• Tidak ada hasil yang ditemukan

HASIL DAN PEMBAHASAN

I. Percobaan Pembesaran Planlet In Vitro

Keadaan Umum

Eksplan yang ditanam berasal dari rumpun planlet (Gambar 5a) dengan tinggi lebih-kurang 0.3 cm dengan jumlah daun rata-rata 2 helai dan jumlah akar sebanyak 0 hingga 1 buah. Tunas yang ditanam mengalami pertumbuhan setelah 1 MST ditandai oleh jumlah akar yang bertambah. Semua media perlakuan dapat menyediakan kebutuhan hara bagi tanaman sehingga tidak terjadi kematian.

Pertumbuhan tunas pada media pembesaran secara umum menunjukkan perkembangan yang baik akan tetapi penambahan bubur pepaya mengakibatkan pertumbuhan planlet lebih rendah dibandingkan media tanpa bubur pepaya. Hal ini dimungkinkan karena kandungan unsur Fe (besi) pada buah pepaya yang tinggi mencapai 1.7 mg/100 g bahan (Tabel lampiran 3). Fe merupakan unsur mikro yang memiliki peran penting seperti pernyataan Bennett (1993), bahwa Fe berperan dalam síntesis klorofil, fiksasi nitrogen, fotosíntesis dan transfer elektrón. Tetapi jumlah Fe yang tinggi dapat menyebabkan gejala keracunan yaitu menyebabkan ketidakseimbangan nutrisi dan menghasilkan pertumbuhan secara umum menjadi tidak baik, menunda kedewasaan, tumbuh kerdil atau tinggi kurus.

Kemungkinan lain karena kandungan zat tertentu dalam buah pepaya (pada getah) yang dapat menghambat pertumbuhan tunas. Fajar (2008), menyatakan bahwa lebih dari 50 asam amino terkandung dalam getah pepaya, antara lain asam aspartat, treonin, serin, asam glutamat, prolin, glisin, alanin, valine, isoleusin, leusin, tirosin, fenilalalin, histidin, lysin, arginin, tritophan, dan sistein. Getah pepaya juga mengandung enzim-enzim protease (pengurai protein) yaitu papain dan kimopapain. Kadar papain dan kimopapain dalam buah pepaya muda berturut-turut 10% dan 45%. Papain merupakan satu dari enzim paling kuat yang dihasilkan oleh seluruh bagian tanaman pepaya. Enzim tersebut dapat memecah senyawa protein menjadi pepton.

21

(a) (b)

Gambar 6. Plantlet Dendrobium Steril sebagai Bahan Perlakuan (a), Fenomena Browning

Ditandai Warna Coklat di Sekitar Planlet (b).

Tunas pada media dengan penambahan bubur pepaya ditemukan mengalami

browning atau pencoklatan (Gambar 5b) sebanyak 1.7% yang disebabkan oleh senyawa fenolik. Browning ditandai dengan warna coklat pada pangkal tunas yang kemungkinan terluka akibat potongan saat pemisahan tunas dari rumpun bahan yang ditanam. Pierik (1987), menyatakan bahwa pencoklatan disebabkan aktifitas enzim pengoksidasi seperti polifenol oksidase dari jaringan yang dilukai. Tunas browning mengalami pertumbuhan yang lambat tetapi masih dapat diamati hingga akhir pengamatan. Zat fenol yang menyebar ke media diduga berasal dari tunas bukan berasal dari media sehingga pertumbuhan tunas browning sangat lambat dibandingkan tunas lain dalam perlakuan yang sama.

Tabel 1. Rekapitulasi Sidik Ragam Jumlah Daun, Jumlah Akar, Tinggi Tunas, Panjang Daun, Lebar Daun, dan Panjang Akar Anggrek Dendrobium.

Peubah MST Perlakuan KK(%) Jumlah Daun 2 tn 6.75 5 * 6.76 8 * 7.68 11 ** 8.49 14 ** 10.39 17 ** 11.22 20 ** 11.33 Jumlah Akara) 2 tn 12.32 5 tn 15.62 8 tn 11.76 11 tn 8.9 14 tn 9.37 17 tn 7.32 20 tn 6.34

22 Tabel 1. (Lanjutan) Tinggi Tunas 20 * 9.5 Panjang Daun 20 ** 11.55 Lebar Daun 20 ** 9.13 Panjang Akar 20 ** 16.65

Ket: tn = tidak berbeda nyata pada taraf 5% (P>0.05) * = berbeda nyata pada taraf 5% (P<0.05)

** = sangat berbeda nyata pada taraf 1% ((P<0.01)

a)

Data hasil transformasi (x+1)1/2

Berdasarkan hasil rekapitulasi sidik ragam terhadap peubah yang diamati (Tabel 1), media pembesaran anggrek Dendrobium menunjukkan berpengaruh sangat nyata pada 5 MST hingga akhir pengamatan (20 MST). Sedangkan pengaruh media terhadap peubah jumlah akar dan jumlah tunas tidak berpengaruh nyata pada awal hingga akhir pengamatan.

Media pembesaran planlet anggrek Dendrobium terhadap peubah tinggi tunas yang diamati di akhir pengamatan menunjukkan berpengaruh nyata, demikian pula pengaruh media pembesaran terhadap peubah panjang daun, lebar daun dan panjang akar menunjukkan berpengaruh sangat nyata.

Jumlah Daun

Hasil percobaan pada tabel 2 menunjukkan bahwa perlakuan mempengaruhi secara nyata jumlah daun yang dihasilkan, dimulai pada 3 MST hingga akhir pengamatan. Pada akhir pengamatan diperoleh data bahwa M1 (MS0 + vitamin) dengan jumlah daun 5.35 helai menunjukkan tidak berbeda nyata terhadap M2 (Hyponex 1 g/l + vitamin) dengan jumlah daun 4.95 helai dan M7 (Hyponex 2 g/l + pepaya 50 g/l) dengan jumlah daun 4.30 helai. Berdasarkan hasil tersebut, M2 dan M7 diduga memiliki kandungan hara dan vitamin yang dapat menggantikan M1.

Tabel 2 menunjukkan bahwa penambahan bubur pepaya (M5 dan M6) berbeda nyata dengan M2 (tanpa penambahan bubur pepaya) terhadap peubah jumlah daun. Hal ini menunjukkan bahwa penambahan bubur pepaya pada media pembesaran tunas anggrek Dendrobium bersifat menghambat perkembangan daun. Kemungkinan penambahan bubur pepaya dapat mengurangi keseimbangan nutrisi, kegunaannya dan potensial air yang disebabkan oleh zat-zat yang tidak

23

diketahui (Rahman et al. 2004). Zat-zat ini diperkirakan berasal dari getah pepaya. Fajar (2008) menyatakan bahwa lebih dari 50 asam amino terkandung dalam getah pepaya, antara lain asam aspartat, treonin, serin, asam glutamat, prolin, glisin, alanin, valine, isoleusin, leusin, tirosin, fenilalalin, histidin, lysin, arginin, tritophan, dan sistein. Getah pepaya sudah lama dikenal sebagai bahan proteolitik

dengan memanfaatkan papain untuk memecah ikatan protein sehingga daging menjadi lebih lunak. Kemungkinan hal ini dapat pula terjadi pada tanaman anggrek yang ditanam dalam media dengan penambahan bubur pepaya.

Kemungkinan lain kerena kandungan Fe pada buah pepaya yang tinggi sehingga meracuni planlet dan mengakibatkan pertumbuhan yang tidak baik. Gejala keracunan akibat Fe yang berlebih seperti pertumbuhan secara umum tidak baik, menunda kedewasaan, dan tumbuh kerdil atau tinggi kurus (Bennett, 1993).

Tabel 2. Pengaruh Komposisi Media Pembesaran Terhadap Rataan Jumlah Daun AnggrekDendrobium selama 20 MST.

MST Media

2 8 14 20

M1 2.30a 3.50a 4.43a 5.35a

M2 2.15a 3.08abc 4.15ab 4.95ab

M3 2.35a 3.20ab 3.93abc 4.20bc

M4 2.25a 2.78bcd 3.15cde 3.88bcd M5 2.13a 2.58cd 2.70de 3.20cd M6 2.05a 2.40d 2.55e 2.80d M7 2.08a 2.85bcd 3.55bcd 4.30abc M8 2.15a 2.63cd 2.93de 3.63cd M9 2.13a 2.45d 2.78de 3.28cd

Ket: Rataan yang diikuti dengan huruf yang sama pada kolom yang sama menunjukkan tidak berbeda nyata menurut uji Duncan pada taraf kepercayaan α=0.05.

MST: Minggu Setelah Tanam

MS0 + vitamin (M1), Hyponex 1 g + vitamin (M2), Hyponex 2 g + vitamin (M3), Hyponex 1 g + pepaya 50 g (M4), Hyponex 1 g + pepaya 100 g (M5), Hyponex 1 g + pepaya 150 g (M6), Hyponex 2 g + pepaya 50 g (M7), Hyponex 2 g + pepaya 100 g (M8), Hyponex 2 g + pepaya 150 g (M9)

Semakin tinggi konsentrasi bubur pepaya yang diberikan mengakibatkan pertumbuhan semakin kurang baik. Penggunaan bubur pepaya pada M4, M5 dan M6 mengakibatkan jumlah daun yang dihasilkan lebih sedikit dibanding M2 dengan taraf Hyponex yang sama yaitu 1 g/l. Pada taraf penambahan bubur

24

pepaya 2 g/l, M7 memiliki rataan jumlah daun lebih tinggi dibandingkan M3 walaupun tidak berbeda nyata. Pada konsentrasi bubur pepaya yang lebih tinggi diperoleh rataan jumlah daun yang semakin menurun. Hal ini diperkirakan penambahan bubur pepaya 50 g/l merupakan konsentrasi optimum. Kemungkinan pada konsentrasi 50 ml/l bubur pepaya memiliki kandungan asam organik, vitamin atau zat lain yang tidak diketahui optimum berpengaruh untuk meningkatkan pertumbuhan (Rahman et al. 2004).

Jumlah Akar

Hasil percobaan pada tabel 3 menunjukkan bahwa jumlah akar terbanyak didapat dari M2 dengan rataan 2.20 buah. Pengaruh media tersebut tidak berbeda nyata dengan seluruh perlakuan kecuali dengan M6 dan M7. Penambahan bubur pepaya pada M4 meningkatkan jumlah akar dibandingkan M0 tetapi hasilnya tidak signifikan. Hasil tersebut mengindikasikan bahwa media tanpa penambahan bubur pepaya merupakan kondisi optimum bagi pertumbuhan akar.

Zat yang belum diketahui pada bubur pepaya diperkirakan menjadi penyebab pertumbuhan akar yang tidak maksimal. Zat-zat dari bahan organik sangat kompleks seperti diungkapkan Rahman et al. (2004) bahwa kandungan bubur organik komplek terdiri dari karbohidrat, protein, lemak, bebarapa vitamin, senyawa fenolik dan jumlah yang rendah dari asam amino dan asam organik. Senyawa fenolik dimungkinkan terdapat dalam getah pepaya dan menyebabkan terjadi keracunan pada eksplan.

25

Tabel 3. Pengaruh Komposisi Media Pembesaran terhadap Rataan Jumlah Akar AnggrekDendrobium selama 20 MST

MST

Media* 2 8 14 20

M1 0.69a 1.35a 1.70a 2.09ab

M2 0.59a 1.54a 1.86a 2.20a

M3 0.68a 1.47a 1.67a 2.00ab

M4 0.63a 1.43a 1.85a 2.10ab

M5 0.61a 1.23ab 1.67a 1.91ab

M6 0.65a 1.24ab 1.52a 1.82b

M7 0.63a 1.28ab 1.52a 1.84b

M8 0.63a 1.22ab 1.70a 1.99ab

M9 0.61a 0.96b 1.69a 1.98ab

Ket: Rataan yang diikuti dengan huruf yang sama pada kolom yang sama menunjukkan tidak berbeda nyata menurut uji Duncan pada taraf kepercayaan α=0.05.

MST: Minggu Setelah Tanam * = Data hasil transformasi (x+1)1/2

MS0 + vitamin (M1), Hyponex 1 g + vitamin (M2), Hyponex 2 g + vitamin (M3), Hyponex 1 g + pepaya 50 g (M4), Hyponex 1 g + pepaya 100 g (M5), Hyponex 1 g + pepaya 150 g (M6), Hyponex 2 g + pepaya 50 g (M7), Hyponex 2 g + pepaya 100 g (M8), Hyponex 2 g + pepaya 150 g (M9)

Penambahan bubur pepaya pada media pembesaran tunas anggrek Dendrobium bersifat menghambat inisiasi akar sehingga jumlah akar lebih sedikit jika dibandingkan dengan media tanpa penambahan bubur pepaya. Namun, penambahan 50 g/l bubur pepaya pada 1 g/l Hyponex menghasilkan rataan jumlah akar yang lebih jika dibandingkan dengan media 2 g/l tanpa penambahan Hyponex. Hardinsyah dan Briawan (1994) (Tabel Lampiran 3) menyatakan bahwa pepaya memiliki kandungan fosfor 12 mg/100 g bahan. Fosfor menurut Sutedjo (2008) merupakan unsur yang dapat merangsang pertumbuhan akar, khususnya akar benih/tanaman muda.

Tinggi Tunas, Panjang Daun, Lebar Daun, dan Panjang Akar

Hasil analisis sidik ragam menunjukkan bahwa pengaruh perlakuan masing- masing media pada akhir pengamatan (20 MST) berpengaruh nyata terhadap tinggi tunas. Hasil percobaan pada tabel 4 menunjukkan bahwa tinggi tunas tertinggi dihasilkan pada media M2 (Hyponex 1 g/l + vitamin) dengan rataan tinggi 8.28 mm, tetapi tidak berbeda nyata dengan M1 (MS0 + vitamin), M3 (Hyponex 2 g/l + vitamin), M4 (Hyponex 1 g/l + pepaya 50 g/l) dan M7 (Hyponex

26

2 g/l + pepaya 50 g/l). Data tersebut menunjukkan bahwa unsur hara yang terdapat pada M2 merupakan kondisi optimum bagi tanaman untuk tumbuh sedangkan pada media dengan penambahan bubur pepaya terutama dengan konsentrasi yang lebih tinggi mengakibatkan pertumbuhan eksplan terhambat. Senyawa fenol dimungkinkan terdapat dalam bubur pepaya sehingga pada media yang diberi bubur pepaya mengalami pertumbuhan yang lebih lambat. Menurut Hendariono (2000), fenol dapat menjadi racun bagi tanaman karena pengikatan hidrogen pada protein-protein.

Tinggi tunas menentukan keberhasilan aklimatisasi, tunas yang tinggi dan vigor menandakan tunas tersebut sehat dan cadangan makanan yang terdapat pada batang lebih banyak dibanding yang tidak tinggi. Cadangan makanan dapat digunakan untuk metabolisme sementara hingga tunas dapat memperoleh hara dan air dari lingkungan tumbuh yang baru.

Berdasarkan sidik ragam, perlakuan masing-masing media pada akhir pengamatan (20 MST) berpengaruh sangat nyata terhadap panjang daun, lebar daun, dan panjang akar. Hasil percobaan pada tabel 4 menunjukkan panjang daun terpanjang didapat dari M1 (MS0 + vitamin) sebanyak 17.33 mm tetapi tidak berbeda nyata dengan M2 (Hyponex 1 g/l + vitamin). Lebar daun terlebar didapat dari M2 (Hyponex 1 g/l + vitamin) sebanyak 4.88 mm tetapi tidak berbeda nyata dengan M1 (MS0 + vitamin). M2 dimungkinkan memiliki kandungan hara dan vitamin yang dapat menggantikan M1. Panjang akar terpanjang didapat dari M2 (Hyponex 1 g/l + vitamin) dengan rataan panjang 44.98 mm.

Tabel 4. Pengaruh Komposisi Media Pembesaran Terhadap Rataan Tinggi Tunas, Panjang Daun, Lebar Daun, dan Panjang Akar Anggrek Dendrobium pada 20 MST

Tinggi Tunas Panjang Daun Lebar Daun Panjang Akar Media

(mm) (mm) (mm) (mm)

M1 8.15a 17.33a 4.85a 18.75bc

M2 8.28a 16.75a 4.88a 44.98a

M3 7.35abc 10.20bc 3.65bc 26.35b

M4 6.88abc 11.15bc 3.30c 22.28bc

27 Tabel 4. (Lanjutan) M6 5.18d 7.90c 3.05c 14.10c M7 7.48ab 12.43b 4.25ab 16.58c M8 6.55bcd 9.00c 3.33c 16.43c M9 6.05bcd 8.80c 3.35c 13.55c

Ket: Rataan yang diikuti dengan huruf yang sama pada kolom yang sama menunjukkan tidak berbeda nyata menurut uji Duncan pada taraf kepercayaan α=0.05.

MST: Minggu Setelah Tanam

MS0 + vitamin (M1), Hyponex 1 g + vitamin (M2), Hyponex 2 g + vitamin (M3), Hyponex 1 g + pepaya 50 g (M4), Hyponex 1 g + pepaya 100 g (M5), Hyponex 1 g + pepaya 150 g (M6), Hyponex 2 g + pepaya 50 g (M7), Hyponex 2 g + pepaya 100 g (M8), Hyponex 2 g + pepaya 150 g (M9).

Gambar 7. Keragaan Tunas Dendrobium pada Akhir Pengamatan in Vitro pada Berbagai media Pembesaran.

MS0 + vitamin (M1), Hyponex 1 g + vitamin (M2), Hyponex 2 g + vitamin (M3), Hyponex 1 g + pepaya 50 g (M4), Hyponex 1 g + pepaya 100 g (M5), Hyponex 1 g + pepaya 150 g (M6), Hyponex 2 g + pepaya 50 g (M7), Hyponex 2 g + pepaya 100 g (M8), Hyponex 2 g + pepaya 150 g (M9)

Gambar 8 menunjukkan keragaan eksplan pada akhir pengamatan (20 MST). Eksplan MST0 pada gambar merupakan eksplan awal saat penanaman dengan tinggi lebih-kurang 0.3 cm, jumlah daun 2 helai dan rataan akar 0 buah yang ditanam pada setiap perlakuan. Setelah 20 MST pertumbuhan menjadi beragam. Secara visual eksplan tampak tidak berbeda jauh ukurannya, tetapi media M1, M2 dan M3 menghasilkan eksplan yang lebih baik walaupun tanpa penambahan bubur pepaya.

Dokumen terkait