• Tidak ada hasil yang ditemukan

Perancangan Material Requirement Planning (MRP)

Dalam dokumen 5. PENGOLAHAN DATA DAN ANALISA (Halaman 36-43)

Penuangan Kaleng Cat Tembok 1 Kg

5.7. Perancangan Material Requirement Planning (MRP)

Sebelum merancang MRP, terlebih dahulu kita harus mengetahui komposisi dari setiap spesifikasi produk yang ada. Oleh karena itu diperlukan Bill Of Material dari produk-produk yang ada.

5.7.1. Bill of Material (BOM)

BOM dari setiap merk dan ukuran produk tidak seluruhnya sama, karena beberapa spesifikasi memiliki komposisi bahan baku yang berbeda dengan produk yang lain. Pada pengolahan data ini, akan ditampilkan contoh Bill of Material dari produk Cat Tembok warna Putih 1 Kg dan 5 Kg.

• Cat Tembok Putih 1 Kg merk ASTEX

Gambar 5.6. Bill of Material Produk Cat Tembok Astex 1 Kg

Sebagai informasi, bahwa untuk ukuran 1 Kg, Cat Tembok hanya tersedia merk Astex saja.

Cat Tembok Putih 5 Kg merk ASTEX

Gambar 5.7. Bill of Material Produk Cat Tembok Astex 5 Kg

Cat Tembok Putih 5 Kg merk BOSTER

Gambar 5.8. Bill of Material Produk Cat Tembok Boster 5 Kg

Cat Tembok Putih 5 Kg merk DAYO

Gambar 5.9. Bill of Material Produk Cat Tembok Dayo 5 Kg

Cat Tembok Putih 5 Kg merk BUMIMAS

Gambar 5.10. Bill of Material Produk Cat Tembok BumiMas 5 Kg

Ø Analisa Bill Of Material:

Bill Of Material yang telah dibuat menunjukkan bahwa setiap merk memiliki komposisi yang berbeda pada beberapa bahan bakunya. Misalnya, untuk merk Astex ukuran 5 Kg memiliki komposisi litopone yang lebih banyak daripada merk yang lain. Hal ini dikarenakan merk Astex merupakan merk yang diunggulkan dan memiliki kualitas yang lebih baik. Bill Of Material untuk spesifikasi produk yang lain dapat dilihat pada lampiran 20.

5.7.2. Material Requirement Planning (MRP)

MRP dibuat berdasarkan BOM dan kebutuhan material tiap bulannya.

Input dari MPS yang menunjukkan produk end items yang dibuat yang merupakan BOM level 0 (lihat gambar 5.6) dikalikan dengan kebutuhan bahan baku untuk satu produk (berdasarkan BOM). Berikut ini adalah contoh MRP level 0 untuk produkl Cat Tembok Putih Astex 1 Kg:

Tabel 5.40. MRP Level 0 Cat Tembok Putih Astex ukuran 1 Kg Product :

C. T. Putih Astex 1 Kg Satuan: Kaleng Level: 0 Lead Time : 1

Bulan ke

-7 8 9 10 11 12

Plan Rev Plan Rev Plan Rev Plan Rev Plan Rev Plan Rev Gross R. 0 1200 1200 1200 1200 1200 2400 2400 2400 2400 0 0 Scheduled R.

OHI 0 0 0 0 0 0 0 0 0 0 0 0 0

Net R. 0 1200 1200 1200 1200 1200 2400 2400 2400 2400 0 0 POR. 0 1200 1200 1200 1200 1200 2400 2400 2400 2400 0 0 PO Rel. 0 1200 1200 1200 1200 1200 2400 2400 2400 2400 0 0

MRP level 0 untuk produk end items yang lain dapat dilihat pada lampiran 21. MRP level 0 ini akan digunakan sebagai input untuk merancang persediaan bahan baku (level 1). Input dari MRP level 1 ini adalah hasil kali dari kebutuhan tiap bahan baku per produk dengan MRP level 0 untuk masing-masing material. Metode Lot Sizing yang digunakan adalah Wagner Within yang kemudian akan dibandingkan dengan sistem pembelian bahan baku perusahaan saat ini. Perbandingan dilakukan berdasarkan inventory cost yang timbul pada kedua sistem untuk proses pembelian selama lima bulan. Daftar harga bahan baku yang digunakan beserta hasil perhitungan holding cost per bulannya dapat dilihat pada tabel 5.14. Khusus untuk bahan baku air, holding cost menggunakan biaya abonemen tiap bulannya, yaitu sebesar Rp 8500,- per bulan.

Tabel 5.41. Nilai Holding Cost Bahan Baku

Bahan Baku Satuan Harga per Satuan (Rp) Bunga (per Bulan) Holding Cost (per Bulan)

Natrosol Kg 85000 0.0125 1062.5

SHMP Kg 14000 0.0125 175

Biocide Kg 30800 0.0125 385

U. Marine Kg 33000 0.0125 412.5

DEG Lt 29200 0.0125 365

Pine Oil Kg 11700 0.0125 146.25

Anti Foam Lt 9500 0.0125 118.75

Litopone Kg 4600 0.0125 57.5

Calcium 800 mesh Kg 330 0.0125 4.125

Lem PVAC Kg 12000 0.0125 150

Calcium 500 mesh Kg 236 0.0125 2.95

P. Hitam Kg 232000 0.0125 2900

P. Merah Kg 133100 0.0125 1663.75

P. Hijau Kg 88000 0.0125 1100

P. Biru Kg 110000 0.0125 1375

P. Coklat Kg 154000 0.0125 1925

P. Kuning Kg 110000 0.0125 1375

Pewarna Meni Kg 48000 0.0125 600

Damar Kg 2350 0.0125 29.375

Minyak Tanah Lt 6480 0.0125 81

Klg. Plastik (1 Kg) Biji 2000 0.0125 25 Klg. Plastik (5 Kg) Biji 4200 0.0125 52.5 Klg. Plastik (20 Kg) Biji 19000 0.0125 237.5

Perhitungan inventory cost ini, selain membutuhkan data biaya simpan (holding cost) tiap material per bulannya, juga membutuhkan biaya pesan dimana biaya ini merupakan biaya tetap (fixed cost) yang timbul tiap satu kali pemesanan.

Pada perusahaan ini, biaya pesan dari bahan baku adalah sebesar Rp 10,000,-.

Sebagai contoh perbandingan dari sistem pembelian bahan baku ini, berikut ini adalah perbandingan untuk pembelian bahan baku (MRP level 1)untuk material Natrosol (Minimum order 75 Kg dengan lot size 25 Kg):

Sistem Awal

Tabel 5.42. MRP Natrosol Sistem Awal Satuan : Kg

Bulan ke

7 8 9 10 11 12 Kebutuhan 158 130 90 72 88

OHI 50 17 12 22 25 12 Pembelian 125 125 100 75 75

Berdasarkan data diatas, perhitungan inventory cost untuk material di sistem awal ini adalah sebagai berikut:

Biaya Pesan = Rp10,000×Jumlah pemesanan

= Rp10,000×5

= Rp50,000

Biaya Simpan =

(

OnHand Inventorytiapbulan

)

×HoldingCost

=

(

17+12+22+25+12

)

×1062.5

= Rp93,500

Total Biaya = Rp50,000+Rp93,500

= Rp143,500

Sistem usulan menggunakan MRP dengan metode Lot Sizing Wagner Within untuk mengetahui kapan sebaiknya pesan dan berapa jumlahnya. Namun, metode ini harus disesuaikan dengan lot size dan quantity order minimum yang merupakan kebijakan supplier. MRP yang dibuat ini berdasarkan MPS yang telah dirancang sebelumnya. MRP untuk sistem usulan dapat dilihat sebagai berikut:

Sistem Usulan

Tabel 5.43. MRP Natrosol Sistem Usulan (Wagner Within Adjusted) Product : Min Order: 75

Natrosol Satuan: Kg Level: 1

Lead Time : 1 Lot Size: 25

Bulan ke

-7 8 9 10 11 12

Plan Rev Plan Rev Plan Rev Plan Rev Plan Rev Plan Rev Gross R. 140 158 112 130 82 90 64 72 80 88 62 0 Scheduled R.

OHI 50 10 17 5 12 5 22 33 25 20 12 25 12

Net R. 90 108 95 113 70 78 42 50 55 63 50 0 POR. 100 125 100 125 75 100 75 75 75 75 75 PO Rel. 100 125 100 125 75 100 75 75 75 75 75 0

Dengan cara yang sama seperti perhitungan sebelumnya, perhitungan inventory cost untuk material di sistem usulan ini adalah sebagai berikut:

Biaya Pesan = Rp 50,000,-Biaya Simpan = Rp 93,500,-Total Biaya = Rp

143,500,-Total inventory cost yang timbul sama dengan metode pemesanan sistem awal, yaitu sebesar Rp 143,500,-. Hal ini disebabkan karena metode wagner within yang digunakan harus disesuaikan dengan lot size yang ada, sehingga pada saat membutuhkan material sebanyak 96 Kg, maka harus membeli sebanyak 100 Kg. Sebagian besar bahan baku yang digunakan pada perusahaan ini juga bersifat seperti ini. Lain halnya jika menggunakan metode wagner within yang tidak perlu disesuaikan dengan lot size. Sebagai contoh, Jika tidak ada lot size, maka MRP yang dibuat adalah sebagai berikut:

Tabel 5.44. MRP Natrosol Sistem Usulan (Wagner Within) Product : Min Order:

-Natrosol Satuan: Kg Level: 1

Lead Time : 1 Lot Size:

Bulan ke

-7 8 9 10 11 12

Plan Rev Plan Rev Plan Rev Plan Rev Plan Rev Plan Rev Gross R. 140 158 112 130 82 90 64 72 80 88 62 0 Scheduled R.

OHI 50 0 0 0 0 0 0 0 0 0 0 0 0

Net R. 90 108 112 130 82 90 64 72 80 88 62 0 POR. 90 108 112 130 82 90 64 72 80 88 62 PO Rel. 90 108 112 130 82 90 64 72 80 88 62 0

Dengan metode wagner within seperti ini, perhitungan inventory cost untuk material ini adalah sebagai berikut:

Biaya Pesan = Rp 50,000,-Biaya Simpan = Rp 0,-Total Biaya = Rp

50,000,-Dapat dilihat bahwa biaya inventori yang timbul jauh lebih kecil jika tidak ada penyesuaian dengan lot size. Hal ini membuktikan bahwa dengan metode lot sizing yang tepat, biaya inventori dapat diminimalisasi. MRP level 1 untuk bahan baku yang lain dapat dilihat pada lampiran 22.

Ø Analisa perbandingan kedua sistem pembelian bahan baku:

Pengolahan yang telah dilakukan menunjukkan bahwa kedua sistem memberikan total biaya inventori yang sama. Seperti yang telah disebutkan sebelumnya, bahwa kejadian ini disebabkan karena metode wagner within pada sistem usulan yang seharusnya bisa memberikan hasil yang minimum, tidak memberikan hasil yang berbeda dengan sistem awal dan tidak terjadi penghematan dari segi inventory cost.

Namun, perbedaan dari sistem awal dan usulan adalah bahwa pada sistem awal, perusahaan tidak melakukan perencanaan pembelian bahan baku di awal bulan, pembelian bahan baku dilakukan jika di tengah periode (hari), pihak gudang memperkirakan bahan baku yang ada tidak akan mencukupi untuk melakukan produksi. Pada saat itu bahan baku baru akan dipesan. Sedangkan

pada sistem usulan, pembelian bahan baku dilakukan di awal bulan dengan perencanaan yang telah diramalkan sebelumnya, sehingga pada awal bulan, perusahaan memiliki persediaan yang cukup untuk satu bulan. Sistem usulan ini akan mampu mengantisipasi seringnya kekurangan bahan baku, karena bahan baku sudah disediakan di awal bulan dengan kuantitas berdasarkan kebutuhan produk yang telah diramalkan sebelumnya.

Dalam dokumen 5. PENGOLAHAN DATA DAN ANALISA (Halaman 36-43)

Dokumen terkait