Tahun 2015 kembali merupakan t ahun di mana kondisi krisis global seper t inya masih t erus berlangsung. Kondisi ini dipicu oleh sejumlah fakt or pada t ingkat global, salah sat unya adalah rencana Bank Sent ral Amerika (The Federal Reser ve) unt uk menaikkan suku bunga. Meskipun rencana ini pada akhirnya dilaksanakan dengan peningkat an hanya sebesar 25bps pada Desember 2015 seper t i yang t elah diprediksikan oleh sejumlah analis di Amerika, namun dampaknya t elah mempengaruhi perekonomian dari banyak negara lain di dunia, t erut ama di negara-negara berkembang.
Di t ahun ini juga kit a melihat harga minyak ment ah dunia merosot t ajam hingga t it ik t erendah sejak 2009 dikarenakan melemahnya permint aan global dan meningkat nya produkt ivit as minyak shale
di Amerika Serikat , sehingga berdampak pada munculnya kekhawat iran di negara-negara penghasil minyak ser t a menimbulkan ket idakpast ian dalam kondisi geopolit ik di wilayah t ersebut . Indonesia yang saat ini t elah menjadi net impor t er minyak juga rent an t erhadap dampak dari t ren penurunan harga minyak ini, di mana sekt or minyak dan gas masih merupakan salah sat u kont ribut or yang
aWU\WŨYO\ bS`VORO^ ^S`SY]\][WO\ ASUO`O RO\
pendapat an negara yang didapat dari pajak. Lebih dari it u, per t umbuhan ekonomi Indonesia juga secara st at ist ik masih sangat dipengaruhi oleh harga barang t ambang dan komodit as lainnya seper t i bat u bara, gas alam dan karet , yang masing-masing juga belakangan ini mengalami penurunan secara drast is. Di t ingkat domest ik, per t umbuhan ekonomi juga t erpengaruh, dan t er t ahan oleh sejumlah fakt or lain yang diyakini adalah dampak dari pemilu legislat if ser t a pemilu presiden yang dilaksanakan pada t ahun sebelumnya, sehingga ikut berkont ribusi t erhadap melemahnya kegiat an ekonomi. Kondisi ini t erus memberikan t ekanan t erhadap perekonomian
<\R]\SaWO RW aS^O\XO\U bOVc\ ŨaYOZ RW [O\O
kit a menyaksikan perlambat an bahkan penurunan indikat or perekonomian di hampir set iap sekt or, t ermasuk sekt or perbankan dan ot omot if.
Tinjauan Bisnis
Business Review
However, at a growt h rat e averaging above 5 percent
]dS`bVS^OabŨdSgSO`abVS<\R]\SaWO\SQ]\][gWa
resilient in global t erms, t hanks t o t he persist ent
SŤ]`ba [ORS Pg OZZ SZS[S\ba ]T bVS U]dS`\[S\b
t o dampen t he impact of t his prot ract ed global economic t ension. Indonesia also owes it s resilience t o t he cont inuously st rong household consumpt ion, which alt hough showing a soft ening t rend lat ely, st ill grew by a healt hy rat e of 4,79% in 2015.
This relat ively st able economic landscape has allowed bot h local and foreign, large t o small, businesses operat ing in t his count r y t o est ablish a st rong
T]]bW\Ub]^`S^O`ST]`Tc`bVS`Q]\aS_cS\QSa]TbVS
current global set back and t o capt ure oppor t unit ies when t he economy st abilizes and as t he prices of commodit ies st ar t t o swing back t o normal levels.
Subst ant ial Infrast ruct ure Needs
What t he relat ively resilient domest ic macro sit uat ion means is t hat movement of people and goods across t he archipelago – especially wit hin and bet ween urban areas - has cont inued t o become
[]`S T`S_cS\b eWbV ZO`US` d]Zc[Sa Q`SObW\U dS`g
st rong demand for a bet t er, longer, and more reliable road net work, por t s, and ot her vit al public ser vices. Yet , Indonesia’s logist ic cost s are st ill way higher t han many neighboring count ries. The Indonesia Chamber of Commerce and Indust r y not ed t hat Indonesia’s annual logist ic cost s account for 24% of t ot al GDP, t he highest in t he world. Simply put , Indonesia has simply t o do much more t o accelerat e
WbaQ]\\SQbWdWbgW\T`Oab`cQbc`SRSdSZ]^[S\bSŤ]`ba
t o overcome logist ic bot t lenecks if it int ends t o see t he economy growing at t he current or even higher rat e in t he years ahead.
Namun, dengan rerat a per t umbuhan di at as 5 persen pada lima t ahun t erakhir, perekonomian Indonesia masih t erbilang t angguh dalam perspekt if global, dan hal ini dapat t ercapai berkat upaya gigih yang dilakukan oleh seluruh jajaran pemerint ah unt uk meredam dampak dari kondisi ekonomi global yang berkepanjangan. Ket ahanan perekonomian Indonesia juga sangat t erbant u oleh kuat nya konsumsi domest ik, yang meskipun menunjukkan pelemahan di beberapa t ahun t erakhir, masih mampu unt uk t umbuh sebesar 4,79% pada t ahun 2015.
Lanskap ekonomi yang relat if st abil ini t elah memungkinkan bisnis asing dan lokal, besar hingga kecil, yang dijalankan di Indonesia unt uk membangun pijakan yang kuat dalam rangka mengant isipasi dampak lanjut an dari perlambat an global saat ini dan menangkap peluang-peluang yang muncul di saat perekonomian kembali membaik dan harga- harga komodit as mulai kembali ke t ingkat normal.
Pent ingnya Kebut uhan Infrast rukt ur
Sit uasi makro domest ik yang relat if memiliki daya t ahan yang kuat menyirat kan bahwa arus pergerakan orang dan barang di Indonesia - t erut ama di dalam dan di ant ara wilayah perkot aan - t erus meningkat dengan volume yang juga ikut naik. Hal ini mencipt akan naiknya permint aan akan sarana jalan, pelabuhan, ser t a berbagai layanan publik vit al lainnya yang lebih baik dan lebih dapat diandalkan. Namun, biaya logist ik Indonesia masih t erbilang sangat t inggi apabila dibandingkan dengan negara- negara t et angga. Sebagaimana pernah dikut ip dari Kamar Dagang dan Indust ri Indonesia beberapa saat lalu yang mengat akan bahwa biaya logist ik Indonesia per t ahunnya mencapai 24% dari PDB, dimana persent ase ini merupakan yang t er t inggi di dunia. Secara sederhana bisa dikat akan bahwa Indonesia mest i melakukan banyak hal dalam rangka mempercepat upaya pembangunan infrast rukt ur yang t erhubung sehingga dapat mengat asi hambat an logist ik jika ingin memper t ahankan at au bahkan meningkat kan laju per t umbuhan ekonominya di t ahun-t ahun mendat ang.