• Tidak ada hasil yang ditemukan

Kondisi ekonomi Provinsi Kepulauan Bangka Belitung, sangat terpengaruh oleh harga minyak dan gas (migas). Oleh sebab itu, dalam perhitungan PDRB (Produks Domestik Regional Bruto) dibuat dua, yaitu PDRB dengan migas dan PDRB tanpa migas. Pertumbuhan PDRB Provinsi Kepulauan Bangka Belitung, tanpa migas secara umum lebih tinggi daripada pertumbuhan PDRB dengan migas, karena semakin menurunnya produksi migas dalam tiga tahun terakhir dan meningkatnya sektor-sektor di luar migas. PDRB Atas Dasar Harga Konstan (PDRB ADHK) pada tahun 2008 termasuk migas diperkirakan

122 tumbuh sekitar 4,4 persen. Terjadi sedikit perlambatan dibandingkan tahun sebelumnya (4,54 persen). Sejalan dengan PDRB ADHK migas, PDRB ADHK tanpa migas juga mengalami perlambatan pertumbuhan, yaitu 5,37 persen pada tahun 2007, menjadi 5,03 persen pada tahun 2008.

Produk Domestik Regional Bruto dengan migas Provinsi Bangka Belitung dilihat berdasarkan Atas Dasar Harga Berlaku (ADHB) pada tahun 2008 diperkirakan mencapai Rp 21,576 triliun. Terjadi peningkatan sekitar 20,54 persen dibandingkan tahun sebelumnya (Rp 17,895 triliun). Sementara itu, PDRB ADHB tanpa migas diperkirakan mencapai Rp 21,076 triliun pada tahun 2008, meningkat 21,34 persen dibandingkan tahun 2007 (Rp 17,369 triliun). Struktur ekonomi Provinsi Kepulauan Bangka Belitung pada tahun 2008 menurut lapangan usaha dapat dilihat pada Gambar 13.

Keterangan: Angka Sangat Sementara

Gambar 13. Struktur Ekonomi Provinsi Kepulauan Bangka Belitung Tahun 2008

Sumber: BPS dan BAPPEDA (2009)

Secara sektoral, sektor industri pengolahan merupakan sektor yang paling besar kontribusinya terhadap PDRB ADHB dengan migas Provinsi Kepulauan Bangka Belitung pada tahun 2008, yaitu sebesar 21,01 persen. Sedangkan sumbangan sektor pertanian; sektor perdagangan, hotel, dan restoran; serta sektor pertambangan dan penggalian, yaitu masing-masing sebesar 19,89 persen, 18,21 persen, dan 18,20 persen. Total kontribusi keempat sektor tersebut terhadap pembentukan PDRB ADHB dengan migas adalah sebesar 77,31 persen, dan sisanya disumbangkan oleh sektor lain, seperti sektor listrik, gas, dan air bersih;

Pertanian (19,89%) Pertambangan dan Penggalian (18,20%) Industri Pengolahan (21,01%)

Listrik, Gas, & Air Bersih (0,58%) Bangunan (6,49%)

Perdagangan, Hotel, & Restoran

(18,21%) Pengangkutan

& Komunikasi (3,96%)

Keuangan, Persewaan, & Jasa

Perusahaan (2,54%) Jasa-Jasa (9,12%)

123 sektor bangunan; sektor pengangkutan dan komunikasi; sektor keuangan, persewaan, dan jasa perusahaan; serta sektor jasa-jasa.

Struktur pembentukan perekonomian Kabupaten Bangka memiliki perbedaan dengan perekonomian Provinsi Kepulauan Bangka Belitung secara umum. Perekonomian Kabupaten Bangka dalam beberapa tahun ke depan masih akan didominasi oleh tiga sektor utama, yaitu sektor pertambangan dan penggalian; pertanian; serta perdagangan, hotel, dan restoran. Kontribusi ketiga sektor ini sangat dominan dalam pembentukan PDRB (Pendapatan Domestik Regional Bruto) Kabupaten Bangka. Distribusi persentase PDRB ADHB (Atas Dasar Harga Berlaku) tahun 2008, seperti yang tersaji pada tabel berikut dapat memperkuat fakta kondisi perekonomian tersebut.

Tabel 29. Kontribusi Tiga Sektor Utama dalam Pembentukan PDRB Kabupaten Bangka tahun 2008

No Lapangan Usaha Kontribusi PDRB (%) Real Growth (%)

1. Pertambangan dan penggalian 23,86 0,34

2. Pertanian 23,80 4,27

3. Perdagangan, hotel, dan restoran 19,98 7,15

Sumber: Pemerintah Daerah Kabupaten Bangka (2010)

Produk utama dari pertambangan dan penggalian diantaranya pertambangan timah, penggalian pasir kuarsa, penggalian tanah kaolin, dan pasir bangunan lainnya. Tingginya kontribusi sektor ini disebabkan oleh kondisi geologis Kabupaten Bangka yang sangat kaya dengan kandungan mineral bumi. Pengusahaan tambang timah (TI atau tambang Inkonvensional), selain diusahakan oleh masyarakat, juga dikelola oleh perusahaan besar, yaitu PT. Timah. Meskipun memberikan kontribusi yang besar, namun pertumbuhan sektor pertambangan dan penggalian ini menunjukkan tren yang terus menurun. Jika pada tahun 2005 pertumbuhannya mencapai 6,37 persen, maka pada tahun 2008, pertumbuhannya hanya mencapai 0,34 persen. Hal ini mengindikasikan bahwa sektor ini tidak dapat terus-menerus dijadikan andalan perekonomian Kabupaten Bangka. Penyebabnya antara lain tingkat produksi yang terus berkurang dan harga output

124 yang fluktuatif. Selain itu, penambangan timah dapat menyebabkan degradasi lahan dan landscape yang tinggi.

Sektor pertanian yang didominasi oleh subsektor perkebunan merupakan

prime mover dalam perekonomian Kabupaten Bangka. Disebut prime mover

karena sektor ini mampu memberikan kontribusi besar dalam perekonomian, baik ditinjau dari aspek harga berlaku, harga konstan, dengan adanya komoditi timah, maupun tanpa adanya timah; memiliki derajat kepekaan dan derajat penyebaran yang tinggi; dan merupakan sektor utama yang banyak memberikan pengaruh positif terhadap sektor lain. Tiga keunggulan utama sektor pertanian yang menjadikannya selalu memberikan kontribusi terbesar terhadap perekonomian daerah adalah input produksinya yang sebagian besar domestic resource base, memiliki tingkat backward dan forward linkage yang tinggi dengan sektor-sektor lainnya, serta outputnya yang export oriented. Selain itu, sektor pertanian juga menjadi sektor yang paling tahan terhadap krisis ekonomi dan moneter. Bahkan, hingga saat ini, sebagian besar komoditi dan devisa ekspor Kabupaten Bangka berasal dari sektor pertanian.

Sektor pertanian di Kabupaten Bangka terdiri atas lima subsektor pembentuk, yaitu subsektor tanaman bahan makanan, tanaman perkebunan, peternakan dan hasil-hasilnya, kehutanan, serta perikanan. Kontribusi masing- masing subsektor terhadap sektor pertanian dalam PDRB ADHB tahun 2008, dapat dilihat pada Tabel 30.

Tabel 30. Kontribusi Subsektor Terhadap Sektor Pertanian dalam PDRB ADHB Kabupaten Bangka Tahun 2008

No Subsektor Kontribusi PDRB Sektor

Pertanian (%)

Jumlah (Juta Rupiah)

1. Tanaman bahan makanan 5,88 228.148

2. Tanaman perkebunan 10,58 410.161

3. Peternakan dan hasil-hasilnya 0,65 25.274

4. Kehutanan 0,64 24.730

5. Perikanan 6,05 234.708

Keterangan: Angka Sangat Sementara

125 Tabel 30 menunjukkan bahwa subsektor yang berkontribusi paling besar terhadap pembentukan PDRB ADHB sektor pertanian Kabupaten Bangka pada tahun 2008 adalah subsektor tanaman perkebunan. Terdapat beberapa tanaman yang menjadi tanaman unggulan dalam membentuk PDRB subsektor tanaman perkebunan. Salah satunya adalah tanaman lada, selain karet, kelapa, dan kelapa sawit, yang merupakan tanaman-tanaman produksi dengan jumlah produksi yang paling besar di Kabupaten Bangka, khususnya pada tahun 2008 (Tabel 28).

Produksi tanaman lada di Kabupaten Bangka pada tahun 2008 adalah 1.659,22 ton. Berdasarkan data harga rata-rata lada putih tahun 2008 dari Dinas Pertanian, Perkebunan, dan Peternakan Provinsi Kepulauan Bangka Belitung, yaitu sebesar Rp 41.467 per kg, maka nilai produksi lada di Kabupaten Bangka adalah sebesar Rp 68.802.875.740. Tanaman karet rakyat Kabupaten Bangka, pada tahun 2008 memiliki produksi sebesar 14.643,77 ton. Jika diasumsikan harga karet rata-rata pada tahun 2008 adalah sekitar Rp 10.342 per kg (Dinas Pertanian, Perkebunan, Peternakan Provinsi Kepulauan Bangka Belitung, 2009), maka nilai dari produksi karet rakyat di Kabupaten Bangka pada tahun 2008 adalah Rp 151.445.869.300.

Produksi kelapa sawit di Kabupaten Bangka dihasilkan oleh perkebunan rakyat dan swasta. Produksi perkebunan kelapa sawit rakyat pada tahun 2008 adalah 19.191,51 ton. Jika diasumsikan produksi tanaman kelapa sawit perkebunan rakyat di Kabupaten Bangka seluruhnya adalah TM X, maka harga rata-rata tahun 2008 untuk tandan buah segar TM X rakyat adalah sekitar Rp 1.408 per kg (Dinas Pertanian, Perkebunan, Peternakan Provinsi Kepulauan Bangka Belitung 2009). Berdasarkan asumsi tersebut didapat nilai produksi sawit perkebunan rakyat di Kabupaten Bangka, yaitu mencapai Rp 27.021.646.080. Nilai produksi dari tanaman lada, karet, dan kelapa sawit tahun 2008 dapat dilihat pada Tabel 31.

126 Tabel 31. Nilai Produksi Tanaman Lada, Karet, dan Kelapa Sawit di Kabupaten

Bangka Tahun 2008

No Tanaman Produksi (Ton) Asumsi Harga

(Rp/Kg) Nilai Produksi (Rp) 1. Lada 1.659,22 41.467 68.802.875.740 2. Karet 14.643,77 10.342 151.445.869.300 3. Kelapa Sawit 19.191,51 1.408* 27.021.646.080 Total 247.270.391.120

Keterangan: *) Produksi tandan buah segar diasumsikan TM X

Sumber: Badan Pusat Statistik (BPS) Kabupaten Bangka (2010) dan Dinas Pertanian, Perkebunan, dan Peternakan Provinsi Kepulauan Bangka Belitung (2008)

Berdasarkan estimasi perhitungan nilai produksi yang telah dilakukan untuk tanaman lada, karet, dan kelapa sawit, jika dibandingkan antara nilai produksi tersebut terhadap besarnya PDRB ADHB subsektor tanaman perkebunan Kabupaten Bangka, maka persentase nilai produksi perkebunan lada, karet, dan kelapa sawit rakyat Kabupaten Bangka masing-masing sekitar 16,77 persen, 36,92 persen, dan 6,59 persen dari PDRB ADHB subsektor tanaman perkebunan. Persentase total nilai produksi ketiga tanaman tersebut dibandingkan dengan PDRB ADHB subsektor tanaman perkebunan Kabupaten Bangka adalah sekitar 60,29 persen. Sisanya, sekitar 39,71 persen dapat berupa kontribusi tanaman perkebunan lain, seperti kelapa, cokelat, aren, cengkeh, kemiri, pinang, atau tanaman perkebunan kelapa sawit yang diusahakan perusahaan swasta. Hal ini memberi gambaran bahwa, tanaman lada, karet, dan kelapa sawit signifikan peranannya dalam pembentukan PDRB Kabupaten Bangka, khususnya PDRB ADHB subsektor perkebunan tahun 2008.

Penyebab lain yang menjadikan sektor pertanian sebagai prime mover

adalah laju pertumbuhanya yang juga terus meningkat dari 4,13 persen di tahun 2006, menjadi 4,27 persen di tahun 2008. Meskipun mengalami peningkatan, jika diamati secara mendetail, peningkatan pertumbuhan tersebut tidak beranjak dari level empat persen. Relatif lambannya pertumbuhan ini disamping disebabkan karena lambatnya perkembangan teknologi produksi, juga disebabkan oleh terus menurunnya tingkat harga jual beberapa komoditi utama, seperti lada, karet, dan kelapa sawit, serta pada saat yang bersamaan, tingkat harga input produksi utama, seperti pupuk dan sarana produksi lainnya cenderung terus meningkat.

127 Sektor perdagangan, hotel, dan restoran merupakan representasi dari sektor pariwisata. Selama beberapa tahun terakhir, sektor perdagangan, hotel, dan restoran selalu memberikan kontribusi dominan terhadap perekonomian. Tingginya kontribusi tersebut disebabkan karena secara tradisional, Kabupaten Bangka merupakan daerah dengan transaksi jasa yang tinggi dan didukung sektor pariwisata yang banyak menjadi tujuan utama wisatawan, dengan disertai berbagai potensi, baik kondisi alam, maupun sosial budaya masyarakat yang mendukung, serta letak strategis antar pulau sebagai tempat untuk pertemuan- pertemuan penting, olahraga, dan istirahat. Akibat tradisi pariwisata tersebut adalah cepat tumbuhnya subsektor perdagangan dan restoran, serta tingginya tingkat hunian hotel-hotel dan penginapan yang ada.

Faktor lain yang menyebabkan tingginya kontribusi sektor perdagangan, hotel, dan restoran, adalah karena sektor ini merupakan salah satu sektor yang digerakkan oleh sektor pertambangan dan pertanian. Fluktuasi yang terjadi di sektor pertambangan dan pertanian akan diikuti juga oleh fluktuasi di sektor perdagangan, hotel, dan restoran. Kondisi ini terlihat jelas dari sisi pertumbuhan ekonomi sektoral. Dalam tiga tahun terakhir, sektor ini mengalami pertumbuhan yang terus meningkat, dari 6,18 persen di tahun 2006, 6,23 persen di tahun 2007, dan 7,15 persen di tahun 2008.

Berdasarkan gambaran di atas dapat diprediksi bahwa dalam beberapa tahun ke depan, saat deposit timah sudah habis terkuras, maka sektor-sektor dalam pembentukan PDRB Kabupaten Bangka akan mengalami pergeseran. Potret kondisi perekonomian tanpa timah ini sekaligus memberikan gambaran bagaimana prospek perekonomian di masa depan. Sektor pertanian serta perdagangan, hotel, dan restoran tetap akan mendominasi. Sedangkan sektor pertambangan diperkirakan tidak lagi menjadi bagian sektor yang dapat dikembangkan. Sebagai gantinya, pengembangan perekonomian juga harus diarahkan kepada sektor bangunan, sektor jasa-jasa dan keuangan, serta sektor persewaan dan jasa perusahaan.

VI

PEMBAHASAN

Dokumen terkait