• Tidak ada hasil yang ditemukan

Perbedaan Miskonsepsi Siswa Kelas V SD dilihat dari Jenis

BAB I PENDAHULUAN

H. Teknik Analisis Data

4. Perbedaan Miskonsepsi Siswa Kelas V SD dilihat dari Jenis

Pada bagian ini peneliti akan melakukan uji persyaratan analisis yang terdiri dari uji normalitas dan uji homogenitas pada soal pilihan ganda dan soal uraian. Uji persyaratan analisis ini peneliti menggunakan

SPSS versi 20. Uji persyaratan analisis akan diuraikan peneliti yaitu sebagai berikut.

a. Uji Normalitas

Uji Normaliatas dilakukan oleh peneliti untuk mengetahui distribusi data, terdistribusi normal atau tidak. Uji normalitas dilakukan peneliti pada intrumen soal pilihan ganda dan uraian. Uji normalitas dilakukan dengan menggunakan bantuan Kolmogorov- Smirnov pada SPSS 20. Hasil uji normalitas dengan Kolmogorov- Smirnov pada penelitian ini dapat dilihat sebagai berikut:

1) Uji normalitas pada instrumen soal pilihan ganda

Hasil uji normalitas pada instrumen soal pilihan ganda dapat dilihat pada tabel 4.8 sebagai berikut:

Tabel 4.8 Hasil uji normalitas jenis kelamin dan skor pada instrumen soal pilihan ganda

No. Aspek Nilai Sig. (2-tailed) Keterangan

1 Jenis kelamin 0,000 Data tidak terdistribusi nomal

2 Skor 0,114 Data terdisitribusi normal

Tabel 4.8 merupakan hasil uji nomalitas pada instrumen soal pilihan ganda dengan menggunakan Kolmogorov-Smirnov. Tabel tersebut memperlihatkan sig(2-.tailed) pada variabel jenis

kelamin adalah 0,000, maka data dapat dikatakan tidak normal karena nilai signifikansinya kurang dari taraf signifikansi α = 0,05. Pada variabel skor memperlihatkan sig(2-.tailed) adalah 0,114, maka data dapat dikatakan normal karena nilai signifikansinya lebih besar dari taraf signifikansi α = 0,05. Selain data tabel peneliti menyajikan dalam bentuk histogram yaitu sebagai berikut.

Gambar 4.24 Histogram jenis kelamin siswa pada soal pilihan ganda Gambar 4.24 menunjukkan histogram jenis kelamin siswa pada soal pilihan ganda yang menyatakan bahwa data tidak terdistribusi normal. Sedangkan, histogram tentang skor siswa dapat dilihat pada gambar 4.25 sebagai berikut.

Gambar 4.25 menunjukkan histogram skor siswa pada soal pilihan ganda yang menyatakan bahwa data terdistribusi normal. 2) Uji normalitas pada instrumen soal uraian

Hasil uji normalitas pada instrumen soal uraian dapat dilihat pada tabel 4.9 sebagai berikut:

Tabel 4.9 Hasil uji normalitas jenis kelamin dan skor pada instrumen soal uraian

No. Aspek Nilai Sig. (2-tailed) Keterangan

1 Jenis kelamin 0,000 Data tidak terdistribusi nomal

2 Skor 0,000 Data tidak terdisitribusi normal

Tabel 4.9 merupakan hasil uji normalitas pada instrumen soal uraian dengan menggunakan Kolmogorov-Smirnov. Tabel tersebut memperlihatkan sig(2-.tailed) pada variabel jenis kelamin adalah 0,000, maka data dapat dikatakan tidak normal karena nilai signifikansinya kurang dari taraf signifikansi α = 0,05. Pada variabel skor memperlihatkan sig(2-.tailed) adalah 0,000, maka data dapat dikatakan tidak normal karena nilai

signifikansinya kurang dari taraf signifikansi α = 0,05. Selain data tabel peneliti menyajikan dalam bentuk histogram yaitu sebagai berikut.

Gambar 4.26 menunjukkan histogram jenis kelamin siswa pada soal uraian yang menyatakan bahwa data tidak terdistribusi normal. Sedangkan, histogram tentang skor siswa dapat dilihat pada gambar 4.27 sebagai berikut.

Gambar 4.27 Histogram skor siswa pada soal uraian

Gambar 4.27 menunjukkan histogram jenis kelamin siswa pada soal uraian yang menyatakan bahwa data tidak terdistribusi normal.

b. Uji Homogenitas

Uji homogenitas dilakukan untuk membuktikan adanya kesamaan variansi populasi atau data variabel homogen atau tidak. Uji homogenitas pada penelitian ini dilakukan pada instrumen soal pilihan ganda dan uraian. Data yang dapat dikatakan homogen bila nilai disignifikansi lebih dari 0,05. Uji homogenitas didasarkan pada uji Levene Statistic dilakukan dengan menggunakan SPSS versi 20. Hasil uji homogenitas pada instrumen soal pilihan ganda dan uraian dapat dilihat sebagai berikut:

1) Uji homogenitas pada instrumen soal pilihan ganda

Hasil uji homogenitas pada instrumen soal pilihan ganda dapat dilihat pada tabel 4.10 sebagai berikut:

Tabel 4.10 Hasil uji homogenitas jenis kelamin dan skor pada instrumen soal pilihan ganda

Uji Statistik Levenes Statistic Sig. Keterangan

One way ANOVA 0,228 0,633 Homogen

Tabel 4.10 menunjukkan hasil uji homogenitas yang menyatakan taraf signifikansinya 0,633. Taraf signifikansi yang telah didapatkan oleh peneliti lebih besar dari 0,05. Hasil uji homogenitas pada data yang telah diuji dapat dikatakan bahwa dua kelompok data yaitu laki-laki dan perempuan memiliki variansi yang sama.

2) Uji homogenitas pada instrumen soal uraian

Hasil uji homogenitas pada instrumen soal uraian dapat dilihat pada tabel 4.11 sebagai berikut:

Tabel 4.11 Hasil uji homogenitas jenis kelamin dan skor pada instrumen soal uraian

Uji Statistik Levenes Statistic Sig. Keterangan

One way ANOVA 0,117 0,733 Homogen

Tabel 4.11 menunjukkan hasil uji homogenitas yang menyatakan taraf signifikansinya 0,733. Taraf signifikansi yang telah didapatkan oleh peneliti lebih besar dari 0,05. Hasil uji homogenitas pada data yang telah diuji dapat dikatakan bahwa dua kelompok data yaitu laki-laki dan perempuan memiliki variansi yang sama.

5. Uji Hipotesis

Uji hipotesis yang digunakan dalam penelitian ini adalah menggunakan uji Mann-Whitney Test pada SPSS 20. Uji hipotesis dengan menggunakan Mann-Whitney Test karena data tidak terdistribusi normal. Uji Mann-Whitney Test dilakukan untuk mengetahui perbedaan miskonsepsi IPA Fisika dilihat dari jenis kelamin siswa kelas V SD Negeri semeseter 2 se-Kecamatan. Hipotesis yang digunakan dalam uji hipotesis menggunakan Mann-Whitney Test adalah

H0 = Tidak ada perbedaan miskonsepsi IPA Fisika dilihat dari jenis kelamin siswa kelas V SD semester 2 se Kecamatan Pakem. (µ1= µ2)

H1 = Ada perbedaan miskonsepsi IPA Fisika dilihat dari jenis kelamin siswa kelas V SD semester 2 se Kecamatan Pakem. (µ1≠ µ2)

Kriteria pengambilan keputusan yang digunakan adalah sebagai berikut (Santosa, 2012: 256).

1) Jika harga sig (2-tailed) > 0,05; H0 diterima atau H1 ditolak, artinya tidak ada perbedaan miskonsepsi IPA Fisika dilihat dari jenis kelamin siswa kelas V SD semester 2 se-Kecamatan Pakem.

2) Jika harga sig (2-tailed) < 0,05; H0 ditolak atau H1 diterima, artinya ada perbedaan miskonsepsi IPA Fisika dilihat dari jenis kelamin siswa kelas V SD semester 2 se-Kecamatan Pakem.

Hasil uji hipotesis pada instrumen soal pilihan ganda dan uraian dapat dilihat sebagai berikut:

1) Uji hipotesis pada soal pilihan ganda

Hasil uji hipotesis pada instrumen soal pilihan ganda dapat dilihat pada tabel 4.12 sebagai berikut:

Tabel 4.12 Hasil uji hipotesis pada instrumen soal pilihan ganda Uji Statistik Sig. (2-tailed) Keterangan

Mann-Whitney Test 0,891 Tidak ada

perbedaan

Tabel 4.12 menunjukkan hasil uji hipotesis yang telah di uji dengan

Mann-Whitney Test yang menunjukkan bahwa harga sig(2-.tailed) adalah 0,891. Hasil uji hipotesis ini menyatakan bahwa harga sig(2-.tailed) > 0,05. Berdasarkan hasil yang didapat peneliti dapat disimpulkan bahwa H0 diterima atau H1 ditolak, artinya tidak ada perbedaan miskonsepsi IPA Fisika dilihat dari jenis kelamin siswa kelas V SD Negeri semester 2 se- Kecamatan Pakem pada instrumen soal pilihan ganda.

2) Uji hipotesis pada soal uraian

Hasil uji normalitas pada instrumen soal pilihan ganda dapat dilihat pada tabel 4.8 sebagai berikut:

Tabel 4.13 Hasil uji hipotesis pada instrumen uraian Uji Statistik Sig. (2-tailed) Keterangan

Mann-Whitney Test 0,292 Tidak ada

perbedaan

Tabel 4.13 menunjukkan hasil uji hipotesis yang telah di uji dengan

Mann-Whitney Test yang menunjukkan bahwa harga sig(2-.tailed) adalah 0,292. Hasil uji hipotesis ini menyatakan bahwa harga sig(2-.tailed) > 0,05. Berdasarkan hasil yang didapat peneliti dapat disimpulkan bahwa H0 diterima atau H1 ditolak, artinya tidak ada perbedaan miskonsepsi IPA

Fisika dilihat dari jenis kelamin siswa kelas V SD Negeri semester 2 se- Kecamatan Pakem pada instrumen soal uraian.

B. Pembahasan

Bagian ini peneliti membahas hasil penelitian miskonsepsi IPA Fisika kelas V SD Negeri se-Kecamtan Pakem serta membahas adanya perbedaan miskonsepsi dilihat dari jenis kelamin. Kedua hasil penelitian tersebut yaitu sebagai berikut:

1. Miskonsepsi IPA Fisika siswa kelas V SD Negeri se-Kecamatan Pakem

Penelitian ini bertujuan untuk mengetahui adanya miskonsepsi IPA Fisika kelas V SD Negeri semester 2 se-Kecamatan Pakem. Penelitian ini dilakukan dengan menyebarkan soal pilihan ganda yang berjumlah 20 butir dan 5 butir soal uraian. Soal-soal tersebut peneliti sebar di SD Negeri se-Kecamatan Pakem yang menggunakan kurikulum KTSP dan disebar sesuai dengan jumlah sampel yang telah ditentukan oleh peneliti.

Berdasarkan hasil analisis yang dilakukan peneliti diperoleh hasil bahwa ada banyak siswa kelas V SD Negeri se-Kecamatan Pakem yang mengalami miskonsepsi pada IPA Fisika. Hal itu dibuktikan dari hasil pekerjaan siswa pada soal pilihan ganda dan soal uraian. Peneliti membahas terjadinya miskonsepsi yang pertama melalui soal pilihan ganda. Siswa tersebut dapat dikatakan mengalami miskonsepsi dilihat dari pilihan jawaban yang salah dan menurut mereka jawaban yang mereka pilih adalah benar.

Hasil penelitian pada soal pilihan ganda menunjukkan bahwa lebih dari 30 % dari 201 siswa yang mengalami miskonsepi pada aitem 3, 4, 5, 6, 7, 9, 10, 12, 13, 14, 16, 17, 18, dan 19. Hanya ada empat aitem yang memiliki persentase siswa yang mengalami miskonsepsi di bawah 20 % yaitu 1, 8, 11, dan 20. Siswa yang mengalami miskonsepsi tertinggi yaitu pada aitem 18 yang membahas tentang penggolongan jenis-jenis batuan dengan persentase 65,18 % serta persentase siswa yang mengalami miskonsepsi paling rendah yaitu aitem 11 yang membahas tentang penerpan pesawat sederhana dalam kehidupan sehari-hari dengan persentase 11,95 %.

Peneliti membahas terjadinya miskonsepsi yang kedua melalui soal uraian. Siswa tersebut dapat dikatakan mengalami miskonsepsi dilihat dari jawaban siswa yang tidak sesuai dengan konsep yang sebenarnya. Hasil penelitian pada soal uraian menunjukkan bahwa lebih dari 30 % dari 201 siswa yang mengalami miskonsepsi setiap aitem. Persentase tertinggi siswa yang mengalami miskonsepsi yaitu pada aitem 3 yang membahas tentang sifat bayangan pada cermin dengan persentase 93,03 % serta persentase siswa yang mengalami miskosepsi yang paling rendah yaitu pada aitem 4 yang membahas tentang fungsi bidang miring dengan persentase 35,32 %.

Berdasarkan hasil analisis yang dilakukan peneliti pada instrumen soal pilihan ganda dan uraian dapat disimpulkan bahwa siswa kelas V SD Negeri se-kecamatan Pakem mengalami

miskonsepsi. Siswa mengalami miskonsepsi IPA Fisika pada konsep gaya, pesawat sederhana, cahaya, pelapukan, dan struktur bumi.

Hasil penelitian yang sudah didapatkan oleh peneliti sejalan dengan hasil peneltian yang dilakukan oleh Raharjo, dkk (2009) yang menunjukkan hasil analisis data ternyata terbukti bahwa siswa memiliki miskonsepsi pada konsep gaya dan cahaya. Hasil penelitian yang dilakukan peneliti juga sejalan dengan penelitian yang dilakukan oleh Suwarna (2013) menunjukkan bahwa jenis konsep yang banyak menimbulakan miskonsepsi adalah jenis konsep abstrak dengan contoh konkret, kecuali pada konsep suhu dan kalor.

Berdasarkan hasil penelitian yang dilakukan oleh Raharjo dkk (2009) dan Suwarna (2013) telah menguatkan hasil penelitian yang telah dilakukan oleh peneliti. Hasil yang didapatkan oleh peneliti dapat membuktikan bahwa miskonsepsi terjadi pada siswa kelas V SD Negeri se-Kecamatan Pakem pada materi IPA Fisika, walaupun tempat penelitian, variabel penelitian, dan sampel yang digunakan berbeda.

2. Perbedaan Miskonsepsi Siswa Kelas V SD dilihat dari jenis kelamin

Peneliti akan membahas hasil analisis yang kedua yaitu apakah ada perbedaan miskonsepsi IPA Fisika dilihat dari jenis kelamin siswa kelas V SD Negeri se-Kecamatan Pakem. Hasil analisis miskonsepsi IPA fisika dilihat dari instrumen soal pilihan ganda dan uraian. Hasil yang didapatkan peneliti bahwa tidak ada perbedaan miskonsepsi IPA

Fisika dilihat dari jenis kelamin siswa kelas V SD Negeri semester 2 se-Kecamatan Pakem baik pada instrumen soal pilihan ganda maupun uraian. Hasil yang didapatkan oleh peneliti bahwa tidak ada perbedaan miskonsepsi dilihat dari jenis kelaminnya, jadi tidak sepenuhnya jenis kelamin mempengaruhi terjadinya miskonsepsi. Miskonsepsi bisa terjadi karena kurangnya persiapan siswa pada saat mengerjakan soal. Selain itu bisa terjadi karena beberapa penyebab lainnya. Suparno (2005: 34-41) mengungkapkan bahwa penyebab terjadinya miskonsepsi pada siswa yaitu prakonsepsi atau konsepsi awal, pemikiran asosiatif, pemikiran humanistik, reasoning yang tidak lengkap/salah, intuisi yang salah, tahap perkembangan kognitif, kemampuan siswa, dan minat belajar. Jadi, peneliti menyimpulkan bahwa tidak ada perbedaan miskonsepsi IPA Fisika dilihat dari jenis kelamin siswa kelas V SD Negeri semester 2 se-Kecamatan Pakem.

Hasil penelitian yang sudah didapatkan oleh peneliti sejalan dengan hasil penelitian yang dilakukan oleh Mufida (2013). Hasil yang diperoleh bahwa tidak ada pengaruh metode jenis kelamin terhadap hasil belajar matematika siswa kelas VII MTsN Karangrejo. Berdasarkan hasil penelitian yang sudah didapatkan dan didukung dengan penelitian yang dilakukan oleh Mufida (2013), maka dapat disimpulkan bahwa tidak ada perbedaan miskonsepsi IPA Fisika siswa kelas V SD Negeri se-Kecamatan Pakem dilihat dari jenis kelamin.

BAB V PENUTUP

A. Kesimpulan

Berdasarkan hasil penelitian yang sudah dilaksanakan pada siswa kelas V SD Negeri se-Kecamatan Pakem dapat disimpulakan bahwa:

1. Siswa kelas V SD Negeri se-Kecamatan Pakem mengalami miskonsepsi pada konsep gaya, pesawat sederhana, membuat suatu karya/model dengan menerapkan sifat-sifat cahaya, dan proses pembentukan tanah karena pelapukan. Miskonsepsi ini dilihat dari pekerjaan siswa pada soal pilihan ganda yaitu siswa yang menjawab salah dan menurut keyakinan mereka bahwa jawaban yang dipilih yakin benar serta soal uraian yaitu dengan melihat jawaban siswa ditinjau dari konsepsi yang mereka miliki sesuai dengan konsep yang sebenarnya atau tidak. Konsep yang paling banyak terjadinya miskonsepsi pada soal pilihan ganda adalah konsep proses pembentukan tanah karena pelapukan dan konsep yang paling banyak terjadinya miskonsepsi pada soal uraian adalah konsep cahaya. 2. Tidak ada perbedaan Miskonsepsi IPA Fisika dilihat dari jenis kelamin

siswa kelas V SD Negeri se-Kecamatan Pakem baik pada instrumen soal pilihan ganda dan uraian. Hasil analisis peneliti pada instrumen soal pilihan ganda memperoleh harga sig(2-.tailed) adalah 0,891 serta pada soal uraian memperoleh harga sig(2-.tailed) adalah 0,292. Karena kedua harga sig(2-.tailed) yang didapatakan lebih dari 0,05 maka artinya tidak

ada perbedaan Miskonsepsi IPA Fisika pada siswa kelas V SD Negeri se- Kecamatan Pakem dilihat dari jenis kelamin.

B. Keterbatasan Penelitian

1. Keterbatasan waktu dalam mengawaspi siswa saat mengerjakan soal karena bertepatan dengan waktu masa-masa kuliah sehingga peneliti hanya mengawasi beberapa SD saja dan selebihnya peneliti mempercayakan kepada bapak/ibu guru untuk mengawasinya.

2. Penelitian ini hanya bertujuan mengetahui dan mendeskripsikan terjadinya miskonsepsi IPA Fisika kelas V Negeri se-Kecamatan Pakem saja.

C. Saran

1. Bagi peneliti yang akan melaksanakan penelitian yang sama, diharapkan dapat mengawasi siswa saat mengerjakkan soal di setiap sekolah. 2. Penelitian selanjutnya lebih baik tidak hanya mengetahui dan

mendeskripsikan terjadinya miskonsepsi, namun juga mencari penyebab dan memberikan cara untuk menanggulangi atau mengurangi terjadinya miskonsepsi tersebut.

134

DAFTAR REFERENSI

Ahmadi, R. (2014). Pengantar pendidikan: asas & filsafat pendidikan. Yogyakarta: Ar-Ruzz Media.

Arikunto, S. (2013). Dasar-dasar evaluasi pendidikan. Jakarta: Bumi Aksara Azmiyawati, C., Wigati H. O., & Rohana K. (2008). IPA Salingtemas untuk kelas

V SD/MI. Jakarta: Pusat Perbukuan Departemen Pendidikan Nasional. Azwar, S. (2011). Reliabilitas dan validitas. Yogyakarta: Pustaka Pelajar.

Basleman, A. & Syamsu M. (2011). Teori belajar. Bandung: PT. Remaja Rosdakarya.

Baswedan, A. (2014). Gawat darurat pendidikan di Indonesia. Internet. https://atdikbudlondon

.

files.wordpress.com diakses Tanggal 20 Juni 2015 pukul 10.10 WIB.

Bati, A. T. (2015). Identifikasi miskonsepsi pembelajaran matematika materi volume bangun ruang (tabung, balok, kubus) pada siswa kelas V di sekolah dasar (Skripsi) Program Studi Pendidikan Guru Sekolah Dasar Universitas Sanata Dharma Yogyakarta; Yogyakarta.

Cholifah, S. (2014). Perbedaan prestasi belajar siswa atas penggunaan alat peraga matematika berbasis metode montessori (Skripsi) Program Studi Pendidikan Guru Sekolah Dasar Universitas Sanata Dharma Yogyakarta; Yogyakarta.

Djamarah, S. B. (2011). Psikologi belajar. Jakarta: PT. Rineka Cipta. Effendi, S. dan Tukiran. (2012). Metode penelitian survei. Jakarta: LP3ES.

Febriyani, F. (2015). Miskonsepsi yang terjadi pada pembelajaran matematika materi bangun datar segiempat pada kelas IV Sekolah Dasar. (Skripsi) Program Studi Pendidikan Guru Sekolah Dasar Universitas Sanata Dharma Yogyakarta; Yogyakarta.

Hamalik, O. (2007). Psikologi belajar dan mengajar. Bandung: Sinar baru Algesindo Offset

Herdiansyah, H. (2013). Wawancara, observasi, dan focus group sebagai instrumen penggalian data kualitatif. Jakarta: Grafindo Persada.

Kementrian Pendidikan dan Kebudayaan. (2011, 11 Januari). Survei internasional TIMMS. Retrieved from

http://litbang.kemdikbud.go.id/index.php/timss 20 Juni 2015 pukul 11.00

Mahdi, A. & Mujahidin. (2014). Panduan penelitian praktis untuk menyusun skripsi, tesis, dan disertasi. Bandung: Alfabeta.

Masidjo. (2010). Penilaian pencapaian hasil belajar siswa di sekolah. Yogyakarta: Kanisius

Mufida, S. I. (2013). Pengaruh metode pembelajaran mind mapping dan jenis kelamin terhadap hasil belajar matematika siswa kelas vii MTSN Karangrejo Tulungagung. Tidak dipublikasikan. Universitas Sanata Dharma.

Mulyasa, H. E. (2007). Kurikulum tingkat satuan pendidikan, suatu panduan praktis. Bandung: PT. REMAJA ROSDAKARYA

Norika, M. T. (2014). Pemahaman dan miskonsepsi konsep gaya pada siswa di empat SMA swasta di Yogyakarta. Tidak dipublikasikan. Skripsi. Universitas Sanata Dharma.

Priyanto, D. (2012). Cara Kilat Belajar Analisis Data dengan SPSS 20. Yogyakarta: CV. Andi Offset.

Ramadhani, M. D. (2015). Miskonsepsi yang terjadi pada pembelajaran matematika materi bangun ruang limas siswa kelas VI Sekolah Dasar. (Skripsi) Program Studi Pendidikan Guru Sekolah Dasar Universitas Sanata Dharma Yogyakarta; Yogyakarta.

Ratama, T. S. (2013). Remidiasi miskonsepsi pada konsep gerak lurus menggunakan pendekatan konflik kognitif. (Skripsi) Program Studi Pendidikan Fisika Universitas Islam Negeri Sunan Kalijaga; Yogyakarta. Raharjo, T. Pujayanto., Budiharti R., & Waksita S. (2009). Profil miskonsepsi

siswa SD pada konsep gaya dan cahaya. Internet. http://jurnal.fkip.uns.ac.id/index.php/prosbio/article/view/1322 diakses Tanggal 11 April 2015 pukul 17.44 WIB.

Samatowa, U. (2011). Pembelajaran IPA di Sekolah Dasar. Jakarta Barat: PT Indeks.

Sangadji, M. & Sopiah. (2010). Metodologi penelitian-pendekatan praktis dalam penelitian. Yogyakarta: CV. Andi Offset.

Sanjaya, W. (2006). Strategi pembelajaran berorientasi standar proses pendidikan. Jakarta: Kencana.

Santoso, S. (2012). Panduan lengkap SPSS versi 20. Jakarta: PT Elex Media Komputindo.

Subali, B. (2012). Prinsip asesmen & evaluasi pembelajaran. Yogyakarta: UNY Press.

Sugiyono. (2011). Metode penelitian kuantitatif kualitatif dan RND. Bandung : Alfabeta.

Sukardjo, M & Ukim, K. (2009). Landasan pendidikan konsep dan aplikasinya. Jakarta: Rajawali Pers

Sukmadinata, N. S. (2008). Metode penelitian pendidikan. Bandung: PT. Remaja Rosdakarya

Sulistyanto, H & Wiyono, E. (2008). Ilmu pengetahuan alam 5: untuk sd dan kelas V. Jakarta: Pusat Perbukuan, Departemen Pendidikan Nasional. Sumanto. (2014). Statistika terapan. Yogyakarta: CAPS.

Sundari, Sr. (2009). Konsep dan teori gender. Modul program pembelajaran jarak jauh pengarus utamaan gender (PJJ-PUG). ISBN: 978-979-16549-0-6. Suparno, P. (2005). Miskonsepsi dan perubahan konsep dalam pendidikan fisika.

Jakarta: Grasindo.

Tatang. (2012). Ilmu pendidikan. Surakarta: Pustaka Setia.

Tayubi, Y. R. (2005). Identifikasi miskonsepsi pada konsep-konsep fisik menggunakan Certainty of Response Index (CRI). Internet. http://file.upi.edu/Direktori/JURNAL/JURNAL_MIMBAR_PENDIDIK AN/MIMBAR_NO_3_2005/Identifikasi_Miskonsepsi_Pada_Konsep_Ko nsep_Fisika_Menggunakan_Certainty_of_Response_Index_(CRI).pdf diakses tanggal 2 Juli 2015 pukul 23:17 WIB.

Triwiyanto, T. (2014). Pengantar pendidikan. Jakarta : Bumi Aksara. Wonorahardjo, S. (2010). Dasar-dasar sains. Jakarta: PT Indeks.

Younelly, P., Dian, & Zuneldi. (2010). IPA ilmu pendidikan alam. Jakarta: Yudhistira.

Dokumen terkait