BAB IV ANALISIS DATA DAN PEMBAHASAN
3. Perangkaian ( Konjungsi )
Konjungsi atau kata hubung atau kata sambung merupakan kata yang menghubungkan antara satuan lingual dengan satuan lingual yang lain. Adapun berdasar dari maknanya terbagi menjadi enam, yaitu konjungsi
adversatif, konjungsi kausal, konjungsi koordinatif, konjungsi korelatif,
konjungsi subordinatif, dan konjungsi temporal.
a. Konjungsi adversatif (Pertentangan)
Konjungsi adversatif yaitu konjungsi yang bersifat mempertentangkan atau saling berlawanan antar unsur yang dihubungkan. Adapun penanda kohesi konjugsi adversatif nampak pada wacana berikut.
commit to user
(60) Wit-witan ing platarane gedhe-gedhe lan singup, nanging meksa
katon cilik katandhing karo njenggerenge omah. (JK/ 5)
‘Pepohonan di halamannya besar-besar dan menyeramkan, tetapi masih terlihat kecil dibanding dengan besarnya rumah.’
Pada data (60) terdapat konjungsi pertentangan/adservatif yaitu kata
nanging ’tetapi’ yang mempertentangkan antara klausa wit-witan ing
platarane gedhe-gedhe lan singup ’pepohonan di halamannya besar-besar
dan menyeramkan’ dengan klausa berikutnya yaitu meksa katon cilik
katandhing karo njenggerenge omah ‘masih terlihat kecil dibanding
dengan besarnya rumah’.
Data (60) di atas dibagi unsur langsungnya dengan teknik BUL menjadi seperti berikut.
(60a) Wit-witan ing platarane gedhe-gedhe lan singup,
‘Pepohonandi halamannya besar-besar dan menyeramkan, (60b) nanging meksa katon cilik katandhing karo njenggerenge omah.
‘tetapi masih terlihat kecil dibanding dengan besarnya rumah.’ Kemudian diuji dengan teknik lesap menjadi data (60c) sebagai berikut.
(60c) Wit-witan ing platarane gedhe-gedhe lan singup, Ø meksa katon cilik katandhing karo njenggerenge omah.
‘Pepohonan di halamannya besar-besar dan menyeramkan, Ø masih terlihat kecil dibanding dengan besarnya rumah.’
Pada data (60c) konjungsi nanging ‘tetapi’ dilesapkan sehingga kalimatnya menjadi tidak gramatikal dan maknanya menjadi tidak jelas. Hal ini menunjukkan bahwa kehadiran nanging ‘tetapi’ mutlak diperlukan.
commit to user
Data (60) dianalisis dengan teknik ganti sebagai berikut. (60d) Wit-witan ing platarane gedhe-gedhe lan singup,
nanging meksa [...]
ewa semana *suwalike
‘Pepohonan di halamannya besar-besar dan menyeramkan,
tetapi masih [...].’ *meski demikian
sebaliknya
Hasil analisis pada data (60d) dengan teknik ganti. Konjungsi adversatif nanging ‘tetapi’ apabila diganti dengan konjungsi ewa semana
‘meski demikian’ masih bisa berterima, tetapi setelah diganti dengan
suwalike ‘sebaliknya’ kalimat itu menjadi tidak gramatikal dan tidak
berterima.
(61) Wong tuwa iku dhisike mangu-mangu. Nanging wasana […].
(JK/165)
‘Orang tua itu awalnya ragu-ragu. Tetapi akhirnya […].’
Pada data (61) terdapat konjungsi pertentangan/adservatif yaitu kata
nanging ’tetapi’ yang mempertentangkan antara klausa wong tuwa iku
dhisike mangu-mangu ‘orang tua itu awalnya ragu-ragu’ dengan klausa
berikutnya yaitu wasana ya ngalah ‘akhirnya juga mengalah’.
Data (61) dibagi unsur langsungnya dengan tekinik BUL menjadi sebagai berikut.
(61a) Wong tuwa iku dhisike mangu-mangu.
‘Orang tua itu awalnya ragu-ragu.’ (61b) Nanging wasana [...].
commit to user
Kemudian diuji dengan teknik lesap menjadi data (61c) sebagai berikut.
(61c) Wong tuwa iku dhisike mangu-mangu. Øwasana […]. (JK/165) ‘Orang itu awalnya ragu-ragu. Ø akhirnya […].’
Pada data (61c) konjungsi nanging ’tetapi’ dilesapkan sehingga kalimatnya menjadi tidak gramatikal dan maknanya menjadi tidak jelas. Hal ini menunjukkan bahwa kehadiran nanging ‘tetapi’ mutlak diperlukan.
Data (61) dianalisis dengan teknik ganti sebagai berikut. (61d) Wong tuwa iku dhisike mangu-mangu.
nanging wasana […]. (JK/165)
ewa semana *suwalike
‘Orang tua itu awalnya ragu-ragu. tetapi akhirnya […].’
meski demikian *sebaliknya
Hasil analisis pada data (61d) dengan teknik ganti ternyata konjungsi adversatif nanging ‘tetapi’ apabila diganti dengan konjungsi yang lain seperti ewa semana ‘meski demikian’ kalimatnya masih tetap gramatikal dan bisa berterima, tetapi tidak dapat diganti dengan suwalike ‘sebaliknya’ karena kalimatnya tidak bisa berterima.
b. Konjungsi Kausal
Konjungsi kausal adalah konjungsi yang menyatakan hubungan sebab-akibat (kausal) antara dua preposisi yang dihubungkan tersebut.
commit to user
Adapun wacana yang di dalamnya terdapat penanda kohesi berupa konjungsi kausal adalah sebagai berikut.
(62) Aku ngundange Pitrin, marga tepungku wis rumaket banget. (JK/8) ‘Saya memanggil Pitrin, karena saya sudah akrab sekali.’
Konjungsi kausal pada data (62) ditunjukkan dengan menggunakan kata marga ‘karena’. Konjungsi ini menunjukkan hubungan sebab-akibat antara aku ngundange Pitrin ‘saya memanggilnya Pitrin’ sebagai akibat
dengan tepungku wis rumaket banget ‘saya sudah akrab sekali’ sebagai sebabnya.
Kemudian data (62) dibagi unsur langsungnya dengan teknik BUL menjadi sebagai berikut.
(62a) Aku ngundange Pitrin,
‘Saya memanggilnya Pitrin,’
(62b) marga tepungku wis rumaket banget.
‘karena saya sudah akrab sekali.’
Selanjutnya data (62c) dianalisis dengan teknik lesap hasilnya menjadi sebagai berikut.
(62c) Aku ngundange Pitrin, Øtepungku wis rumaket banget. (JK/8) ‘Saya memanggil Pitrin, Ø saya sudah akrab sekali.’
Setelah mengalami teknik lesap, ternyata data (62c) menjadi tidak gramatikal dan tidak berterima, karena konjungsi marga 'karena' merupakan konjungsi yang menunjukkan hubungan sebab akibat sehingga wajib hadir.
Kemudian data (62) dianalisis dengan teknik ganti menjadi sebagai berikut.
commit to user
(62d) Aku ngundange Pitrin, marga tepungku wis rumaket banget. awit
jalaran sebab
‘Saya memanggil Pitrin, karena saya sudah akrab sekali.’ karena
karena karena
Hasil analisis pada data (62d) dengan teknik ganti ternyata saling menggantikan, sebab konjungsi kausal yang lain yaitu kata awit ‘karena’,
jalaran ‘karena’ dan sebab ‘sebab’ dapat saling menggantikan tanpa
mengubah makna sebelumnya.
(63) Aku dikunjara marga sekuthon karo Adib Darwan [...]. (JK/219) ‘Saya dipenjara karena berselisih dengan Adib Darwan [...].’
Konjungsi kausal pada data (63) ditunjukkan dengan menggunakan kata marga ‘karena’. Konjungsi ini menunjukkan hubungan sebab-akibat antara aku dikunjara ‘saya dipenjara’ sebagai akibatdengan sekuthon karo
Adib Darwan ‘berselisih dengan Adib Darwan’ sebagai sebabnya.
Data (63) kemudian dibagi atas unsur langsungnya dengan teknik BUL menjadi seperti berikut.
(63a) Aku dikunjara
‘Saya dipenjara
(63b) marga sekuthon karo Adib Darwan.
‘karena berselisih dengan Adib Darwan.’
Selanjutnya data (64) dianalisis dengan teknik lesap hasilnya menjadi sebagai berikut.
commit to user
(63c) Aku dikunjara Øsekuthon karo Adib Darwan [...]. (JK/219) ‘Saya dipenjara Ø berselisih dengan Adib Darwan [...].’
Setelah mengalami teknik lesap, ternyata data (63c) tidak bisa berterima dan kalimatnya menjadi tidak gramatikal, serta makna kalimatnya pun menjadi tidak jelas karena konjungsi marga 'karena' merupakan konjungsi yang menunjukkan hubungan sebab akibat sehingga wajib hadir.
Kemudian data (63) dianalisis dengan teknik ganti menjadi sebagai berikut.
(63d) Aku dikunjara marga sekuthon karo [...]. (JK/219) awit
jalaran sebab
‘Saya dipenjara karena berselisih dengan [...].’ karena
karena karena
Hasil analisis pada data (64b) dengan teknik ganti ternyata saling menggantikan, sebab konjungsi kausal yang lain yaitu kata awit ‘karena’,
jalaran ‘karena’ dan sebab ‘sebab’ dapat saling menggantikan tanpa
mengubah makna sebelumnya.
c. Konjungsi Koordinatif
Konjungsi koordintatif merupakan konjungsi yang digunakan untuk menyatakan kesetaraan atau kesejajaran antara dua proposisi, dalam hal ini
commit to user
di dalam wacana. Adapun wacana yang mengandung konjungsi koordinatif seperti data berikut.
(64) Labur bureg lan pedhut pegunungan nambahi singupe
kahanan.(JK/5)
‘Dinding kusam dan kabut tebal pegunungan menambah singup suasana’
Pada data (64) tersebut terdapat penanda kohesi berupa konjungsi koordinatif yaitu lan ‘dan’ yang menghubungkan dua kata yang setara, yaitu antara labur bureg ’dinding kusam’ dan pedhut ’kabut tebal’.
Selanjutnya data (64) dianalisis dengan teknik lesap hasilnya menjadi sebagai berikut.
(64a) Labur bureg Ø pedhut pegunungan nambahi singupe
kahanan.(JK/5)
‘Dinding kusam Ø kabut tebal pegunungan menambah singupnya suasana.’
Setelah mengalami teknik lesap data (64a), kalimat tersebut masih tetap gramatikal dan maknanya juga masih bisa terbaca jelas, tetapi akan lebih baik apabila konjungsi lan ‘dan’ tetap dihadirkan supaya kalimatnya menjadi sempurna.
Selanjutnya data (64) diuji dengan teknik ganti menjadi seperti berikut.
(64b) Labur bureg lan pedhut pgunungan [...]. uga
‘Dinding kusam dan kabut pegunungan [...]. dan
Hasil analisis pada data (64b) di atas ternyata kata lan ‘dan’ dapat digantikan dengan kata uga ‘dan’ karena kalimatnya tetap bisa berterima.
commit to user
(65) Ya wengi iku aku kenal lan weruh Sanggar Padmanaba sing jare
[...]. (JK/219)
’Ya malam itu saya kenal dan melihat Sanggar Padmanaba yang katanya [...].’
Pada data (65) tersebut terdapat penanda kohesi berupa konjungsi koordinatif yaitu lan ‘dan’, yang menghubungkan dua kata yang setara, yaitu antara kenal ‘kenal’ dan weruh ‘tahu’.
Kemudian data (65) di atas dibagi unsur langsungnya dengan teknik BUL menjadi sebagai berikut.
(65a) Ya wengi iku aku kenal
‘Ya malam itu saya kenal’
(65b) lan weruh Sanggar Padmanaba sing jare [...].
‘dan melihat Sanggar Padmanaba yang katanya [...].’
Selanjutnya data (65) dianalisis dengan teknik lesap hasilnya menjadi sebagai berikut.
(65c) Ya wengi iku aku kenal Ø weruh Sanggar Padmanaba sing jare
[...]. (JK/219)
‘Ya malam itu saya kenal Ø melihat Sanggar Padmanaba yang katanya [...].’
Setelah mengalami teknik lesap data (65c) kalimatnya tidak gramatikal dan tidak berterima, jadi konjungsi koordinatif lan 'dan' sebagai penghubung dua kata yang setara wajib hadir.
Data (65) diuji dengan teknik ganti menjadi seperti berikut.
(65d) Ya wengi iku aku kenal lan weruh Sanggar Padmanaba [...].
*saha
‘Ya malam itu saya kenal dan melihat Sanggar Padmanaba [...].’ *dan
commit to user
Setelah data (65) diuji dengan teknik ganti ternyata konjungsi koordinatif lan ‘dan’ tidak dapat diganti dengan konjungsi saha ‘dan’ karena berbeda tingkat tuturnya, lan ‘dan’ termasuk ragam bahasa ngoko, sedangkan saha ‘dan’ termasuk ragam krama.
d. Konjungsi Korelatif
Konjungsi korelatif adalah konjungsi yang menggabungkan kata atau klausa yang berstatus sama. Kalimat ini menggunakan konjungsi korelatif. (66) Kepriyea wae anane lawang bukaan kuwi nandakake yen sanajan
sepi ing kono ana wong sing njaga.(JK/6)
‘Bagaimanapun juga adanya pintu terbuka itu menandakan meskipun di situ sepi tetap ada orang yang menjaga.’
Konjungsi korelatif pada data di atas ditunjukkan pada kata sanajan ‘meskipun’. Konjungsi tersebut menyatakan hubungan perlawanan.
Kemudian data (66) diuji dengan teknik lesap hasilnya menjadi sebagai berikut.
(66a) Kepriyea wae anane lawang bukaan kuwi nandakake yen Ø sepi ing kono ana wong sing njaga.
‘Bagaimanapun juga adanya pintu terbuka itu menandakan Ø disitu sepi tetap ada orang yang menjaga.’
Setelah data (66a) dianalisis dengan teknik lesap, kalimat di atas menjadi tidak gramatikal dan tidak berterima, sehingga konjungsi korelatif
sanajan‘meskipun’ mutlak diperlukan.
Selanjutnya data (66) diuji dengan teknik ganti menjadi seperti berikut.
(66b) [...] yen sanajan sepi ing kono ana wong sing njaga.
commit to user
‘[...] kalau meskipun di situ sepi tetap ada orang yang menjaga.’ *tetapi
Setelah data (66) diuji dengan teknik ganti, terlihat bahwa konjungsi
sanajan ‘meskipun’ tidak dapat diganti dengan konjungsi nanging ‘tetapi’
karena keduanya memiliki arti yang berbeda.
(67) Kula sampun mantep ing manah badhe gesang jejodhoan kaliyan
Tinuk Gayatri, sanajan piyambakipun punika kados ingkang
sampun panjenengan uningani sami. (JK/231)
‘Saya sudah yakin dari hati ingin hidup berjodoh dengan Tinuk Gayatri, meskipun dia itu seperti yang sudah kamu katakan.’
Konjungsi korelatif pada data di atas ditunjukkan pada kata sanajan ‘meskipun’. Konjungsi tersebut menyatakan hubungan perlawanan.
Data (67) di atas dibagi unsur langsungnya dengan teknik BUL menjadi sebagai berikut.
(67a) Kula sampun mantep ing manah badhe gesang jejohoan kaliyan Tinuk Gayatri,
‘Saya sudah yakin dari hati ingin hidup berjodoh dengan Tinuk Gayatri,’
(67b) sanajan piyambakipun punika kados ingkang sampun panjenengan
uningani sami.
‘meskipun dia orangnya seperti yang kamu katakan.’
Kemudian data (67) diuji dengan teknik lesap hasilnya menjadi sebagai berikut.
(67c) Kula sampun mantep ing manah badhe gesang jejodhoan kaliyan Tinuk Gayatri, Ø piyambakipun punika kados ingkang sampun
panjenengan ungani sami. (JK/231)
‘Saya sudah yakin dari hati ingin hidup berjodoh dengan Tinuk Gayatri, Ø dia itu seperti yang sudah kamu katakan.’
commit to user
Setelah data (67c) dianalisis dengan teknik lesap, kalimat di atas menjadi tidak gramatikal dan tidak berterima, sehingga konjungsi korelatif
sanajan‘meskipun’ mutlak diperlukan.
e. Konjungsi Subordinatif
Konjungsi subordinatif yang digunakan untuk menghubungkan dua atau lebih klausa dan merupakan klausa bertingkat. Kedudukannya bertingkat yaitu salah satu klausanya merupakan anak kalimat atau merupakan induk kalimat. Adapun konjungsi subordinatif yang ditemukan dalam penelitian ini nampak pada kalimat berikut.
(68) Kajaba, yen ngawat-ngawati kuwi nduwe karep supaya mbukak
wewadi, upamane ndhedhepi wong wadon iku mbokmenawa alaku
selingkuh. (JK/11).
‘Kecuali, kalau mengawasi itu punya maksud untuk membuka aib, misalnya mengintai perempuan itu kalau dia selingkuh.’
Data (68) tersebut ditemukan penanda kohesi berupa konjungsi subordinatif ditujukan dengan kata mbokmenawa ‘kalau’.Kalimat tersebut terdiri dari dua klausa yang dihubungkan dengan konjungsi subordinatif yang menyatakan tujuan.
Kemudian data (68) dianalisis dengan teknik lesap hasilnya menjadi sebagai berikut.
(68a) Kajaba, yen ngawat-ngawati kuwi nduwe karep supaya mbukak wewadi, upamane ndhedhepi wong wadon iku Ø alaku selingkuh.
(JK/11).
‘Kecuali, kalau mengawasi itu punya maksud untuk membuka aib, misalnya mengintai perempuan itu Ø dia selingkuh.’
commit to user
Setelah dianalisis dengan teknik lesap data (68) menjadi tidak gramatikal dan tidak berterima, karena konjungsi subordinatif
mbokmenawa 'kalau' merupakan penghubung dua klausa yang
menyatakan tujuan.
Selanjutnya data (68) akan dianalisis dengan teknik ganti menjadi sebagai berikut.
(68b) Kajaba, yen ngawat-ngawati kuwi nduwe karep supaya mbukak
wewadi, upamane ndhedhepi wong wadon iku mbokmenawa
alaku selingkuh. (JK/11). *menawi
‘Kecuali, kalau mengawasi itu punya maksud untuk membuka aib, misalnya mengintai perempuan itu kalau dia selingkuh.’
*kalau
Hasil analisis data (68b) dengan teknik ganti menawi ‘kalau’ kurang tepat bila menduduki posisi mbokmenawa ‘kalau’ sebab penggunaan kata yang ada tidak dapat saling menggantikan karena kedua unsur tersebut yaitu menawi ‘kalau’ dan mbokmenawa ‘kalau’ berbeda tingkat tuturnya. Kata menawi ‘kalau’ termasuk tingkat tutur krama, sedangkan
mbokmenawa ‘kalau’ termasuk tingkat tutur ngoko sehingga apabila
kedua kata tersebut saling menggantikan menyebabkan tuturan menjadi tidak berterima.