• Tidak ada hasil yang ditemukan

TINJAUAN PUSTAKA

2.1 Hutan Mangrove

2.1.3 Peranan mangrove bagi biota laut

Gambaran umum peranan suatu habitat mangrove bagi biota laut dapat dilihat dari suatu model jaringan pangan (food web). Pada dasarnya sumbangsih mangrove terhadap kehidupan biota laut adalah melalui guguran serasah

vegetasi (termasuk kotoran/sisa tubuh fauna yang mati) ke lantai hutan. Serasah ini akan terdekomposisi oleh cendawan dan bakteri menjadi detritus, yang mana detritus tersebut merupakan makanan utama bagi konsumer primer. Selanjutnya konsumen primer ini akan menunjang kehidupan biota tingkat konsumer sekunder dengan top-konsumer di suatu habitat mengrove.

Produktivitas primer habitat mangrove akan diperkaya oleh komunitas alga di lumpur di lumpur dan akar, komunitas lamun, komunitas fitoplankton dan laut, dan limbah organik terlarut (dissolved-organic compound) dari laut dan daratan. Kesemua fenomena ini akan mempertinggi produktivitas primer habitat mangrove.

Tingginya produktivitas primer hutan mangrove salah satunya dapat dilihat dan produktivitas serasah hutan tersebut yang umumnya beberapa kali lipat produktivitas serasah tipe hutan daratan, yakni sekitar 5,7 sampai 25,7 ton/ha per tahun (Kusmana, 1993). Kondisi habitat mangrove seperti ini mengakibatkan ekosistem mangrove berperan sebagai feeding, spawning dan nursery ground bagi berbagai jenis biota laut (khususnya ikan dan udang) untuk menghabiskan sebagian bahkan seluruh siklus hidupnya.

Kusmana (2000), menyatakan bahwa seperti sudah diketahui secara umum bahwa ekosistem mangrove merupakan interface antara ekosistem daratan dengan ekosistem laut. Oleh karena itu, habitat-habitat lain yang berinteraksi dengan habitat mangrove berasal dan ekosistem daratan dan lautan.

Hutan mangrove akan berkembang baik di muara-muara sungai, karena di muara tersebut arus airnya cukup tenang yang mengakibatkan sedimentasi sering terjadi. Proses sedimentasi ini memberikan, peluang pada jenis-jenis pohon mangrove pionir untuk menginvasi lahan tersebut, misal jenis api-api (Avicennia spp.) dan pidada (Sonneratia spp.). Apabila sedimentasi ini tidak terkendali, maka akan terjadi pergantian komunitas mangrove dengan jenis-jenis pohon yang bertoleransi terhadap salinitas yang kecil (Bruguiera spp., Xylocarpus sp.) yang selanjutnya secara bertahap akan terjadi pergantian tipe hutan dari hutan mangrove menjadi hutan daratan.

Dalam kaitannya dengan lingkungan perairan payau sebagai bagian integral dan ekosistem hutan mangrove, air sungai yang banyak mengandung lumpur (penetrasi cahaya ke dalam air berkurang) akan mengakibatkan produktivitas primer perairan tersebut berkurang. Sejalan dengan proses sedimentasi yang terus-menerus terjadi yang mengakibatkan terjadinya

pergantian secara bertahap dari tipe hutan mangrove ke hutan daratan, maka lingkungan perairan payau beserta biota lautnya secara bertahap akan lenyap.

Estuaria merupakan suatu habitat akuatik yang tinggi produktivitas primernya. Tipe habitat ini umumnya berasosiasi dengan habitat mangrove. Nampaknya tipe habitat estuaria ini memberikan kondisi tempat hidup yang baik untuk banyak jenis pohon mangrove dan biota laut yang berasosiasi dengan habitat mangrove. Seagrass menunjang produktivitas mangrove melalui dua cara, yaitu: (1) memperkecil arus air laut dan daya dorong ombak, dan (2) menambah serasah sebagai input energi ke habitat mangrove. Fenomena semacam ini akan mempertinggi produktivitas primer habitat mangrove.

Hutan mangrove yang lebat umumnya dijumpai di pantai-pantai yang terlindung dari hempasan ombak yang kuat. Dalam hal ini, secara fisik terumbu karang akan menahan hempasan ombak sehingga perairan di belakang karang tersebut akan berarus tenang yang mana kondisi seperti ini akan memberikan peluang yang baik untuk tumbuhnya pohon-pohon mangrove dan biota laut yang berasosiasi dengan habitat mangrove tersebut. Secara simultan keterkaitan antara ekosistem mangrove dengan tipe ekosistem lainnya akan menyebabkan terbentuknya tiga macam tipe ekosistem yang saling berinteraksi dengan habitat mangrove yaitu benthic ecosystem, pelagic ecosystem, dan supratidal ecosystem.

Manfaat mangrove dapat ditinjau dari beberapa aspek, diantaranya aspek ekologis, aspek ekonomis dan pemenuhan sebagai pangan. Manfaat ekologis mangrove adalah: (a) sebagai bahan organik dan hara bagi ekosistem akuatik yang bersangkutan, (b) sebagai daerah pembiakan bagi berbagai binatang terutama ikan dan udang, (c) merupakan lingkungan yang sangat heterogen secara fisik memberikan berbagai macam relung, tempat perlindungan, daerah khusus yang digunakan oleh spesies lainnya, (d) memberikan perlindungan pantai (mencegah erosi) selama banjir bandang dan badai, (e) sebagai penangkap sedimen menyebabkan pertambahan tanah (akresi), (f) menyaring bahan-bahan pencemar dan hara yang dapat masuk wilayah pantai atau perairan (menjadi suatu masalah jika ketidaksediaan hara dan bahan pencemar berlebihan ada di perairan), dan (g) penyangga penting bagi hutan rawa yang tidak toleran dengan air asin (Rawana et al., 2001).

Manfaat ekonomis yang dapat diperoleh dari hutan mangrove diantaranya dapat diambil dari tumbuhan mangrove, tumbuhan bukan mangrove dan dari

hewan yang hidup disekitar hutan mangrove. Beberapa manfaat dari hutan mangrove antara lain adalah sebagai: bahan bakar, konstruksi, produksi kertas, alat rumah tangga, obat-obatan tradisional, pupuk hijau, pakan ternak, peternakan lebah.

Pada hutan mangrove selain tumbuhan mangrove, tumbuhan lain yang berada di hutan mangrove yang dapat dimanfaatkan untuk tujuan ekonomi adalah rumput got-got dan nipah. Manfaat ekonomi dari hewan yang hidup di sekitar hutan mangrove di antaranya: sirip ikan sebagai bahan makanan dan pupuk, krustase sebagai bahan makanan, lebah penghasil madu dan lilin, unggas sebagai bahan makanan dan kerajinan bulu unggas yang bernilai estetika atau keindahan.

Mangrove mempunyai peran yang sangat strategis baik dari aspek lingkungan, ekonomi dan sosial. Beberapa fungsi utama mangrove yaitu: (1) filter air asin (menghasilkan air payau, mengendalikan intrusi air laut, melindungi abrasi pantai), (2) media tumbuh dan berkembangnya flora dan fauna (biologi dan mikrobiologi), dan (3) ekotourisme.

Sebagian besar tanaman mempunyai toleransi yang rendah terhadap garam, tetapi dalam mangrove mengalami setidaknya dua kali sehari pasang naik air asin. Bahkan ada spesies yang tahan sampai kadar garam 90%. Akar dapat melakukan fitrasi untuk dapat beradaptasi dari fluktuasi kadar garam. Tanaman mangrove dapat tumbuh ideal apabila airnya terdiri atas 50% air tawar dan 50% air laut. Mangrove dapat menyerap air asin dan CO2 untuk keperluan fotosintesisnya. Selain menurunkan kadar garam dan menghasilkan air bersih, mangrove juga turut menyerap gas rumah kaca yang saat ini dituding sebagai salah satu penyebab pemanasan global (Ball et al., 1997). Indikasi penyerapan air garam terlihat dari konsentrasi lapisan garam pada permukaan daun. Menyimpan air asin daun yang tebal, rambut yang berfungsi mengurangi transpirasi. Bahkan ada beberapa spesies yang dapat menyimpan air di jaringan internalnya.

Media tumbuh dan berkembangnya flora dan fauna in-situ (biologi dan mikrobiologi). Siklus flora dan fauna (biologi dan mikrobiologi). Mangrove merupakan sumber makanan bakteri yang berperan dalam proses dekomposisi sisa tanaman dan hewan. Interaksi komponen tersebut menjadikan mangrove sebagai habitat pantai yang sangat penting.

Ekoturisme merupakan salah satu sumber pendapatan negara dari sektor non-migas yang tidak terkena dampak resesi. Pengembangan sumberdaya mangrove dengan segala komponen flora dan fauna yang ada dapat dimanfaatkan sebagai salah satu tujuan wisata. Di negara-negara maju ekotourisme kawasan mangrove dapat sejajar dengan tujuan wisata lainnya, karena di kawasan tersebut dapat dikembangkan berbagai hal menyangkut ikan, pengembangan reptil dan sebagainya.

2.2 Pengelolaan Sumberdaya Alam Secara Berkelanjutan