Peraturan 3. Bila kondisi yang di pilih oleh prinsip umum atau peraturan 1 atau peraturan 2 adalah suatu akibat langsung dari kondisi lain yang di laporkan pada bagian 1 atau ii, di pilih kondisi
4.1.9 Peraturan modifikasi
Peraturan A. Ketuaan dan kondisi lain yang sulit dijelaskan
Kalau penyebab yang dipilih bisa diklasifikasikan pada bab XVIII (Gejala, tanda dan penemuan klinis dan laboratorium abnormal, yang tidak diklasifikasikan di tempat lain) kecuali untuk R95 (Sudden infant death syndrome), dan pada sertifikat dilaporkan kondisi lain yang klasifikasinya bukan R00-R94 atau R96-R99, pilihlah penyebab kematian seolah-olah kondisi yang bisa diklasifikasikan pada bab XVIII itu tidak dilaporkan, kecuali kalau kondisi itu memodifikasi pengkodean.
Peraturan B. Kondisi trivial
Kalau penyebab yang dipilih adalah kondisi trivia (tidak berarti) yang biasanya tidak mematikan, dan sebuah kondisi yang lebih serius dilaporkan, pilihlah penyebab dasar kematian seolah-olah kondisi trivia tadi tidak dilaporkan. Kalau kematian merupakan akibat reaksi yang tidak diinginkan pada pengobatan kondisi trivia, pilihlah reaksi yang tidak diinginkan itu.
Peraturan C. Berkaitan
Kalau penyebab yang terpilih dihubungkan dengan satu atau lebih kondisi lain di dalam sertifikat oleh sebuah ketentuan di dalam klasifikasi atau di dalam catatan yang digunakan untuk pengkodean penyebab dasar kematian, kodelah kombinasinya.
Kalau ketentuan linkage hanya untuk kombinasi satu kondisi yang dinyatakan sebagai akibat kondisi lain, kombinasinya dikode hanya kalau hubungan sebab-akibat yang benar telah dinyatakan atau dapat diperkirakan dari penerapan Selection Rules.
Kalau terjadi pertentangan pada linkage, hubungkan dengan kondisi yang mungkin akan dipilih seandainya penyebab yang semula terpilih tidak dilaporkan. Buatlah linkage lanjutan yang bisa diterapkan.
Peraturan D. Kekhususan
Kalau penyebab yang dipilih menunjukkan kondisi secara umum, dan sebuah kondisi yang menyediakan informasi yang lebih tajam mengenai situs atau bentuk kondisi ini dilaporkan di dalam sertifikat, pilihlah
33 kondisi yang lebih informatif. Rule ini akan sering berlaku kalau kondisi umum menjadi suatu sifat yang memberi kualifikasi pada kondisi yang lebih tepat.
Peraturan E. Stadium awal dan akhir penyakit
Kalau penyebab yang dipilih merupakan tingkat awal suatu penyakit sedangkan tingkat yang lebih lanjut dari penyakit yang sama dilaporkan di dalam sertifikat, maka kodelah yang lebih lanjut. Rule ini tidak berlaku pada bentuk ‘kronis’ yang dilaporkan sebagai akibat bentuk ‘akut’ kecuali kalau klasifikasi memberikan instruksi khusus untuk efek tersebut.
Peraturan F. Sequele
Kalau penyebab yang dipilih merupakan bentuk awal suatu kondisi, sedangkan klasifikasi menyediakan kategori “Sekuel dari ...” yang terpisah, dan terdapat bukti bahwa kematian disebabkan oleh efek sisa kondisi ini, bukan fase aktifnya, maka kodelah kategori “Sequelae of ...” yang sesuai.
Kategori “Sequelae of ....” adalah sebagai berikut: B90-B94, E64.-, E68, G09, I69, O97, dan Y85-Y89. 4.1.10 Peraturan modifikasi dan contoh
Peraturan A. Senility and other III defined conditions
Kalau penyebab yang dipilih bisa diklasifikasikan pada bab XVIII (Gejala, tanda dan penemuan klinis dan laboratorium abnormal, yang tidak diklasifikasikan di tempat lain) kecuali untuk R95 (Sudden infant death syndrome), dan pada sertifikat dilaporkan kondisi lain yang klasifikasinya bukan R00-R94 atau R96-R99, pilihlah penyebab kematian seolah-olah kondisi yang bisa diklasifikasikan pada bab XVIII itu tidak dilaporkan, kecuali kalau kondisi itu memodifikasi pengkodean.
Contoh 33 : I (a) Senility and hypostaticpneumonia (b) Rheumatoid arthritis
Diberi kode Rheumatoid arthritis (M06.9). Senility yang dipilih dengan peraturan 2 (lihat contoh 19) dapat diabaikan dan diterapkan prinsip umum.
Contoh 34 : I (a) Anaemia (b) Splenomegaly
Diberi kode Splenomegaly anaemia (D64.89). Splenomegaly yang dipilih dengan prinsip umum diabaikan tetapi kode dimodifikasi.
Contoh 35 : I (a) Myocardial degeneration and (b) Emphysema
(c) Senility
Diberi kode Myocardial degeneration (I51.5). Senility yang dipilih dengan prinsip umum, diabaikan dan diterapkan peraturan 2.
Contoh 36 : I (a) Cough and hematemesis
34 Contoh 37 : I (a) Terminal pneumonia
(b) Spreading gangrene and cerebrovascular (c) Infraction
Diberi kode cerebrovascular infraction (I63.9). Gangrene yang dipilih dengan peraturan 1 diabaikan dan diterapkan prinsip umum.
Peraturan B. Kondisi Trivial
Kalau penyebab yang dipilih adalah kondisi trivia (tidak berarti) yang biasanya tidak mematikan, dan sebuah kondisi yang lebih serius dilaporkan, pilihlah penyebab dasar kematian seolah-olah kondisi trivia tadi tidak dilaporkan. Kalau kematian merupakan akibat reaksi yang tidak diinginkan pada pengobatan kondisi trivia, pilihlah reaksi yang tidak diinginkan itu.
Contoh 38 : I (a) Dental caries II Diabetes
Diberi kode (E14.9). Dental caries yang dipilih diabaikan. Contoh 39 : I (a) Ingrowingtoenaill and acute renal failure
Diberi kode acute renalfailure (N17.9). Ingrowing toenail yang dipilih dengan peraturan 2 diabaikan.
Contoh 40 : I (a) Intraoperative haemorrhage (b) Tonsilectomy
(c) Hyperthropy of tonsils
Diberi kode haemorrhage during surgical operation (Y60.0). Contoh 41 : I (a) Septicaemia
(b) Impetigo
Diberi kode (L01.0). Dipilih karena tidak ditentukan kondisi lain. Contoh 42 : I (a) Respiratory insufficiency
(b) Upper respiratory infection
Dikode upper respiratory infection (J06.9). dipilih karena tidak ditentukan kondisi lain. Aturan C. Hubungan (Linkage)
Kalau penyebab yang terpilih dihubungkan dengan satu atau lebih kondisi lain di dalam sertifikat oleh sebuah ketentuan di dalam klasifikasi atau di dalam catatan yang digunakan untuk pengkodean penyebab dasar kematian, kodelah kombinasinya.
Kalau ketentuan linkage hanya untuk kombinasi satu kondisi yang dinyatakan sebagai akibat kondisi lain, kombinasinya dikode hanya kalau hubungan sebab-akibat yang benar telah dinyatakan atau dapat diperkirakan dari penerapan Selection Rules.
Kalau terjadi pertentangan pada linkage, hubungkan dengan kondisi yang mungkin akan dipilih seandainya penyebab yang semula terpilih tidak dilaporkan. Buatlah linkage lanjutan yang bisa diterapkan.
35 Contoh 43 : I (a) Obstruksi intestin
(b) Hernia femoralis
Kode dengan hernia femoralis dengan obstruksi (K41.3). Contoh 44 : I (a) Right bundle-branch block dan Penyakit Chagas
Kode dengan Penyakit Chagas dengan gangguan jantung (B.57.2). Right bundle-branch block, diseleksi dengan Aturan 2, berhubungan dengan Penyakit Chagas.
Contoh 45 : I (a) Infark miokard akut
(b) Penyakit jantung aterosklerotik (c) Influenza
Kode dengan infark miokard akut (I21.9). Penyakit jantung aterosklerotik, diseleksi dengan Aturan 1 (lihat contoh 13), berhubungan dengan infark miokard akut.
Contoh 46 : I (a) Infark serebral dan pneumonia hipostatik (b) Hipertensi dan Diabetes
(c) Aterosklerosis
Kode dengan infark serebral (I63.9). Aterosklerosis, diseleksi dengan Aturan 1 (lihat contoh 15), berhubungan dengan hipertensi, yang juga berhubungan dengan infark serebral. Contoh 47 : I (a) Dilatasi jantung dan sklerosis ginjal
(b) Hipertensi
Kode dengan Penyakit ginjal dan jantung hipertensif (I13.9). Ketiga kondisi dikombinasikan. Contoh 48 : I (a) Stroke
(b) Atherosklerosis dan penyakit jantung hipertensif
Kode dengan penyakit jantung hipertensif (I11.9). Aterosklerosis, diseleksi dengan Aturan 1, berhubungan dengan penyakit jantung hipertensif karena penyakit jantung hipertensid akan dipilih dengan Prinsip Umum jika aterosklerosis tidak dilaporkan.
Contoh 49 : I (a) Stroke dan hipertensif (b) Penyakit jantung (c) Aterosklerosis
Kode dengan Stroke (I64). Aterosklerosis, diseleksi dengan Prinsip Umum, berhubungan dengan stroke karena kondisi ini akan dipilih sesuai Aturan 2 apabila aterosklerosis tidak dilaporkan.
Contoh 50 : I (a) Polisitemia sekunder (b) Empisema paru (c) Bronkitis kronik
Kode dengan Bronkitis kronik obstruktif (J44.8). Bronkitis kronik, diseleksi dengan prinsip umum, berhubungan dengan emfisema.
Contoh 51 : I (a) Dilatasi jantung (b) Hipertensi II Atrofi ginjal
36 Kode dengan Penyakit ginjal dan jantung hipertensif (I13.9). Ketiga kondisi dikombinasikan. Contoh 52 : I (a) Bronkopneumonia (aspirasi)
(b) Konvulsi
(c) Meningitis tuberkulosa II Tuberkulosis paru
Kode dengan Tuberkulosis paru (A16.2). Meningitis tuberkulosa, diseleksi dengan Prinsip umum, tidak dapat digunakan apabila telah disebutkan tuberculosis paru.
Contoh 53 : I (a) Fraktur oksipital
(b) Jatuh akibat konvulsi epileptikum
Kode dengan Kejang epileptikum (G40.9). Jatuh, diseleksi dengan aturan 1, berhubungan dengan kejang epileptikum.
Contoh 54 : I (a) Cardiac arrest II Penyakit Chagas
Kode dengan Penyakit Chagas dengan gangguan jantung (B57.2). Cardiac arrest, diseleksi dengan Prinsip umum, berhubungan dengan Penyakit Chagas.
Aturan D. Spesifisitas
Kalau penyebab yang dipilih menunjukkan kondisi secara umum, dan sebuah kondisi yang menyediakan informasi yang lebih tajam mengenai situs atau bentuk kondisi ini dilaporkan di dalam sertifikat, pilihlah kondisi yang lebih informatif. Rule ini akan sering berlaku kalau kondisi umum menjadi suatu sifat yang memberi kualifikasi pada kondisi yang lebih tepat.
Contoh 55 : I (a) Infark serebral
(b) Gangguan serebrovaskular Kode dengan infark serebral (I63.9).
Contoh 56 : I (a) Penyakit jantung reumatik, stenosis mitral Kode dengan Stenosis mitral reumatik (I05.0). Contoh 57 : I (a) Meningitis
(b) Tuberculosis
Kode dengan meningitis tuberkulosa (A17.0). Kedua kondisi tersebut dinyatakan dalam hubungan kausalitas yang tepat.
Contoh 58 : I (a) Hipertensi berat dalam kehamilan II Kejang eklampsia
Kode dengan eklampsia dalam kehamilan (O15.0). Contoh 59 : I (a) Aneurisma aorta
(b) Sifilis
Kode dengan aneurisma aorta sifilitik (A52.0). Kedua kondisi tersebut dinyatakan dalam hubungan kausalitas yang tepat.
37 Contoh 60 : I (a) Perikarditis
(b) Uremia dan pneumonia
Kode dengan perikarditis uremikum (N18.5). Uremia, diseleksi dengan Aturan 1 (lihat contoh 14), memodifikasi perikarditis.
Aturan E. Stadium awal dan akhir penyakit
Kalau penyebab yang dipilih merupakan tingkat awal suatu penyakit sedangkan tingkat yang lebih lanjut dari penyakit yang sama dilaporkan di dalam sertifikat, maka kodelah yang lebih lanjut. Rule ini tidak berlaku pada bentuk ‘kronis’ yang dilaporkan sebagai akibat bentuk ‘akut’ kecuali kalau klasifikasi memberikan instruksi khusus untuk efek tersebut.
Contoh 61: I (a) Sifilis tersier (b) Sifilis primer
Kode dengan sifilis tersier (A52.9). Contoh 62 : I (a) Eklampsia selama kehamilan
(b) Preeklampsia
Kode untuk eklampsia selama kehamilan (O15.0). Contoh 63 : I (a) Miokarditis kronik
(b) Miokarditis akut
Kode untuk miokarditis akut (I40.9). Contoh 64 : I (a) Nefritis kronik
(b) Nefritis akut
Kode untuk nefritis kronik, tidak spesifik (N03.9), karena instruksi khusus diberikan untuk efek ini.
Aturan F. Gejala Sisa (Sequalae)
Apabila penyebab utama yang dipilih merupakan bentuk awal suatu kondisi sedangkan klasifikasi menyediakan kategori terpisah untuk “Sequalae of ...” (“Gejala sisa dari ...”), dan terdapat bukti bahwa kematian disebabkan oleh efek residu dari kondisi ini, bukan dari fase aktifnya, pengkodean yang sesuai adalah kategori “Sequalae of ...”.
Kategori “Sequalae of ...” adalah sebagai berikut : B90-B94, E64.-, E68, G09, I69, O97 dan Y85-Y89. Contoh 65: I (a) Fibrosis paru
(b) Tuberkulosis paru lama
Kode dengan gejala sisa tuberkulosis paru (B90.9). Contoh 66 : I (a) Bronkopneumonia
(b) Pembengkokan tulang belakang (curvature of spine) (c) Rickets pada masa kanak-kanak
38 Contoh 67 : I (a) Hidrosefalus
(b) Meningitis tuberkulosa
Kode dengan gejala sisa meningitis tuberkulosa (B90.0).
Contoh 68 : I (a) Pneumonia hipostatik (b) Hemiplegia
(c) Gangguan serebrovaskular (10 tahun)
Kode dengan gejala sisa gangguan serebrovaskular (I69.4). Contoh 69 : I (a) Nefritis kronik
(b) Demam scarlet
Kode dengan gejala sisa penyakit parasit dan infeksi spesifik lainnya (B94.8). Deskripsi nefritis sebagai nefritis kronik menggambarkan bahwa demam scarlet tidak lagi berada dalam fase aktif.