• Tidak ada hasil yang ditemukan

Perencanaan Kebutuhan PerawatTahun 2018-2022 Berdasarkan Analisis Beban Kerja Analisis Beban Kerja

4.2 Pembahasan Hasil Penelitian

4.2.1 Perencanaan Kebutuhan PerawatTahun 2018-2022 Berdasarkan Analisis Beban Kerja Analisis Beban Kerja

A. Ruang 1

Ruang 1 merupakan ruang rawat inap kelas III dengan jumlah tempat tidur sebanyak 54 buah. Pada tahun 2017, total ada 12.035 hari rawatan dengan rata-rata jumlah pasien per hari 33 orang. Dari hasil perhitungan beban kerja tahun 2018, jumlah tenaga perawat di Ruang 1 seharusnya 37 orang.

Berdasarkan data bulan Maret 2018, jumlah perawat yang bertugas di

beban kerja yang tinggi dengan rasio sebesar 0,3sehingga masih kekurangan perawat sebanyak 26 orang.

Manuho, dkk (2015) menyatakan ada hubungan beban kerja dengan kinerja perawat dalam pemberian asuhan keperawatan di Instalasi Rawat Inap. Selanjutnya, penelitian yang dilakukan Sihotang (2016) pada RSU Dr. G.L. Tobing Tanjung Morawa diperoleh kesimpulanbahwa perawat di ruang rawat inap memiliki beban kerja tinggi dengan mutu pelayanan keperawatan kurang berkualitas. Dengan demikian, bila RSUD Dr. H.

Kumpulan Pane ingin meningkatkan kualitas pelayanan maka dapat dilakukan dengan mengelola beban kerja perawat secara seimbang. Jumlah perawat di Ruang 1 sebaiknya ditambah untuk memperkecil kesenjangan tersebut.

Perbedaan status ruang rawat inap turut mempengaruhi tingkat beban kerja perawat. Sutarman (2011) melakukan perbandingan beban kerja perawat Ruang Rawat Inap VIP dengan Bangsal di RSUP Dr. Soeradji Tirtonegoro Klatenmenggunakan metode work sampling.Ditemukan bahwa beban kerja perawat ruang bangsal lebih besar 52 menit setiap harinya dibandingkan perawat ruang VIP, dengan keadaan kerja yang sama.

Selanjutnya Haryatun (2016) menyatakan dengan beban kerja perawat yang sama di ruang VIP dan Bangsal RS Roemani Semarang, ternyata perawat ruang bangsal lebih mengalami stres kerja dibandingkan perawat ruang VIP.Hal ini dapat disebabkan lingkungan kerja yang cenderung

panas, sirkulasi udara kurang lancar dan jumlah pasien dan keluarganya yang padat berada di dalam ruangan.

Dalam 1 kamar di Ruang Inap kelas III diisi oleh 6 buah tempat tidur.

Ruangan ini berada di lantai 2 tanpa dilengkapi fasilitas lift sehingga mobilisasi pasien menggunakan tangga landai. Kondisi ini membuat perawat mengalami kesulitan dan meningkatkan resiko cedera pada perawat dalam mobilisasi pasien. Manajemen RSUD Dr. H. Kumpulan Pane dapat turut mempertimbangan faktor tersebut saat melakukan analisis beban kerja perawat.

Berdasarkan analisistrend linear, pada Ruang 1 rata-rata pertumbuhan jumlah hari rawatan tahun 2019-2022 sebesar 1,76 %. Untuk memenuhi jumlah permintaan yang terus bertambah sebesar rata-rata sebesar 1,76%, maka dapat dilakukan penambahan jumlah perawat 1 orang setiap tahunnya. Tahun 2019, diprediksi jumlah hari rawatan bertambah menjadi 14.217 hari maka dibutuhkan perawat sebanyak 38 orang untuk melayani di Ruang 1. Pada akhir periode tahun 2022 maka perawat yang bekerja di Ruang 1 sebanyak 41 orang.

B. Ruang Pavilliun 1

Ruang Pavilliun 1 merupakan ruang rawat inap bedah dengan jumlah tempat tidur sebanyak 27 buah. Pada tahun 2017, total ada 5010 hari rawatan dengan rata-rata jumlah pasien per hari 14 orang. Dari hasil perhitungan beban kerja tahun 2018, jumlah tenaga perawat di Ruang Pavilliun 1 seharusnya 16 orang. Berdasarkan data bulan Maret 2018, jumlah perawat yang bertugas di Ruang Pavilliun 1 sebanyak 10 orang.

0,6 sehingga masih kekurangan tenaga perawat sebanyak 6 orang.

Menurut Gillies (1996, dalam Gatot dan Adisasmito, 2015), pada ruang perawatan bedah, pasien yang dirawat adalah pasien pascaoperasi, sehingga tingkat ketergantungannya terhadap perawatan yang diberikan perawat termasuk kategori parsial care dan total care. Pasien melewati fase akut dari pascaoperasi. Keadaan pasien masih tidak stabil dan rentan terkena infeksi sehingga memerlukan observasi tanda-tanda vital setiap 4 jam sekali. Hal ini tentu mempengaruhi beban kerja perawat yang bekerja di ruangan ini.

Berdasarkan analisis trend linear, Ruang Pavilliun 1 mengalami penyusutan jumlah hari rawatan tahun 2019-2022 rata-rata sebesar 6,3%

yang artinya untuk efisiensi dapat dilakukan pengurangan perawat sebanyak 1 orang setiap tahun. Maka tahun 2019, jumlah kebutuhan perawat menjadi sebanyak 15 orang. Bahkan pada akhir periode tahun 2022, perawat yang bekerja di Ruang Pavilliun 1 hanya sebanyak 12 orang.

Kondisi menurunnya jumlah hari rawatan di ruang Pavilliun 1 dipengaruhi oleh jumlah tindakan di kamar operasi yang juga menurun. Tahun 2013 ada 871 tindakan operasi, kemudian jumlah ini menurun pada tahun 2014 dan 2015. Tahun 2014, dilakukan tindakan operasi sebanyak 568 dan tahun 2015 sebanyak 442 tindakan. Tahun 2016 ada peningkatan jumlah tindakan operasi menjadi 615 tindakan tetapi tidak serta merta

lebih banyak tindakan operasi yang dilakukan adalah sectio caesarea, jadi tindakan perawatannya dilakukan di ruang maternitas. Pada tahun tersebut, rumah sakit swasta di Kota Tebing Tinggi telah bekerja sama dengan BPJS. Hal ini menyebabkan pasien BPJS mempunyai alternatif pilihan rumah sakit lain ketika memerlukan tindakan operasi. RSUD Dr. H.

Kumpulan Pane sebaiknya terus berusaha meningkatkan daya saingnya terhadap rumah sakit lain di Kota Tebing Tinggi.

C. Ruang VIP A

Ruang VIP A merupakan ruang rawat inap kelas VIP dan Super VIP dengan jumlah tempat tidur sebanyak 10 buah. Pada tahun 2017, total ada 2178 hari rawatan dengan rata-rata jumlah pasien per hari 6 orang. Dari hasil perhitungan beban kerja tahun 2018, jumlah tenaga perawat di Ruang VIP A seharusnya 8 orang. Berdasarkan data bulan Maret 2018, jumlah perawat yang bertugas di Ruang VIP A sebanyak 9 orang. Beban kerja perawat di ruangan ini terhitung rendah dengan rasio sebesar 1,1 dan kelebihan tenaga perawat sebanyak 1 orang

Kelas VIP dan Super VIP adalah ruang dengan privasi tinggi dimana dihuni oleh satu pasien dengan kamar mandi sendiri. Setiap ruangan memiliki ruang penunggu pasien (rooming in) di dalam kamar. Ruang VIP diperuntukkan bagi pasien yang selain memerlukan penanganan pelayanan kesehatan juga menginginkan perawatan dengan fasilitas terbaik. Dengan demikian, pasien memiliki harapan tinggi terhadap kualitas pelayanan.

Perawat dituntut dapat memberikan pelayanan terbaik dan cepat tanggap

mengutamakan kepuasan pasien dan keramahtamahan.

Berdasarkan Pedoman Teknis Bangunan Rumah Sakit Ruang Rawat Inap yang ditetapkan Kementerian Kesehatan, Ruang rawat inap kelas VIP memiliki 1 tempat tidur setiap kamar dengan luas ruangan minimal 18 meter persegi. Palupi, dkk (2016) menyatakan, faktor tingkat pendapatan, ketersediaan kelas perawatan, tarif rumah sakit, kualitas pelayanan, kenyamanan, privasi, kelengkapan fasilitas dan asuransi tambahan memiliki pengaruh simultan terhadap pilihan pasien rawat inap BPJS Kesehatan naik kelas perawatan dari kelas I ke kelas VIP. Menurut Peraturan Menteri Kesehatan (Permenkes) Nomor 4 Tahun 2017, peserta jaminan kesehatan nasional yang menginginkan kelas pelayanan rawat inap yang lebih tinggi dari haknya, harus membayar selisih biaya/tambahan biaya setiap episode rawat inap. Pembayaran selisih biaya dilakukan oleh peserta, pemberi kerja dan/atau asuransi kesehatan tambahan. Untuk menempati kamar VIP, pasien dituntut untuk membayar lebih tinggi. Kondisi ini merupakan kesempatan bagi RSUD Dr. H.

Kumpulan Pane untuk meningkatkan pendapatannya.

Berdasarkan analisis trend linear, pada Ruang VIP A rata-rata pertumbuhan jumlah hari rawatan tahun 2019-2022 sebesar 0,5%.

Pertumbuhan ini terhitung sangat rendah. Seharusnya RSUD Dr. H.

Kumpulan Pane berupaya agar pasien lebih tertarik menjalani perawatan di Ruang VIP. Hasil observasi langsung ditemukan sebanyak 5 ruangan

walaupun pasien bersedia membayar selisih biaya kamar VIP tetapi ruangan yang ada tidak siap huni sehingga pasien terpaksa mencari pilihan kamar yang lain. Apabila pasien tidak menemukan kamar yang sesuai, besar kemungkinan pasien tersebut akan mencoba alternatif perawatan di rumah sakit lainnya.

D. Ruang VIP B

Ruang VIP B merupakan ruang rawat inap yang terdiri dari ruang VIP dengan 13 kamar dan ruangKelas 2 sebanyak 2 kamar dengan masing masing memiliki 6 tempat tidur. Seluruhnyaada 25 buah tempat tidur.

Tempat tidur yang berfungsi dengan baik sebanyak 21 buah. Pada tahun 2017, total ada 3137 hari rawatan dengan rata-rata jumlah pasien per hari 9 orang. Dari hasil perhitungan beban kerja tahun 2018, jumlah tenaga perawat di Ruang VIP B seharusnya 24 orang. Berdasarkan data bulan Maret 2018, jumlah perawat yang bertugas di Ruang VIP B sebanyak 11 orang. Beban kerja perawat di ruangan ini terhitung tinggi dengan rasio sebesar 0,5 sehingga kekurangan tenaga perawat sebanyak 13 orang.

Ruangan VIP B berada di lantai 2. Untuk mobilisasi pasien dapat menggunakan tangga landai atau lift. Lift tersebut berada di ruang VIP A, sehingga jarak tempuh menjadi lebih jauh dan membutuhkan waktu lebih lama. Kondisi ini menambah beban kerja perawat di Ruang VIP B.

Berdasarkan analisis trend linear, pada Ruang VIP B rata-rata pertumbuhan jumlah hari rawatan tahun 2019-2022 sebesar 2%. Rumah sakit dapat melakukan penambahan sebanyak 1 orang perawat setiap 2 tahun.

memiliki nilai BOR sebesar 40,9 %. Salah satu cara mengukur kinerja ruang rawai inap adalah dengan nilai Bed Occupancy Ratio (BOR). Nilai BOR adalah persentase pemakaian tempat tidur pada satuan waktu tertentu. Indikator ini memberikan gambaran tinggi rendahnya tingkat pemanfaatan tempat tidur rumah sakit. Nilai parameter BOR yang ideal yang ditetapkan Kementerian Kesehatan RI adalah antara 60-85%.

Ruangan VIP B masih punya banyak potensi untuk menambah nilai BOR.

Manajemen RSUD Dr. H. Kumpulan Pane harus berupaya meningkatkan pertumbuhan hari rawatan paling sedikit sebesar 10% setiap tahun sehingga mencapai nilai BOR diatas 60% pada tahun 2022.

E. Ruang Anak

Ruang rawat inap yang terdiri dari 1 kamar VIP (1 unit tempat tidur), 2 kamar kelas I (4 unit tempat tidur), 3 kamar kelas II (15 unit tempat tidur) dan 1 kamar kelas III (9 unit tempat tidur). Total ada 29 tempat tidur, tetapi yang berfungsi dengan baik 23 tempat tidur. Ruangan ini untuk anak usia dibawah 14 tahun. Pada tahun 2017, total ada 3044 hari rawatan dengan rata-rata jumlah pasien per hari 9 orang. Dari hasil perhitungan beban kerja tahun 2018, jumlah tenaga perawat di Ruang anak seharusnya 15 orang. Berdasarkan data bulan Maret 2018, jumlah perawat yang bertugas di Ruang Anak sebanyak 4 orang, Beban kerja perawat di ruangan ini tinggi dengan rasio sebesar 0,3 dan kekurangan perawat sebanyak 11 orang.

Wong (2009, dalam Apriany, 2013) menyatakan, anak yang dirawat di rumah sakit akan berpengaruh pada kondisi fisik dan psikologinya, karena harus beradaptasi dengan lingkungan rumah sakit. Lingkungan rumah sakit yang asing, peralatan medis yang menakutkan dan prosedur medis yang menyakitkan sering menjadi hal traumatis bagi anak.

Perawat sebagai tenaga kesehatan yang paling sering berinteraksi dengan anak dan keluarga sangat berperan dalam mengurangi cemas pada anak dan orang tua. Peran perawat sebagai edukator mendemonstrasikan prosedur, memberikan informasi dengan bahasa yang mampu dipahami tentang penyakit anak, pengobatan, perkembangan, perawatan yang diberikan, membangun kepercayaan, meningkatkan keterlibatan orang tua, memfasilitasi kebutuhan fisik dan emosional, memfasilitasi hubungan positif orangtua dengan staf rumah sakit dalam berkomunikasi dan menjaga sistem dukungan keluarga.

Berdasarkan analisis trend linear, pada Ruang Anak rata-rata pertumbuhan jumlah hari rawatan tahun 2019-2022 sebesar 3,9% yang artinya untuk memenuhi jumlah kebutuhan perawat dapat dilakukan penambahan jumlah perawat 1 orang setiap tahunnya. Tahun 2019, diprediksi jumlah hari rawatan bertambah menjadi 3.504 hari maka dibutuhkan perawat sebanyak 16 orang untuk melayani di Ruang Anak. Pada akhir periode tahun 2022 maka perawat yang bekerja di Ruang Anak sebanyak 19 orang.

F. Ruang Isolasi

Ruang Isolasi merupakan ruang rawat inap dengan pasien diagnosa demam berdarah dan tetanus. Penderita demam berdarah yang dirawat di

orang disekitarnya melalui gigitan nyamuk. Penderita tetanus dirawat di ruangan ini karena pasien memerlukan ruangan agak gelap dan tenang untuk mencegah cahaya dan kebisingan yang dapat menimbulkan kejang dan nyeri.

Ruangan ini terdiri dari 14 ruangan dengan tempat tidur sebanyak 14 buah.

Pada tahun 2017, total ada 1265 hari rawatan dengan rata-rata jumlah pasien per hari 4 orang. Dari hasil perhitungan beban kerja tahun 2018, jumlah tenaga perawat di Ruang Isolasi seharusnya 6 orang. Berdasarkan data bulan Maret 2018, jumlah perawat yang bertugas di Ruang Isolasi sebanyak 5 orang. Beban kerja perawat di ruangan ini tinggi dengan rasio sebesar 0,8 dan kekurangan tenaga perawat sebanyak 1 orang.

Perawat melakukan observasi dan mengikuti perkembangan perjalanan penyakit sehingga dapat diketahui apakah kondisi pasien menjadi lebih baik atau sebaliknya kondisinya menjadi lebih buruk. Asuhan keperawatan yang dilakukan seperti monitor tanda-tanda pendarahan, hasil laboratorium, tanda-tanda vital, status cairan dan kolaborasi dengan dokter dalam pemberian obat.

Tenaga medis, perawat, pengunjung atau siapapun yang keluar masuk ruangan harus mengikuti prosedur pencegahan infeksi. Oleh karena itu, selain perawat memperhatikan kondisi pasien, perawat juga bersikap bijak dalam menegakkan disiplin jam kunjung bagi keluarga pasien.

Berdasarkan analisis trend linear, pada Ruang Isolasi rata-rata

sakit dapat melakukan penambahan perawat sebanyak 1 orang setiap periode 2 tahun.

Jumlah kunjungan pasien pada ruangan isolasi bersifat musiman. Ketika musim hujan dan terjadi wabah demam berdarah, maka ruangan ini akan terisi penuh. Sebaliknya bila musim kemarau, tempat tidur lebih banyak kosong. Pemerintah daerah melalui dinas kesehatannya akan bertindak segera bila terjadi kasus demam berdarah untuk mencegah wabah.

Demikian juga kasus tetanus akan semakin menurun dengan adanya imunisasi tetanus pada ibu hamil dan imunisasi Difteri Pertusis Tetanus(DPT) pada bayi dan anak tingkat sekolah dasar. Data

Kementerian Kesehatan (Buletin Jendela Data dan Informasi Kesehatan, 2012), cakupan imunisasi DPT3 bayi secara nasional terus meningkat dari 90,57% pada tahun 2007 menjadi 94,9% pada tahun 2011. Cakupan imunisasi Difteri Tetanus (DT) pada anak kelas 1, (Tetanus Toxoid) TT kelas 2 dan TT kelas 3 anak tingkat sekolah dasar berfluktuasi dari tahun ke tahun, namun umumnya cakupan telah mencapai minimal 70%. Bila mendapat imunisasi lengkap mulai bayi (tiga dosis DPT) dan usia sekolah (satu dosis DT, dan dua dosis TT) maka kekebalan yang timbul dapat bertahan hingga dua puluh lima tahun dari imunisasi terakhir. Faktor ini akan berpengaruh negatif terhadap kasus pasien tetanus.

Agar nilai BOR di Ruang Isolasi tetap tinggi, manajemen rumah sakit dapat mempertimbangkan ruangan ini bagi perawatan penyakit menular jenis lainnya, seperti Tuberkolosis (TBC) atau Hepatitis B.

Ruang Pinus 1 merupakan ruang rawat inap unit stroke yang baru beroperasi tahun 2016 dengan jumlah tempat tidur sebanyak 10 buah.

Ruangan ini terdiri dari 2 kamar, yaitu: kamar HCU (High Care Unit) dengan 6 tempat tidur dan kamar perawatan standar dengan 4 tempat tidur.

Pada tahun 2017, total ada 2083 hari rawatan dengan rata-rata jumlah pasien per hari 6 orang. Dari hasil perhitungan beban kerja tahun 2018, jumlah tenaga perawat di Ruang Pinus 1 seharusnya 10 orang.

Berdasarkan data bulan Maret 2018, jumlah perawat yang bertugas di Ruang Pinus 1 sebanyak 8 orang. Beban kerja perawat di ruangan ini cukup tinggi dengan rasio sebesar 0,8 sehingga kekurangan tenaga perawat sebanyak 2 orang.

Ruang Pinus 1 memiliki ruang HCU yang khusus merawat pasien stroke dengan kondisi respirasi, hemodinamik dan kesadaran yang stabil tetapi memerlukan pengobatan, perawatan dan pengawasan ketat karena memiliki resiko terjadi ketidakstabilan sewaktu-waktu.Perawat dituntut untuk selalu siaga dan cepat tanggap dalam kondisi gawat darurat.

Pada ruang Pinus 1 tidak dapat dilakukan analisis trend linear karena data jumlah hari rawatan yang tersedia hanya tahun 2016 dan 2017. Nilai BOR tahun 2017 sebesar 57,1%. Nilai ini dapat ditingkatkan dengan menambah kualitas dan fasilitas pelayanan. Alat pemeriksaan pendukung berupa CT-Scan belum siap pakai. Untuk pemeriksaan CT-CT-Scan, maka pasien akan di periksadi rumah sakit lain yang telah bekerja sama dengan RSUD Dr. H.

Kota Tebing Tinggi, bila rumah sakit lain lebih dahulu menyediakan alat CT-Scan maka besar kemungkinan pasien akan beralih ke rumah sakit tersebut.

H. Ruang Pinus 2

Ruang Pinus 2 merupakan ruang rawat inap kelas I yang baru beroperasi tahun 2017 dengan jumlah tempat tidur sebanyak 11 buah. Pada tahun 2017, total ada 1611 hari rawatan dengan rata-rata jumlah pasien per hari 5 orang. Dari hasil perhitungan beban kerja tahun 2018, jumlah tenaga perawat di Ruang Pinus 2 seharusnya 9 orang. Berdasarkan data bulan Maret 2018, jumlah perawat yang bertugas di Ruang Pinus 2 sebanyak 10 orang. Beban kerja perawat di ruangan ini rendah dengan rasio sebesar 1,1 dan kelebihan tenaga perawat sebanyak 1 orang. Ruang Pinus 2berada cukup jauh dari unit pemeriksaan penunjang medis seperti radiologi dan fisioterapi, sehingga perawat membutuhkan waktu dan usaha lebih sebesar dalam mobilisasi pasien.

Pada ruang Pinus 2 tidak dapat dilakukan analisis trend linear karena data jumlah hari rawatan yang tersedia hanya tahun 2017. Tahun 2017 memiliki 1611 hari rawatan dengan nilai BOR sebesar 40,1 %. Ruangan telah beroperasi walaupun fasilitas pendukung seperti televisi dan pendingin ruangan belum tersedia. Pada gedung Pinus 2 juga belum tersedia fasilitas lift untuk keluarga dan pengunjung.

I. Ruang Pinus 3

Ruang Pinus 3 merupakan ruang rawat inap yang baru beroperasi bulan Maret 2018 dengan jumlah tempat tidur sebanyak 11 buah. Dari hasil

Ruang Pinus 3 seharusnya 3 orang. Hal ini disebabkan jumlah pasien yang sangat sedikit. Pada bulan April 2018, hanya 8 hari ruangan Pinus 3 diisi pasien selebihnya ruangan kosong. Berdasarkan data bulan Maret 2018, jumlah perawat yang bertugas di Ruang Pinus 3 sebanyak 6 orang. Beban kerja perawat di ruangan ini rendah dengan rasio sebesar 2.

Letak ruangan ini berada di lantai 3 sementara fasilitas lift untuk pengunjung pasien belum tersedia. Fasilitas pendukung seperti TV, Kulkas, dan AC di setiap kamar juga masih belum dilengkapi.

Dari segi biaya, hal ini menambah beban pengeluaran rumah sakit. Untuk memenuhi pelayanan keperawatan selama 24 jam dibutuhkan minimal 10 orang dengan rincian sebagai berikut: 3 orang bertugas shift pagi, 2 orang shift siang, 2 orang shift malam, 2 orang libur pergantian shift dan 1 orang

bila dalam kondisi tidak hadir (izin, sakit, cuti). Manajemen RSUD Dr. H.

Kumpulan Pane dapat kembali mengevaluasi apakah keputusan mengoperasikan ruang Pinus 3 saat ini sudah tepat.

Rekapitulasi Perencanaan SDM Perawat di Ruang 1, Pavilliun 1, VIP A, VIP B, Ruang Anak, Ruang Isolasi, Pinus 1, Pinus 2 dan Pinus 3 dapat dilihat pada tabel 4.14 dibawah ini:

kebutuhan perawat di Ruang 1 sebanyak 37 orang dengan jumlah perawat saat ini 11 orang artinya kekurangan sebanyak 26 orang.Kebutuhan perawat di Pavilliun 1 sebanyak 16 orang dengan jumlah perawat saat ini 10 orang artinya kekurangan sebanyak 6 orang.Kebutuhan perawat di Ruang VIP A sebanyak 8 orang dengan jumlah perawat saat ini 9 orang artinya kelebihan sebanyak 1 orang.Kebutuhan perawat di VIP B sebanyak 24 orang dengan jumlah perawat saat ini 11 orang artinya kekurangan sebanyak 13 orang.Kebutuhan perawat di Ruang Anak sebanyak 16 orang dengan jumlah perawat saat ini 4 orang artinya kekurangan sebanyak 12 orang.Kebutuhan perawat di Ruang Isolasi sebanyak 6 orang dengan jumlah perawat saat ini 5 orang artinya kekurangansebanyak 1 orang. Kebutuhan perawat di Pinus 1 sebanyak 10 orang dengan jumlah perawat saat ini 8 orang artinya kekurangan sebanyak 2 orang. Kebutuhan perawat di Pinus 2 sebanyak 9 orang dengan jumlah perawat saat ini 10 orang artinya kelebihan sebanyak 1 orang. Kebutuhan perawat di Pinus 3 sebanyak 3 orang dengan jumlah perawat saat ini 6 orang artinya kelebihan sebanyak 11 orang.

Kebutuhan perawat di Ruang Rawat InapRSUD Dr. H. Kumpulan Pane tahun 2018 sebanyak 129 orang dengan jumlah perawat saat ini 74 orang.

Kekurangan tenaga perawat sebanyak 55 orang. Untuk memenuhi kebutuhan perawat tahun 2019 perlu dilakukan penambahan sebanyak 5 orang. Tahun 2020 dilakukan penambahan sebanyak 8 orang. Tahun 2021 dilakukan penambahan 5 orang. Tahun 2022 dilakukan penambahan 7 orang.

Dokumen terkait