• Tidak ada hasil yang ditemukan

Perencanaan lanskap kawasan agrowisata kebun teh ini terdiri dari rencana ruang, rencana aktivitas wisata, rencana fasilitas, rencana vegetasi, rencana pengelolaan pengunjung, dan rencana daya dukung wisata. Perencanaan dalam bentuk gambar dapat dilihat pada Rencana Lansekap (landscape plan) yang terdapat pada Gambar 35.

Rencana Ruang Ruang Wisata

Ruang wisata adalah ruang bagi pengunjung untuk melakukan aktivitas wisata. Pada ruang ini direncanakan adanya berbagai atraksi yang dapat dinikmati oleh pengunjung. Ruang wisata direncanakan tersebar di dalam perkebunan sesuai dengan kondisi dan potensi tapak. Ruang wisata dibagi menjadi subruang wisata pertanian dan subruang wisata umum. Subruang wisata pertanian adalah ruang yang digunakan pengunjung untuk melakukan aktivitas wisata pertanian seperti melakukan/melihat proses budi daya sampai pengolahan tanaman teh dengan luas ruang 1.143,3 ha. Area yang menyediakan aktivitas di ruang ini, meliputi semua area pada tapak yang ditanami tanaman teh. Subruang wisata umum adalah ruang yang digunakan pengunjung untuk melakukan aktivitas wisata nonpertanian dengan luas ruang 54,6 ha. Area pada tapak yang akan menyediakan aktivitas di ruang ini adalah area yang tidak ditanami tanaman teh, tetapi masih berada di dalam kawasan perkebunan teh.

Ruang Konservasi

Ruang konservasi adalah ruang yang memiliki tingkat kesesuaian wisata rendah. Ruang ini terletak pada daerah-daerah yang berbahaya atau curam pada kawasan perkebunan dan dibagi menjadi ruang konservasi darat dan ruang konservasi air. Ruang konservasi ini tersebar di beberapa titik pada kawasan perkebunan, salah satunya pada kawasan sekitar danau Aroma Pecco termasuk danaunya, serta daerah-daerah curam dari kontur-kontur bukit teh yang ada pada kawasan. Secara spasial letak ruang ini bisa dilihat pada Gambar 35. Ruang

konservasi memiliki daya dukung rendah sehingga berfungsi sebagai penyangga, pelindung area yang peka terhadap gangguan, penjaga tata air, dan sebagai objek wisata visual dengan aktivitas wisata yang terbatas.

Ruang Pelayanan

Ruang pelayanan adalah ruang untuk memberi pelayanan kepada pengunjung dan juga memberikan pelayanan untuk kegiatan perkebunan dan produksi. Ruang ini ditempatkan menjadi ruang pertama yang dikunjungi karena ruang ini menyajikan kebutuhan pengunjung sebelum melakukan aktivitas wisata. Ruang ini direncanakan dibangun pada topografi lahan yang landai sampai sedang. Hal ini agar mempermudah dan mengefisienkan akses pengunjung untuk menuju kawasan ini. Ruang ini dibagi lagi menjadi subruang penerimaan dan sub ruang pelayanan wisata. Subruang penerimaan merupakan area yang pertama kali dikunjungi sebelum pengunjung diarahkan menuju ruang pelayanan. Luas ruang ini yaitu 10,3 ha yang terletak pada awal memasuki area perkebunan di sebelah selatan tapak. Secara spasial, letak ruang ini dapat dilihat pada Gambar 35. Pada ruang ini akan terdapat pintu gerbang yang menandakan ucapan selamat datang di kawasan perkebunan, parkir kendaraan, dan pos jaga. Aktivitas penerimaan dilakukan oleh pihak pengelola PTPN VI Kayu Aro. Subruang pelayanan wisata merupakan ruang yang akan mengakomodasi kebutuhan pengunjung. Pada ruang ini akan tersedia pusat informasi wisata, restoran, penginapan, kios cendramata, kios penyewaan alat, dan mesjid/musholla. Aktivitas pelayanan wisata dilakukan oleh pihak pengelola PTPN VI Kayu Aro yang bekerja sama dengan masyarakat sekitar.

Tabel 9. Alokasi Perencanaan Ruang

Ruang Sub Ruang Luas (ha) Persentase (%)

Wisata Wisata Pertanian 1.143,3 81,1

Wisata Umum 54,6 4,4

Konservasi Konservasi Darat 42,8 3,4

Konservasi Air 3 0,2

Pelayanan 10,3 0,8

Rencana Aktivitas Wisata Wisata Pertanian

Wisata pertanian merupakan wisata yang dilakukan langsung di area budi daya tanaman teh. Pada ruang ini, para wisatawan dapat langsung mengetahui cara pembudidayaan tanaman teh sampai pada proses pengolahannya serta pengunjung juga diajak ikut dalam proses budi daya seperti ikut dalam proses penyetekan atau memetik daun teh. Akhir aktivitas wisata pertanian setelah berkeliling pada area budi daya tanaman teh berada pada pabrik pengolahan. Di pabrik pengolahan, para wisatawan dapat melihat langsung bagaimana proses pengolahan daun teh dari awal sampai menjadi teh yang siap untuk dipasarkan.

Dalam wisata pertanian direncanakan pula aktivitas non-pertanian yang masih berkaitan dengan perkebunan teh, yaitu mengunjungi dan melihat peninggalan-peninggalan sejarah zaman kolonial Belanda seperti pabrik teh, alat-alat perkebunan yang sudah tua, wisma ria yang di dalamnya terdapat sejarah perkembangan perkebunan teh Kayu Aro, serta perumahan-perumahan karyawan/staf perkebunan.

Wisata Umum

Untuk menunjang kegiatan wisata pertanian, serta agar tidak menimbulkan kesan monoton terhadap kawasan perkebunan, di rencanakan pula adanya wisata umum yaitu wisata non pertanian. Area yang menyediakan aktivitas ini tersebar dibeberapa titik dalam kawasan perkebunan yang memiliki potensi yang mendukung untuk diadakan aktivitas rekreasi yakni di sekitar area danau Aroma Pecco dan ruang wisata umum. Aktivitas rekreasi dibagi menjadi rekreasi bersifat aktif dan rekreasi bersifat pasif. Aktivitas rekreasi aktif yang dapat dilakukan yaitu: outbound, camping, bersampan, play ground, tea walk, cycle riding track dan horse riding track. Aktivitas rekreasi pasif yang dapat dilakukan yaitu: picnic, viewing, memancing, duduk-duduk sambil minum teh, photo hunting, interpretasi alam dan melukis.

Tabel 10. Hubungan Ruang, Aktivitas dan Fasilitas

Ruang Sub

Ruang Fungsi Aktivitas Fasilitas

Wisata Wisata Pertanian

Wisata Pertanian

Budidaya, mulai dari pembibitan sampai pengolahan hasil dan pemasaran, tea walk, observasi ke pabrik teh.

Jalur sirkulasi, area budidaya dan pabrik pengolahan.

Wisata

Umum

Rekreasi Outbound, camping,

bersampan, tea walk,

cycle riding track, horse riding track,

playground, picnic, viewing, memancing,

duduk-duduk sambil minum teh, photo

hunting, interpretasi

alam dan melukis.

Track trail, jalur

sirkulasi, shalter, sepeda, kuda, area camping, peralatan camping, sign board, pos jaga, bangku,

shelter, open area,

permainan anak-anak, jalur sirkulasi, dan penerangan.

Konservasi Darat Konservasi dan wisata pasif Jalan-jalan, interpretasi alam, menikmati pemandangan, photo hunting

Jalur sirkulasi, sign

board, dan gazebo/shelter Air Konservasi dan rekreasi Memancing, bersampan, photo hunting

Sampan, deck kayu,

shelter, dan alat

pancing Pelayanan Penerimaan Penerimaan Penyambutan, membeli

tiket, parkir, menjaga keamanan kawasan.

Welcome area, plaza, loket karcis, tempat parkir dan pos jaga Persiapan Persiapan memperoleh informasi

wisata

Gedung pusat Informasi. Pelayanan

wisata

Pelayanan Kegiatan administrasi, beribadah, istirahat, makan-minum, membeli souvenir, menginap Kantor pengelola/administrasi, tempat ibadah, penginapan, restoran, toilet, kios-kios souvenir Rencana Sirkulasi

Pola sirkulasi yang direncanakan pada tapak tetap mengikuti pola sirkulasi alami yaitu mengikuti sirkulasi yang sudah ada sesuai dengan topografi tapak yang berkontur. Sirkulasi yang direncanakan dikembangkan menjadi jalur interpretasi dan jalur pelayanan yang terlihat pada Gambar 31.

Jalur Interpretasi

Jalur interpretasi merupakan sirkulasi yang akan mengarahkan wisatawan untuk dapat menyaksikan atraksi-atraksi yang tersebar di dalam kawasan perkebunan. Jalur ini dapat dilalui dengan berjalan kaki, bersepeda, maupun berkuda tergantung pada jauhnya rute perjalanan. Lebar jalan akan mengikuti lebar alami yang sudah ada pada tapak dan rencanakan pelebaran jalan berkisar 2-3 m dapat dilihat pada Gambar 2-35. Jenis atraksi yang ingin dinikmati pengunjung akan berpengaruh kepada jarak tempuh dan sirkulasi yang dilalui. Bagi pengunjung yang ingin menikmati atraksi wisata di dalam perkebunan akan tetapi lokasi atraksi tersebut berada cukup jauh, maka pengunjung dapat menggunakan sepeda, kuda atau kendaraan wisata yang telah disediakan pengelola dan bisa disewa sehingga para wisatawan bisa menikmati perjalanan dengan santai dan nyaman. Sepanjang jalur sirkulasi terdapat shelter dan menara pandang sebagai tempat pemberhentian (stop area) bagi pengunjung yang merasa lelah dan butuh istirahat setelah melakukan perjalanan wisata.

Gambar 34. Ilustrasi sirkulasi interpretasi

Jalur Pelayanan

Jalur pelayanan dibuat untuk menghubungkan ruang wisata dan ruang pelayanan. Jalur pelayanan berupa jalan utama dan jalan setapak. Jalan utama merupakan jalan existing berupa jalan aspal yang mempunyai lebar 5 m yang sudah sesuai dengan standar jalan yang ideal yang dikemukakan oleh Chiara dan Koppelman (1990) yang menyatakan lebar jalan masuk mobil untuk dua kendaraan minimal 15-18 kaki (4,57-5,49 m). Jalan setapak direncanakan dibuat menggunakan paving konblok supaya dapat menyerap air, yang mempunyai lebar

1,6m. Jalur pelayanan juga digunakan untuk akses masuk para pekerja perkebunan untuk masuk ke perkebunan, akan tetapi akses masuknya dibedakan dengan akses masuk penggunjung sehingga tidak saling mengganggu. Jalan kebun yang digunakan para pekerja perkebunan mengikuti pola jalan alami yang sudah ada tanpa ada pelebaran.

Rencana Fasilitas/Utilitas

Perencanaan berbagai fasilitas disesuaikan dengan aktivitas yang direncanakan dalam tapak. Perencanaan fasilitas merujuk pada data kuisioner pada saat inventarisasi dan standar fasilitas yang harus ada pada kawasan wisata. Beberapa arahan dalam penentuan jenis fasilitas diantaranya sebagai berikut: 1. Fasilitas yang akan dialokasikan dalam tapak harus dapat menunjang tujuan

pengembangan tapak.

2. Fasilitas dapat menampung kebutuhan pengunjung dan pengelola.

Fasilitas yang direncanakan pada area penerimaan terdiri dari akses keluar masuk tapak, jalur sirkulasi dua arah berada pada satu tempat dengan fasilitas pintu gerbang dan pos penjagaan utama. Sepanjang jalur masuk menuju area penerimaan diberi pengarah berupa tanaman pengarah dan umbul-umbul. Selain itu juga dibuat papan penunjuk yang diletakkan sepanjang jalur penerimaan yang dibuat mencolok dan menarik perhatian pengunjung. Area penerimaan ini terdapat didekat pintu masuk utama dengan fasilitas berupa loket tiket, kantor pusat informasi dan area parkir untuk pengunjung yang membawa kendaraan, baik untuk kendaraan roda empat maupun kendaraan roda dua. Tipe parkir yang digunakan adalah yang bersudut 60˚ dengan luas parkir 5000 m2 yang dapat menampung 150 unit kendaraan. Menurut Chiara dan Koppelman (1990), kebutuhan parkir 1 mobil ukuran standar yaitu lebar 2,4-3 meter dan panjang 6 meter. Di sekitar parkir ditanami tanaman peneduh agar kendaraan yang terparkir bisa ternaungi dan tidak panas.

Fasilitas yang terdapat pada area persiapan terdiri dari gedung pusat informasi dimana pengunjung bisa mendapatkan berbagai informasi tentang wisata agro kebun teh Kayu Aro. Informasi yang bisa diperoleh diantaranya mengenai aktivitas, fasilitas dan program wisata yang dapat dinikmati serta

obyek-obyek wisata yang menarik untuk dikunjungi. Informasi yang diberikan bisa berupa informasi langsung dari pihak pengelola atau informasi tertulis yang dibuat dalam bentuk brosur-brosur, foto-foto, peta wisata serta papan informasi. Pada area ini juga terdapat informasi mengenai peraturan dan tata tertib berwisata, parkir kendaraan perkebunan yang akan membawa pengunjung melakukan trekking.

Pada area pelayanan terdapat fasilitas berupa gedung pengelola, gedung serbaguna yang di rancang sesuai dengan bentuk rumah adat masyarakat Kerinci hal ini bertujuan agar ciri khas masyarakat Kerinci dapat ditonjolkan, terdapat pula restoran, penginapan, kios penyewaan alat, dan kios-kios souvenir. Fasilitas-fasilitas ini dibangun di area pelayanan yang dibangun secara terpisah (tunggal). Penginapan disediakan untuk wisatawan yang ingin menikmati wisata lebih dari satu hari atau yang ingin beristirahat untuk melepas lelah.

Fasilitas pada area wisata terdiri dari jalur sirkulasi alami berupa jalan setapak atau tracking, shelter yang diletakkan pada titik-titik tertentu yang berjarak ±1 km sepanjang jalur sirkulasi. Shelter ini bisa digunakan pengunjung sebagai tempat berteduh atau istirahat sambil menikmati pemandangan alam sekitar.

Untuk interpretasi alam pada titik-titik tertentu dilengkapi juga dengan menara pandang. Pada area wisata umum terdapat area camping, area outbound, fasilitas bermain anak, bangku-bangku taman, dan gazebo. Pada area rekreasi sekitar danau disediakan fasilitas area piknik berupa lapangan rumput, perahu kecil/sampan yang bisa digunakan pengunjung untuk berkeliling danau, tersedia pula deck kayu yang terletak menjorok ketengah danau yang bisa digunakan pengunjung untuk duduk-duduk atau memancing. Disekitar danau disediakan tempat penyewaan alat-alat pancing bagi wisatawan yang tidak membawa alat pancing sendiri. Pada setiap area wisata selalu disediakan pos jaga. Hal ini untuk memberikan keamanan dan kenyamanan dalam berwisata.

Pada area konservasi disediakan fasilitas berupa jalur jalan setapak, papan informasi, shelter dan menara pandang. Area konservasi memiliki daya dukung rendah untuk dapat menampung pengunjung oleh sebab itu tidak banyak fasilitas dan aktivitas yang dilakukan di kawasan ini. Fasilitas yang dibangun diusahakan

semaksimal mungkin yang alami dan semi permanen. Hal ini bertujuan untuk menjaga keseimbangan ekologis kawasan. Sedangkan aktivitas yang bisa dilakukan adalah aktivitas jalan-jalan, interpretasi alam, menikmati pemandangan dan melakukan penelitian.

Tabel 11. Rencana Fasilitas

No Jenis fasilitas Dimensi Satuan Jumlah

A. Fasilitas Penunjang Rekreasi

1 Jalur Utama l 5 - 6 m 1

2 Jalur Sirkulasi Kebun l 2 - 3 m 1

3 Track trail l 0,6 - 1 m 1 4 Area Camping 3000 m2 1 5 Area Outbound 3500 m2 1 6 Papan Informasi 0,5x0,6 m 30 7 Shelter 3x1,2 m 30 8 Penunjuk Arah 0,3x0,5 m 40 9 Gazebo 2,5x2,5 m 25

10 Meja dan Bangku Taman 30 set

11 Jalur sepeda/kuda l 2,4 - 3 m 1

12 Dek Kayu 6x5 m 1

13 Perahu Kecil 3x1,5x0,5 m 5

14 Permainan Playground 1 set

15 Menara Pandang 5x5x10 m 15

B. Fasilitas Pelayanan Wisata

1 Pintu Gerbang 6x1x5 m 2

2 Pos Jaga 4 m2 7

3 Loket Penjualan Tiket 9 m2 2

4 Parkiran 5000 m2 1

6 Kantor Pusat Informasi 200 m2 1

7 Musholla 36 m2 3

8 Toilet 2 m2 15

9 Restoran 2000 m2 1

10 Penginapan 6000 m2 1

11 Kios Cendramata 15 m2 15

12 Kios Penyewaan Alat 15 m2 10

Utilitas pada kawasan perkebunan teh ini berasal dari sumber daya yang sudah ada pada tapak. Sumber air bersih berasal dari mata air dan PDAM yang mengalir untuk seluruh kawasan melalui saluran-saluran drainase yang telah disiapkan. Listrik sebagai sumber energi dan penerangan berasal dari saluran listrik yang telah disediakan oleh PLN. Pada kawasan perkebunan ini juga disediakan mesin jenset milik perkebunan untuk menanggulangi kebutuhan listrik

yang tidak dapat dipenuhi oleh PLN. Pengunjung yang datang pada kawasan ini tidak perlu merasa khawatir dalam melakukan komunikasi, karena pada kawasan ini tersedia jaringan penggunanan telepon seluler sehingga dapat memudahkan pengunjung dalam berkomunikasi.

Rencana Vegetasi

Perencanaan vegetasi bertujuan untuk menata berbagai macam bentuk tanaman sehingga memiliki klasifikasi fungsi yang sistematis. Setiap tanaman diharapkan memiliki minimal satu fungsi. Pembagian fungsi tanaman ini diarahkan untuk mengisi ruang sebagai unsur utama, membentuk ruang dan membentuk batas ruang pada area tertentu. Sebagian besar tanaman tetap dipertahankan keberadaannya sesuai dengan kondisi existing, sehingga rencana penataan vegetasi juga memperhatikan perencanaan sebelumnya.

Rencana vegetasi pada tapak akan disesuaikan dengan fungsi yang ingin dicapai yaitu: fungsi produksi, fungsi estetis, fungsi pengarah dan fungsi pembatas. Vegetasi yang digunakan sebagai tanaman produksi adalah tanaman teh (Camelia sinensis) karena tanaman ini memang menjadi tanaman utama yang diproduksi perkebunan. Tanaman teh tersebar diseluruh kawasan tapak dengan luas 1.143,3 ha akan tetap dipertahankan.

Vegetasi yang digunakan untuk meningkatkan estetika direncanakan tanaman yang memiliki nilai keindahan yang khas pada bagian-bagian tanamannya seperti bentuk pertajukan, warna, tekstur bunga, daun dan batang tanaman. Keindahan dari tanaman juga tercipta dengan adanya bayangan, perubahan ketinggian dan kombinasi yang harmonis antara warna, tekstur dan bentuk tanaman dengan lanskap sekitarnya (Carpenter et al, 1975). Tanaman yang memiliki fungsi estetis akan dikembangkan di daerah penerimaan (welcome area), disekitar gedung pengelola, di area piknik dan di sekitar bangunan-bangunan yang letaknya strategis.

Beberapa alternatif tanaman yang ditanam untuk fungsi estetis antara lain: palem sadeng (Livistona rotundifolia), cemara natal (Araucaria columnaris), kayu manis (Cinnamomum burmanii), flamboyan (Delonix regia), sikat botol (Callistemon cifrinus), pisang kipas (Ravenala madagascariensis), agave (Agave

augustifolia), lidah buaya (Aloe vera), krisan (Chrysanthemum sp.), cana (Canna indica), bunga bokor (Hydrangea macrophylla), dahlia (Dahlia variabilis), gladiol (Gladiolus sp.) dan alamanda (Allamanda cathartica).

Vegetasi yang digunakan sebagai tanaman pembatas berfungsi untuk membatasi suatu lokasi, sehingga menimbulkan kesan ruang tertentu. Secara umum, karakteristik tanaman yang berfungsi sebagai tanaman pembatas harus mempunyai ketinggian antara 0,9-1,2 m, ditanam pada jarak dengan jarak berdekatan/rapat dan ditanam secara bervariasi dalam berbagai tekstur, warna dan ukuran (Carpenter et al., 1975). Tanaman pembatas terdapat sepanjang batas pagar tapak, disekitar perkebunan teh sebagai tanaman penyangga (buffer), disekitar daerah rekreasi dan di sekitar daerah parkir sebagai tanaman pembatas fisik (barrier), pengatur pandangan (visual control) dan dapat menjadi daerah transisi yang membedakan dengan kawasan sekitarnya. Selain itu, tanaman yang terdapat di sekitar daerah parkir diusahakan dapat mengendalikan iklim mikro agar kendaraan yang diparkir bisa ternaungi dan tidak panas.

Kriteria vegetasi pembatas yang terdapat di sekeliling tapak menurut Nurisjah (1991) dijelaskan sebagai berikut: mempunyai tajuk yang cukup rindang untuk memberi keteduhan yang optimum, mempunyai perakaran yang baik (tidak dangkal), tidak menghasilkan buah yang besar dan menarik, ketinggian serta besarnya pohon harus dijamin tidak merusak sarana dan prasarana yang ada dan satu jenis tanaman pada satu bagian jalur tertentu untuk mendapatkan kesan rapi dan orientasi.

Beberapa alternatif tanaman yang digunakan untuk tanaman pembatas antara lain: cemara norflok (Araucaria heterophylla), palem sadeng (Livistona rotundifolia), ki hujan (Samanea saman), mahoni (Swietenia mahagoni), kayu putih (Eucaliptus alba), damar (Agathis dammara), sikat botol (Callistemon cifrinus), bauhinia (Bauhinia purpurea), palem wregu (Rhapis exelsa), cana (Canna indica), hyasin (Hyacintus orientalis), lavender (Plectranthus sp.), lidah mertua (Sanseviera trifasciata), bambu pagar (Bambusa multiplex), soka (ixora sinensis), dan lili paris (Chlorophytum comosum).

Vegetasi yang digunakan sebagai tanaman pengarah berfungsi untuk mengarahkan pergerakan pengunjung pada gambar rencana lanskap (Gambar 35),

salah satunya vegetasi ini dapat dilihat di sepanjang jalur utama. Tanaman ini terdapat di sepanjang jalur yang digunakan untuk pergerakan pengunjung dan sekaligus sebagai peneduh. Karakteristik pohon yang digunakan di tepi jalan antara lain: tidak mempunyai akar yang besar di permukaan tanah, tahan terhadap hembusan angin yang kuat, dahan dan ranting tidak mudah patah, pohon tidak mudah tumbang, percabangan tidak menjuntai ke bawah, tidak menghasilkan buah yang besar dan licin bila diinjak, tidak beracun, tidak menghasilkan bau yang tidak enak, tidak mengundang serangga dan hama, sarasah yang dihasilkan sedikit, cukup teduh tetapi tidak terlalu gelap, pohon secara keseluruhan indah, berumur panjang, pertumbuhannya cepat dan tahan terhadap hama penyakit (Harris dan Dines, 1988).

Beberapa alternatif tanaman yang digunakan sebagai tanaman pengarah diantaranya kasia (Cassia siamea), asoka (Saraca indica), teh-tehan (Acalypha macrophyla), taiwan beauty (Cuphea sp.), kembang sepatu (Hibiscus rosasinensis), cana (Canna indica), kecubung (Brugmansia sp.), sikat botol (Callistemon cifrinus), cemara norflok (Araucaria heterophylla), dan kayu manis (Cinnamomum burmanii).

Rencana Pengelolaan Pengunjung

Pengelolaan pengunjung dilakukan sepenuhnya oleh pihak pengelola perkebunan yaitu PTPN VI Kayu Aro. Pengunjung yang baru mamasuki kawasan perkebunan dikonsentrasikan terlebih dahulu pada area penerimaan. Pada area penerimaan ini pengunjung dapat membeli tiket, memarkir kendaraan, memperoleh informasi wisata dan memilih wisata apa yang diinginkan. Setelah para wisatawan paham dengan aturan berwisata dan mengetahui wisata yang ingin dikunjung, maka para pengunjung dapat langsung diarahkan ke tempat-tempat atraksi melalui jalur sirkulasi yang telah ditentukan.

Pengunjung yang ingin dipandu saat berwisata juga dapat meminta jasa guide yang telah disediakan oleh pihak pengelola. Pada kawasan wisata juga telah disebar pos-pos jaga yang bertujuan untuk memberi kenyamanan dan keamanan bagi pengunjung serta sebagai tempat memperoleh informasi. Pengunjung juga

akan dibekali dengan peta lokasi wisata sehingga pengunjung dapat mengitari kawasan wisata dengan perorangan atau berkelompok.

Sirkulasi persebaran pengunjung akan disesuaikan dengan sirkulasi wisata yang telah direncanakan. Hal ini bertujuan agar para pengunjung dapat menikmati atraksi-atraksi yang ada secara maksimal dan menghindari persebaran pengunjung ke kawasan yang bukan merupakan kawasan wisata. Aktivitas berwisata pengunjung akan berakhir pada area pelayanan. Di area ini pengunjung dapat beristirahat serta membeli berbagai macam souvenir.

Rencana Daya Dukung Wisata

Pengendalian jumlah daya dukung melalui perencanaan daya dukung wisata bertujuan untuk menentukan kapasitas pengunjung. Jumlah pengunjung yang sedikit akan mengakibatkan perencanaan kawasan menjadi tidak produktif. Sebaliknya, jumlah pengunjung yang banyak akan menyebabkan terganggunya fungsi ekologis kawasan. Menurut Boullon (2004), daya dukung kawasan dapat dihitung dengan menggunakan rumus berikut:

Penentuan nilai daya dukung berdasarkan standar kebutuhan luas terhadap personal pengunjung pada masing-masing ruang. Kawasan wisata umum yang direncanakan seluas 54,6 ha mempunyai standar kebutuhan ruang menurut proporsi pada ruang wisata alam adalah 500 m2/orang sehingga untuk daya dukung maksimum kawasan wisata umum ini adalah 1.092 orang setiap kunjungan. Ruang wisata umum menjadi standar maksimal banyaknya daya dukung pengunjung karena rata-rata pengunjung akan masuk dan menikmati atraksi yang ada pada area wisata umum ini, baik setelah atau sebelum menikmati wisata pertanian.

DD : daya dukung tapak (m2/orang)

A : area yang digunakan sebagai kawasan wisata S : standar rataan individu

T : total hari kunjungan yang diperkenankan K : koefisien rotasi

N : jam kunjungan per hari area yang diizinkan R : rata-rata waktu kunjungan

S A DD = T = DD x K R N K =

Dokumen terkait