BAB VI PEMBAHASAN
6.2 Karakteristik Informan Utama
6.3.7 Perawatan Ketika Ibu Hamil
Sebagian besar ibu baduta dalam penelitian ini memilki pola makan yang kurang baik selama masa kehamilan. Dua informan sulit makan ketika hamil karena sering muntah, bahkan 1 diantara mereka hanya mengkonsumsi susu selama 7 bulan. Sedangkan 2 informan lainnya memiliki pola makan sama seperti sebelum hamil, seperti memakan nasi hanya 1 sampai 2 centong, kurang konsumsi buah dan sayur. Bahkan, diantara mereka ada yang dilarang memakan ikan oleh mertua selama kehamilan dengan alasan takut gatal-gatal.
Untuk mencegah masalah ketika anak lahir, ibu hamil perlu mendapat asupan zat gizi makro dan mikro yang cukup (Ernawati dkk, 2013). Teori diatas dapat menjelaskan penelitian ini, dimana seluruh ibu memilki pola makan yang kurang baik selama kehamilan. Ketika lahir, 3 anak mengalami BBLR sedangkan 1 lainnya mempunyai berat badan lahir sebesar 2.700 gram. Walaupun 1 anak lahir dengan normal, tetapi dari dari 3 anak yang dilahirkan oleh ibu tersebut, anak ini memilki berat badan paling
rendah ketika lahir jika dibandingkan dengan 2 saudara sebelumnya yang memilki berat lahir lebih dari 3.000 gram.
Hal menarik yang ditemukan dalam penelitian ini adalah masih adanya makanan yang ditabukan oleh sebagian individu atau masyarakat. Makanan yang ditabukan seperti, ketika hamil ibu tidak boleh makan ikan karena takut gatal-gatal. Penelitian Fema IPB dan Plan Indonesia (2008) memilki kesamaan dalam penelitian ini. Dalam penelitian tersebut disebutkan masih adanya pantangan atau tabu terhadap makanan yang dianut pada anak kecil, beberapa makanan juga dianggap berpengaruh terhadap fisik dan psikis. Penelitian lain menunjukkan hal yang sama dimana dalam masyarakat tradisional diet wanita selama masa kehamilan dan menyusui sering dihadapkan pada pantangan terhadap suatu jenis makanan (Range, Naved, & Bhattarai, 1997).
Masih adanya kepercayaan dalam hal tabu kepada suatu jenis makanan yang bertentangan dengan prinsip-prinsip gizi dan jika hal ini terus-menerus dilakukan maka dapat merugikan ststus gizi khususnya pada balita, ibu hamil dan menyusui (Fema IPB dan Plan Indonesia 2008). Adanya makanan yang ditabukan dalam penelitian ini mungkin disebabkan kurangnya pengetahuan yang dimilki oleh masyarakat terlebih lagi pada mereka yang telah berusia lanjut. Untuk itu perlu adanya peran dari petugas kesehatan ataupun kader posyandu yang menjelaskan kepada ibu hamil bagaimana pola makan yang baik. Dalam penelitian ini salah satu
informan menganggap tabu jika mengkonsumsi ikan ketika hamil. Tugas kader dalam masalah ini adalah menjelaskan bahwa dalam keadaan hamil ibu mebutuhkan protein yang lebih banyak untuk pertumbuhan janin, mengkonsumsi ikan ketika hamil merupakan pola konsumsi yang baik dan perlu diteruskan.
Dalam penelitian ini, sebagian besar informan utama melakukan pemeriksaan kehamilan yang rutin setiap bulan di posyandu. Namun salah satu diantara informan tersebut ada yang terlambat periksa, tetapi setelah itu ibu rutin datang ke posyandu. Terjadi kecocokan informasi dari informan utama, keluarga, dan kader bahwa memang ibu sering datang ke posyandu. Lebih dari itu, 1 informan dapat menunjukkan buku KIA yang ketika dilihat memang benar ibu tersebut rutin memeriksa kehamilan. Namun, terdapat 1 informan utama yang jarang memeriksa kehamilannya, kurang lebih hanya 2 kali selama masa kehamilan. Hal ini disebabkan karena ibu bekerja sehingga waktu yang disediakan untuk memeriksa kehamilan menjadi berkurang. Hal ini sejalan dengan penelitian Yuliva dkk (2009), yang menyebutkan bahwa keadaan kehamilan yang mestinya harus diperiksa sesuai jadwal, mungkin menjadi sering terlupakan atau terabaikan begitu saja karena situasi dan konsisi ibu yang disibukkan oleh pekerjaannya.
Dalam hal perilaku menimbang berat badan, frekuensinya hampir sama dengan kedatangan ibu ke posyandu atau bidan untuk memeriksa kehamilan. Hal ini karena, hampir bisa dipastikan
setiap kali ibu memeriksa kandungan pasti diiringi dengan penimbangan berat badan. Penelitian Rindang dkk (2006) menyebutkan bahwa pertambahan berat badan kurang dari 9 Kg selama kehamilan mempunyai kemungkinan lebih tinggi untuk melahirkan bayi dengan berat badan 2.500 sampai 2999 gram.
Teori diatas dapat menjelaskan penelitian ini. Berdasarakan hasil wawancara dengan informan utama, diketahui bahwa 1 informan yang makan seperti biasa ketika hamil mengalami penambahan berat badan dari 98 menjadi 102 Kg. Dua informan ketika hamil mengalami penurunan berat badan, salah satu diantara mereka turun dari 65 menjadi 58 Kg. Ketika lahir semua anak memilki berat badan kurang dari 3.000 gram bahkan 3 diantaranya masih dibawah 2.500 gram. Hal ini mungkin disebabkan karena pola makan yang berkurang ketika ibu tersebut hamil seperti yang telah dijelaskan sebelumnya. Sedangkan 1 informan lainnya mengaku jarang sekali menimbang berat badan ketika hamil. Hal ini sesuai dengan frekuensi pemeriksaan kehamilan yang hanya sekitar 2 kali saja.
Dalam penelitian ini seluruh ibu mendapatkan tablet besi baik itu dari kader maupun bidan. Dua informan mengatakan selalu rutin meminum setiap hari, namun berdasarkan wawancara kepada informan kelurga, diketahui bahwa salah satu dari ibu hanya mengkonsumsi tablet besi selama 7 bulan. Setelah 7 bulan keatas ibu tersebut tidak meminumnya karena takut anak lahir dalam
keadaan besar. Hal ini mungkin disebabkan karena pengetahuan yang kurang, nyatanya ketika anak lahir hanya memiliki berat badan 2.100 gram. Padahal menurut AKG 2014, kebutuhan besi ibu hamil trimester III justru bertambah.
Satu informan mengaku rutin mendapatkan tablet besi tetapi tidak pernah tertelan dengan alasan menimbulkan aroma yang kurang disukai. Hal ini mungkin disebabkan karena gangguan yang ada pada sistem pencernaan ibu. Hal yang sama juga terjadi ketika makan dan minum susu, ketika sudah masuk, ibu sering memuntahkannya kembali. Namun demikian perilaku ibu tersebut sudah baik dengan mau mengkonsusmsi tablet besi walaupun akan dimuntahkan kembali.
Pemberian tablet besi ketika hamil merupakan hal yang penting untuk kesehatan ibu dan janin. Namun, hal yang perlu diperhatikan dalam masalah ini adalah bagaimana cara petugas kesehatan ataupun kader memastikan kapsul yang diberikan diminum dan bukan disimpan. Salah satu cara yang dapat dilakukan untuk meningkatkan kemauan ibu hamil mengkonsumsi tablet besi adalah memberikan pengetahuan tentang tablet besi. Petugas kesehatan atau kader dapat menjelaskan jika ibu hamil tidak kekurangan zat besi dan tidak mengkonsusmsi tablet besi yang diberikan maka akan meningkatkan risiko kesakitan ataupun kematian ibu dan bayi, pertumbuhan janin akan terhambat dan dapat melahirkan bayi BBLR.
Dalam penelitian ini terdapat 3 informan utama yang memberikan imunisasi TT 1 sampai 2 kali selama kehamilan. Namun terdapat 1 informan yang tidak pernah mendapatkan imunisasi tersebut ketika hamil. Sikap ibu yang mendapatkan imunisasi mungkin disebabkan karena pengetahuan yang dimiliki. Hal ini diperkuat dengan jawaban ketika ibu ditanya “mengapa diimunisasi”, sebagian ibu menjawab karena untuk menjaga kesehatan anak.
Sikap ketiga informan tersebut juga sudah baik dengan tidak menganggap imunisasi sebagai hal yang tabu. Berdasarkan wawancara kepada kader, di wilayah penelitian masih banyak masyarakat yang takut memberikan imunisasi atau vitamin kepada anak karena takut anaknya menjadi sakit seperti panas, bahkan lumpuh. Selain itu ada juga beberapa individu yang tidak memberika imunisasi, ketika diajak mereka menjawab ―anak saya
tidak diimunisasi, tetapi tetap hidup‖. Untuk mengatasi masalah ini
diperlukan peran petugas kesehatan seperti kader yang lebih dekat dengan masyarakat agar memberikan pengetahuan bahwa pemberian imunisasi atau vitamin lainnya penting untuk meningkatkan daya tahan tubuh yang berguna untuk mencegah terjadinya penyakit.
Berdasarkan informasi yang didapat dari informan utama, keluarga, dan kader posyandu diketahui bahwa dalam penelitian ini terdapat satu informan yang sering bertnya ke posyandu baik
kepada bidan ataupun TPG. Satu informan tidak pernah bertanya atau meminta nasihat, 1 informan pernah bertanya namun tidak dijalankan, sedangkan 1 informan lainnya hanya menanyakan masalah pola makan kepada orang terdekat seperti ibu atau mertua. Dalam buku Kesehatan Ibu dan Anak (Depkes, 2008), disebutkan bahwa ketika hamil ada beberapa hal yang perlu dilakukan salah satunya yaitu Meminta nasihat kepada petugas kesehatan tentang makanan yang bergizi selama hamil untuk menjaga kesehatan ibu dan bayi.
Satu informan yang sering bertanya tetapi tetap melahirkan dengan masalah seperti BBLR mungkin disebabkan karena ketidakpatuhan terhadap saran yang diberikan oleh bidan atau TPG. Hal ini terbukti dari pola makan ibu selama kehamilan yang sama seperti sebelum hamil, bahkan berdasarkan informasi dari informan keluarga ibu ketika hamil makannya berkurang dari biasanya. Padahal, menurut anjuran yang terdapat dalam buku KIA disebutkan bahwa ketika hamil pola makan harus mengikuti saran yang diberikan oleh petugas kesehatan dan makan 1 piring lebih banyak dari waktu sebelum hamil (Depkes, 2008). Berbicara buku KIA, ibu inilah satu-satunya yang memilki buku tersebut sedangkan informan lainnya tidak mempunyai karena berbagai alasan. Hal ini seharusnya menjadi kelebihan ibu dengan bisa membaca beberapa pesan yang disampaikan dalam buku tersebut. Namun dalam praktiknya ternyata ibu tidak bisa menjalankan.
Dalam penelitian ini 2 informan ketika hamil aktivitas fisiknya biasa saja seperti melakukan pekerjaan rumah, namun terkadang olahraga dengan berjalan kaki. Satu informan tidak melakukan aktivitas apapun selama 7 bulan karena kondisi tubuh yang kurang baik. Sedangkan 1 informan lainnya mempunyai aktivitas fisik yang cuckup berat yaitu bekerja sebagai petugas kebersihan dan ketika berangkat bekerja ibu menggunakan sepeda. Penelitian Karima dan Achadi (2012), mengatakan bahwa ibu rumah tangga yang berstatus tidak bekerja kemungkinan mengerjakan pekerjaan rumah yang menuntut kegiatan fisik yang cukup tinggi.
Penelitian Yuliva dkk (2009) menjelaskan temuan ini, pekerjaan yang membutuhkan tenaga fisik yang berat menurut teori akan mengeluarkan energi yang besar untuk dapat menyelesaikan tugas atau pekerjaan yang dilakukannya, sehingga seorang peketrja seperti ini membutuhkan masukan nutrisi yang besar mengingat energi yang dikeluarjan juga besar apalagi yang melakukan pekerjaan adalah ibu hamil. Apabila masukan nutrisi yang dikonsumsi oleh ibu tidak mencukupi maka hal ini dapat mengurangi energi atau kalori yang tersedia untuk janin, karena sebagian besar energi yang diperlukan terpakai oleh pekerjaan yang dilakukan ibu. Keadaan seperti ini merupakan salah satu faktor yang dapat mempengaruhi berat lahir bayi yang nantinya akan dilahirkan.
Pola asuh perawatan ibu ketika hamil mengenai pola makan yang kurang baik dan adanya ibu yang tidak mengkonsumsi tablet besi mungkin disebabkan karena adanya gangguan dalam pencernaan ibu tersebut. Selain itu, ketidakpatuhan terhadap saran yang diberikan dan adanya rasa tidak mau makan menjadi salah satu penyebab pola makan ibu berkurang ketika hamil.
Baiknya perilaku sebagian besar ibu dalam memeriksa kehamilan, pemberian imunisasi ketika hamil, konsumsi tablet besi mungkin disebabkan karena adanya keinginan untuk sehat dan menghindari anak dari masalah ketika dilahirkan. Sedangkan ibu yang tidak diberikan imunisasi dan jarang memeriksa kehamilan mungkin disebabkan karena pengetahuan dan kemauan yang kurang ditambah lagi dengan kesibukannya bekerja.