• Tidak ada hasil yang ditemukan

Percepatan Pemberian Perizinan :

Dalam dokumen Prosiding Full 2013.compressed (Revisian) (Halaman 140-143)

PENDAHULUAN Latar Belakang

5. Percepatan Pemberian Perizinan :

a. Advis Planning/Keterangan Rencana Kota 50% 50% 30% 20% 10%

b. Izin Pemanfaatan Bangunan 50% 50% 30% 20% 10%

c. Izin Mendirikan Bangunan 50% 50% 30% 20% 10%

d. Izin Gangguan 50% 50% 30% 20% 10%

e. Izin Usaha Perikanan 50% 50% 30% 20% 10%

f. Izin Usaha Perfilman 50% 50% 30% 20% 10%

g. Izin Usaha Industri dan Perdagangan 50% 50% 30% 20% 10%

h. Izin Usaha Pariwisata 50% 50% 30% 20% 10%

Sumber : BPMP2T Kota Padang

Tabel 2 menginformasikan berbagai kemudahan yang diberikan kepada investor dalam pengurusan berbagai jenis izin yang diperlukan, serta menikmati berbagai fasilitas yang menjadi kewenangan Pemerintah Kota. Sebagai ilustrasi dapat disampaikan bahwa apabila seorang investor dengan klasifikasi Kelas A akan berinvestasi di Kota Padang, maka investor tersebut akan mendapat berbagai kemudahan penanaman modal, serta mendapat percepatan pengurusan berbagai jenis izin setengah dari waktu normal sesuai dengan ketentuan yang berlaku.

METODE PENELITIAN

Metode yang digunakan dalam penelitian ini adalah metode deskriptif kualitatif yaitu penelitian yang berusaha mendeskripsikan/menggambarkan/melukiskan fenomena atau hubungan antar fenomena yang diteliti dengan sistematis, faktual dan akurat (Kusmayadi, 2000:29). Menurut Nazir, metode deskriptif adalah studi untuk menemukan fakta dengan interprestasi yang tepat (Nazir, 1999:63). Sedangkan jenis data yang dikumpulkan pada penelitian ini terdiri dari data kualitatif yaitu data yang berbentuk kalimat atau uraian, dan data kuantitatif yaitu data yang dinyatakan dalam bentuk angka (Nawawi, 2007:103).

Penelitian ini menggunakan data sekunder, yaitu sumber data yang merupakan bibliografis dan dokumentasi yang berasal dari bahan kepustakaan, baik berupa ensiklopedi, buku, artikel karya ilmiah dan data yang diterbitkan oleh lembaga Pemerintah, yang diperoleh dari sumber tidak langsung yang telah ada, atau data yang diperoleh dari dokumen dan arsip resmi (Moleong, 2010:159). Data sekunder yang digunakan dalam penelitian berasal dari instansi pemerintah yang berhubungan dengan masalah kajian, yaitu Badan Penanaman Modal dan Pelayanan Perizinan Terpadu (BPMP2T) Kota Padang, Bappeda Kota Padang, BPS Kota Padang dan Badan Koordinasi

Penanaman Modal Provinsi Sumatera Barat.

Metode untuk menganalisis data penelitian yaitu bersifat kualitatif, deskriptif dan interpretatif. Seluruh data yang diperoleh dari berbagai sumber, ditranskripsikan dalam bentuk tulisan dan pendeskripsian ini bersifat interpretatif (Moleong, 2010:114). Data perolehan hasil penelitian, selanjutnya dianalisis secara kualitatif dengan interpretatip, dengan melalui beberapa proses seperti; verifikasi, reduksi, dan penyajian data, serta penarikan kesimpulan.

Analisis

Berdasarkan data yang berhasil dihimpun semenjak tahun 2008, hanya sedikit dana yang dapat dialokasikan oleh Pemerintah Kota Padang untuk Belanja Langsung, sebagaimana terlihat melalui tabel berikut :

Tabel 3. Realisasi Belanja Langsung

Tahun Belanja Langsung (Rp. 000) % terhadap Belanja Total

2008 285.979,36 32,43

2009 286.022,83 28,70

2010 297.171,12 27,00

2011 356.287,75 30,20

Sumber : Inkesra Kota Padang Tahun 2010 dan PDA Kota Padang tahun 2012

Mencermati perkembangannya semenjak tahun 2008, Pemerintah Kota Padang tidak mampu berbuat banyak dalam menghadapi tuntutan penyediaan fasilitas publik yang diperlukan oleh warganya. Tidak banyak Program/Kegiatan yang dapat direalisasikan tiap tahun anggaran jika hanya sekitar 30% dari Total Belanja yang diperuntukkan untuk kepentingan publik. Jika realisasi Belanja diatas dilihat lebih detail lagi, maka sebenarnya kemampuan Pemerintah Kota Padang terlihat lebih rendah lagi, yaitu :

Tabel 4. Realisasi Belanja Modal

Tahun Belanja Modal (Rp. 000) % terhadap Belanja Total

2008 120.335,20 13,65

2009 100.352,19 10,07

2010 134.235,93 12,20

2011 140.574,07 11,91

Sumber : Inkesra Kota Padang Tahun 2010 dan PDA Kota Padang tahun 2012

Tabel 4 mengindikasikan kecilnya alokasi anggaran yang digunakan untuk pengadaan/pemanfaatan langsung bagi kepentingan publik. Semenjak tahun 2008 sampai dengan tahun 2011, Pemerintah Kota Padang hanya mampu mengalokasikan antara 10% – sekitar 14% dari total Belanja yang dapat dimanfaatkan langsung untuk kepentingan publik. Hal ini secara langsung menunjukkan bahwa Pemerintah Kota Padang sangat memerlukan dukungan dan peran sektor swasta dalam bentuk investasi bagi pemenuhan sebagian lagi kebutuhan publik serta membuka lapangan kerja. Namun tantangan yang dihadapi oleh Pemerintah Kota Padang dalam meraih minat calon investor tidak ringan, karena secara bersamaan Kota Padang sudah didoktrin sebagai kota dengan kerentanan bencana alam yang sangat tinggi, seperti gempa dan tsunami yang sewaktu- waktu dalam melanda Kota Padang. Berbagai hal telah dilakukan namun belum menunjukkan kemajuan yang signifikan, seperti promosi investasi Kota Padang disektor pariwisata, pengelolaan sampah, bidang pertanian dan sebagainya, yang pada akhirnya Pemerintah Kota Padang membuka isolasi investasi sektor swasta dengan menerbitkan Peraturan Daerah Kota Padang No. 11 tahun 2009. Terobosan ini tentu saja diharapkan mampu menutupi defisit belanja pembangunan, mengurangi mitos Kota Padang sebagai etalase bencana alam, serta menjadikan Kota Padang sebagai kota yang kompetitif dalam persaingan global untuk menjadi kota destinasi investasi sektor swasta yang menguntungkan.

Pada tahun 2004, investasi swasta dengan skema kerjasama antara Pemerintah dengan Swasta telah terlaksana di Kota Padang, yaitu pembangunan Plaza Andalas dengan nilai investasi sekitar Rp. 150 Milyar, menyerap tenaga kerja lokal sekitar 400 orang. Setahun kemudian, dibangun pula Sentral Pasar Raya oleh investor swasta pada lahan eks Terminal Angkutan Kota, dengan investasi sekitar Rp. 100 Milyar, menyerap tenaga kerja lokal sekitar 300 orang. Kedua investasi sektor swasta tersebut memanfaatkan asset Pemerintah Kota Padang, dan Pemerintah Kota Padang

menerima konstribusi dari kedua kerjasama tersebut yang diatur didalam kontrak masing-masing. Setelah itu sampai dengan tahun 2009, tidak ada lagi investasi sektor swasta yang masuk ke Kota Padang.

Pada tahun 2007 Kota Padang dilanda musibah gempa bumi berkekuatan 6,9 SR. Musibah ini membuat Kota Padang semakin tidak kompetitif sebagai kota destinasi investasi sektor swasta. Pemerintah Kota Padang menyadari sepenuhnya bahwa perlu upaya untuk menjadikan kembali Kota Padang sebagai kota tujuan investasi sektor swasta. Oleh karena itu pada pertengahan tahun 2009, Pemerintah Kota Padang menerbitkan Peraturan Daerah No. 11 tentang Insentif dan Pemberian Kemudahan Penanaman Modal Kota Padang. Tetapi kemudian pada tahun yang sama, Kota Padang kembali dilanda musibah gempa bumi yang lebih besar berkekuatan 7,9 SR pada tanggal 30 September 2009. Musibah ini menyebabkan 383 orang meninggal, ratusan rumah rusak, serta berbagai fasilitas publik dan infrastruktur Kota Padang mengalami kehancuran (BPBD Kota Padang, 2010). Peraturan Daerah yang diterbitkan tersebut kembali mengalami ujian yang cukup berat, karena gempa bumi tersebut tentu saja menyebabkan Kota Padang akan semakin tidak kompetitif bagi tujuan investasi sektor swasta, yang pada gilirannya menjadikan Kota Padang menjadi kota yang berdaya saing rendah terhadap kota-kota besar lainnya.

Selain menerbitkan Peraturan Daerah No. 11 tahun 2009 tersebut, beberapa upaya lain yang dilakukan oleh Pemerintah Kota Padang untuk menarik minat investasi sektor swasta masuk ke Kota Padang, diantaranya adalah ; menerapkan manajemen resiko bencana (regulasi dan mitigasi), membentuk Badan Penanaman Modal dan Pelayanan Perizinan Terpadu (BPMP2T) yang

merupakan gabungan antara Kantor Penanaman Modal dan Kantor Pusat Pelayanan Terpadu, menerbitkan Peraturan Daerah No. 12 tahun 2012 tentang Penanaman Modal, serta mempromosikan berbagai peluang investasi yang ada di Kota Padang. Penerbitan Peraturan Daerah No. 11 tahun 2009 yang kemudian diikuti oleh beberapa upaya strategis tersebut, telah memberikan hasil yang cukup signifikan. Setelah lebih dari 7 tahun, kemudian pada tahun 2012 upaya Pemerintah Kota Padang memberikan hasil yang cukup baik. Hal ini ditandai dengan akan direalisasikannya beberapa investasi sektor swasta dengan skema kerjasama pemanfaatan asset milik Pemerintah Kota Padang, diantaranya adalah ; pembangunan Simpang Haru District Commercial Centre (DCC) dengan nilai investasi sekitar Rp. 170 Milyar yang menyerap sekitar 500 orang tenaga kerja lokal (sudah tanda tangan kontrak), pembangunan Koppas Plaza dikawasan Pasar Raya Padang dengan nilai investasi sekitar Rp. 35 Milyar dengan serapan tenaga kerja lokal sekitar 50 orang (sudah tanda tangan kontrak), rencana Pengelolaan Sampah Tanpa Sisa (Solid Waste Technology) dengan investasi sekitar Rp. 500 Milyar yang menyerap tenaga kerja lokal sekitar 500 orang (sudah mneyatakan minat), dan rencana Pengelolaan Smart Parking System dengan investasi sekitar Rp. 100 Milyar (sudah tanda tangan MOU), dan Perluasan Penyediaan Air Minum (sedang dalam tahap kajian oleh Bappenas) (BPMP2T Kota padang, 2013).

Penerapan Peraturan Daerah No. 11 tahun 2009 yang diikuti dengan berbagai kebijakan strategis oleh Pemerintah Kota Padang dibidang penanaman modal, serta diberlakukannya Peraturan Daerah Provinsi Sumatera Barat No. 16 tahun 2008 tentang Tanah Ulayat dan Pemanfaatannya, ternyata juga merangsang sektor swasta untuk berinvestasi secara mandiri (pure investment), diantaranya adalah ; rencana pembangunan Padang City Lippo Superblock dengan investasi sekitar Rp. 1,3 Triliun yang akan mempekerjakan sekitar 3.500 orang tenaga kerja lokal, dan Padang Green City Superblock dengan investasi sekitar Rp. 1 Triliun yang mampu menyerap tenaga kerja lokal sekitar 3.000 orang. Kedua rencana investasi besar tersebut pada saat ini sedang dalam proses perizinan dan penyusunan dokumen Amdal.

Efek positif lainnya setelah Peraturan Daerah No. 11 tersebut diterbitkan adalah tingginya persepsi pengusaha lokal dan nasional membangun hotel di Kota Padang. Berdasarkan data yang diperoleh dari BPMP2T Kota Padang Tahun 2013, jumlah investasi swasta untuk membangun hotel dengan berbagai macam kelas di Kota Padang sampai dengan akhir tahun 2012 adalah senilai sekitar Rp. 2,2 Trilun. Keberadaan hotel-hotel tersebut sekaligus menjawab tantangan tentang

kesiapan Kota Padang pasca bencana gempa bumi tahun 2009 yang lalu dalam menyelenggarakan event-event besar berskala nasional dan internasional. Pada saat ini masih ada beberapa hotel besar yang sedang dalam tahap konstruksi, dan hotel yang sedang dalam tahap perbaikan dan renovasi pasca gempa bumi 2009, seperti Hotel Bumi Minang, dan Hotel Ina Muara. Masuknya investasi sektor swasta dari berbagai level dan jenis, memberikan konstribusi yang signifikan bagi pertumbuhan ekonomi Kota Padang pada saat ini. Selain itu investasi tersebut akan mampu membuka lapangan kerja yang luas bagi angkatan kerja yang besar yang muncul tiap tahun.

Dalam dokumen Prosiding Full 2013.compressed (Revisian) (Halaman 140-143)