• Tidak ada hasil yang ditemukan

BAB II PENGHAPUSAN BARANG MILIK NEGARA DALAM

A. Kekayaan Negara

2. Perencanaan Komprehensif dan Faktor Fundamental

Pengelolaan kekayaan negara yang ideal dalam kerangka optimalisasi penerimaan, efisiensi pengeluaran, dan efektivitas pengelolaan diperlukan guna menjamin bahwa sumber daya yang terbatas dapat dimanfaatkan secara maksimal dengan menekan biaya-biaya yang timbul seminimal mungkin, sehingga pengelolaan kekayaan negara tersebut dapat memberi kontribusi bagi pertumbuhan ekonomi negara, meningkatkan taraf hidup masyarakat, dan mampu mengantisipasi green issue (pelestarian lingkungan) di masa depan. Pengelolaan kekayaan negara secara “ala kadarnya” akan membebani keuangan negara yang pada gilirannya menimbulkan pemborosan-pemborosan yang seharusnya dapat dialokasikan untuk anggaran pendidikan, kesehatan, dan tujuan-tujuan kesejahteraan masyarakat banyak lainnya.

Pengelolaan kekayaan negara yang ideal tersebut ditempuh melalui formulasi pengelolaan kekayaan negara strategis yang merupakan suatu pola pendekatan yang dapat diterapkan berdasarkan kaidah-kaidah profesionalisme, efektifitas, efisiensi, dan visioner. Harus dipahami bahwa pengelolaan kekayaan negara strategis merupakan suatu proses yang harus dapat meningkatkan pemahaman atas kondisi, kinerja, utamanya siklus hidup (life-cycle) kekayaan negara, dan mencakup keputusan terkait yang diambil agar dapat secara tepat dan akurat.

Gambar 1 Life-Cycle Kekayaan

Sumber : Better Practice Guide, Asset Management Handbook, 1996

Pemahaman atas fase-fase dalam siklus hidup kekayaan negara merupakan komponen penting untuk sekaligus memahami anggaran atau konsekuensi biaya yang timbul dari seluruh siklus tersebut yang dikenal dengan istilah life-cycle costing.52 Kedua hal dimaksud dipertimbangkan sebagai bagian dalam perencanaan komprehensif.

Pengelolaan kekayaan negara yang ideal diawali dengan perencanaan komprehensif yang merupakan rencana jangka panjang holistik dalam rangka mencapai tujuan dan menciptakan mekanisme untuk mengintegrasikan perencanaan strategis dan penganggaran strategis. Dalam pengelolaan kekayaan negara harus

52

Australian National Audit Office, Asset Management Handbook, (Canberra: ANAO, 1996), hlm. 8-9.

dapat diidentifikasikan kebutuhan dan harapan stakeholders sehingga delivery services (pelayanan yang diberikan) sesuai dengan standar pelayanan dan kinerja yang diinginkan. Proses perencanaan komprehensif pengelolaan kekayaan negara dimaksud dapat diilustrasikan berikut ini :

Gambar 2

Proses Perencanaan Komprehensif

Sumber : Better Practice Guide, Asset Management Handbook, 1996

Berdasarkan ilustrasi di atas, proses perencanaan komprehensif dalam pengelolaan kekayaan negara dijabarkan lebih lanjut yang meliputi :

1. Penetapan tujuan, dengan melaksanakan koordinasi dan konsultasi dengan stakeholders sejalan dengan visi dan misi pengelolaan kekayaan negara serta memperhatikan regulasi terkait;

2. Review atas delivery services dan kinerja kekayaan negara yang terukur, dimana hal tersebut guna menjamin segala sesuatunya sejalan dengan tujuan dengan memperhati-kan harapan stakeholders dan regulasi terkait. Standar pelayanan yang ada harus memperhatikan kualitas, kuantitas, ketersediaan, keandalan, keamanan,, dan efisiensi serta kedepannya dapat menganti-sipasi isu lingkungan (green issue);

3. Proyeksi pertumbuhan dan permintaan/kebutuhan, dengan memperhatikan kondisi saat ini dan masa depan menyangkut perubahan teknologi, regulasi, dan tuntutan masyarakat yang semakin berkembang;

4. Review terus menerus atas pengelolaan kekayaan negara, untuk menjamin

pemanfaatan, pemeliharaan, penggantian/pembaharuan, perolehan, dan penghapusan secara optimal dengan mempertimbangkan tujuan sosial dan komersial/bisnis;

5. Aspek akuntansi termasuk proyeksi keuangan/anggaran yang terukur menyangkut :

a. alokasi anggaran pengelolaan kekayaan negara;

b. estimasi biaya yang timbul di masa depan untuk operasionalisasi, pemeliharaan, pembaharuan, perolehan, dan penghapusan kekayaan negara;

c. prediksi atas nilai (value) kekayaan negara berikut nilai depresiasinya; d. penggunaan asumsi-asumsi dasar yang valid dalam proyeksi.

6. Mekanisme pemantauan, pengawasan, dan penelaahan pengelolaan kekayaan negara secara optimal;

7. Perencanaan perbaikan berkelanjutan (improvement plan) yang diagendakan secara berkelanjutan untuk menemukan model pengelolaan kekayaan negara yang ideal.

Setelah dipahami bahwa kebutuhan perencanaan komprehensif sangat penting, selanjutnya dalam memulai implementasinya perlu memperhatikan faktor- faktor funda-mental bagi keberhasilan pengelolaan kekayaan negara berdasarkan pengalaman negara lain seperti Australia dan Selandia Baru, yaitu53:

1. Reformasi regulasi dan struktural guna mendukung pengelolaan kekayaan negara secara prudent dan berkelanjutan (sustainable);

2. Supporting-system guna meningkatkan pemahaman dan kemampuan

melalui sistem informasi, pengembangan sistem dan prosedur, dan pendidikan dan pelatihan berkelanjutan;

3. Pemantauan/monitoring secara reguler atas kinerja pengelolaan kekayaan negara mencakup untuk menjamin bahwa hasil dapat dicapai sesuai rencana.

Dalam hal pemenuhan faktor-faktor fundamental di atas telah terpenuhi selanjutnya diimplementasikan langkah awal pengelolaan kekayaan negara yang difokuskan pada :

a. Inventarisasi;

b. Profiling atau Pemetaan (mapping) berupa identifikasi jenis, letak,

aspek hukum penguasaan, pemanfaatan, dan hal-hal terkait;

c. Penilaian (appraisal/valuation) atas nilai terkini (existing value) dan nilai potensi (future value) serta analisis the highest-and-best use; d. Migrasi proses manual ke komputerisasi melalui pembangunan dan

pengembangan sistem informasi;

53

e. Perencanaan jangka pendek dan menengah dalam pengelolaan kekayaan negara yang menyentuh seluruh aspek-aspek fundamental; f. Peningkatan dan pengembangan kualitas SDM sehingga berkompeten

di bidang penilaian, manajemen, akuntansi, properti, investasi, ekonomi, hukum, teknologi komunikasi dan informasi, teknik lainnya, dan sebagainya.

Setelah fokus pada implementasi langkah awal tersebut yang tentunya membutuhkan waktu bertahun-tahun, langkah selanjutnya yang dapat dilakukan secara simultan difokuskan pada54:

1. Peningkatan standar pelayanan dan kinerja;

2. Identifikasi kekayaan negara dengan lebih terperinci/detil dengan coverage lebih luas, modern, dan terintegrasi;

3. Optimalisasi pemanfaatan kekayaan negara menggunakan analisis/model; 4. Pengembangan sistem informasi yang mampu mendukung pengambilan

keputusan yang akurat berdasarkan analisis/model yang dikembangkan.

Atas kekayaan negara yang dibeli atau diperoleh dengan beban Anggaran Pendapatan dan Belanja Negara/Daerah atau berasal dari perolehan lainnya yang sah dimana dipergunakan untuk menyelenggarakan fungsi pemerintahan, maka perencanaan komprehensif dan terpenuhinya faktor-faktor fundamental yang diimplementasikan pada butir-butir fokus di atas diharapkan dapat meningkatkan fungsi-fungsinya yang meliputi :

1. Fungsi Pelayanan

Fungsi ini direalisasikan melalui penggunaan, di mana kekayaan negara digunakan dalam rangka memenuhi kebutuhan organisasi/instansi pengguna sesuai dengan tugas pokok dan fungsi.

54

2. Fungsi Budgeter

Fungsi ini direalisasikan melalui pemanfaatan (sewa, kerjasama pemanfaatan, pinjam pakai, bangun guna serah dan bangun serah guna) dan pemindahtanganan (penjualan, tukar menukar, hibah, dan penyertaan modal negara/daerah).

Kemudian eksistensi dan peran penilai (appraiser/valuer) sangat penting dalam setiap tahapan proses pengelolaan kekayaan negara. Sesuai dengan perkembangan jasa keahlian penilaian di Indonesia, fungsi dan perannya bagi pemerintah adalah sebagai berikut55:

1. Pengenaan tarif pajak;

2. Penghitungan kekayaan nasional; 3. Prediksi potensi wilayah;

4. Dalam rangka penggabungan usaha/penambahan modal bagi perusahaan negara atau guna investasi di bidang-bidang lain;

5. Hibah termasuk bantuan dari pihak lain;

6. Penilaian proyek sebelum diserahkan ke pemerintah; 7. Jual beli;

8. Pembebasan tanah;

9. Penilaian sarana umum (public utilities) untuk mengenakan tarif yang wajar (seperti jalan tol dll).

Sejalan dengan upaya dukungan terhadap optimalisasi pengelolaan kekayaan negara, dengan adanya regrouping penilai-penilai pemerintah ke dalam satu wadah lembaga yang berkonsentrasi dalam bidang penilaian (valuation/appraisal) pada organisasi pengelola kekayaan negara, niscaya akan menimbulkan senergitas atau pendayagunaan secara maksimal penilai internal sekaligus mempercepat pembumian good governance dalam pengelolaan kekayaan negara.

55

Machfud Sidik, Peranan Ahli Penilai Properti Pemerintah dalam Era Globalisasi, (Jakarta: Makalah Musyawarah Nasional II Masyarakat Profesi Penilai (MAPPI) – 20 Desember 1997), hlm. 2.

Ditinjau dari ruang lingkup pekerjaan penilai dalam arti luas, cakupannya meliputi aspek-aspek mulai dari penilaian aktiva tetap, penilaian usaha, penilaian saham, hingga jasa studi kelayakan, investment arranger, dan analisis optimalisasi aset (highest-and-best-use analysis). Melalui proses, penilai pemerintah yang telah bersinergi dalam wadah organisasi pengelola kekayaan negara dapat diarahkan kepada kegiatan-kegiatan yang semakin kompleks tidak hanya memberikan jasanya di tingkat pemerintah pusat, tetapi juga memberikan jasanya bagi pemerintah daerah atau bahkan pihak luar/ swasta/masyarakat sebagaimana kondisi ini telah dialami oleh lembaga penilai pemerintah di Malaysia, Australia, dan negara-negara lainnya.

Pendataan/inventarisasi dan penilaian merupakan langkah awal dalam pengelolaan kekayaan negara. Pendataan/inventarisasi selanjutnya dapat dikembangkan dan didayagunakan secara maksimal guna menentukan fungsi apa yang paling sesuai untuk diambil manfaatnya (highest-and-best use) setelah sebelumnya didahului dengan penilaian sehingga diketahui nilai riil kekayaan negara. Pengetahuan atas nilai dan aspek highest-and-best use dipergunakan untuk menentukan keputusan yang fair misalnya dalam rangka tukar guling, lelang, dan pengelolaan yang lainnya.

Di masa lalu, banyak sekali kekayaan negara dalam bentuk tanah dan bangunan yang ditukargulingkan dengan pihak swasta yang menimbulkan masalah dan menjadi sorotan publik. Hal ini disebabkan ketidakseimbangan atau ketidakakuratan dalam melakukan penilaian terhadap objek yang ditukargulingkan

tersebut. Sesuai ketentuan, kekayaan negara dapat dipindahtangankan melalui lelang. Pelaksanaan penjualan dan atau pemindah-tanganannya memerlukan penilaian yang akurat demi menjamin pelaksanaan lelang yang jujur. Penilaian juga dapat digunakan sebagai dasar penentuan jumlah atau besarnya ganti kerugian yang dapat diberikan kepada masyarakat yang tanahnya terkena dampak pengambilalihan/perolehan tanah untuk kegiatan/proyek pembangunan (eminent domain) yang dilakukan oleh pemerintah. Penentuan nilai ganti kerugian jika tidak dilakukan secara obyektif dan jujur, mengakibatkan gejolak masyarakat yang berkepanjangan seperti kasus-kasus yang sempat menjadi sorotan publik beberapa waktu lalu, seperti kasus Rancamaya, Cimacan, dan Kedungombo.56

Dalam era otonomi daerah, penilaian mempunyai manfaat yang sangat besar dimana dengan diketahuinya nilai aset maka dapat dibentuk basis data aset yang dapat dimanfaatkan untuk:

1. Mengetahui modal dasar daerah dalam usaha privatisasi (mis. Program restrukturisasi BUMD melalui merger dan akusisi maupun privatisasi BUMD); 2. Mengetahui nilai penyertaan dalam melakukan kerja sama usaha dengan pihak

swasta;

3. Memberi informasi kemampuan nilai ekonomis di suatu daerah untuk mengundang investor;

4. Mengetahui nilai dalam rangka penerbitan obligasi daerah (municipal bonds);

56

Resmi, Siti S, Urgensi Penilaian Properti dalam Tatanan Ekonomi Masyarakat, (Jakarta: Majalah Usahawan edisi Oktober 2002, LPEM-Universitas Indonesia), hlm. 19.

5. Mengetahui nilai aset untuk kepentingan tukar guling (ruilslag); 6. Mengetahui dasar nilai dalam pembebasan tanah;

7. Menyusun data awal neraca daerah; dan 8. Menyusun Sistem Informasi Aset.

Dokumen terkait