• Tidak ada hasil yang ditemukan

Konsep Dasar Pengembangan Kawasan

Konsep dasar pengembangan Candi Muara Takus sebagai situs arkeologis adalah menjaga kelestariannya melalui pengembangannya sebagai kawasan wisata budaya. Konsep tersebut bertujuan untuk melestarikan lanskap situs Candi Muara Takus, meningkatkan kesejahteraan masyarakat disekitar candi, serta memberi kepuasan bagi wisatawan domestik maupun wisatawan asing yang berkunjung ke Candi Muara Takus.

Tata Ruang Wisata Budaya

Konsep Ruang Wisata

Konsep ruang merupakan gagasan dalam mengalokasikan dan menata fungsi yang dikembangkan dalam tapak. Dalam kegiatan ini berdasarkan konsep dasar pelestarian melalui pengembangannya sebagai objek wisata maka kawasan Candi Muara Takus akan dibagi menjadi 2 ruang utama, yaitu ruang wisata budaya dan ruang pendukung wisata. Rincian dari ruang-ruang tersebut, diantaranya yaitu :

1. Ruang Wisata Budaya

Ruang wisata budaya luasnya 9.32 Ha atau 9.86% dari luas total kawasan Candi Muara Takus. Ruang ini merupakan ruang tempat elemen objek dan atraksi utama. Dalam tapak diidentifikasi sebagai kompleks bangunan utama Candi Muara Takus dan bangunan pendukung candi dalam radius 100 meter. Ruang wisata budaya terdiri dari ruang wisata umum yang dapat diakses oleh pengunjung serta ruang wisata khusus yang hanya dapat diakses para biksu saat melaksanakan ritual keagamaan. Pada ruang wisata budaya, intensitas penggunaan tapak tidak terlalu tinggi. Aktivitas wisata utama adalah ritual keagamaan bagi komunitas Budhis, menikmati keindahan arsitektural situs Candi Muara Takus serta viewing atraksi-atraksi budaya dan ritual keagamaan Budhis yang bersifat temporal.

2. Ruang Pendukung Wisata

Merupakan ruang yang menyediakan fasilitas pendukung wisata dan pengelolaan tapak. Luasan dari ruang ini adalah 85.18 Ha (90.14%) dari luas total kawasan Candi Muara Takus. Ruang ini ditujukan untuk mengakomodasi kebutuhan pengunjung dan masyarakat sekitar tapak. Ruang ini terdiri dari pintu masuk kawasan, ruang penerimaan, ruang pelayanan wisata, dan ruang transisi yang berfungsi sebagai pembatas fisik dan visual pada tapak serta sebagai pelindung ruang-ruang wisata yang ada didalam kawasan. Ruang transisi memberi efek psikologis bagi pengunjung sebagai ruang peralihan sebelum dan sesudah memasuki ruang wisata. Diagram konsep pembagian ruang dalam kawasan dapat dilihat pada Gambar 35.

Gambar 35. Diagram Konsep Pembagian Ruang

Rencana Tata Ruang

Berdasarkan hasil analisis sintesis dan konsep yang telah dikembangkan maka kawasan Candi Muara Takus akan terbagi menjadi ruang wisata budaya dan ruang pendukung wisata budaya. Ruang wisata budaya terbagi menjadi wisata budaya khusus dan wisata budaya umum. Sementara ruang pendukung wisata terbagi menjadi ruang penerimaan, ruang transisi, dan ruang pelayanan wisata

(Gambar 36). Pengembangan fisik yang dilakukan pada tiap ruang berbeda disesuaikan dengan kebutuhan masing-masing. Rincian perencanaan tiap ruang, diantaranya yaitu:

1. Ruang Wisata Budaya Khusus

Ruang wisata budaya khusus (0.97 Ha atau 1.02%) adalah area tempat bangunan utama candi dan bangunan lain yang terkait secara langsung dengan ritual keagamaan yang dilaksanakan dalam tapak. Ruang ini tidak mengalami tambahan atau pengurangan elemen dari situs yang sudah ada. Kondisinya dijaga sesuai dengan aslinya saat ditemukan. Ruang wisata budaya khusus hanya dapat diakses para biksu dan umat Budha saat melaksanakan ritual keagamaan. Pada ruang ini akan disediakan papan informasi yang memuat latar belakang sejarah dan budaya masing-masing bangunan candi serta korelasi fungsinya dalam ritual agama yang dilakukan pada tiap bangunan.

2. Ruang Wisata Budaya Umum

Ruang wisata budaya umum (6.62 Ha atau 7.00%) terdiri kawasan sekitar bangunan utama candi (batas 74x74 meter) dan bangunan pendukung candi dalam radius 100 meter. Ruang tersebut merupakan ruang yang mengakomodasi pengunjung untuk menikmati keindahan arsitektur Candi Muara Takus, atraksi-atraksi budaya serta ritual keagamaan Budhis yang bersifat temporal. Pada ruang wisata umum disediakan fasilitas wisata berupa panggung gelar budaya, shelter, tempat duduk dan site museum.

3. Ruang Penerimaan

Merupakan bagian dari ruang pendukung wisata budaya. Ruang penerimaan (3.81 Ha atau 4.03%) berfungsi sebagai pintu masuk utama untuk memasuki kawasan wisata budaya Candi Muara Takus atau sebagai penyambut bagi para wisatawan yang datang ke kawasan ini. Penetapan ruang ini ditujukan sebagai identitas awal memasuki kawasan wisata sehingga memudahkan pengunjung untuk masuk dan keluar dari kawasan. Selain itu dengan adanya ruang penerimaan, pengunjung yang datang ke kawasan dapat teridentifikasi dengan baik.

4. Ruang Transisi

Ruang transisi berfungsi sebagai perlindungan dan pengendalian pengunjung agar tidak terkonsentrasi pada halaman utama candi. Ruang transisi (29.90 Ha atau 31.64%) terdiri dari jalur sirkulasi dan penyangga. Penataan pada ruang transisi bertujuan untuk memulihkan lingkungan hijau kawasan yang mendukung kegiatan pelestarian lingkungan. Penataan dilakukan dengan penanaman kembali pohon-pohon asli kawasan, tanaman historik, tanaman penahan angin serta tanaman penghias. Jenis tanaman (Tabel 16) yang dapat digunakan untuk kegiatan penghijauan adalah tanaman yang memiliki makna religi dan filosofi bagi agama Budha. Selain tata hijau juga dilakukan pengembangan fasilitas pendukung yang memberikan kenyamanan bagi pengunjung. Fasilitas yang akan dibangun harus memperhatikan estetika, karakter situs dan bersifat edukatif. Fasilitas pendukung yang ada pada zona penyangga diantaranya yaitu papan informasi, papan petunjuk arah, shelter dan bangku sebagai tempat istirahat dengan orientasi visual ke arah pemandangan candi.

Tabel 16. Tanaman yang memiliki makna religi dan filosofi Agama Budha.

No Nama Tanaman

1. Asam (Tamarindus Indica) 7. Kemuning (Aglaia odorata) 2. Asoka (Polyathia logofolia var. pendulata) 8. Lontar (Borassus flabelifer) 3. Bambu (Bambusa bamboos) 9. Maja (Aegle marmelos) 4. Beringin (Ficus benjamina) 10. Sawo kecik (Manikara kauki) 5. Bodhi (Ficus religiosa) 11. Sawo manila (Achras zapotaf) 6. Jati (Tectona grandis) 12. Tanjung (Mimusops elengi) Sumber : Suwito dalam Wulandari, 2004

5. Ruang Pelayanan Wisata

Ruang pelayanan wisata (53.20 Ha atau 56.30%) merupakan ruang yang menyediakan fasilitas pendukung wisata dan pengelolaan tapak. Pada zona pengembangan akan dibangun fasilitas-fasilitas yang direlokasi dari zona penyangga. Selain itu, pada zona pengembangan juga disiapkan fasilitas pendukung wisata tambahan sehingga menjadi tempat yang menarik sebagai pusat sejarah budaya dan rekreasi.

Jalur Wisata Budaya Konsep Sirkulasi

Konsep sirkulasi berperan menggambarkan pergerakan yang direncanakan dalam kawasan wisata. Dalam pengembangannya sirkulasi yang direncanakan akan menggunakan dasar alur sirkulasi dengan melihat peringkat keutamaan dari tiap bangunan. Perjalanan dimulai dengan mengunjungi bangunan yang peringkat keutamaannya paling rendah kemudian meningkat sampai ke bangunan utama. Diagram konsep sirkulasi dalam kawasan dapat dilihat pada Gambar 37.

Gambar 37. Diagram Konsep Sirkulasi Kawasan

Rencana Jalur Wisata

Berdasarkan konsep jalur wisata yaitu melihat peringkat keutamaan dari tiap-tiap bangunan, perjalanan akan dimulai dengan mengunjungi bangunan yang peringkat keutamaannya paling rendah kemudian meningkat sampai ke bangunan utama (daerah sakral). Jalur ini merupakan suatu jalur interpretasi yang menghubungkan objek dan atraksi dalam satu jalur perjalanan. Jalur wisata akan ditunjang dengan adanya media informasi sejarah budaya. Jalur wisata (Gambar 38) ditata senyaman mungkin dengan memaksimalkan view kearah struktur candi dan pemandangan disekitarnya yang potensial. Pengunjung akan mendapat klimaks diakhir perjalanan yaitu kemegahan kompleks bangunan utama Candi Muara Takus.

Rencana Aktifitas dan Fasilitas Kawasan Wisata Budaya

Berdasarkan alokasi ruang dan sirkulasinya, direncanakan kegiatan atau aktivitas pada ruang-ruang yang terbentuk serta fasilitas pendukung yang dibutuhkan untuk tiap aktifitas dan pengelolaannya. Aktivitas pada ruang akan berbeda tergantung fungsi dari tiap ruang. Sementara, fasilitas pendukung wisata yang dikembangkan disesuaikan dengan aktivitas pada tiap-tiap ruang. Rincian fasilitas dan aktifitas wisata yang akan dikembangkan dapat dilihat pada Tabel 17.

Tabel 17. Rencana Pengembangan Wisata Candi Muara Takus

Ruang Aktifitas Wisata Fasilitas Pendukung Wisata Penerimaan

(3.81 Ha/4.03%)

 Interpretasi

 Parkir

 Istirahat

Gerbang masuk, Pos jaga Loket tiket, Papan informasi Area parkir, Kantor Pengelola Toko Souvenir

Transisi

(29.90 Ha/31.64%)

 Mengamati dan menikmati kaindahan candi

 Fotografi

 Menyaksikan pertunjukan

 Ritual Ibadah

 Tur interpretasi kesejarahan

Papan informasi Jalur interpretasi Gazebo/Shelter

Tempat & bangku duduk

Wisata Budaya Khusus

(0.97 Ha/1.02%)

 Mengamati dan menikmati keindahan candi

 Tur interpretasi kesejarahan

 Ritual Ibadah Papan informasi Signed Candi Jalur interpretasi Wisata Budaya Umum (6.62 Ha/7.00%)

 Menyaksikan pertunjukan budaya

 Istirahat

 Fotografi

Tempat & bangku duduk Lapangan terbuka Gazebo/Shelter Pelayanan Wisata Dan Rekreasi (53.20 Ha/56.30%)  Bersampan  Memancing,  Bersampan  Berkemah  Rekreasi

Restoran (darat, apung) Darmaga/dek,

Pelampung pembatas

Dermaga Wisata, Perahu wisata

Camping Ground dan Mess Menara pandang, Playground area

Sumber : Hasil Analisis, 2010

Rencana Lanskap Kawasan Wisata

Rencana lanskap merupakan produk akhir dari penelitian ini. Rencana lanskap dikembangkan berdasarkan rencana tata ruang dan rencana jalur wisata yang menghasilkan blockplan kawasan wisata (Gambar 39) yang diintegrasikan dalam bentuk rencana lanskap (Gambar 40).

Gambar 42. Ilustrasi Gerbang Masuk Kawasan

Gambar 44. Ilustrasi Aktivitas Bersampan

Gambar 46. Ilustrasi Camping Ground

Dokumen terkait