebut di tinjau dari Undang- Undang nomor 2 Tahun 2014 tentang perubahan atas Undang-Undang Nomor 30 Tahun 2014 tentang jabatan notaris ?

2. Untuk mengetahui akibat hukum bagi akta notaris jika terjadi perkara pidana?

3. Untuk mengetahui upaya dan peranan majelis kehormatan beserta organisasi agar meminimalisir profesi notaris dalam pembuatan akta tidak terlibat dalam kasus pidana?

D. Manfaat Penelitian

Hasil penelitian ini di harapkan dapat bermanfaat baik secara teoritis maupun praktis :

(33)

a. Kegunaan secara teoritis dari hasil penelitian ini dapat memberikan manfaat dalam bentuk sumbangan saran untuk perkembangan Ilmu Hukum pada umumnya serta Ilmu kenotariatan khususnya tentang tanggung jawab notaris sebagai pejabat umum terhadap akta otentik yang dibuat dan berindikasi perbuatan pidana.

b. Kegunaan secara praktis mengharapkan hasil penelitian ini dapat memberikan jalan keluar yang akurat terhadap permasalahan yang yang di teliti dan di samping itu hasil penelitian ini dapat mengungkapkan teori-teori baru serta pengembangan teori-teori yang sudah ada.

a) Keaslian Penelitian

Berdasarkan hasil penulusuran sementara dan pemeriksaan yang telah dilakukan baik di kepustakaan penulisan karya ilmiyah Magister Hukum maupun di Magister Kenotariatan Universitas Sumatera Utara (USU) Medan, ditemukan beberapa Penelitian mengenai tanggung jawab notaris terhadap akta yang dibuatnya, tetapi dibahas secara terpisah.

a. Tesis saudara Felix Christian Adriano, NIM : 127011174, dengan judul Analisis Yuridis Atas Turunnya Kekuatan Pembuktian Akta Notaris Menurut Undang- Undang Nomor 2 Tahun 2014 Tentang Jabatan Notaris, dengan permasalahan sebagai berikut:

a. Bagaimana kedudukan hukum atas batasan turunnya kekuatan pembuktian akta notaris berdasarkan UUJN Nomor 2 Tahun 2014.

(34)

b. Bagaimana mekanisme penerapan sanksi terhadap notaris terhadap turunnya kekuatan pembuktian akta notaris.

c. Bagaimana batasan pertanggungjawaban notaris terhadap turunnya kekuatan pembuktian akta.

Dari hasil penelitian ini diperoleh bahwa pengaturan turunnya kekuatan pembuktian akta Notaris berdasarkan UUJN No. 2 Tahun 2014 yang diatur dalam Pasal 16 ayat (1), ayat (7) dan ayat (8), pasal 41 yang menunjuk pasal 38, pasal 39, pasal 40, kemudian pasal 44, pasal 48, pasal 50, pasal 51, pasal 52. Bahwa pelanggaran terhadap ketentuan pasal-pasal ini akan mengakibatkan turunnya kekuatan pembuktian akta otentik menjadi akta dibawah tangan.

Ketentuan dalam pasal-pasal di atas tidak melindungi jabatan Notaris karena tidak diperlukannya lagi proses pengadilan melalui putusan hakim untuk menentukan kekuatan pembuktian suatu akta Notaris. Penilaian akta Notaris yang memiliki kekuatan pembuktian sebagai akta di bawah tangan hukum harus melalui proses gugatan ke pengadilan umum untuk membuktikan, apakah akta Notaris melanggar ketentuan pasal-pasal tersebut diatas atau tidak. Dengan putusan pengadilan yang tersebut, apabila Notaris terbukti melanggar ketentuan tersebut diatas maka batasan pertanggung jawaban Notaris terhadap akta tersebut yaitu berupa peringatan tertulis, pemberhentian sementara, pemberhentian dengan hormat, pemberhentian

(35)

dengan tidak hormat dan secara perdata dapat berupa penggantian biaya, ganti rugi dan bunga.

a. Tesis saudara M.Zunuza NIM : 06701105 dengan judul Tanggung Jawab Notaris Dalam Pembuatan Berita Acara Rapat Umum Pemegang Saham Perseroan Terbatas, Dengan permasalahan sebagai berikut:

Bagaimanakah potensi konflik yang timbul dalam pembuatan berita acara RUPS perseroan terbatas.

b. Bagaimana upaya notaris mengatasi konflik yang terjadi dalam pembuatan berita acara RUPS perseroan terbatas.

c. Bagaimanakah tanggung jawab notaris dalam pembuatan berita acara RUPS perseroan terbatas.

Dari hasil penelitian ini bahwa dalam suatu RUPS (rapat umum pemegang saham) perseroan terbatas dapat terjadi konflik karena tidak ada kata sepakat, penerima kuasa dalam notulen rapat tidak sesuai anggaran dasar keabsahan notulen dibawah tangan sering di rekayasa serta daftar hadir tidak sesuai dengan anggaran dasar (dilarang sebagai penerima kuasa) sehingga dalam pengambilan keputusan tidak mendapat suara yang sama oleh karenanya notaris harus mengatasi hal ini dengan memberikan solusi yang dapat di terima para pihak, pertimbangan-pertimbangan hukum dengan jalan keluar musyawarah kembali.

(36)

c. Tesis saudara Nur Milys Br.Ginting Nim : 107011017 dengan judul Analisis Yuridis Penegakan Hukum Atas Undang-Undang Jabatan Notaris (UUJN) Dalam Hubungannya Dengan Penegakan Kode Etik Notaris Dengan Permasalahan sebagai berikut:

a. Apakah yang menjadi hubungan antara penegakan kode etik notaris dengan keberadaan undang-undang jabatan notaris terhadap profesi pekerjaan notaris?

b. Bagaimanakah ketentuan yang merupakan pengecualian dalam penegakan kode etik notaris sehingga tidak termasuk pelanggaran dalam penegakan hukum atas undang-undang jabatan notaris (UUJN)?

c. Bagaimanakah pertanggungjawaban notaris, apabila dalam melaksanakan tugasnya melakukan pelanggaran kode etik?

Dari hasil penelitian bahwa hubungan antara penegakan kode etik notaris dengan keberadaan Undang-Undang Jabatan Notaris terhadap profesi pekerjaan sebagai notaris adalah hubungan timbal balik (saling terkait) diantaranya dalam menjamin kepastian hukum, ketertiban, dan perlindungan hukum, maksud saling terkait bahwa kode etik notaris lahir akibat amanat UUJN (seperti maksud dan tujuan pasal 83 UUJN). Kedua seorang notaris wajib mematuhi dan menjalankan ketentuan UUJN maupun kode etik notaris, namun ditemukan beberapa ketentuan dalam rumusan kode etik yakni, pada pasal 5 yang merupakan pengecualian dalam penegakan kode etik notaris, sehingga tidak termasuk pelanggaran dalam penegakan hukum atas Undang-

(37)

Undang, Ketiga, dalam melaksanakan jabatannya, seorang notaris di awasi oleh mentteri ( vide pasal 67 UUJN Juncto Pasal 68). Menteri membentuk majelis pengawas berdasarkan ketentuan UUJN, sedangkan dalam ketentuan kode etik notaris, fungsi pengawasan dijalankan oleh dewan kehormatan.

1. Tesis saudara Gloria Gita Putri Ginting Nim: 037011029 dengan judul tesis pertanggungjawaban notaris terhadap akta yang mengandung sengketa studi kasus : (di kota medan). Dengan permasalahan sebagai berikut:

a) Bagaimanakah pertanggungjawaban notaris terhadap akta yang mengandung sengketa?

b) Faktor-faktor yang bagaimanakah yang menyebabkan akta mengandung sengketa?

c) Mengapa terjadi sengketa pada akta yang sudah dibuat notaris?

Berdasarkan hasil penelitian tesis diatas bahwa tanggung jawab notaris terhadap akta yang mengandung sengketa adalah menangguhkan atau membatalkan penandatanganan akta apabila syarat-syarat pembuatan akta tidak dipenuhi, memberi penjelasan hukum dan mencegah pembuatan akta dengan cara memperingatkan para pihak bahwa akta tersebut akan mengandung sengketa, memberi jalan keluar tanpa adanya pihak yang di rugikan dan notaris bertanggung jawab baik materil maupun immateril sepanjang kelalaian atau kesalahan notaris.

(38)

59 Tesis saudara Masda Nadapdap Nim :087011080 dengan judul analisis yuridis tentang tanggung jawab notaris kaitannya dengan mal administrasi dengan permasalahan sebagai berikut :

Faktor-faktor apakah yang dapat mempengaruhi seorang notaris untuk melakukan mal administrasi?

Bagaimana tanggungjawab notaris dalam hal terjadinya mal administrasi?

Bagaimana upaya yang dilakukan pemerintah dan majelis pengawas notaris dalam hal meminimalisir terjadinya mal administrasi di kalangan profesi notaris.

Dari hasil penelitian tesis ini bahwa pelanggaran hukum/ mal administrasi yang dilakukan oleh notaris dapat dipengaruhi beberapa faktor yakni : faktor sumber daya manusia, faktor substansi, serta faktor pengawasan Notaris. Hal tersebut dapat terjadi karena moral, integritas rendah serta tuntutan kesejahteraan dari notaris yang bersangkutan.

e. Tesis saudara Serli Dwi Warmi Nim : 077011063 dengan judul analisis yuridis atas perbuatan notaris yang menimbulkan delik-delik pidana (studi kasus putusan pengadilan negeri medan no. 2601/pid.B/2003/PN.Mdn) dengan permasalahan sebagai berikut:

Bagaimana keabsahan sebuah akta yang dibuat oleh notaris yang menimbulkan delik-delik pidana?

Bagaimana faktor penyebab timbulnya perbuatan notaris yang menimbulkan delik-delik pidana?

(39)

c. Bagaimana kebijakan hukum pidana dalam upaya mengatasi perbuatan notaris yang menimbulkan delik-delik pidana dalam jabatannya?

Dari hasil penelitian tesis ini bahwa perbuatan notaris yang menimbulkan delik pidana, tidak menyebabkan akta yang dibuatnya menjadi batal, baik itu akta Pengikatan Jual Beli maupun Akta Jual Beli yang dibuat dihadapan PPAT.

Karena syarat-syarat Formil untuk proses peralihan hak atas tanah sudah terpenuhi, sedangkan perbuatan notaris yang menggelapkan PPh dab BPHTB serta SPPT PBB Tahun 2002 secara fiktif merupakan perbuatan pidana murni yang sama sekali tidak ada hubungannya dengan Akta Jual Beli.

g. Tesis saudara Cipto Soenaryo Nim :137011114 dengan judul anilisis yuridis atas pertanggungjawaban Notaris Terhadap akta fidusia yang dibuat setelah terbit permenkumham nomor 9 tahun 2013 tentang fidusia elektronik dengan permasalahan sebagai berikut:

a. Bagaimanakah prosedur hukum pendaftaran akta fidusia secara elektronik yang dibuat dihadapan notaris setelah terbitnya Permenkumham Nomor 9 Tahun 2013?

b. Bagaimanakah tanggung jawab notaris terhadap akta fidusia yang didaftarkan secara elektronik setelah terbitkan Permenkumham Nomor 9 Tahun 2013 tentang pendaftaran Akta Fidusia secara elektronik?

c. Bagaimanakah hambatan-hambatan yang dihadapi oleh notaris berkaitan dengan pelaksanaan pendaftaran akta fidusia secara elektronik berdasarkan Permenkumham Nomor 9 Tahun 2013?

(40)

Dari hasil penelitian diketahui bahwa pelaksanaan pendaftaran jaminan fidusia secara elektronik membawa pengaruh positif terhadap percepatan pelaksanaan pendaftaran jaminan fidusia secara elektronik tersebut juga membawa pengaruh negatif yaitu tentang jumlah akta fidusia yang dibuat oleh para notaris meningkat secara signifikan melampaui batas kewajaran, sehingga menimbulkan kehawatiran bahwa pembuatan akta jaminan fidusia tersebut diragukan otensitasnya berdasarkan ketentuan dan tata cara pembuatan akta autentik berdasarkan ketentuan dan tata cara pembuatan akta autentik berdasarkan Undang-Undang No. 30 Tahun 2004 jo Undang-Undang Nomor 2 Tahun 2014 tentang Jabatan notaris.

h. Tesis saudara Agustina Lusiana Elisabet Lumbanbatu Nim :097011061 dengan judul anilisis hukum atas perbuatan oknum notaris yang menerima penitipan pembayaran Bea Perolehan Hak Atas Tanah Dan Bangunan (BPHTP) (studi putusan pengadilan negeri medan no.2601/Pid.B/2003/PN.Mdn dengan permasalahan :

a. Bagaimana tanggung jawab notaris yang menerima penitipan pembayaran BPHTB, dan notaris tersebut tidak menyetorkan pajak BPHTB, dan notaris tersebut tidak menyetorkan pajak BPHTB, yang di titipkan kepadanya?

b. Bagaimana akibat hukum apabila seorang notaris tidak membayarkan BPHTB yang dititipkan kepadanya?

(41)

c. Bagaimana kewenangan hukum majelis pengawas daerah notaris dalam pengawasan notaris?

Dari hasil penelitian bahwa kewajiban pembayaran pajak BPHTB merupakan kewajiban dari wajib pajak dan bukan merupakan kewajiban dari notaris akan tetapi karena notaris telah menerima penitipan pembayaran dari kliennya maka notaris bertanggungjawab untuk menyetorkannya.

2. Tesis saudara Desni Prianty Efe Manik Nim :077005007 dengan judul tesis analisis kewenangan majelis pengawas notaris dalam pengawasan notaris menurut undang-undang no 30 tahun 2004 tentang jabatan notaris dengan permasalahan sebagai berikut:

Bagaimana kewenangan majelis pengawas notaris dalam pengawasan notaris menurut undang-undang nomor 30 tahun 2004 tentang jabatan notaris?

Bagaimana akibat hukum dari putusan majelis pengawas notaris terhadap notaris berdasarkan undang-undang nomor 30 tahun 2004 tentang jabatan notaris?

Bagaimana kendala yang timbul dalam pelaksanaan kewenangan majelis pengawas notaris serta upaya –upaya untuk mengatasinya?

Dari hasil penelitian tesis ini kewenangan majelis pengawas notaris dalam pengawasan notaris menurut undang-undang nomor 30 tahun 2004 tentang jabatan notaris diatur dalam pasal 66 dan 70 untuk MPD, pada pasal 73 untuk MPW dan pasal 77 untuk MPP. Sedangkan kewenangan majelis pengawas

(42)

Notaris dalam pengawasan notaris menurut Peraturan Menteri Hukum dan Hak Asasi Manusia Republik Indonesia No. M. 02. PR.08.10 Tahun 2004 diatur dalam Pasal 13 dan Pasal 14 untuk MPD, pada pasal 18 untuk MPW dan pasal 19 untuk MPP.

Berdasarkan uraian sembilan judul tesis tersebut diatas, maka penelitian ini adalah asli adanya. Artinya secara akademik penelitian ini dapat di pertanggungjawabkan keaslian, karena belum ada yang melakukan penelitian yang sam antara judul dengan permasalahan yang diambil dalam penelitan ini, sehingga dapat di pertanggungjawabkan secara akademis berdasarkan nilai-nilai objektifitas dan kejujuran.

F. Kerangka Teori dan Konsepsi

A. Kerangka Teori

Kerangka teori merupakan pemikiran atas butir-butir pendapat, atau teori, tesis mengenai suatu kasus atau pemasalahan ( problematika) yang menjadi

perbandingan, pegangan teoritis.22 Dalam setiap penelitian harus disertai dengan pemikiran-pemikiran teoritis. Teori adalah menerangkan atau menjelaskan mengapa gejala spesifik atau proses tertentu terjadi.23 Teori menguraikan jalan pikiran menurut kerangka yang logis artinya mendudukan masalah penelitian yang telah dirumuskan di dalam kerangka teoritis yang relevan, yang mampu menerangkan masalah

22M. Solly Lubis, Filsafat dan Penelitian, Bandung, Mandar Maju, 1994. Hal 80 23J.J.J M. Wuisman, Penelitian Ilmu-Ilmu Sosial, Jilid I, UI Press Jakarta, 1996, hal 203

(43)

tersebut.24 Dalam penelitian ini digunakan teori kepastian hukum. Dalam asas kepastian hukum sudah umum bilamana kepastian sudah menjadi bagian dari suatu hukum. Hal ini lebih diutamakan untuk norma hukum tertulis. Kepastian hukum menghendaki adanya upaya pengaturan hukum dalam perundang-undangan yang dibuat oleh pihak yang berwenang dan berwibawa, sehingga aturan itu memiliki aspek yuridis yang dapat menjamin adanya kepastian hukum.

Menurut J.J.H Bruggink mengatakan :

“seluruh pernyataan yang saling berkaitan berkenaan sistem konseptual aturan- aturan hukum dan putusan-putusan hukum, dan sistem tersebut untuk sebagian yang dipositifkan”.25

Selanjutnya Sudikno Mertokusumo menyatakan:

“Tanpa kepastian hukum orang tidak tahu apa yang harus di perbuatnya dan akhirnya timbul keresahan. Tetapi terlalu menitik beratkan kepada kepastian hukum, terlalu ketat menaati peraturan hukum akibatnya kaku dan menimbulkan rasa tidak adil. Adapun yang terjadi peraturannya adalah demikian dan harus ditaati atau dilaksanakan. Undang-Undang itu sering terasa kejam apabila dilaksanakan secara ketat “lex dura set tamen scipta” ( Undang- Undang itu kejam, tetapi demikianlah bunyinya)”26

Kepastian hukum menunjuk kepada pemberlakuan hukum yang jelas, tetap, konsisten yang pelaksanaannya tidak dapat di pengaruhi oleh keadaan-keadaan yang sifatnya subjektif. Adapun kepastian hukum sangat diperlukan untuk menjamin ketentraman dan ketertiban dalam masyarakat karena kepastian hukum dalam bentuk peraturan atau ketentuan umum mempunyai sifat sebagai berikut:

24Made Wiratha, Pedoman Penulisan Usulan Penelitian, Skripsi, dan Tesis, Andi, Yogyakarta, 2006, hal 6

25Salman,Otje dan susanto, Anthon. F, Teori Hukum Mengingat, Mengumpulkan, Dan Membuka Kembali, Bandung, Refika Aditama, 2013, hal 60

26

hal 136

Mertokusumo, Sudikno, Mengenal Hukum (suatu pengantar), Yogyakarta, Liberty, 1998,

(44)

a. Adanya paksaan dari luar (sanksi) dari penguasaan yang bertugas mempertahankan dan membina tata tertib masyarakat dengan perantara alat-alatnya.

b. Sifat undang-undang mengikat dan berlaku bagi siapa saja.27

Notaris merupakan suatu profesi yang dilatar belakangi dengan keahlian khusus yang ditempuh dalam suatu pendidikan dan pelatihan khusus. Hal ini menuntut notaris untuk memiliki pengetahuan yang luas dan tanggung jawab untuk melayani kepentingan umum. Pada saat notaris menjalankan tugasnya, notaris harus memegangteguh dan menjunjung tinggi martabat profesinya sebagai jabatan kepercayaan dan terhormat. Dalam hal tanggungjawab seorang notaris, mempunyai kewajiban yang sama dengan bidang pekerjaan-pekerjaan lain yang juga memiliki tanggung jawab dan kewajiban hukum. Dalam teori tradisional, ada dua jenis tanggung jawab: pertanggungjawaban berdasarkan kesalahan dan pertanggungjawab mutlak.

Tanggungjawab mutlak yaitu suatu perbuatan menimbulkan akibat yang dianggap merugikan oleh pembuat undang-undang dan ada suatu hubungan antara perbuatan dengan akibatnya. Tiadahubungan antara keadaan jiwa si pelaku dengan

akibat dari perbuatannya.28 Dalam melayani kepentingan umum, notaris dihadapkan dengan berbagai macam karakter manusia serta keinginan yang berbeda-beda satu sama lain dari tiap pihak yang datang kepada notaris untuk dibuatkan suatu akta

27Yahya A.Z, Keadilan dan Kepastian

Hukum,http//yahyazeinin.blogspot.com/2008/07/keadilan-dan-kepastian-hukum, tanggal akses 7 April 2015,

28Filsafat Hukum, Filsafat & Teori Hukum (Zen Zanibar M.Z), http//s2.hukum.universitaspancasila.ac.id, diakses pada tanggal 19 Februari 2015.

(45)

otentik atau sekedar legalisasi untuk penegas atau sebagai bukti tertulis atas suatu perjanjian yang dibuatnya.

Profesi Notaris berlandaskan pada nilai moral, sehingga pekerjaannya harus berdasarkan kewajiban, yaitu ada kemauan baik pada dirinya sendiri, tidak bergantung pada tujuan atau hasil yang dicapai. Sikap moral penunjang etika profesi Notaris adalah bertindak atas dasar tekad, adanya kesadaranberkewajiban untuk menjunjung tinggi etika profesi, menciptakan idealisme dalam mempraktikan profesi, yaitu bekerja bukan untuk mencari keuntungan, mengabdi kepada sesama. Jadi hubungan etika dan moral adalah bahwa etika sebagai refleksi kritis terhadap masalah moralitas, dan membantu dalam mencari orientasi terhadap norma-norma dan nilai-nilai yang ada.

Definisinya tentang kewajiban hukum antara etikadan moral adalah

“diwajibkan melakukan atau tidak melakukan sesuatu, atauditempatkan dibawah

kewajiban atau keharusan melakukan atau tidak melakukan,adalah menjadi dapat dimintai pertanggungjawaban untuk suatu sanksi dalam haltidak mematuhi suatu perintah”. Tetapi bagaimana dengan kasus dimana orang selainyang tidak mematuhi hukum, dalam bahasa Austin perintah, bertanggung jawabterhadap suatu sanksi.

Penyelenggaraan kewenangan lembaga kenotariatan di Indonesia berada di bawah payung UUJN sebagai peraturan induk. Para notaris selain tunduk pada ketentuan UUJN, juga tunduk pada sejumlah peraturan-peraturan hukum lain, baik peraturan perundang-undangan yang lebih umum, SK Menteri Hukum dan HAM, juga ditambah dengan ketentuan-ketentuan kode etik organisasi profesi notaris.

Kewenangan notaris bersifat umum yang ditentukan dalam Pasal 15 ayat (1) UUJN

(46)

yaitu : “Notaris berwenang untuk membuat akta otentik mengenai semua perbuatan, perjanjian dan ketetapan yang diharuskan oleh suatu peraturan perundangundangan, dan oleh yang berkepentingan dikehendaki untuk dinyatakan dalam suatu akta otentik, menjamin kepastian tanggal pembuatan akta, menyimpan akta, memberikan grosse, salinan dan kutipan akta, semuanya itu sepanjang pembuatan akta-akta itu tidak juga ditugaskan atau dikecualikan kepada pejabat lain yang ditetapkan oleh Undang- Undang”. Kewajiban hukum merupakan suatu kewajiban yang diberikan dari luar diri manusia (norma heteronom), sedangkan kewajiban moral bersumber dari dalam diri sendiri (norma otonom). kewajiban hukum dan kewajiban moral dapat berpadu, dalam tataran ini kewajiban-kewajiban hukum telah diterima sebagai kewajiban-kewajiban moral. dalam wilayah pembahasan etika, Immanuel Kant menguraikan etika “imperatif kategoris” dimana, tunduk kepada hukum merupakan suatu sikapyang tanpa pamrih, dan tidak perlu alasan apapun untuk tunduk kepada

hukum.29 Adanya kewenangan yang diberikan oleh Undang-Undang dan kepercayaan dari masyarakat yang dilayani itulah yang menjadi dasar tugas dan fungsi Notaris dalam lalu lintas hukum. Dalam melaksanakan tugas jabatannya seorang Notaris harus berpegang teguh kepada Kode Etik Jabatan Notaris, karena tanpa itu, harkat dan martabat profesionalisme akan hilang sama sekali. Dalam penelitian ini juga menggabungkan antara teori pertanggungjawaban sebagaimana telah diuraikan diatas dengan teori sistem hukum. Teori tentang sistem hukum menurut Lawrence Meir

29Teori Pertanggungjawaban, http://tyokronisilicus.wordpress.com teori hanskelsen-mengenai- pertanggungjawaban-hukum/html, diakses pada Tanggal 19 Februari 2015.

(47)

Friedmann terdiri dari tiga elemen, yaitu : elemen struktur, substansi, dan budaya hukum.30

Dalam menganalisis topik mengenai permasalahan penegakan hukum atas Undang-Undang Jabatan Notaris (UUJN) dalam hubungannya dengan penegakan Kode Etik Notaris dalam penelitian ini pengaturannya telah terkonsep dalam Undang- Undang Nomor 30 Tahun 2004, Tentang Undang-Undang Jabatan Notaris. Konsep dalam Undang-Undang dimaksudlah yang merupkan aplikasi dari teori sistem hukum seperti dimaksud Friedmann diatas. Selanjutnya ketiga elemen dalam teori tentang sistem hukum seperti dimaksud Friedmann diatas ialah, pertama mengenai struktur, dalam hal ini ialah kode etik notaris. Keberadaan kode etik notaris bertujuan agar suatu profesi notaris dapat dijalankan dengan profesional dengan motivasi dan orientasi pada keterampilan intelektual serta berargumentasi secara rasional dan kritis serta menjunjung tinggi nilai-nilai moral.

1 Konsepsi

Konsepsi berasal dari bahasa latin, Conceptus yang memiliki arti sebagai suatu kegiatan atau proses berfikir, daya berpikir khususnya penalaran dan pertimbangan.

Konsepsi adalah salah satu bagian yang terpenting dari teori, peranan konsepsi dalam penelitian ini untuk menghubungkan teori observasi, antara abstraksi dan kenyataan.

Konsep diartikan sebagai kata yang menyatukan abstraksi yang digeneralisasikan dari hal-hal khusus yang disebut defenisi oprasional.31

30Lawrence. M. Friedman, Hukum Amerika : Sebuah Pengantar, American Law : An Introduction, diterjemahkan oleh Wisnu Basuki, PT. Tatanusa, Jakarta, 2001, hal. 7

31Samadi Suryabrata, Metodologi Penelitian, Jakarta, Raja Grafindo Persada, 1998 hal 3

(48)

Pengertian notaris adalah pejabat umum yang berwenang untuk membuat akta otentik dan kewenangan lainnya sebagaimana yang dimaksud dalam Undang-Undang Nomor 30 Tahun 2004 tentang Undang-Undang Jabatan Notaris. Notaris dikatakan pejabat umum, dalam hal ini dapat dihubungkan dalam Pasal 1868 KUHPerdata yang menyatakan bahwa suatu akta otentik adalah suatu akta yang dibuat dalam bentuk yang ditentukan dalam Undang-Undang dibuat oleh atau dihadapan Pejabat Umum

yang berwenang untuk itu.32

Perkara pidana adalah perbuatan seseorang atau sekelompok orang yang menimbulkan peristiwa pidana atau melanggar hukum pidana dan diancam dengan hukuman.33

Akta Notaris adalah akta otentik yang dibuat oleh atau dihadapan Notaris menurut bentuk dan tata cara yang ditetapkan, yang merupakan alat bukti tertulis dengan kekuatan pembuktian sempurna. Demikian menurut ketentuan umum Bab I Pasal 1 angka 7 dalam Undang-Undang Republik Indonesia Nomor 30 Tahun 2004 Tentang Jabatan Notaris.

Notaris dalam menjalankan kewenangan terikat pada ketentuan-ketentuan yang harus ditaati, sebagaimana yang disebutkan dalam Pasal 15 Undang-Undang Nomor 30 Tahun 2004 tentang Jabatan Notaris, yang antara lain menyebutkan bahwa notaris berwenang membuat akta autentik mengenai semua perbuatan, perjanjian, dan ketetapan yang diharuskan oleh peraturan perundangundangan dan atau yang

32R. Subekti, Hukum Pembuktian, Pradnya Paramita, Jakarta, 1983, hal. 26

33Yulies Tiena Masriani, Pengantar Hukum Indonesia, Jakarta, Sinar Grafika, 2004 hal 63

(49)

dikehendaki oleh yang berkepentingan untuk dinyatakan dalam akta autentik, menjamin kepastian tanggal pembuatan akta, menyimpan akta memberikan grosse, salinan dan kutipan akta, semuanya itu sepanjang pembuatan akta-akta itu tidak juga ditugaskan atau dikecualikan kepada pejabat lain atau orang lain yang ditetapkan oleh undang-undang. Sehingga dapat disimpulkan bahwa penelitian ini adalah pertanggungjawaban notaris jika pada akta yang dibuatnya tersebut terjadi perkara pidana menurut Undang-Undang nomor 2 tahun 2014 tentang perubahan atas Undang- Undang nomor 30 tahun 2004.

G. Metode Penelitian

Penelitian hukum adalah suatu proses untuk menemukan aturan hukum, prinsip-prinsip hukum, maupun doktrin-doktrin hukum guna menjawab isu hukum yang dihadapi. Hal ini sesuai dengan karakter preskriptif ilmu hukum (bersifat memberi petunjuk atau ketentuan berdasarkan peraturan yang berlaku). Berbeda dengan penelitian yang dilakukan didalam keilmuan yang bersifat deskriptif yang menguji kebenaran ada tidaknya sesuatu fakta disebabkan oleh suatu faktor tertentu, penelitian hukum dilakukan untuk menghasilkan argumentasi, teori atau konsep baru sebagai preskripsi dalam menyelesaikan masalah yang dihadapi. Dengan demikian dapat dikatakan bahwa hasil yang diperoleh didalam penelitian hukum sudah

mengandung nilai.34

34Peter Mahmud Marzuki, Penelitian Hukum, Penerbit Kencana, Jakarta, Ed. 1 Cet. 1, Jakarta, 2005, hal. 35

(50)

D. Sifat penelitian

Sesuai dengan rumusan masalah dan tujuan penelitian, maka penelitian ini bersifat deskriptif analitis. Deskriptif maksudnya menggambarkan secara sistematis factual dan akurat tentang permasalahan penegakan hukum atas Undang-Undang Jabatan notaris. Sedangkan analitis maksudnya hasil data penelitian diolah, dianalisa dan selanjutnya diuraikan secara cermat terhadap aspek-aspek yang berhubungan dengan pertanggungjawaban notaris yang terhadap akta yang berindikasi pelanggaran hukum menurut ketentuan undang-undang nomor 2 tahun 2014 tentang perubahan undang-undang nomor 30 tahun 2004 tentang jabatan notaris.

A Jenis penelitian

Dalam penelitian ini digunakan jenis pendekatan yuridis normatif, yaitu penelitian yang hanya menggunakan dan mengolah data-data sekunder atau disebut juga dengan metode kepustakaan yang berkaitan dengan Undang-Undang Jabatan Notaris dan Kode Etik Notaris atau hal lain berhubungan topik permasalahan dalam penelitian ini (yang berkaitan dengan sinkronisasi hukum).35

3. Teknik pengumpulan data

Pengumpulan data dilakukan dengan cara mengumpulkan bahan hukum primer, bahan hukum sekunder, dan bahan hukum tertier. Bahan hukum primer, adalah bahan hukum yang mempunyai otoritas, yang terdiri dari peraturan perundang-undangan dan catatan-catatan resmi atau risalah dalam pembuatan suatu peraturan

35Ibid

Referensi

Dokumen terkait

Abstrak – Penelitian ini adalah eksperimen semu yang bertujuan untuk mengetahui perbedaan hasil belajar fisika antara peserta didik yang diajar menggunakan metode

Ekstrak potensial bunga melati yang dapat membentuk zona hambat terbesar pada uji penapisan awal yaitu ekstrak etil asetat dengan diameter zona hambat sebesar

Hasil uji F, pengaruh transparansi dan akuntabilitas laporan keuangan terhadap kepercayaan donatur, diperoleh nilai F sebesar 17.512 dengan nilai sig sebesar 0.000,

Abstrak – Penelitian ini bertujuan untuk mengetahui ada tidaknya pengaruh model pembelajaran Numbered Head Together (NHT) terhadap hasil belajar fisika siswa

Jawaban yang diperoleh dari aktivitas tersebut masih salah karena siswa menjawab pertanyaan tersebut dengan mengambil begitu saja nilai yang mengikuti satuan gram hanya

Pada siklus I tidak terjadi penurunan perilaku membolos siswa yaitu dengan skor 111 berada pada kategori yang masih tinggiI. Maka dilanjutkan pada siklus II

Dengan begitu, ketika transaksi e-commerce dengan segala bentuknya telah memenuhi ketentuan-ketentuan yang disebut di atas, dalam pelaksanaan akad secara umum dan