• Tidak ada hasil yang ditemukan

FAKTOR-FAKTOR YANG MENYEBABKAN TERJADINYA KEPEMILIKAN SENJATA API ILEGAL

C. Perdagangan Senjata Api

Ketika mendengar atau menyaksikan konflik–konflik bersenjata yang tak jarang melibatkan orang-orang sipil, sering menjadi pertanyaan, darimana sebenarnya mereka memperolah senjata yang digunakan itu. Apakah memang senjata diperdagangkan secara bebas legal atau ilegal.

Pedagangan senjata illegal didefinisikan oleh Komisi Pelucutan Senjata PBB sebagai perdagangan yang melanggar hukum nasional ataupun hukum internasional (illegal). Definisi ini memunculkan kemungkinan dua jenis pasar senjata ilegal, yakni “Grey Market dan black market”. Gray Market merujuk pada

situasi dimana perdagangan terjadi dengan sepengetahuan pemerintahan nasional, walaupun mengkin melanggar aturan internasional. Sementara Black Market adalah merujuk pada perdagangan yang terjadi yang sepenuhnya diluar kontrol pemerintahan nasional.48

Kejahatan gun trafficking ini pada dasarnya terjadi karena tersedianya peluang untuk melakukannya. Oleh karena itu, peluang yang tersedia tidak bisa

Perdagangan senjata ilegal, tak urung sering dikaitkan dengan tindakan terorisme ataupun tindakan separatisme yang memicu timbulnya banyak korban di berbagai belahan dunia. Bagaimana tidak, tindakan perdagangan senjata yang melintasi batas negara dan melibatkan oknum-oknum tertentu, ditambah lagi dengan ketidakjelasan status senjata tersebut, jelas merupakan masalah besar yang patut mendapat perhatian penuh.

Menurut Undang-undang Darurat No 12 tahun 1951 Pasal 1 (1) :

”Barangsiapa, yang tanpa hak memasukkan ke Indonesia, membuat, menerima, mencoba memperoleh, menyerahkan atau mencoba menyerahkan, menguasai, membawa, mempunyai persediaan padanya atau mempunyai dalam miliknya, menyimpan, mengangkut, menyembunyikan, mempergunakan atau mengeluarkan dari Indonesia sesuatu senjata api, amunisi atau sesuatu bahan peledak, dihukum dengan hukuman mati atau hukuman penjara seumur hidup atau hukuman penjara sementara setinggi-tingginya dua puluh tahun.”

dibiarkan terbuka begitu saja harus ada usaha penanggulangannya. Adapun usaha-usaha yang ditawarkan antara lain:49

1. Ketegasan hukum dimana menerapkan sanksi nyata pada si pelaku tanpa pandang siapa yang melakukan.

2. Dibentuknya badan khusus penanganan perdagangan senjata api gelap

3. Memperketat wilayah Perbatasan Republik Indonesia yang diduga sebagai masuknya senjata Ilegal di Indonesia.

Dalam Pasal 1 (1) Perpu No 20 Tahun 1960 disebutkan Ketentuan perijinan mengenai senjata api, obat peledak, mesiu dan lain sebagainya untuk kepentingan Angkatan Perang hendaknya diatur dalam lingkungan Angkatan Perang sendiri. Adapun yang diperuntukkan bagi pribadi anggota Angkatan Perang tetap termasuk bidang kewenangan perijinan seperti untuk umum di luar Angkatan Perang, ialah di bawah Menteri/Kepala Kepolisian Negara.

Bahwa Senjata untuk masyarakat sipil dapat diimpor apabila memiliki izin dalam hal ini Pejabat yang berwenang untuk memberi izin pemasukan senjata api non standar TNI/POLRI adalah Kepala Kepolisian Republik Indonesia qq. Kepala Direktorat Intelijen Pengamanan50

49

.Untuk bisa memasukkan senjata api ini, importir harus, memiliki izin dari Kepala Kepolisia Republik Indonesia, memiliki Angka Pengenal Impor dari Departemen Perindustrian dan Perdagangan Tempat pemasukan senjata api dan amunisi dapat dilakukan melalui pelabuhan laut maupun udara. Untuk pelabuhan laut dapat melaluiMedan (Belawan), Jakarta (Tanjung Priok), Surabaya (Tanjung Perak), Makassar(Soekarno-Hatta). Untuk

50

.Buku petunjuj pelaksanaan pengawaan dan pengendalian senjata api non organik TNI/Polri ,Loc.Cit halaman 6.

pelabuhan udara dapat melalui Bandara Polonia, BandaraSoekarno-Hatta, Bandara Juanda dan Bandara Hasanuddin.Prosedur yang harus ditempuh adalah, importir mengajukan permohonan kepada Kepala Kepolisian Republik Indonesia dengan mencantumkan :

1. identitas,

2. jumlah dan jenis senjata api, 3. negara penjual,

4. jangka waktu pemasukkan, 5. pelabuhan pemasukkan, 6. dan lain-lain

izin yang dikeluarkan berlaku selama enam bulan, dan apabila realisasi impor tidak dipenuhi dalam jangka waktu tersebut izin harus diperpanjang.51

1. Usaha pengadaan, penyediaan perbaikan dan pendistribusian senjata gas air mata, senjata peluru karet dan senjata peluru pallets, berdasarkan surat izin Kapolri No. Pol : SI/764/III/2002 tanggal 8 Maret 2002.

Para importir bergerak dalam bidang usaha Senjata Api antara lain :

2. Penunjukan Badan Usaha sebagai pengusaha Gun Shop di Indonesia berdasarkan surat Keputusan kapolri No. Pol : SKEP/403/V/2002 tanggal 31 Mei 2002.

3. Impor pistol gas dan amunisi, berdasarkan surat izin Kapolri No : Pol : SI/052/VI/1999 tanggal 18 Juni 1999.

4. Impor pistol karet dan amunisi, berdasarkan surat izin Kapolri No : Pol : SI/41/VI/2001 tanggal 15 Januari 2001.

5. Impor pistol pallets dan amunisi, berdasarkan surat izin Kapolri No : Pol : SI/41/VI/2001 tanggal 15 Januari 2001.

6. Penghubung dalam rangka membantu kelancaran pengadaan senjata api dan amunisi non organik TNI/POLRI, berdasarkan surat rekomendasi Kapolri No. Pol : B/169/IV/2002 Baintelkam tanggal 10 April 2002.

7. Penunjukan badan usaha penghubung badan peledak untuk komersil/non militer, seperti perusahaan minyak, pertambangan, berdasarkan surat keputusan Kapolri No. Pol : Skep/182/II/2001 tanggal 27 Februari 2001 tentang badan usaha penghubung pengguna akhir bahan peledak.

8. Pengurusan izin akan kepemilikan senjata bela diri untuk perorangan maupun instansi, serta membantu mengurus perpanjangan surat izin kepemilikan senjata api sesuai dengan peraturan yang berlaku.

BAB III

FAKTOR-FAKTOR YANG MENYEBABKAN TERJADINYA KEPEMILIKAN SENJATA API ILEGAL

A. Penyalahgunaan Senjata Api

Peredaran senjata api di Indonesia belakangan terlihat terjadi adanya peningkatan, hal ini terindikasi dengan banyak muncul kasus – kasus penyalahgunaan senjata api di masyarakat. Peredaran senjata api ilegal hingga sampai kepada masyakat tentu tidak terjadi begitu saja, beberapa sumber penyebab terjadinya yang berkaitan dengan peredaran senjata api, antara lain :39

negeri, maka hal ini erat kaitannya dengan keterlibatan oknum militer ataupun oknum polisi, karena memang mereka dilegalkan oleh undang – undang untuk menyimpan, memiliki dan menggunakan senjata api. Namun pada kenyataannya kepemilikan senjata api yang legal tersebut sering disalahgunakan dengan cara menjual senjata api organik TNI / POLRI dengan harga yang murah kepada masyarakat sipil.

a. Penyelundupan. Hal ini tidak hanya berkaitan dengan impor, namun juga

ekspor. Hal ini sering dilakukan baik oleh perusahaan – perusahaan eksportir / importir ataupun secara pribadi dengan cara melakukan pemalsuan dokumen tentang isi dari kiriman

b. Pasokan dari dalam negeri sendiri. Jika kita bicara tentang pasokan dari dalam

39

Munculnya berbagai kecaman terhadap penyalahgunaan senjata api sesungguhnya sudah sering mencuat di tengah masyarakat.Terkadang penggunaan senpi tak lagi sesuai fungsi dan tak jarang pemilik menggunakannya semena-mena dengan sikap arogan yang memicu terjadinya ketidaktenangan masyarakat. Lantas, bagaimana dengan senpi-senpi ilegal yang sering digunakan untuk melakukan aksi kejahatan.

Larangan penyalahgunaan senjata api meliput i empat hal, yaitu : 1. Memiliki senjata api tanpa ijin.

2. Menggunakan senjata api untuk berburu binatang yang dilindungi. 3. Meminjamkan/menyewakan senjata api kepada orang lain.

4. Serta menggunakan senjata api untuk mengancam atau menakut-nakuti orang lain.

Maraknya penggunaan senjata api tanpa izin orang yang tidak bertanggungjawab berdampak meresahkan masyarakat dan mengganggu stabilitas keamanan nasional. Kondisi ini memaksa aparat keamanan untuk bekerja keras memberantas para pemasok senjata api gelap. 40

Masalah senjata api baik legal maupun illegal sungguh menjadi suatu yang dilematis. Di satu pihak untuk menjaga diri, tapi di pihak lain bisa juga

Penyalahgunaan senjata tersebut mulai dari pengancaman, pemukulan, penembakan, modikfikasi senjata, terlibat narkoba dan WNA dan apabila terjadi penyalahgunaan senjata api, otomatis izin kepemilikannya dicabut, izin kepemilikan senjata api juga dicabut apabila sang pemilik meninggal dunia.

40

disalahgunakan untuk gagah-gagahan dan menakuti orang. Bahkan di tengarai ada oknum yang menyewakan senjatanya untuk warga sipil. Yang jelas, kepemilikan senjata api sudah kebablasan, dan sulit diawasi. Maka pihak-pihak Polri harus bekerja keras mengenai hal itu.

Asas hukum pidana Indonesia mengatur sebuah ketentuan yang mengatakan bahwa suatu perbuatan tidak dapat dihukum selama perbuatan itu belum diatur dalam suatu perundan-undangan atau hukum tertulis. Asas ini dapat dijumpai pada Pasal 1 ayat (1) KUHP yang disebut dengan asas legalitas yaitu asas mengenai berlakunya hukum. Untuk itu dalam menjatuhkan atau menerapkan suatu pemidanaan terhadap saeorang pelaku kejahatan harus memperhatikan hukum yang berlaku.41

Dalam ketentuan Pasal I ayat (1) KUHP, asas legalitas mengandung 3 (tiga) pengertian, yaitu :

42

1. Tidak ada perbuatan yang dilarang dan diancam dengan pidana kalau hal itu terlebih dahulu belum dinyatakan dalam suatu aturan undang-undang.

2. Untuk menentukan adanya tindak pidana tidak boleh digunakan analogi. 3. Aturan-aturan hukum pidana tidak berlaku surut.

Dari pengertian point I menyebutkan harus ada aturan undang-undang. Dengan demikian harus ada aturan hukum yang tertulis terlebih dahulu terhadap suatu perbuatan sehingga dapat dijatuhi pidana terhadap pelaku yang melakukan perbuatan pidana. Dengan demikian berdasarkan peraturan yang tertulis akan ditentukan perbuatan apa saja yang dilarang untuk dilakukan yang jika dilanggar

41

untuk dilakukan yang jika dilanggar menimbulkan konsekuensi hukum yaitu menghukum pelaku.

Berbicara mengenai tindak pidana yang ditimbulkan oleh penggunaan senjata api yang tidak sesuai dengan prosedur, maka yang akan dibahas adalah adalah tindak pidana yang terjadi akibat penggunaan senjata api yang tidak sesuai dengan prosedur.Beberapa tindak pidana lainnya yang ditimbulkan oleh penggunaan senjata api yang tidak sesuai dengan prosedur yaitu 43

1. Penganiayaan

:

a. Undang-undang tidak memberikan ketentuan mengenai apakah yang dimaksud dengan penganiayaan. Menurut yurisprudensi yang dimaksud dengan penganiayaan adalah sengaja menyebabkan perasaan tidak enak (penderitaan), rasa sakit (pijn), atau luka. Di dalam KUHP, penganiayaan diatur dalam Pasal 351, 352, 353, 354.

2. Pemerasan

Diatur dalam Pasal 368 ayat (1) KUHP, yang dinamakan dengan pemerasan dengan kekerasan. Pasal 368 ayat (1) menyatakan diantaranya bahwa :

‘Barangsiapa dengan maksud hendak menguntungkan diri sendiri atau orang lain dengan melawan hak, memaksa orang dengan kekerasan atau ancaman kekerasan, supaya orang itu memberikan barang, yang sama sekali atau sebagainya termasuk kepunyaan orang itu sendiri, kepunyaan orang lain……” 3. Pencurian

43

Diatur dalam Pasal 362 KUHP yang menyatakan diantaranya bahwa : “Baarangsiapa mengambil sesuatu barang, yang sama sekali atau sebagian termasuk kepunyaan orang lain, dengan maksud akan memiliki barang itu dengan melawan hak, dihukum karena pencurian………….”

4. Pembunuhan

Diatur dalam Pasal 338 KUHP yang bunyinya sebagai berikut :

“Barangsiapa dengan sengaja menghilangkan nyawa orang dihukum karena bersalah melakukan pembunuhan dengan hukuman penjara selama-lamanya lima belas tahun”.

Berdasarkan bunyi Pasal 338 KUHP, maka unsur-unsur pembunuhan adalah:44 a. Barang siapa

Hal ini berarti ada orang tertentu yang melakukannya. b. Dengan sengaja

Dalam ilmu hukum pidana, dikenal 3 (tiga) jenis bentuk sengaja (dolus) yakni:

1. Sengaja sebagai maksud

2. Sengaja dengan keinsyafan pasti

3. Sengaja dengan keinsyafan kemungkinan/dolus eventualis c. Menghilangkan nyawa orang lain

5. Kelalaian yang menyebabkan kematian

Diatur dalam Pasal 359 KUHP, yang menyatakan bahwa :

44

“Barangsiapa karena kesalahannya menyebabkan orang mati, dihukum dengan hukuman penjara selama-lamanya lima tahun”.

Rumusan karena salahnya adalah unsur kelalaian atau culpa yang menurut ilmu hukum pidana terdiri dari :

a. Culpa dengan kesadaran b. Culpa tanpa kesadaran

Beberapa kasus penyalagunaan senjata api di Sumatera Utara:45

Pada tanggal 2 September 2008 Pkl. 14.30 Wib, di Jatinsum Simpang Ayam Kec. Sei Balai Kab. Batubara . korban An. SUDARSONO, SE, 38 thn. Peg. Swasta, Huta I Bah Gunung Kec. Badnar Kab. Simalungun yang dilakukan tersangka (Dlaam Lidik) dengan cara menghentikan Mobil Taft Rocky yang dikendarai korban kemudian tersangka menodongkan senpi kearah korban lalu Pada tanggal 07 Mei 2008 Pkl. 02.00 Wib di Jalinsum Ds. Aek Loba Kuasan Kab. Asahan .korban PALIT NASUTION, 40 thn, Swasta, Ds. Mampang Kec. Kota Pinang Kab. Labuhan Batu yang dilakukan oleh 5 orang laki-laki tidak dikenal dengan cara menyetop/menghadang sewaktu korban sedang mengendarai mobil truk BK 8430 CC bermuatan getah sebanyak 7835 ton lalu pelaku mengancam korban dengan senpi, kemudian pelaku membawa kabur mobil truk BK 8430 CC dan dapat ditangkap pelaku bernama FAUZI ARUAN, MUAMAR KHADAFI MUNTE, MANGATAS TANJUNG, BANGKIT RITONGA dan ZAINAL ABIDIN NASUTION sesuai dengan LP/70/V/2008/Asahan Raja tanggal 7 Mei 2008 (Polres Asahan).

45

tersangka mengambil uang milik korban sebesar Rp. 285.000.000,- dan melarikan diri, sesuai dengan LP/135/IX/2008/ASH tanggal 2 September 2008 ( Polsek Lab. Ruku/Polres Asahan).

Pada hari Minggu 21 September 2008 TKP Pkl 22.15 Wib di Jl. Cokroaminoto No. 64 tepatnya di Gudang PT. Wicaksana Kel. Melayu kec. Siantar Utara P. Siantar korban PT. WICAKSANA OJ P. Siantar yang dilapor oleh NIAT SURIANTO, Lk, 62 thn, Islam, Jl. Viyata Yudha KPR BTN Block C9 P. Siantar yang dilakukan oleh tersangka dalam lidik dengan cara melakukan pencurian kekerasan dan menodongkan Senpi jenis FN dan menyandera korban dengan mengikat tangan lalu mengambil uang tunai Rp. 170.000.000,- dari brankas kantor lalu pelaku melarikan diri sesuai dengan LP/374/IX/2008/STR tanggal 22 September 2008. (Polresta Pematang Siantar).

Pada tanggal 10 Januari 2009 Pkl. 00.05 Wib di Desa Tj. Pasir Pangkalan Susu Langkat,.korban PT. NINCEC MULTI DIMENSI yang dilakukan 4 orang laki-laki tidak dikenal dengan mengenderai sp. Motor dengan cara pelaku mendatangi Gudang/PT. NINCEC MULTI DIMENSI dan menodongkan Senpi ke arah korban (penjaga malam), lalu pelaku mengambil alat berat Excaptor dan melarikan diri, sesuai LP/05/I/2009/Lkt Susu tanggal 10 Janauri 2009 ( Polres Langkat/Polsek Pangkalan Susu).

Pada Tanggal 8 Mei 2009 Pkl.1630 wib di Jalinsum Medan Kisaran Dsn.III Ds.Sei Suka Deras Kec.Sei Suka Kab.Batu Bara .Korban Firdaus (Meninggal Dunia),44 tahun,Satpam,Komplek Perumahan Tg.Gading Blok S.36-02 Kel.Perk.Sipare-Pare Kec.Sei Suka Kab.Batubara dan Andi Prima,27

tahun,supir,komplek perumahan Tg.gading Blok T.20 Kel.Perk.Sipare-pare Kec.sei suka kabupaten Batubara yang dilakukan 6 orang laki-laki tidak dikenal dengan mengendarai 3 unit Sp.motor Yamaha RX KING dan JUPITER MX tanpa plat,dengan cara menghadang pelaku/menyerempet mabil kijang bK 1933 VF yang dikendarai karyawan bank BNI 46 Cabang Kuala tanjung lalu pelaku menembak Supir dan Satpam lalu mengambil uang Rp 12.000.000,- yang ada di dalam mobil,kemudian pelaku melarikan diri.sesuaiLP/54/V/2009/asaha Puran,tgl 8 Mei 2009 (Polres Asahan/Polsek Indrapura)

Pada tanggal 29 Mei 2009 Pkl. 14.30 Wib di Jl. Karantina Depan Kantor PT. AIG Life Kec. Medan Timur – Medan korban SURYANI, 27 thn, wiraswasta, Jl. Boelevard No. 174 Perumahan Cemara Kec. Medan Timur – Medan yang dilakukan 2 orang laki-laki tidak dikenal dengan cara pada saat korban turun dari mobil dan hendak masuk ke Kantor lalu pelaku tiba-tiba datang dengan menodongkan Senpi jenis Pistol ke arah korban kemudian pelaku mengambil sebuah tas merek Bonia yang berisikan 2 buah HP, KTP, SIM, 3 buah kartu kredit dan sejumlah uang dari dalam mobil korban dan pelaku melarikan diri. Sesuai LP/1253/V/2009/Tabes, tgl 29 Mei 2009 (Lidik Poltabes MS).

B. Hal-Hal Yang Menyebabkan Masyarakat Mengunakan Senjata Api Ilegal Dan Faktor-Faktornya.

Terkadang penggunaan senpi tak lagi sesuai fungsi dan tak jarang pemilik menggunakannya semena-mena dengan sikap arogan yang memicu terjadinya ketidaktenangan masyarakat. Konon, pemilikan senjata di negeri ini tak melulu berkaitan dengan adanya ancaman terhadap keamanan, tapi berbagai kalangan

seperti pengusaha, selebriti hingga politisi seakan merasa belum lengkap bila hanya punya mobil dan rumah mewah tanpa memiliki senjata. Memiliki pistol sudah bergeser menjadi gaya hidup.

Di sisi lain, maraknya kepemilikan senjata juga dilihat dari aspek rasa keamanan masyarakat. Boleh jadi, peningkatan kepemilikan juga dipicu oleh rasa aman yang kini sangat sulit diperoleh masyarakat. Angka kejahatan yang tinggi berakibat tumbuh suburnya jual-beli senjata secara legal maupun tidak. Para pemilik senpi dari warga sipil memang jadi lebih merasa aman dan percaya diri, namun masyarakat kita justru bisa terganggu keamanannya jika mereka tidak mampu menahan emosinya dan kurang bertanggung jawab.46

Masyarakat Indonesia yang ingin memiliki senjata api, sekarang tidak perlu harus menjadi tentara atau polisi. Meskipun ketentuan hukum mengatur kepemilikan senjata yang berdaya bunuh itu hanya bagi militer dan polisi atau seseorang yang direkomendasaikan untuk menguasai senjata api, seperti Satpam, Sipir Penjara, dan semacamnya.Keinginan untuk mengoleksi senjata api dalam berbagai jenis, tentu memiliki bermacam latar belakang. 47

46

Bisa saja awalnya adalah untuk pengamanan diri, jika sewaktu-waktu berhadapan dengan hal yang mengancam jiwanya, sebut saja kepemilikian itu untuk mempertahankan diri. Tetapi juga tidak bisa dipungkiri bahwa kepemilikan tersebut juga berlatar belakang pemuasan diri, karena merasa dirinya sanggup mengoleksi barang eksklusif dimana tidak semua orang bisa mendapatkannya. Orang yang bangga dirinya secara berlebihan akan terpuaskan dengan mengoleksi barang-barang

seperti itu. Tetapi juga ada tipe orang yang senang mengoleksi senjata, apakah itu keris, pedang, badik dan atau sebagainya. Artinya orang seperti itu memang berselera demikian. Karena untuk penguasaan senjata api saat ini aturannya terasa lebih longgar terutama kelonggaran dalam izin kepemilikan, maka tidak terlalu sulit untuk mengoleksinya, sementara itu, disisi lain pasar senjata api yang gelap, remang-remang maupun yang terang-terangan terasa meluas. Maka, transaksipun akan berlangsung lebih mudah. Banyak sekali anggota masyarakat dengan enteng mengatakan, hanya dengan Rp. 30 juta bisa mendapatkan senjata api jenis pistol. Bahkan tidak mungkin ada barang yang harganya jauh di bawah angka itu. Kalau harga pistol sekian, kita bisa perkirakan beberapa harga sebuah dagangan, dengan mudah mengakses ke pasar, maka itulah pasar senjata.

Pasar terbuka, pembeli banyak, maka apa yang terjadi bukanlah sesuatu yang aneh. Para pelaku pasar senjata api pastilah amat mengerti tentang akses pasar, spesifikasi senjata, harga yang dipasar gelap, terang ataupun remang-remang. Termasuk tentu saja trik untuk pengamannya. Mereka yang menguasai inilah yang pasti mampu mengangguk keuntungan dalam jumlah besar. Tetapi keuntungan pribadi itu tidak sepadan dengan risiko yang ditimbulkan akibat perdagangan tersebut. Siapa yang bisa menjamin 100% bahwa senjata itu hanya sebagai bahan koleksi, minimal dengan kepemilikan itu si kolektor telah melakukan teror tak terkatakan untuk orang-orang sekitarnya. Dan seandainya tidak terlepas dari kenyataan jika senjata-senjata tersebut menjadi barang sewaan untuk melakukan teror, perampokan, dan kejahatan lainnya.

Dari pembahasan di atas dapat disimpulkan bahwa faktor-faktor yang mendorong kepemilikan senjata api yaitu :

1. Faktor pengamanan diri, jika sewaktu-waktu berhadapan dengan hal yang mengancam jiwanya.

2. Faktor pemuasan diri, karena merasa dirinya sanggup megoleksi barang eksklusif dimana tidak semua orang bisa mendapatkannya.

3. Faktor sistem dan prosedur izin kepemilikan senjata api yang begitu rumit, sehingga orang lebih tertarik mengunakan senjata api Ilegal.

4. Faktor perdagangan senjata api ilegal, dimana kebetulan saja belum terungkap, tidak terungkap, atau memang sudah diungkap, dengan harga jual yang lebih murah, dan proses mudah.

5. Faktor untuk melakukan tindak kriminal, dimana melakukan kejahatan perampokan, pembunuhan, teror.

C. Perdagangan Senjata Api

Ketika mendengar atau menyaksikan konflik–konflik bersenjata yang tak jarang melibatkan orang-orang sipil, sering menjadi pertanyaan, darimana sebenarnya mereka memperolah senjata yang digunakan itu. Apakah memang senjata diperdagangkan secara bebas legal atau ilegal.

Pedagangan senjata illegal didefinisikan oleh Komisi Pelucutan Senjata PBB sebagai perdagangan yang melanggar hukum nasional ataupun hukum internasional (illegal). Definisi ini memunculkan kemungkinan dua jenis pasar senjata ilegal, yakni “Grey Market dan black market”. Gray Market merujuk pada

situasi dimana perdagangan terjadi dengan sepengetahuan pemerintahan nasional, walaupun mengkin melanggar aturan internasional. Sementara Black Market adalah merujuk pada perdagangan yang terjadi yang sepenuhnya diluar kontrol pemerintahan nasional.48

Kejahatan gun trafficking ini pada dasarnya terjadi karena tersedianya peluang untuk melakukannya. Oleh karena itu, peluang yang tersedia tidak bisa

Perdagangan senjata ilegal, tak urung sering dikaitkan dengan tindakan terorisme ataupun tindakan separatisme yang memicu timbulnya banyak korban di berbagai belahan dunia. Bagaimana tidak, tindakan perdagangan senjata yang melintasi batas negara dan melibatkan oknum-oknum tertentu, ditambah lagi dengan ketidakjelasan status senjata tersebut, jelas merupakan masalah besar yang patut mendapat perhatian penuh.

Menurut Undang-undang Darurat No 12 tahun 1951 Pasal 1 (1) :

”Barangsiapa, yang tanpa hak memasukkan ke Indonesia, membuat, menerima, mencoba memperoleh, menyerahkan atau mencoba menyerahkan, menguasai, membawa, mempunyai persediaan padanya atau mempunyai dalam miliknya, menyimpan, mengangkut, menyembunyikan, mempergunakan atau mengeluarkan dari Indonesia sesuatu senjata api, amunisi atau sesuatu bahan peledak, dihukum dengan hukuman mati atau hukuman penjara seumur hidup atau hukuman penjara sementara setinggi-tingginya dua puluh tahun.”

48

dibiarkan terbuka begitu saja harus ada usaha penanggulangannya. Adapun usaha-usaha yang ditawarkan antara lain:49

1. Ketegasan hukum dimana menerapkan sanksi nyata pada si pelaku tanpa pandang siapa yang melakukan.

2. Dibentuknya badan khusus penanganan perdagangan senjata api gelap

3. Memperketat wilayah Perbatasan Republik Indonesia yang diduga sebagai masuknya senjata Ilegal di Indonesia.

Dalam Pasal 1 (1) Perpu No 20 Tahun 1960 disebutkan Ketentuan perijinan mengenai senjata api, obat peledak, mesiu dan lain sebagainya untuk

Dokumen terkait