BAB V HASIL DAN PEMBAHASAN
5.7 Perencanaan Jalur Interpretasi Alam di Pulau Kapota
Perencanaan jalur interpretasi didasarkan pada hasil pengamatan selama di lapangan, hasil analisis potensi objek dan daya tarik wisata, potensi jalur, pengunjung, pengelola, dan ketersediaan sarana prasarana yang dapat mendukung kegiatan interpretasi. Berdasarkan hasil analisis tersebut terdapat 6 jalur yang direncanakan sebagai jalur interpretasi, yaitu Jalur Interpretasi Pantai Aowolio, Jalur Interpretasi Goa Kelelawar, Jalur Interpretasi Togo Molengo, Jalur Interpretasi Hutan Sara, Jalur Interpretasi Batu Banakawa, dan Jalur Interpretasi Kapota Reff. Interpretasi yang akan dilaksanakan pada jalur merupakan interpretasi untuk kegiatan pendidikan, penelitian dan rekreasi. Hal ini dilihat dari tujuan pengunjung datang ke TNW dan pengunjung yang datang ke Pulau Kapota.
5.7.1 Jalur Interpretasi Pantai Aowolio
Pemilihan Jalur Interpretasi Pantai Aowolio didasarkan pada kondisi fisik jalur aman dilewati pengunjung dan memiliki aksesibilitas yang mudah. Memiliki rentang jarak tempuh yang dapat diakses oleh pengunjung, yaitu ± 2900 m sehingga penyampaian informasi dapat tepat sasaran. Sasaran interpretasi pada jalur ini ditujukan untuk pengunjung usia remaja (15-24 tahun) atau setingkat siswa SMP, SMA, dan perguruan tinggi. Tema yang diangkat adalah “Mengenal Potensi Sumberdaya Alam Pulau Kapota dan Mendukung Gerakan Konservasi Laut Taman Nasional Wakatobi”. Tujuan pembuatan Jalur Interpretasi Pantai Aowolio adalah untuk menumbuhkan sikap mencintai lingkungan dan ikut serta dalam memelihara kawasan konservasi Taman Nasional Wakatobi. Posisi/letak jalur tersebut berada di sisi bagian selatanPulau Kapota (Gambar 56).
Objek utama yang dijadikan sebagai objek interpretasi di jalur ini dipilih berdasarkan tema yang diangkat pada jalur yaitu untuk mengenal potensi sumberdaya alam Pulau Kapota seperti flora, fauna, ekosistem yang memiliki kekhasan tertentu, dan daya tarik alam lainnya sehingga diharapkan pengunjung dapat ikut serta dalam memelihara kondisi kawasan Pulau Kapota dan sekitarnya. Objek-objek yang dapat diinterpretasikan pada jalur ini dapat dilihat pada tabel 14.
Tabel 14 Objek utama di Jalur Interpretasi Pantai Aowolio
No. Objek Utama Keterangan
1. 2. 3. 4. 5. 6. 7. 8. 9. 10. Sekretariat SPKP Pelabuhan Jonson Burung pantai Lokasi penanaman mangrove Pohon beringin Perkebunan jambu mete dan singkong
Burung
Pantai Aowolio
Batu Sahu’u
Kegiatan meti-meti
Sekretariat SPKP merupakan kantor pusat informasi yang terletak disebelah kiri jalur, titik awal jalur menuju Pantai Aowolio. Pelabuhan sederhana di Pulau Kapota yang terletak ± 25 m dari SPKP. Di pelabuhan ini dapat dinikmati pemandangan laut yang indah di pagi dan sore hari, selain itu air lautnya sangat bersih sehingga ikan karang dapat terlihat dengan jelas.
Di pesisir pantai yang jaraknya 650 m dari pelabuhan, pengunjung dapat menikmati atraksi beberapa jenis burung air yang sedang mencari ikan-ikan karang, berebutan makanan, dan perilaku lainnya yang menarik, terutama saat terjadinya kente (air laut sedang surut).
Berada di pesisir pantai yang letaknya ± 350 m dari pelabuhan. Di lokasi penanaman mangrove ini pengunjung dapat diajak untuk ikut berpartisipasi menanam satu pohon mangrove dan
menjelaskan pentingnya tumbuhan mangrove ditanam di lokasi tersebut serta manfaat dari ekosistem mangrove.
Pohon beringin yang diinterpretasikan berada disebelah kanan jalur atau berada di HM ke 3 dan ke 4
Perkebunan ini dapat dijumpai disepanjang jalur menuju pantai Aowolio (Gambar 56). Tanaman ini dapat diinterpretasikan mengenai keunikan dan manfaatnya seperti jambu mete yang memiliki bentuk buah yang unik, dimana biji dimanfaatkan sebagai makanan dan daunnya sebagai obat. Sedangkan singkong memiliki buah yang dimanfaatkan sebagai makanan pokok masyarakat Wakatobi atau lebih dikenal dengan nama kasuami dan daunnyadimanfaatkan sebagai sayuran.
Beberapa jenis burung juga dapat diinterpretasikan. Jenis-jenis yang diinterpretasikan merupakan jenis yang tidak sengaja dijumpai pada jalur .
Pantai Aowolio berada ± 2260 m dari lokasi penanaman mangrove, di lokasi inipengunjung dapat melihat pemandangan laut yang menarik, memberi kenyamanan, dan kesejukkan di antara batang-batang kelapa yang terdapat di lokasi tersebut. Sambil menikmati kondisi pantai yang indah, pengunjung juga disuguhkan kembali dengan atraksi beberapa jenis burung sehingga menambah daya tarik pantai ini.
Batu karang ini memiliki bentuk fisik yang unik dan berada di tengah-tengah pesisir pantai. Rentang jarak tempuh dari titik awal memasuki lokasi pantai menuju ke Batu Sahu‟u ±125 m.
Apabila berada di Pantai Aowolio pada saat air laut sedang surut (kente), pengunjung dapat diikutsertakan melakukan kegiatan meti-meti. Kegiatan ini merupakan kegiatan sehari-hari masyarakat mencari biota laut. Kegiatan ini juga dapat
mendukung gerakan konservasi karena mereka menangkap biota- biota laut tersebut dengan menggunakan alat tangkap tradisional sehingga tidak merusak ekosistem laut. Selain
menginterpretasikan manfaat kegiatan tersebut dari sudut pandang konservasi juga dapat diinterpretasi jenis-jenis kerang atau biota laut lainnya yang dicari dalam kegiatan meti-meti.
Fasilitas pendukung interpretasi yang direncanakan pada jalur ini yaitu pal jarak, papan interpretasi, papan penunjuk arah, dan shelter. Pal jarak berada di posisi kanan jalur dan diletakkan di setiap 100 m. Jika pal jarak mulai diletakkan pada jalur yang berdekatan dengan lokasi pesisir pantai dan diakhiri di Pantai Aowolio (±1700 m), maka kebutuhan pal jarak di jalur ini adalah sekitar ±17 buah. Papan interpretasi merupakan papan yang memberikan informasi khusus mengenai objek interpretasi dalam bentuk papan, banyaknya papan interpretasi yang dibutuhkan pada jalur yaitu sekitar ± 3 buah.
Papan penunjuk arah merupakan fasilitas yang sangat diperlukan, terutama bila pengunjung tidak didampingi oleh pemandu. Banyaknya papan penunjuk arah yang dibutuhkan yaitu ± 4 buah. Papan penunjuk arah ini harus berada pada posisi yang mudah untuk dilihat dan dipahami oleh pengunjung. Shelter atau tempat beristirahat yang akan dibangun yaitu sebanyak 2 buah. Pembangunan shelter akan sangat penting adanya, karena jalur ini memili jarak tempuh yang cukup melelahkan. Contoh desain fasilitas tersebut dapat dilihat pada lampiran 7.
Pola alur setapak untuk interpretasi di jalur ini yaitu berada pada satu tempat, dimana arah pintu masuk dan pintu keluarnya sama (satu pintu dengan dua alur) seperti terlihat pada gambar 57.
Gambar 57 Pola alur setapak untuk interpretasi di Jalur Interpretasi Pantai Aowolio.
Contoh Program Interpretasi
Program interpretasi yang diusulkan pada Jalur Interpretasi Pantai Aowolio disesuaikan dengan karakteristik pengunjung yang sengaja datang ke lokasi Pantai Aowolio, dalam hal ini adalah kelompok umur pengunjung. Selain
C 1 Pintu 2 alur A B Pintu Masuk Pintu Keluar Keterangan A Objek Interpretasi Alur setapak
Arah alur masuk untuk interpretasi Arah alur balik untuk interpretasi
itu program interpretasi juga disesuaikan dengan objek-objek utama yang dijadikan sebagai objek interpretasi dan kegiatan yang paling disukai pengunjung di lokasi ini. Berdasarkan pertimbangan tersebut maka program kegiatan interpretasi yang diusulkan pada jalur ini adalah kemah konservasi dan kegiatan snorkling. Tema yang diangkat adalah “Eksplorasi Biodiversitas Pulau Kapota dan Sekitarnya”. Tujuan kegiatan ini adalah agar pengunjung dapat berinteraksi langsung dengan sumberdaya alam yang terdapat di Pulau Kapota dan merupakan salah satu kegiatan yang dapat mendukung kegiatan pendidikan lingkungan. Kelompok sasaran interpretasi sama halnya dengan kelompok sasaran jalur interpretasi yaitu kelompok pengunjung dengan usia remaja (15-24 tahun).
Kegiatan dapat dilaksanakan selama 2-3 hari. Perkiraan jumlah sasaran interpretasi dalam program ini sekitar 50-60 orang, dan dalam pelaksanaan kegiatannya dibagi lagi menjadi kelompok-kelompok kecil sebanyak 5-10 orang. Materi interpretasi yang perlu disiapkan sebelum pelaksanaan kegiatan dapat dilihat pada tabel 15.
Tabel 15 Materi interpretasi yang perlu disiapkan untuk kegiatan interpretasi No. Bentuk Kegiatan Materi yang Perlu Disiapkan
1 Kemah Konservasi a. Pengenalan konsep konservasi alam
b. Pengenalan Taman Nasional Wakatobi sebagai kawasan pelestarian alam
c. Pengenalan 8 sumberdaya penting target pengelolaan Taman Nasional Wakatobi yaitu terumbu karang, lamun, mangrove, daerah penijahan ikan (SPAGs), pantai peneluran penyu, ikan ekonomis penting, daerah lintasa paus dan lumba-lumba (Cetacean),tempat bertelur burung pantai.
d. Menjelaskan masing-masing target pengelolaan tersebut 2. Snorkling a. Pengenalan peraturan dan tata tertib dalam melakukan
snorkling
b. Pengenalan alat untuk melakukan snorkling, fungsi, dan cara penggunaan alat tersebut
c. Pengenalan jenis-jenis lamun dan jenis terumbu karang yang dapat dijumpai saat snorkling
d. Pengenalan jenis biota laut yang dapat di dijumpai saat snorkling dan jenis-jenis berbahaya yang harus dihindari (tidak boleh dipegang atau didekati) seperti ikan scorpion.
5.7.2 Jalur Interpretasi Goa Kelelawar
Jalur Interpretasi Goa Kelelawar sebenarnya dikembangkan khusus untuk interpretasi goa. Jalur ini juga memiliki kondisi fisik yang aman untuk dilewati oleh pengunjung. Aksesibilitasnya juga mudah karena memiliki rentang jarak
tempuh yang tidak panjang yaitu ± 1100 m dari pesisir pantai yang menjadi titik awal jalur tersebut. Sasaran interpretasi pada jalur ini ditujukan untuk pengunjung usia remaja (15-24 tahun) atau setingkat siswa SMP, SMA, dan perguruan tinggi. Tema yang diangkat adalah “Menyelusuri goa dan menikmati keunikan faunanya tidaklah lagi menakutkan karena kita akan berada pada suatu tempat yang penuh petualangan seru dan menantang adrenalin”. Tujuan pembuatan Jalur Interpretasi Goa Kelelawar adalah untuk mengenalkan ekosistem goa dan daya tariknya kepada pengunjung sehingga pengunjung tidak lagi menganggap goa sebagai sesuatu yang menakutkan. Posisi/letak jalur tersebut berada di sisi bagian selatan Pulau Kapota (Gambar 58)
Objek utama yang dijadikan sebagai objek interpretasi di jalur ini dipilih berdasarkan tema yang diangkat pada jalur yaitu untuk mengenalkan ekosistem goa dan daya tariknya seperti kondisi fisik goa, ornamen-oranamen goa, fauna yang terdapat dalam goa dan sekitarnya. Objek-objek yang dapat diinterpretasikan dapat dilihat pada tabel 16.
Tabel 16 Objek utama di Jalur Interpretasi Goa Kelelalawar
No. Objek Utama Keterangan
1. 2. 3. 4. 5. Perkebunan jambu mete dan singkong
Pohon beringin
Burung
Goa Kelelawar
Kelapa cabang empat
Perkebunan ini dapat dijumpai di beberapa lokasi pada jalur menuju goa. Tanaman ini dapat diinterpretasikan mengenai keunikan dan manfaatnya seperti jambu mete yang memiliki bentuk buah yang unik, dimana biji dimanfaatkan sebagai makanan dan daunnya sebagai obat. Sedangkan singkong memiliki buah yang dimanfaatkan sebagai makanan pokok masyarakat Wakatobi atau lebih dikenal dengan nama kasuami dan daunnyadimanfaatkan sebagai sayuran.
Pohon beringin ini juga berada di beberapa lokasi pada jalur menuju goa. Pohon beringin yang akan diinterpretasikan merupakn pohon yang sedang dihinggapi oleh burung sehingga dapat dijelaskan manfaat dari pohon tersebut.
Jenis-jenis yang diinterpretasikan merupakan jenis yang tidak sengaja dijumpai pada jalur ini. Kebanyakan jenis yang banyak ditemukan adalah Pergam hijau (Ducula radiata).
Goa kelelawar merupakan goa yang banyak dikunjungi oleh pengunjung yang berjarak 1100 m dari pesisir pantai. Goa ini memiliki daya tarik tersendiri yaitu berupa ornament-ornamen goa seperti stalagtid, stalagmid, tiang, tirai goa, dll, selain itu juga dapat dijumpai fauna goa seperti kelelawar. Daya tarik lainnya adalah terdapatnya satu ruangan yang berisi air dan ruangan tersebut juga dipenuhi oleh ornament-ornamen goa. Goa Kelelawar menjadi semakin menarik karena memiliki pintu vertikal dengan tinggi ±10 m.
Kelapa cabang empat merupakan salah satu fenomena unik yang dapat dilihat di Pulau Kapota. Posisinya berada sekitar ± 310 m dari goa.
Fasilitas pendukung interpretasi yang direncanakan pada jalur ini yaitu pal jarak, papan interpretasi, dan papan penunjuk arah. Pal jarak berada di posisi kanan jalur dan diletakkan di setiap 100 m. Pal jarak mulai diletakkan pada jalur dimulai dari 100 m dari titik awal jalur dan diakhiri di lokasi kelapa cabang empat (±1000 m), maka kebutuhan pal jarak di jalur ini adalah sekitar ± 10 buah. Papan interpretasi memberikan informasi khusus mengenai objek interpretasi, banyaknya papan interpretasi yang dibutuhkan pada jalur yaitu sekitar ± 2 buah. Sedangkan banyaknya papan penunjuk arah yang dibutuhkan yaitu ± 2 buah. Contoh desain fasilitas tersebut dapat dilihat pada lampiran 7.
Pola alur setapak untuk interpretasi di jalur ini yaitu berada pada satu tempat, dimana arah pintu masuk dan pintu keluarnya sama (satu pintu dengan dua alur) seperti terlihat pada gambar 59.
Gambar 59 Pola alur setapak untuk interpretasi di Jalur Interpretasi Goa Kelelawar.
Contoh Program Interpretasi
Program interpretasi yang diusulkan pada Jalur Interpretasi Goa Kelelawar disesuaikan dengan karakteristik pengunjung yang sengaja datang ke Goa Kelelawar dan Kelapa Cabang Empat. Selain itu program interpretasi juga disesuaikan dengan kondisi fisik goa sebagai objek interpretasi. Berdasarkan pertimbangan tersebut maka program kegiatan interpretasi yang diusulkan pada jalur ini adalah Caving Goa Kelelawar. Tujuan program ini disesuaikan dengan tujuan jalur interpretasi sebelumnya yaitu untuk mengenalkan ekosistem goa dan daya tariknya kepada pengunjung dan masyarakat memiliki keinginan untuk menjaga goa tersebut.
A Pintu Masuk
Pintu Keluar 1 Pintu
2 alur
B Keterangan
A Objek Interpretasi Alur setapak
Arah alur masuk untuk interpretasi Arah alur balik untuk interpretasi
Program caving ditujukan untuk umum (pengunjung dengan usia 15-50 tahun). Pemilihan ini berdasarkan kondisi fisik goa yang horizontal dan dapat ditempuh oleh berbagai kelompok umur. Kegiatan dapat dilakukan selama 1 har i dengan jumlah pengunjung yang boleh memasuki goa yaitu sekitar 5-10 orang. Materi interpretasi yang perlu dipersiapkan adalah pengenalan peraturan dan tata tertib penelusuran goa, pengenalan sejarah terbentuknya goa, pengenalan macam- macam goa, fungsi goa, etika penelusuran goa, teknik dalam penelusuran goa, dan pengenalan ornamen-ornamen goa.
5.7.3 Jalur Interpretasi Togo Molengo
Jalur Interpretasi Togo Molengo dikembangkan untuk kegiatan interpretasi sosial budaya masyarakat Pulau Kapota, diharapkan dalam kegiatan interpretasi tersebut terjadi interaksi antara masyarakat dengan pengunjung. Jalur ini memiliki aksesibilitas yang lebih mudah dibanding jalur lainnya karena rentang jarak tempuhnya tidak terlalu panjang yaitu ±1000 m. Sasaran interpretasinya ditujukan untuk semua pengunjung (pengunjung dengan usia 9-50 tahun) yang datang ke Pulau Kapota dengan tujuan untuk wisata budaya. Tema yang diangkat adalah “Keterlibatan aktif wisatawan pada berbagai kegiatan di lingkungan alam maupun sosial budaya, akan memberikan kesempatan dan keleluasaan untuk berintegrasi dengan masyarakat setempat”. Tujuan pembuatan Jalur Interpretasi Togo Molengo adalah untuk mengenalkan kondisi sosial dan budaya masyarakat setempat kepada pengunjung. Sedangkan untuk masyarakat setempat diharapkan dengan adanya kegiatan interpretasi ini dapat menjadi motivasi untuk memelihara budaya daerah dan mulai memperhatikan objek-objek sejarah yang terdapat di Pulau Kapota. Posisi/letak jalur tersebut berada di sisi bagian timurPulau Kapota (Gambar 60)
Objek utama yang dijadikan sebagai objek interpretasi di jalur ini dipilih berdasarkan tema yang diangkat pada jalur yaitu untuk mengenal sosial dan budaya daerah setempat termasuk didalamnya mengetahui objek-objek sejarah peninggalan kerajaan Kapota, sehingga terjadi interaksi yang positif antara masyarakat dengan pengunjung. Objek-objek yang dapat diinterpretasikan pada jalur ini dapat dilihat pada tabel 17.
Tabel 17 Objek utama di Jalur Interpretasi Togo Molengo
No. Objek Utama Keterangan
1. 2. 3. 4. 5. 6. 7. 8. Sekretariat SPKP Membuat Kasuami Menganyam jalajah
Menenun kain leja Kapota Perkebunan singkong Tanaman bambu Togo Molengo Makam Bapak Barakati
Sekretariat SPKP merupakan kantor pusat informasi yang terletak disebelah kiri jalur, titik awal jalur menuju Pantai Aowolio. Kasumi meruapakan makanan pokok masyarakat Kapota, dan Wakatobi umumnya. Makanan tersebut diolah sedemikian rupa dengan proses-proses yang menarik. Sehingga dalam hal ini, pengunjung dapat melihat proses pembuatan dan alat-alat yang dibutuhkan dalam pembuatan kasuami tersebut.
Meskipun didaerah lain kegiatan ini banyak dilakukan tetapi jalajah yang ada di Kapota hanya dibuat oleh kaum wanita, para pria tidak ikut serta dalam kegiatan menganyam tersebut. Inilah yang menjadi salah satu keunikannya, yaitu melihat kelihaian tangan para ibu-ibu yang sedang menganyam bilah-bilah bambu yang telah ditipiskan, jika tidak hati-hati bilah ini bisa melukai tangan.
Kain leja Kapota merupakan hasil tenunan masyarakat Kapota yang dilakukan hampir satu minggu untuk menyelesaikan satu buah kain. Sekitar 10-15 m dari sekretariat terdapat beberapa pemukiman yang mempunyai alat-alat untuk menenun kain leja Perkebunan ini dapat dijumpai di beberapa lokasi pada jalur menuju Togo Molengo. Tanaman ini dapat diinterpretasikan mengenai keunikan dan manfaatnya seperti memiliki buah yang dimanfaatkan sebagai makanan pokok masyarakat Wakatobi atau lebih dikenal dengan nama kasuami dan daunnyadimanfaatkan sebagai sayuran.
Bambu meruapakan salah satu jenis tanaman yang memiliki banyak manfaat mulai dari tunas, daun, hingga batangnya. Salah satu bagian yang paling banyak digunakan di Kapota adalah bagian batang yang digunakan untuk membuat jalajah dan alat tangkap ikan tradisional.
Bekas benteng pertahanan kerajaan Kapota yang dulu digunakan untuk mempertahankan perkampungan dari serangan para bajak laut
Salah seorang penyiar agama Islam pertama di Pulau Kapota. Letak makam berada di dalam benteng Togo Molengo tersebut
Fasilitas pendukung interpretasi yang direncanakan pada jalur ini yaitu pal jarak, papan interpretasi, dan papan penunjuk arah. Pal jarak berada di posisi kanan jalur dan diletakkan di setiap 100 m. Pal jarak diletakkan di mulai dari rumah terakhir desa Kabita sampai ke makam (±900 m), kebutuhan pal jarak di jalur ini adalah sekitar ± 9 buah. Papan interpretasi memberikan informasi khusus mengenai objek interpretasi, banyaknya papan interpretasi yang dibutuhkan pada jalur yaitu sekitar ± 4 buah. Sedangkan banyaknya papan penunjuk arah yang dibutuhkan yaitu ± 4 buah.
Pola alur setapak untuk interpretasi di Jalur II yaitu berada pada satu tempat, dimana arah pintu masuk dan pintu keluarnya sama (satu pintu dengan dua alur) seperti terlihat pada gambar 61.
Gambar 61 Pola alur setapak interpretasi di Jalur Interpretasi Togo Molengo.
Contoh Program Interpretasi
Program interpretasi yang diusulkan pada Jalur Interpretasi Togo Molengo disesuaikan dengan karakteristik pengunjung yang sengaja datang ke Togo Molengo dan berdasarkan objek-objek utama yang akan diinterpretasikan. Selain itu juga berdasarkan tujuan pengunjung datang untuk wisata budaya. Berdasarkan pertimbangan tersebut maka program kegiatan interpretasi yang diusulkan pada jalur ini adalah Mempelajari Kesenian dan Kebudayaan Masyarakat Adat Kapota. Program ini merupakan kegiatan yang melibatkan masyarakat khususnya para wanita di Kapota, yang nantinya akan berinteraksi langsung dengan
Arah alur masuk untuk interpretasi Arah alur balik untuk interpretasi Pintu Masuk Pintu Keluar Objek Interpretasi Alur setapak Keterangan 1 Pintu 2 alur A C D B
pengunjung dalam pembuatan berbagai jenis makanan dan menganyam. Kegiatan ini ditujukan untuk semua pengunjung yang datang ke Pulau Kapota dengan tujuan untuk wisata budaya dan ingin mengetahui aktivitas masyarakat sehari- hari. Kegiatan dilaksanakan selama 1-2 hari dengan jumlah pengunjung dalam satu kali kegiatan interpretasi 5-10 orang. Materi yang perlu disiapkan disajikan pada tabel 18.
Tabel 18 Materi interpretasi di jalur interpertasi Togo Molengo No. Bentuk Kegiatan Materi yang Perlu Disiapkan
2. Membuat Kasuami a. Pengenalan Kasuami dan bentuk alat pembuatannya (gepe) b. Cara menggunakan gepe
c. Proses pembuatan 3. Melihat cara pembuatan
Jalajah
a. Pengenalan Jalajah b. Proses pembuatannya
3. Menenun leja a. Pengenalan bentuk dan fungsi alat-alat tenun b. Cara menggunakan alat tenun
c. Perbedaan Leja Pulau Kapota dengan pulau lain di Wakatobi
d. Pentingnya Leja bagi masyarakat Pulau Kapota 4. Kunjungan ke tempat
bersejarah sekaligus berziarah ke makam Bapak Barakati
a. Menceritakan arti Togo Molengo, bentuknya pada zaman dahulu, memperlihatkan bekas Togo (kampung kedua), dan menceritakan adanya Togo pertama (Katiama)
b. Menceritakan sejarah penyiar Islam pertama di Pulau Kapota sehingga tertarik untuk ketempat-tempat lainnya c. Mengenalkan Bapak Barakati yang sangat dihormati oleh
masyarakat
5.7.4 Jalur Interpretasi Batu Banakawa
Jalur interpretasi Banakawa memiliki rentang jarak tempuh yang cukup panjang yaitu ±3400 m tetapi memiliki aksesibilitas yang tidak terlalu sulit sehingga menarik untuk dilewati. Karena jalur ini cukup panjang maka akan menarik sekali jika jalur dilewati dengan sepeda gunung yang direncanakan akan disiapkan oleh pihak pengelola. Tema yang diangkat adalah ”Pulau Kapota mampu memberikan kesan dan pesan yang bisa diungkapkan dan diceritakan kembali dikemudian hari”. Tujuan pembuatan Jalur Interpretasi Batu Banakawa adalah mengajak pengunjung untuk menikmati sumberdaya alam Pulau Kapota yang diwakili oleh jalur SPKP-Batu Banakawa sehingga meninggalkan kesan dan pengalaman yang tidak terlupakan. Dalam hal ini dapat terlihat bahwa kawasan Kepulauan Wakatobi tidak hanya memiliki keindahan bawah laut saja tetapi pulau-pulaunya juga memiliki keindahan dan daya tarik tersendiri untuk dinikmati.
Jalur ini ditujukan untuk semua pengunjung yang datang ke wakatobi dari berbagai kelas umur (usia 9-50 tahun), juga merupakan salah satu alternatif bagi pengunjung yang tidak bisa menikmati keindahan bawah laut Wakatobi karena tidak bisa berenang. Sehingga Pulau Kapota bisa menjadi salah satu kawasan wisata yang memiliki keunggulan tersendiri dibandingkan dengan kawasan lain di Kepulauan Wakatobi yang hanya menawarkan keindahan bawah lautnya saja. Posisi/letak jalur tersebut berada di bagian timur sampai barat Pulau Kapota (Gambar 62)
Bagi pengunjung yang tidak sempat untuk ke jalur lainnya tapi ingin melihat banyak objek, maka dapat memilih jalur ini karena Jalur Interpretasi Banakawa memiliki kelebihan dari jalur lainnya yaitu kelengkapan objek utama