• Tidak ada hasil yang ditemukan

BAB V HASIL PENELITIAN

5.3 Gambaran Pola Asuh

5.3.4 Praktik Kesehatan Dasar

Pola asuh kesehatan dasar dalam penelitian ini meliputi upaya preventif yang dilakukan pengasuh berupa pemberian imunisasi, dan bagaimana praktik ibu ketika anak sedang sakit atau mencegah anak terkena penyakit. Pengambilan informasi dilakukan dengan cara wawancara mendalam kepada informan utama dan informan pendukung, melihat data hasil pemberian imunisasi yang tercatat dalam buku seperti KIA.

Berdasarkan hasil wawancara, didapatkan hasil bahwa Penyakit yang paling sering dan umum dialami oleh baduta penderita stunting adalah diare dan panas, selain itu ada penyakit lain seperti batuk, asma dan gatal-gatal yang sering baduta alami beberapa waktu terakhir. Berikut kutipannya:

―Gitu doang batuk pilek, panas dia mah udah gitu doang, eh

ama mencret sering mencret dia mah.‖(Informan utama Sh)

―Penyakit yg sering dialami sesak napas, gatel gatel, batuk, diare, akhir-akhir ini diare.‖(Informan Rh)

Berdasarkan wawancara dengan informan keluarga dan kader posyandu, didapatkan informasi yang sama bahwa penyakit yang

sering dialami anak adalah panas, batuk, dan diare serta terdapat 1 anak yang memilki penyakit asma .

Untuk imunisasi anak, didapatkan hasil bahwa semua baduta diimunisasi lengkap sebelum usia 1 tahun, tetapi, untuk imunisasi tambahan yang dilakukan sekitar usia satu setengah dan dua tahun, semua anak belum diimunisasi atau terlewat waktu melakukan imunisasi karena tidak bisa datang ke posyandu. Berikut kutipannya :

―Imunisasi anak Alhamdulillah kumplit, kumplit, lengkap.

Entar kan setahun tiga bulan eh setahun lima bulan ada eee apa yah kata bidan Nur yah?? Katanya umur setahun setengah sama 2 tahun disuntik lagi, suntik tambahan

katanya‖ (Informan utama Sh)

Berdasarkan wawancara dengan informan pendukung yang berasal dari keluarga terdekat pengasuh utama dan 3 orang kader posyandu, didapatkan hasil yang sama bahwa semua baduta diimunisasi lengkap sebelum usia 1 tahun. Namun, ketika peneliti meminta untuk melihat buku KIA yang dimiliki, 3 dari 4 informan tidak bisa memberikan buku itu dengan alasan bukunya sudah tidak ada, ditinggal di posyandu, dan ditaruh di kampung dan tidak bisa diambil. Setelah dilihat, informan yang memberikan buku KIA memang telah melakukan imunisasi dengan lengkap.

Berdasarkan hasil observasi, didapatkan gambaran bahwa 3 anak dibiarkan main tanpa pengawasan dalam keadaan sedikit

kotor didepan dan lingkungan rumah yang terdapat banyak sampah serta beberapa kandang unggas, disana mereka bermain tanah, pasir, dan bermain kotor-kotoran. Ketika bermain di luar rumah, 2 anak terlihat tidak memakai alas kaki dan suka memasukkan jari ke dalam mulut. Mengenai jajan anak, 1 informan terkadang memberikan jajan anak karena kalau tidak dikasih akan menangis, 1 anak terlihat jajan yang mempunyai rasa gurih seperti ciki atau kerupuk yang berbumbu, sedangkan 2 anak lainnya terlihat jajan permen dan es. Terdapat pula anak yang jajan dari penjual jajan anak keliling seperti cilok ataupun basreng.

Ketika wawancara, 1 informan mengakui tempat bermain anak memang kurang baik karena kotor, anak jarang mendapat pengawasan, dan tidak memakai alas kaki ketika bermain. Namun, terlihat perbedaan hasil observasi diatas dengan informasi dari 3 informan utama. Berdasarkan hasil wawancara, hal yang dilakukan pengasuh utama agar anak tidak terkena penyakit yaitu, anak harus dijaga makannya, jangan jajan sembarangan, lebih banyak waktu di rumah dan tidak sering keluar rumah dengan alasan banyak virus. Selain itu, 1 informan mengatakan untuk tetap menjaga kebersihan anak, informan lainnya mengatakan kalau anak main harus selalu diawasi. Berikut kutipannya :

―Kata bidan Nur sih anak jangan suka diajak main keluar, di

rumah aja, kata bidan nur gitu. Jadi kan diluar tuh banyak virus- viruuus, kata bidan Nur gitu. Kata mencegahnya juga kita harus ngasih jajannnya jangan sembarangan, gitu aja

―Eeeee, apa yah?? Makanannya sih kayanya ya, dari makanannya harus dijaga, makannya harus bener-bener dijaga. Jaganya diliat kalo misalkan minum ini ga cocok, apa yang harus dia minum gitu, makanan juga begitu. Terus kalo lagi main, main juga harus dijaga, diliat mainnya, main kotor-kotoran atau apa gitu, kan itu juga nyebabin penyakit juga, kalo dia main selalu diawasin, kalo engga sama

mamahnya, ya sama ayahnya‖ (Informan utama Y)

Mengenai pengawasan ketika jajan, peneliti melakukan wawancara kepada informan keluarga. Hasil yang didapat yaitu anak kadang jajan tidak teratur, sering jajan di penjual keliling, anak kadang diawasi minum es tetapi terkadang dikasih pula, terkadang anak memaksa jajan walupun dilarang.

Ketika anak jatuh sakit, yang dilakukan ibu berdasarkan wawancara mendalam kepada informan utama adalah memberikan penanganan pertama. Seluruh informan utama memiliki kebiasaan yang berbeda-beda ketika menangani anak yang baru terkena penyakit. Satu informan mengatakan hal yang pertama dilakukan yaitu mencari obat penurun panas, ketika penyakit masih berlanjut baru dibawa ke puskesmas atau rumah sakit terdekat. Dua informan mengatakan langsung membawa anak ke tempat pelayanan kesehatan seperti puskesmas atau klinik dokter karena panik. Satu informan lainnya mengatakan melihat terlebih dahulu penyakitnya, kemudian anak dikerik dan diminumkan paracetamol kalau anak panas. Jika sakit masih berlanjut anak baru dibawa ke puskesmas tetapi hal ini jarang dilakukan karena informan

mengaku lebih memilih diobati di rumah saja karena penyakit tidak terlalu parah ditambah lagi dengan jarak ke puskesmas yang lumayan jauh. Berikut kutipannya :

―Kalo anak sakit ya yang pertama saya lakuin nyari obat

turun panas kalo dia panas, kalo untuk penyakit lain, langsung berobat ke sari asih, kalo engga ke puskesmas, gitu

aja sih saya mah‖ (Informan utama Sh)

―Liat sakitnya dulu, tergantung sakitnyaa, kalo misalkan

kaya kemaren kan mencret-mencret tuh, coba dikeriiiik, kalo udah lumayan, oooh yaudah, paling diminumin paracetamol kalo badannya panas. Kalo masih berlanjut baru dibawa ke puskesmas. Ke puskesmas sih jarang, kalo sama saya sih baru kemaren dibawa ke puskesmas, soalnya kan kalo ga

terlalu parah, paling dikasih obat aja dari rumah‖ (Informan

utama Y)

Berdasarkan hasil wawancara dengan informan keluarga, terdapat sedikit perbedaan dimana 1 informan utama mengatakan langsung membawa anaknya ke puskesmas atau rumah sakit. Namun informasi tersebut berbeda dengan apa yang dikatakan oleh keluarga dimana ketika anak sakit hal yang pertama dilakukan adalah diurut, jarang dibawa ke dokter atau rumah sakit, jika panas belum juga turun baru kemudian anak berobat ke puskesmas. Berikut kutipannya:

―Pertama diurut, kaga dibawa ke dokter, engga, asal udah diurut sembuh, kadang kadang kalo panasnya ga turun baru dibawa ke puskesmas.‖(Informan pendukung Asm, nenek dari Ai)

Setelah pergi ke pelayanan kesehatan dan mendapatkan obat, sebagian besar informan utama mengatakan kalau pemakain obat untuk anak selalu ikut yang dianjurkan. Jika sebelum obat habis anak sudah sembuh, maka pemakaian obat dihentikan. Informasi diatas sama dengan apa yang dikatakan oleh informan keluarga dimana obat yang didapat diminum sesuai anjuran, kalau anak sudah sembuh dan obat masih tersisa maka obat dibuang atau dipakai kembali jika anak sakit kalau obatnya masih bagus. Namun, ada 1 informan utama yang mengatakan kalau ada antibiotik yang diharuskan untuk dihabiskan, ketika anak sudah sembuh maka obat tetap tidak dihabiskan. Berikut kutipannya :

―Diminum, harus diminum obatnya, Diminum obatnya

sampe habis, kalo emang dia udah selesai udah sehat masih

kesisa, yaudah ga diminumin lagi, obat sisanya dibuang‖

(Informan utama Y)

―Ya ikut anjuran aja, kadang kadang sih engga, misalkan udh 3 kali sehari dia udh sembuh ada antibiotik yg harus dihabisin kadang kadang saya ga abisin aja, ya gitu....‖

(Informan pendukung Rh)

Perilaku ibu diatas diperkuat dengan informasi yang diberikan oleh informan keluarga dimana ketika mendapatkan obat, pemakainnya sesuai dengan yang dianjurkan. Namun, untuk 1 informan yang kadang tidak menghabiskan antibiotik, informan keluarga mengatakan tidak tahu perilaku ibu tersebut.

Dokumen terkait