• Tidak ada hasil yang ditemukan

Perbedaan Individu dan Keragaman (Religious, Bahasa. Gender dan Kelas Social)

PENENTUAN STRATEGI PEMBELAJARAN PENDIDIKAN IPS

A. Perbedaan Individu dan Keragaman (Religious, Bahasa. Gender dan Kelas Social)

A. Perbedaan Individu dan Keragaman (Religious, Bahasa. Gender dan Kelas Social)

1) Perbedaan kemampuan dan intelegensi belajar Kemampuan belajar siswa berbeda-beda (misalnya kemampuan bahasa dan matematis). Sedangkan intelegensi menurut Stenberg ada tiga tipe, yaitu (1) intelegensi analitis yang melibatkan proses kognitif individu; (2) intelegensi kreatif adalah insights individu untuk menghadapi berbagai pengalaman; (3) intelegensia praktis adalah kemampuan individu untuk beradaptasi dan membentuk ulang lingkungannya (Richard I. Arends, 2008 : 49).

2) Perbedaan dalam gaya kognitif, gaya belajar dan preferensi belajar

67

Gaya kognitif ialah cara konsisten yang dilakukan oleh seseorang murid dalam menangkap stimulus atau informasi, cara mengingat, berpikir dan memecahkan soal (Nasution, 2011 : 94). Sedangkan menurut Richard I. Arends (2008 : 50), perbedaan gaya kognitif adalah perbedaan orang dalam mempersepsi dan memproses informasi.

ii) Gaya belajar

Gaya belajar ialah cara seseorang bereaksi dan menggunakan perangsang-perangsang yang diterimanya dalam proses belajar (Nasution, 2011 : 93). Sedangkan perbedaan gaya belajar adalah belajar dalam konteks (in-context) dan belajar di luar konteks (out of context). Belajar dalam konteks artinya anak-anak memperoleh keterampilan dan pengetahuan itu dibutuhkan dalam situasi kehidupan nyata, sedangkan belajar di luar konteks berarti bahwa pembelajaran itu tidak

68

berhubungan dengan kehidupan riil dan segera (Richard I. Arends, 2008 : 50-51).

Konsep gaya belajar menurut Jacobsen, D.A., Eggen, P. & Kauchak, D. (2009 : 281) memiliki tiga implikasi penting pada guru, yaitu:

a) Konsep tersebut mengingatkan pada kita tentang keharusan untuk mendiversifikasi karena tidak adanya pendekatan pengajaran yang akan disukai oleh semua siswa.

b) Kesadaran akan gaya-gaya belajar dapat meningkatkan sensivitas kita terhadap perbedaan-perbedaan yang ada dalam siswa-siswa kita, membuatnya lebih tampak bahwa kita akan merespons siswa-siswa kita sebagai individu-individu.

c) Konsep ini menyarankan bahwa guru harus mendorong siswa untuk berpikir tentang pola belajarnya sendiri, yang nantinya dapat mengembangkan metakognisi mereka.

69

Menurut Bobbi DePorter dan Mike Hernacki (2011 : 116-120) ada tiga macam gaya belajar, yaitu :

a) Gaya belajar visual, yaitu belajar dengan cara melihat. Orang yang mempunyai gaya belajar visual mempunyai ciri-ciri : rapi dan teratur; berbicara dengan cepat; perencana dan pengatur jangka panjang yang baik; teliti terhadap detail; mementingkan penampilan, baik dalam hal pakaian maupun presentasi; pengeja yang baik dan dapat melihat kata-kata yang sebenarnya dalam pikiran mereka; mengingat apa yang dilihat, daripada apa yang didengar; mengingat dengan asosiasi visual; biasanya tidak terganggu oleh keributan; mempunyai masalah untuk mengingat instruksi verbal kecuali jika ditulis, dan sering kali minta bantuan orang untuk mengulanginya; pembaca cepat dan tekun; lebih suka membaca daripada dibacakan; membutuhkan pandangan dan

70

tujuan yang menyeluruh dan bersikap waspada sebelum secara mental merasa pasti tentang suatu masalah atau proyek; mencoret-coret tanpa arti selama berbicara ditelepon dan rapat; lupa menyampaikan pesan verbal kepada orang lain; sering menjawab pertanyaan dengan jawaban singkat ya atau tidak; lebih suka melakukan demonstrasi daripada berpidato; lebih suka seni daripada music; sering kali mengetahui apa yang harus dikatakan, tetapi tidak pandai memilih kata-kata; dan kadang-kadang kehilangan konsentrasi ketika mereka ingin memperhatikan.

b) Gaya belajar auditorial, yaitu belajar dengan cara mendengar. Orang yang mempunyai gaya belajar auditorial mempunyai ciri-ciri : berbicara kepada diri sendiri saat bekerja; mudah terganggu oleh keributan; menggerakkan bibir mereka dan mengucapkan tulisan di buku ketika

71

membaca; senang membaca dengan keras dan mendengarkan; dapat mengulangi kembali dan menirukan nada, birama dan warna suara; merasa kesulitan untuk menulis, tetapi hebat dalam bercerita; berbicara dalam irama yang terpola; biasanya pembicara yang fasih; lebih suka music daripada seni; belajar dengan mendengarkan dan mengingat apa yang didiskusikan daripada apa yang dilihat; suka berbicara, suka berdiskusi, dan menjelaskan sesuatu panjang lebar, mempunyai masalah dengan pekerjaan-pekerjaan yang melibatkan visualisasi, seperti memotong bagian-bagian hingga sesuai satu sama lain, lebih pandai mengeja dengan keras daripada menuliskannya; dan lebih suka gurauan lisan daripada membaca komik. c) Gaya belajar kinestetik, yaitu belajar dengan

cara bergerak, bekerja dan menyentuh. Orang yang mempunyai gaya belajar kinestetik mempunyai ciri-ciri : berbicara dengan

72

perlahan; menanggapi perhatian fisik; menyentuh orang untuk mendapatkan perhatian mereka; berdiri dekat ketika berbicara dengan orang; selalu berorientasi pada fisik dan banyak bergerak; mempunyai perkembangan awal otot-otot yang besar; belajar melalui manipulasi dan praktek; menghafal dengan cara berjalan dan melihat; menggunakan jari sebagai penunjuk ketika membaca; banyak menggunakan isyarat tubuh; tidak dapat duduk diam untuk waktu yang lama; tidak dapat mengingat geografi, kecuali jika mereka memang telah pernah berada di tempat itu; menggunakan kata-kata yang mengandung aksi; menyukai buku-buku yang berorientasi pada plot-mereka mencerminkan aksi dengan gerakan tubuh saat membaca; kemungkinan tulisannya jelek; ingin melakukan segala sesuatu; dan menyukai permainan yang menyibukkan. iii) Preferensi belajar

73

Preferensi belajar adalah modalitas belajar yang dipunyai siswa, yang meliputi perbedaan preferensi terhadap lingkungan belajar (suara, cahaya, pola pengaturan tempat duduk), banyaknya dukungan emosional yang dibutuhkan, dan derajat struktur dan interaksi sebaya (Richard I. Arends, 2008 : 51).

3) Siswa dengan disabilitas

Ada dua persepektif tentang pendekatan yang terbaik untuk diterapkan pada siswa disabilitas :

a) Turnbull (2009) dan Tomlison (1999) dalam Richard I. Arends, (2008 : 55) mengemukakan pendekatan pengajaran yang agak terstruktur dan langsung, menawarkan beberapa rekomendasi di bawah ini :

 Gunakan materi yang sangat terstruktur, beritahukan apa tepatnya yang diharapkan dari siswa, hindari distraksi.

74

 Berikan alternative untuk penggunaan bahasa tertulis, seperti tape recorders atau tes-tes lisan.

 Harapkan peningkatan dalam jangka panjang  Perkuat perilaku yang baik.

 Berikan umpan balik segera dan kesempatan cukup banyak untuk latihan

b) Curtis & Shaver (1980), Haberman (1991), dan Slavin (1996) dalam Richard I. Arends, (2008 : 55) mengemukakan bahwa pengajaran untuk siswa disabilitas seharusnya didasarkan pada kepentingan mereka dan strategi yang digunakan seharusnya tidak menekankan pada informasi dasar, tetapi meningkatkan kemampuan siswa untuk mengatasi masalah dan untuk berpikir kritis. Mereka merekomendasikan strategi-strategi yang mirip dengan yang direkomendasikan bagi anak-anak berbakat (gifted), seperti investigasi kelompok, problem solving, dan cooperative learning.

75

4) Siswa gifted (cerdas) dan talented (bertalenta) Kecerdasan didefinisikan sebagai bakat umum untuk belajar atau kemampuan untuk mempelajari dan menggunakan pengetahuan atau keterampilan (Slavin, 2011 : 159). Guru yang ingin membantu siswa mengembangkan aspek-aspek kecerdasan yang berbeda ini harus melakukan hal-hal berikut ini :

a) Menciptakan ruang kelas yang multidimensional dimana siswa dapat sukses dalam cara-cara yang berbeda

b) Memberikan tugas-tugas pembelajaran yang membuka dimensi pembelajaran yang berbeda c) Mendorong siswa untuk mengekspresikan

dirinya dalam cara-cara yang berbeda

d) Membebaskan siswa dalam memperagakan konsep atau keterampilan yang telah mereka kuasai (Gardner & Moran, 2006; Kaornharber & Gardner, 2006 dalam Jacobsen, D.A., Eggen, P. & Kauchak, D., 2009 : 281).

76

5) Perbedaan budaya, etnis dan ras

Berikut penjelasan mengeni budaya, etnis dan ras menurut Richard I. Arends (2008 : 51) : a) Budaya adalah bagaimana suatu anggota

kelompok berpikir dan cara yang mereka lakukan untuk mengatasi masalah dalam kehidupan kolektif.

b) Etnis mengacu kepada kelompok yang memiliki bahasa dan identitas yang sama, misalnya orang-orang yang memiliki kebangsaan yang sama.

c) Ras adalah istilah yang diberikan kepada kelompok-kelompok yang memiliki cirri-ciri biologis yang sama

6) Keanekaragaman religius 7) Keanekargaman bahasa 8) Perbedaan gender 9) Perbedaan kelas sosial

77

Dokumen terkait