• Tidak ada hasil yang ditemukan

PERATURAN INDUSTRI MENARA TELEKOMUNIKASI INDONESIA

Dalam dokumen 1. IPO Prospektus TBI 2010 Eng (Halaman 173-176)

umum

Industri penyewaan menara telekomunikasi di Indonesia diatur oleh peraturan pemerintah pusat dan daerah.

Peraturan nasional Surat Keputusan Bersama

Di tahun 2009, Menteri Kominfo, Menteri Dalam Negeri, Menteri Pekerjaan Umum dan Kepala Badan Koordinasi Penanaman Modal mengeluarkan Surat Keputusan Bersama tentang pedoman pembangunan dan operasi bersama menara telekomunikasi (“SKB”). SKB tersebut saat ini menjadi kerangka kerja hukum nasional terkait dengan pembangunan dan operasi dari menara bersama atau kolokasi meskipun penerimaan dan pelaksanaannya bervariasi di wilayah yang berbeda di Indonesia. Berdasakan SKB ini, sites menara telekomunikasi selular hanya dapat dibangun dan dioperasikan oleh operator atau perusahaan menara.

SKB mewajibkan seluruh perusahaan menara telekomunikasi untuk melaksanakan ketentuan SKB dalam waktu 2 tahun sejak pencanangannya (30 Maret 2011). Meskipun SKB memberi tambahan persyaratan yang ringan, termasuk fasilitas pendukung bagi menara sebagaimana dijelaskan di atas, SKB tersebut mengharuskan secara ketat kepatuhan terhadap rencana tata ruang daerah dan mengakui wewenang bagi Pemerintah Daerah dalam mengawasi pelaksanaannya. SKB mengatur persyaratan administrasi dan teknis yang harus dipenuhi perusahaan menara sebelum memperoleh IMBM. Selain dari urusan umum perusahaan, persyaratan administrasi termasuk, dan yang penting adalah (i) persetujuan dari tiap-tiap rumah tangga yang berada di lingkungan sekitar dalam radius sesuai ketinggian menara; (ii) konirmasi dari dinas tata ruang; (iii) rekomendasi dari pejabat yang berwenang untuk menara di wilayah tertentu. SKP juga mewajibkan bahwa seluruh menara harus memenuhi standar keamanan Indonesia atau internasional lainnya. Ketentuan standar diatur di dalam peraturan.

Berdasarkan SKB perusahaan penyewaan menara telekomunikasi harus dimiliki seluruhnya oleh entitas Indonesia. Perusahaan menara telekomunikasi yang sahamnya dimiliki oleh asing harus mematuhi ketentuan ini dalam waktu 2 tahun (30 Maret 2011).

Perjanjian Penggunaan Menara Bersama

Kolokasi yang disediakan oleh perusahaan menara telekomunikasi harus memberikan kesempatan yang sama, tidak mendiskriminasi operator telekomunikasi untuk menggunakan menara mereka sejalan dengan kapasitas teknis menara. Perusahaan menara telekomunikasi harus secara transparan menginformasikan kepada calon penyewa kolokasi kapasitas menara yang tersedia mereka dan menerapkan mekanisme antrian, yang mendahulukan pihak pertama yang datang terlebih dahulu.

Perusahaan menara telekomunikasi dapat membebankan kepada operator telekomunikasi untuk kolokasi yang diberikan pada tingkatan yang wajar berdasarkan referensi terhadap modal, investasi, biaya operasi dan imbal hasil investasi termasuk keuntungan.

Peraturan daerah Izin dan Lisensi Menara

Seluruh perusahaan menara telekomunikasi wajib memiliki, untuk tiap-tiap menara ground-based, izin untuk membangun (dan mengoperasikan) menara dalam bentuk Izin Mendirikan Bangunan (“IMB”) atau Izin Membangun Bangunan Menara (“IMBM”). Baik IMB atau IMBM dikeluarkan oleh Bupati/Walikota, atau, untuk wilayah Jakarta oleh Gubernur (secara bersama-sama disebut sebagai “Pemerintah Daerah”) sesuai dengan peraturan tata ruang yang berlaku di wilayahnya. SKB juga mengatur IMB atau IMBM untuk menara ground-based tidak memiliki batas waktu berlaku sepanjang tidak ada perubahan dalam konstruksi menara, namun, perusahaan menara telekomunikasi harus mengukur secara tahunan “kelayakan konstruksi” dan melaporkannya hasilnya kepada aparat yang berwenang.

SKB nampak memberikan kelonggaran persyaratan izin tertentu untuk menara yang diletakkan di atas gedung (selama ketinggiannya tidak melampaui batas maksimum tertentu) atau struktur lainnya. Namun, jika instalasi menara merubah konstruksi gedung, permohonan perubahan terhadap izin yang ada menjadi wajib dilakukan.

Lokasi Menara

Penempatan dari menara harus sesuai dengan detail rencana tata ruang wilayah yang berlaku yang termasuk diantaranya adalah wilayah yang terlarang dan yang diizinkan untuk konstruksi menara dan pembatasan terhadap populasi dan kepadatan menara. Pembangunan di wilayah tertentu, seperti bandara udara/pelabuhan, hutan lindung atau wilayah yang dilindungi lainnya harus mematuhi peraturan yang berlaku untuk wilayah tersebut, misalnya “izin pinjam pakai” untuk menggunakan area hutan.

Pada bulan Juni 2010, Menteri Dalam Negeri mengeluarkan Peraturan Menteri Dalam Negeri No. 32 tahun 2010 (Permendagri No. 32 tahun 2010) yang memberikan petunjuk dalam penerbitan IMB. Meskipun Peraturan Menteri tersebut tidak secara khusus mengatur menara telekomunikasi, secara umum peraturan tersebut mengakui bahwa konstruksi menara merupakan suatu kegiatan yang memerlukan IMB. Berdasarkan Permendagri No. 32 tahun 2010 tersebut, penerbitan IMN berdasarkan rencana tata ruang yang detail yang dikeluarkan oleh pemerintah daerah yang bersangkutan. Bangunan yang berdiri sebelum adanya rencana tata ruang diperbolehkan untuk berdiri namun diharuskan untuk memasukkan aplikasi IMB. Bangunan yang dibangun setelah adanya rencana tata ruang harus mematuhi rencana tata ruang dan mengharuskan IMB untuk disetujui dan dikeluarkan oleh pemerintah daerah, dan tanpa hal tersebut bangunan harus di bongkar.

Jakarta

Gubernur DKI Jakarta telah menerbitkan Peraturan Gubernur No. 126 tahun 2009 mengenai peta arahan persebaran menara telekomunikasi bersama untuk penempatan antena makro selular (“Pergub Jakarta No. 126”). Gubernur telah mempersiapkan peta arahan, yang termasuk di dalamnya titik penempatan menara telekomunikasi yang diatur oleh Kepala Dinas Tata Ruang.

Pergub Jakarta No. 126 melarang penempatan menara ground-based pada kawasan atau koridor yang ditetapkan sebagai white area, yaitu beberapa kawasan atau koridor tertentu di mana tidak boleh dilakukan pembangunan atau penempatan menara telekomunikasi. Area atau koridor tersebut dapat berubah disesuaikan dengan dinamika pengembangan kota.

Pelanggaran terhadap ketentuan dari Pergub Jakarta No. 126 dapat dikenakan sanksi dalam bentuk pembongkaran menara termasuk peralatan di dalamnya, dan perusahaan menara telekomunikasi akan ditempatkan dalam daftar perusahaan yang berkinerja buruk (blacklist), dan tidak diperkenankan membangun menara apapun di wilayah Jakarta untuk periode satu tahun. Selain itu permohonan untuk IMB hanya dapat diterima dan IMB hanya dapat diterbitkan untuk menara yang telah memenuhi peta arahan dan tidak berlokasi di white area.

Suatu menara bersama yang telah dibangun dan dioperasikan oleh lebih dari dua (operator telekomunikasi) sebelum berlakunya Pergub Jakarta No. 126 dapat tetap beroperasi sepanjang menara tersebut telah memenuhi perizinan. Jika menara tidak dibangun dalam wilayah yang diperbolehkan, menara harus direlokasi dalam waktu 3 tahun. Penilaian layak atau tidaknya keberadaan menara telekomunikasi akan dilakukan oleh suatu Tim yang berwenang di bawah koordinasi Asisten Pembangunan dan Lingkungan, suatu sub bagian dalam Sekretariat Daerah Propinsi DKI Jakarta

Berdasarkan surat No.1195/-1.817 tertanggal 12 Juni 2006, Gubernur DKI Jakarta memberi penegasan bahwa Perseroan, melalui salah satu anak perusahaan PT Batavia Towerindo, ditunjuk sebagai salah satu mitra Propinsi DKI Jakarta dalam pembangunan menara telekomunikasi di wilayah Jakarta.

Batam

Pemerintah Daerah Kota Batam (“Pemkot Batam”) telah menerbitkan Peraturan Daerah Kota Batam No. 6 tahun 2009 mengenai menara telekomunikasi di kota Batam (“Perda Batam No. 6”), di mana pengaturan dan penataan menara telekomunikasi di Batam harus sesuai dengan Peraturan Walikota yang ditetapkan setelah dikonsultasikan dengan Dewan Perwakilan Rakyat Daerah Kota Batam. Perda Batam No. 6 mengatur bahwa persebaran menara telekomunikasi dibagi dalam zona-zona, dengan memperhatikan kepadatan penduduk, kerapatan bangunan dan infrastruktur disekitar wilayah. Detail pembagian zona ditetapkan dengan Peraturan Walikota.

Perda Batam No. 6 mengklasiikasikan desain dan konstruksi menara menjadi dua yaitu menara telekomunikasi tunggal dan menara telekomunikasi bersama yang digunakan oleh sekurang-kurangnya tiga operator telekomunikasi. Perda Batam No. 6 tersebut juga juga mengatur bahwa struktur menara untuk menara telekomunikasi bersama harus mematuhi Standar Nasional Indonesia (SNI) dan standar baku tertentu. Lebih jauh, peraturan tersetbut mengharuskan bahwa menara telekomunikasi yang dibangun sebelum adanya Perda Batam No. 6 dan memiliki spesiikasi teknik yang memungkinkan, maka menara tersebut harus digunakan sebagai menara telekomunikasi bersama.

Perda Batam No. 6 mewajibkan setiap pembangunan menara untuk memperoleh rekomendasi pembangunan menara telekomunikasi dan izin mendirikan bangunan menara telekomunikasi dari Walikota atau pejabat yang ditunjuk. Perusahaan menara telekomunikasi juga wajib melaksanakan pemeriksaan kelaikan fungsi bangunan menara dan melaporkan hasilnya kepada Walikota atau pejabat yang tunjuk secara berkala satu kali setiap tahun. Selain itu perusahaan menara telekomunikasi juga wajib mengasuransikan setiap menara telekomunikasinya dan wajib bertanggung jawab terhadap setiap kecelakaan yang timbul akibat dibangunnya menara telekomunikasi.

Perusahaan menara telekomunikasi dalam rangkat partisipasi dalam pembangunan yang dilaksanakan Pemerintah Daerah Kota, dapat memberikan kontribusi dalam bentuk sumbangan pihak ketiga kepada Pemerintah Daerah melalui program tanggung jawab social (corporate social responsibility). Besaran dan tata cara untuk kontribusi tersebut diatur dalam perjanjian tertulis antara perusahaan menara telekomunikasi dengan Pemerintah Daerah Kota Batam.

Kegagalan dalam mematuhi ketentuan Perda Batam No. 6, dapat membawa sanksi administratif dalam bentuk surat peringatan, pembekuan izin dan/atau pencabutan izin, hingga perintah pembongkaran. Pelanggaran dalam hal pemenuhan ketentuan teknis bangunan yang mengakibatkan menara telekomunikasi tidak dapat berfungsi dan membahayakan orang disekitar dapat dikenakan sanksi pidana kurungan paling lama enam bulan dan denda paling banyak Rp. 50 juta.

Perusahaan menara telekomunikasi dalam tahun tahun wajib menyesuaikan dengan ketentuan Perda Batam No. 6 tersebut, atau bila tidak dapat berakibat pada perintah relokasi menara dengan biaya dari perusahaan.

Berdasarkan surat No. B/42/PDSI/X/2007, tertanggal 24 Oktober 2007, Otorita Daerah Industri Batam (“Otorita Batam”) memberikan konirmasi bawah Perseroan, melalui salah satu anak perusahaan, PT Telenet Internusa, ditunjuk sebagai salah satu mitra Otorita Batam dalam pembangunan menara di wilayah Batam.

Dalam dokumen 1. IPO Prospektus TBI 2010 Eng (Halaman 173-176)

Dokumen terkait