• Tidak ada hasil yang ditemukan

BAB V PEMBAHASAN

5.2. Perbedaan Pengetahuan Gizi Responden

Pengetahuan gizi responden adalah kemampuan kognitif serta pemahaman mahasiswi kesehatan dan non kesehatan tentang sayur dan buah beserta manfaatnya. Tingkat pengetahuan gizi responden diukur dari pernyataan benar atau salah mengenai sayur dan buah beserta manfaatnya yang berjumlah 15 pernyataan. Berdasarkan Arikunto (2010), tingkat pengetahuan gizi mahasiswi dikategorikan menjadi 3 bagian yaitu tingkat pengetahuan tinggi (>66%), sedang (33%-66%) dan rendah (<33%).

Menurut Sediaoetama (2000) dalam penelitian Kristianti (2009), tingkat pengetahuan seseorang tentang gizi berpengaruh terhadap sikap dan perilaku dalam memilih makanan, yang menentukan mudah tidaknya seseorang memahami manfaat kandungan gizi dari makanan yang dikonsumsi. Pengetahuan gizi yang baik diharapkan akan memengaruhi konsumsi makanan yang baik sehingga dapat menuju status gizi yang baik pula. Pengetahuan gizi juga mempunyai peranan yang sangat penting dalam pembentukan kebiasaan makan seseorang.

Pengetahuan gizi dapat diperoleh melalui pendidikan formal maupun informal. Selain itu juga dapat diperoleh dengan melihat, mendengar sendiri atau melalui alat-alat komunikasi, seperti membaca surat kabar dan majalah, mendengar siaran radio, dan menyaksikan siaran televisi maupun melalui penyuluhan kesehatan/gizi (Suhardjo, 1996 dalam penelitian Wulansari, 2009). Semakin banyak jenis dan informasi tentang gizi dan kesehatan yang diterima seseorang, maka semakin luas wawasan dan pengetahuan tentang hal itu.

Dari hasil penelitian yang tercantum pada tabel 4.7. dapat dilihat bahwa 52% mahasiswi kesehatan berada pada tingkat pengetahuan gizi baik dan 48% memiliki tingkat pengetahuan gizi sedang. Hal ini menunjukkan bahwa tingkat pengetahuan gizi mahasiswa kesehatan sudah cukup baik. Hal ini mungkin dikarenakan pengetahuan gizi yang diperoleh di bangku perkuliahan.

Faktor pendukung lain karena sumber pengetahuan mahasiswi kesehatan tidak hanya dari bangku perkuliahan tetapi juga dari berbagai media seperti televisi, majalah, koran, dan juga sumber pengetahuan gizi yang berasal dari internet yang sekarang ini menjadi bacaan favorit bagi mahasiswa seperti koran online, majalah online, dan web yang khusus membahas sayur, buah beserta manfaatnya.

Hasil penelitian ini masih lebih rendah daripada hasil penelitian yang dilakukan Ginting (2003), yang menyatakan bahwasanya mahasiswa kesehatan yang memiliki pengetahuan gizi kategori baik sebesar 72,9% dan yang memiliki pengetahuan gizi kategori sedang sebanyak 27,1%.

Dari 15 pernyataan “Benar-Salah” yang diajukan kepada mahasiswi kesehatan, hanya 2 orang yang mampu menjawab seluruhnya dengan benar. Pada pernyataan nomor 2 mengenai “manfaat dari buah dan sayur adalah sebagai antioksidan dan untuk melancarkan pencernaan” dan pernyataan nomor 15 mengenai “vitamin E merupakan salah satu vitamin yang dapat memperindah kulit”, seluruh mahasiswi kesehatan mampu menjawab dengan benar. Hal ini menunjukkan bahwasanya mahasiswi kesehatan mengetahui manfaat terbesar dari sayur dan buah dan manfaat dari vitamin E. Sebanyak 74% mahasiswi kesehatan salah pada pernyataan nomor 1 mengenai “vitamin dan mineral yang terkandung dalam buah dan

sayur merupakan zat gizi makro yang dibutuhkan tubuh”. Kebanyakan mahasiswi tidak mengetahui bahwasanya vitamin dan mineral merupakan zat gizi mikro yang dibutuhkan tubuh.

5.2.2. Pengetahuan Gizi Mahasiswi Non Kesehatan

Dari tabel 4.7. dapat diketahui bahwa mahasiswi non kesehatan yang berada pada tingkat pengetahuan gizi pada kategori baik berjumlah setengah dari mahasiswi kesehatan yaitu sebesar 26% dan yang berada pada kategori sedang sebesar 74%. Hal ini menunjukkan bahwasanya pengetahuan gizi mahasiswi non kesehatan lebih rendah daripada mahasiswi kesehatan. Penyebab dari sedikitnya jumlah mahasiswi non kesehatan yang memiliki pengetahuan gizi kategori baik dikarenakan mahasiswi non kesehatan tidak mendapat pengetahuan tentang gizi di bangku perkuliahan dan mereka mengaku bahwasanya pengetahuan gizi mengenai sayur, buah beserta kandungan dan manfaatnya terakhir mereka dapatkan di bangku SMA. Mahasiswi non kesehatan juga kurang mendapatkan informasi gizi dari berbagai media, baik media cetak maupun media elektronik.

Hasil penelitian ini masih lebih rendah daripada hasil penelitian yang dilakukan Ginting (2003), yang menyatakan bahwasanya mahasiswa non kesehatan yang memiliki pengetahuan gizi kategori baik sebesar 62,9% dan yang memiliki pengetahuan gizi kategori sedang sebanyak 37,1%. Penelitian yang sama dilakukan oleh Badrialaily (2004) pada mahasiswa kehutanan yang memiliki pengetahuan gizi baik sebesar 43,3%.

Dari 15 pernyataan “Benar-Salah” yang diajukan kepada mahasiswi non kesehatan, tidak seorangpun yang mampu menjawab seluruh pernyataan dengan

benar. Pernyataan nomor 2 mengenai “Manfaat dari buah dan sayur adalah sebagai antioksidan dan untuk melancarkan pencernaan” dan pernyataan nomor 12 mengenai “buah dan sayuran dapat bermanfaat untuk menghentikan tumbuhnya bakteri, melindungi dari infeksi, menjaga pertahanan tubuh, menurunkan kadar gula darah, dan mencegah kolesterol di dalam tubuh” merupakan pernyataan terbanyak yang dijawab mahasiswi non kesehatan dengan benar, masing-masing sebanyak 96% dan 98%. Hal ini menunjukkan bahwasanya mahasiswi non kesehatan sudah sangat mengetahui manfaat dari buah dan sayur. Sama halnya dengan mahasiswi kesehatan, mahasiswi non kesehatan juga sebagian besar (88%) salah menjawab pernyataan nomor 1 mengenai “vitamin dan mineral yang terkandung dalam buah dan sayur merupakan zat gizi makro yang dibutuhkan tubuh”. Mahasiswi tampaknya kurang mengetahui jenis-jenis zat yang termasuk zat gizi makro dan zat gizi mikro. Mahasiswi beranggapan bahwasanya vitamin dan mineral sangat dibutuhkan oleh tubuh sehingga diperlukan dengan jumlah yang banyak, oleh karena itu mahasiswi membenarkan bahwasanya vitamin dan mineral merupakan zat gizi makro.

Hasil uji beda Mann Whitney menunjukkan adanya perbedaan pengetahuan gizi antara mahasiswi kesehatan dan mahasiswi non kesehatan, yaitu dibuktikan dengan nilai p<0,05. Pengetahuan gizi mahasiswi kesehatan lebih baik daripada pengetahuan gizi mahasiswi non kesehatan yang dibuktikan dari pengetahuan gizi kategori baik pada mahasiswi kesehatan lebih banyak daripada mahasiswi non kesehatan. Hal ini sesuai dengan pendapat Sediaoetama (1999) dalam penelitian Ginting (2002) yang mengatakan bahwa pengetahuan gizi seseorang didukung oleh latar belakang pendidikannya.

Dokumen terkait