• Tidak ada hasil yang ditemukan

PERENCANAAN LANSKAP KEBUN TEH KAYU ARO KABUPATEN KERINCI SEBAGAI KAWASAN AGROWISATA OCCY BONANZA A

N/A
N/A
Protected

Academic year: 2021

Membagikan "PERENCANAAN LANSKAP KEBUN TEH KAYU ARO KABUPATEN KERINCI SEBAGAI KAWASAN AGROWISATA OCCY BONANZA A"

Copied!
114
0
0

Teks penuh

(1)

KAWASAN AGROWISATA

OCCY BONANZA A34204002

DEPARTEMEN ARSITEKTUR LANSKAP FAKULTAS PERTANIAN

INSTITUT PERTANIAN BOGOR 2008

(2)

Kabupaten Kerinci, sebagai Kawasan Agrowisata. Dibimbing oleh Dr.Ir.Nizar Nasrullah, M.Agr.

Perkebunan Teh Kayu Aro yang terletak di Kabupaten Kerinci Provinsi Jambi merupakan perkebunan teh yang diusahakan PTPN VI. Perkebunan ini merupakan unit perkebunan yang terluas di dunia dengan luas sekitar 3.020 ha, berada pada ketinggian 1.400-1.600 mdpl. Perkebunan teh ini menjadi salah satu objek wisata utama di Kabupaten Kerinci, tetapi baru sebatas pemanfaatan view dan piknik, belum ada pengembangan fungsi ke arah agrowisata. Tujuan penelitian ini adalah untuk membuat rencana lanskap bagi pengembangan perkebunan Teh Kayu Aro, Kabupaten Kerinci, sebagai tempat rekreasi dengan memanfaatkan kebun teh dan kegiatan produksi sebagai objek rekreasi dan penyediaan fasilitas dan utilitas penunjang wisata.

Kegiatan penelitian ini dilakukan di Desa Kayu Aro, Kabupaten Kerinci, Provinsi Jambi, dengan luas total kawasan yang direncanakan adalah 1.254 ha. Metode yang digunakan dalam penelitian ini adalah metode survei dan analisis deskriptif dengan mengikuti proses perencanaan yang dikemukakan oleh Gold (1980) dengan pendekatan perencanaan berdasarkan sumber daya dan aktivitas wisata. Metode ini terdiri dari tahap persiapan, inventarisasi, analisis, sintesis, perencanaan, dan perancangan. Dalam penelitian ini dibatasi hingga tahap perencanaan.

Tahap persiapan merupakan tahap penetapan tujuan perencanaan dan pengumpulan informasi. Tahap inventarisasi adalah tahap pengambilan data yang berpengaruh terhadap perencanaan tapak. Tahap analisis adalah menganalisis berdasarkan potensi, kendala, amenity, dan danger yang ditemukan pada tapak baik aspek fisik maupun aspek sosial. Tahap sintesis merupakan tahap menentukan konsep-konsep yang akan dikembangkan. Tahap perencanaan merupakan tahap pengembangan konsep yang telah direncanakan dan pada akhirnya akan dihasilkan gambar rencana lanskap.

Konsep dasar dari perencanaan tapak adalah menjadikan kawasan perkebunan teh Kayu Aro sebagai kawasan kebun produksi dan kawasan wisata

(3)

konsep wisata, ruang, sirkulasi, vegetasi, konservasi, fasilitas penunjang, dan pengelolaan pengunjung.

Rencana ruang pada tapak terdiri dari ruang wisata pertanian (91,1%) yang peruntukannya untuk budi daya, pengelolaan tanaman teh dan wisata pertanian, ruang wisata umum (4,4%) yang digunakan pengunjung untuk melakukan aktivitas wisata nonpertanian, ruang konservasi (3,6%) sebagai ruang penyeimbang kondisi ekologi kawasan, serta ruang pelayanan (0,8%) yang berfungsi sebagai ruang pelayanan bagi pengunjung. Aktivitas wisata yang dapat dilakukan terdiri dari wisata pertanian yaitu yang dilakukan di ruang budi daya, antara lain, wisatawan dapat langsung mengetahui cara pembudidayaan tanaman teh sampai pada proses pengolahannya serta aktivitas wisata umum, antara lain, outbound, camping, bersampan, play ground, tea walk, cycle riding track, horse riding track, picnic, viewing, memancing, duduk-duduk sambil minum teh, photo hunting, interpretasi alam, dan melukis.

Rencana sirkulasi yang dikembangkan pada tapak terdiri dari sirkulasi interpretasi, yaitu sirkulasi yang akan mengarahkan wisatawan untuk dapat menyaksikan atraksi-atraksi yang tersebar di dalam kawasan perkebunan, dan sirkulasi pelayanan, yaitu sirkulasi untuk menghubungkan ruang wisata dan ruang pelayanan. Rencana fasilitas yang dikembangkan sesuai dengan kebutuhan ruang. Pada ruang wisata akan disediakan fasilitas, antara lain, jalan setapak, signboard, papan penunjuk arah, gapura, bangku, meja taman, lampu jalan, pagar, dek kayu, gazebo, shelter, perahu kecil, tempat sampah, permainan playground, dan menara pandang. Pada ruang pelayanan akan disediakan fasilitas berupa pintu masuk (main gate), pos jaga, loket penjualan karcis, tempat parkir, mesjid/musholla, toilet, tempat makan, penginapan, kios penjualan cendera mata, kios penyewaan alat, dan gedung pusat informasi. Rencana vegetasi pada tapak akan disesuaikan dengan fungsi yang ingin dicapai, yaitu fungsi produksi, fungsi estetis, fungsi pengarah, dan fungsi pembatas.

(4)

Skripsi

Sebagai salah satu syarat untuk memperoleh gelar Sarjana Pertanian di Fakultas Pertanian Institut Pertanian Bogor

Oleh :

OCCY BONANZA A34204002

DEPARTEMEN ARSITEKTUR LANSKAP FAKULTAS PERTANIAN

INSTITUT PERTANIAN BOGOR 2008

(5)

Nama : Occy Bonanza

NRP : A34204002

Program Studi : Arsitektur Lankap

Menyetujui, Dosen Pebimbing

Dr. Ir. Nizar Nasrullah, M.Agr. NIP. 131 578 792

Mengetahui, Dekan Fakultas Pertanian,

Prof. Dr. Ir. Didy Sopandie, M.Agr. NIP. 131 124 019

(6)

Kabupaten Kerinci, Provinsi Jambi. Penulis merupakan anak kandung kedua dari dua bersaudara dari pasangan Mirza Yahya (bapak) dan Noverma, S.Pd (ibu).

Penulis menyelesaikan pendidikan sekolah dasar hingga sekolah menengah umum di kota Sungai Penuh, Kabupaten Kerinci, Provinsi Jambi. Pendidikan sekolah dasar diselesaikan pada tahun 1998 di SD Negeri 145, Sungai Penuh. Sekolah lanjutan tingkat pertama diselesaikan pada tahun 2001 di SLTP Negeri 8, Sungai Penuh, dan sekolah menengah umum diselesaikan pada tahun 2002 di SMU Negeri 2, Sungai Penuh. Pada tahun 2004, penulis berhasil memasuki perguruan tinggi negeri yaitu Institut Pertanian Bogor (IPB) di program studi Arsitektur Lanskap, Departemen Budi Daya Pertanian, Fakultas Pertanian IPB, melalui jalur USMI.

Selama menempuh pendidikan, penulis aktif di beberapa kegiatan intra kampus. Tahun 2004-2007 penulis aktif di Forum Komunikasi Rohis Departemen, (FKRD) Fakultas Pertanian. Tahun 2006-2007 penulis aktif di Himpunan Profesi Mahasiswa Arsitektur Lanskap (HIMASKAP) sebagai ketua divisi Kewirausahaan. Selain itu, penulis juga aktif di kegiatan ekstra kampus, yaitu Ikatan Mahasiswa Kerinci Bogor (IMK-B) sebagai bendahara pada tahun 2004-2005 dan sebagai ketua divisi Kewirausahaan pada tahun 2004-2005-2006. Penulis juga telah melaksanakan Kuliah Kerja Profesi (KKP) yang berlokasi di Desa Guci, Kecamatan Bumijawa, Kabupaten Tegal, pada tahun 2007.

Penulis juga aktif sebagai panitia di beberapa kegiatan intra kampus seperti panitia Masa Perkenalan Kampus Mahasiswa Baru Angkatan 42 (ROTASI’42) sebagai Humas, Masa Perkenalan Fakultas (MPF) Angkatan 42 dan 43 sebagai Bendahara dan Penanggung Jawab Kelompok (PJK), serta Masa Perkenalan Departemen (MPD) Angkatan 42 sebagai Penanggung Jawab Kelompok (PJK). Penulis juga mempunyai pengalaman magang di Flush Nursery dan Dekorasi tahun 2006 dan di Perpustakaan LSI IPB tahun 2006.

(7)

dan Maha Penyayang, yang telah memberikan karunia yang tanpa henti-hentinya mengalir kepada penulis sehingga akhirnya penulis dapat menyelesaikan skripsi ini dalam rangka penyelesaian studi di Program studi Arsitektur Lanskap, Departeman Budi Daya Pertanian, Fakultas Pertanian, Institut Pertanian Bogor.

Pada kesempatan ini, penulis hendak menyampaikan ucapan terima kasih yang sebesar-besarnya kepada:

1. Dr. Ir. Nizar Nasrullah, M.Agr, selaku dosen pembimbing yang dengan sabar memberikan banyak dukungan, bimbingan dan arahan selama penyusunan skripsi ini.

2. Dr. Ir. Aris Munandar, MS dan Prof. Dr. Ir. Wahju Qamara Muningsjah, M.Agr, selaku dosen penguji yang telah memberi banyak masukan kepada penulis untuk kelengkapan skripsi ini.

3. Dr. Ir. Andi Gunawan, M.Sc, selaku dosen pembimbing akademik yang banyak memberikan dorongan dan nasehat selama penulis menjalani masa perkuliahan.

4. Pihak PTP Nusantara VI Kayu Aro yang telah banyak membantu penulis dalam memperoleh data dan informasi.

5. BAPPEDA Kabupaten Kerinci yang telah membantu penulis dalam memperoleh data dan informasi.

6. Mama dan Papa tercinta, yang doanya tidak pernah berhenti mengalir kepada penulis, sehingga membuat penulis selalu tenang dan optimis, serta atas kasih sayang, dukungan moral dan materil yang tidak akan bisa tergantikan sampai kapan pun.

7. Saudara-saudara penulis, uni Septi, uni Da, abang Sandi, uni Riza, uni Mila, uni Sil dan kak Sandra serta kakak-kakak ipar atas segala cinta, pengertian, dan dukungannya selama ini.

8. Nenek (Nunggoh) tercinta yang alhmdulillah masih dapat melihat cucunya menyelesaikan skripsi ini.

(8)

10. Semua keluarga besar penulis, tekta dan paketek, amok dan tante serta sepupu-sepupu penulis atas doa dan dukungan yang diberikan.

11. Teman-teman seperjuangan di ARL’41, Fuji, Dayat, Ita, Memei, Putri, Anjar, Mba Yu, Ridho, Ipep, Oji, Syita, Sekar, Sari, Dita, Fida, Sony, Neno, Deni, Intan, Lintank, Diena, Hendoy, Ria, Ratih, Teteh, Aini, Diana, Anggi, Itha, Nana, Imad, Dinny, Tyas, Fai, Dyah, Cici, Buyunk, Dimas, Uthe dan Yuni atas kebersamaannya selama 4 tahun ini, baik dalam suka maupun duka.

12. Warga Radar 36 (Mira, Wenny, Laras, Friska dan Ela) atas kebersamaan dan suka-dukanya selama tinggal satu rumah.

13. Teman-teman seperjuangan di FKRD Faperta, IMK-Bogor, dan KKP Desa Guci atas segala kebersamaan, dukungan dan motivasi yang sangat berharga selama penulis berada di IPB.

14. Teman-teman penulis dari SD hingga SMU yang sampai saat ini masih meluangkan waktunya untuk memberikan dorongan dan motivasi kepada penulis.

15. Pihak-pihak yang telah membantu penulis dalam menyelesaikan skripsi ini yang tidak dapat disebutkan satu per satu.

Skripsi ini mungkin jauh dari sempurna, karena kesempurnaan hanyalah milik Allah Swt dan manusia hanyalah muara kekhilafan, namun besar harapan penulis semoga skripsi ini dapat memberikan manfaat bagi pihak-pihak yang membutuhkan.

Bogor, 28 Oktober 2008

(9)

DAFTAR ISI

Halaman DAFTAR TABEL... ix DAFTAR GAMBAR ...x DAFTAR LAMPIRAN... xi PENDAHULUAN ...1 Latar Belakang ...1 Tujuan Studi ...3 Kegunaan Studi ...3

Kerangka Pikir Perencanaan ...3

TINJAUAN PUSTAKA ...4

Perencanaan Lanskap ...4

Prinsip Umum Perencanaan ...4

Nilai Perencanaan yang Baik ...5

Rekreasi dan Wisata ...5

Pengertian Rekreasi...5

Pengertian Wisata dan Kawasan Wisata ...6

Sumberdaya untuk Kegiatan Wisata ...6

Daya Dukung untuk Kegiatan Wisata ...7

Agrowisata...7

Pengertian Agrowisata ...7

Kriteria Kawasan Agrowisata ...8

Prasyarat Kawasan Agrowisata ...9

Prinsip-Prinsip Pengembangan Agrowisata ...9

Tipologi Kawasan Agrowisata ...10

METODOLOGI ...13

Lokasi dan Waktu...13

(10)

INVENTARISASI ...18

Sejarah Perkebunan Kayu Aro ...18

Aspek Fisik ...19

Letak, Luas dan Batas-batas Tapak ...19

Ketinggian, Topografi dan Kemiringan Lahan ...20

Hidrologi dan Drainase ...21

Geologi dan Jenis Tanah ...22

Iklim ...23

Vegetasi dan Satwa ...26

Pola Penggunaan Lahan ...27

Akustik dan Visual ...29

Aksesibilitas ...30

Fasilitas dan Utilitas ...33

Aspek Sosial ...35

Keadaan Sosial-Ekonomi Masyarakat Sekitar ...35

Pengunjung ...37

Kebijakan Pengelola ...41

Kebijakan Pemerintah ...46

ANALISIS ...50

Aspek Fisik...50

Letak, Luas dan Batas-batas Tapak ...50

Ketinggian, Topografi dan Kemiringan Lahan ...50

Hidrologi dan Drainase ...52

Geologi dan Jenis Tanah ...53

Iklim ...54

Vegetasi dan Satwa ...58

Pola Penggunaan Lahan ...58

(11)

Aksesibilitas ...60

Fasilitas dan Utilitas ...61

Aspek Sosial ...62

Keadaan Sosial-Ekonomi Masyarakat Sekitar ...62

Pengunjung ...63 Kebijakan Pengelola ...64 Kebijakan Pemerintah ...65 KONSEP PERENCANAAN ...71 Konsep Dasar ...71 Konsep Pengembangan ...72 Konsep Wisata...72 Konsep Ruang ...72 Konsep Sirkulasi...74 Konsep Vegetasi...75 Konsep Konservasi...76 Konsep Fasilitas/Utilitas...76

Konsep Pengelolaan Pengunjung ...77

Konsep Pengembangan Paripurna...78

PERENCANAAN LANSKAP ...81

Rencana Ruang...81

Ruang Wisata ...81

Ruang Konservasi...81

Ruang Pelayanan ...82

Rencana Aktivitas Wisata ...83

Wisata Pertanian...83

Wisata Umum...83

Rencana Sirkulasi ...84

(12)

Jalur Pelayanan...85

Rencana Fasilitas/Utilitas ...86

Rencana Vegetasi ...89

Rencana Pengelolaan Pengunjung...91

Rencana Daya Dukung Wisata...92

KESIMPULAN DAN SARAN...93

Kesimpulan...93

Saran...94

DAFTAR PUSTAKA ...100

(13)

DAFTAR TABEL

Halaman

1. Tipologi Kawasan Agrowisata...11

2.Jadwal Kegiatan ...13

3. Jenis, Spesifikasi, dan Bentuk Data ...15

4. Fasilitas yang Terdapat pada Tapak...33

5. Kuisioner Persepsi dan Preferensi Pengunjung ...39

6. Perkembangan Wisnus dan Wisman Tahun 2003-2007 ...48

7. Nilai THI Kawasan pada suhu Maksimum dan Minimum...57

8. Analisis dan Sintesis ...66

9. Alokasi Perencanaan Ruang...82

10. Hubungan Ruang, Aktivitas dan Fasilitas...84

(14)

DAFTAR GAMBAR

No.

Teks

Halaman

1. Peta Lokasi ...13

2. Proses Perencanaan pada Level Tapak ...14

3. Peta Orientasi Studi...19

4. View Topografi Tapak secara Umum ...21

5. Danau Aroma Pecco...22

6. Curah Hujan Tahun 2006 ...23

7. Hari Hujan Tahun 2006 ...24

8. Kelembaban Tahun 2006 ...24

9. Lama Penyinaran Tahun 2006 ...25

10. Kecepatan Angin Tahun 2006...25

11. Suhu Tahun 2006 ...26

12. Beberapa Jenis Vegetasi yang Ditemukan di Tapak ...26

13. Penggunaan Lahan pada Kawasan Perkebunan ...27

14. Peta tata Guna Lahan ...28

15. Good View yang Dapat Dilihat pada Tapak...29

16. Kondisi Jalan Utama dan Jalan Masuk ke Perkebunan...31

17. Peta Aksesibilitas ...32

18. Fasilitas yang Terdapat Disekitar Tapak...34

19. Kondisi Pemetikan Daun Teh ...36

20. Bentuk Rumah Karyawan Peninggalan Belanda ...37

21. Proses Produksi dan Pengolahan Tanaman Teh dari Hulu ke Hilir ...44

22. Kondisi Pabrik...46

23. Suasana di Taman Wisata Aroma Pecco...47

24. Peta Eksisting ...49

25. Ilustrasi Ragam Ketinggian Lahan pada Lokasi Aktivitas Pengunjung...52

(15)

27. Penanaman Massa Vegetasi untuk Mengarahkan Angin ...55

28. Pengaruh Vegetasi pada Iklim Mikro ...56

29. Peta Analisis...70

30. Konsep Pembagian Ruang ...73

31. Konsep Sirkulasi ...75

32. Alternatif 1 Konsep Pengembangan Paripurna ...78

33. Alternatif 2 Konsep Pengembangan Paripurna ...79

34. Ilutrasi Sirkulasi Interpretatif ...85

35. Rencana Lanskap ...95

36. Rencana Lanskap Blow Up 1...96

37. Rencana Lanskap Blow Up 2...97

38. Perspektif dan Potongan Area Danau ...98

39. Perspektif Area Playground ...99

DAFTAR LAMPIRAN No.

Teks

Halaman 1. Kuisioner Identitas, Persepsi, dan Preferensi Pengunjung...103

(16)

PENDAHULUAN

Latar Belakang

Perkebunan Teh Kayu Aro yang terletak di Kabupaten Kerinci Propinsi Jambi merupakan perkebunan teh satu-satunya yang diusahakan secara terpadu di bawah pengawasan PTPN VI serta perkebunan ini merupakan unit perkebunan yang terluas di dunia dengan luas sekitar 3.020 hektar berada pada ketinggian 1.400-1.600 meter dpl. Perkebunan teh ini adalah perkebunan tertua di Indonesia, dibuka antara tahun 1925 dan tahun 1928 oleh perusahaan Belanda, Namblodse Venotschaaf Handle Vereniging Amsterdam (NV HVA) . Teh di tempat ini mulai ditanam pada tahun 1929 dengan varietas spesifik, ditanam asli dari biji teh. Empat tahun kemudian, 1932, perusahaan Belanda membangun pabrik teh di Bedeng VIII Kayu Aro dengan kapasitas produksi 90 ton pucuk teh per hari, dan kapasitas terpasang 100 ton. Pabrik Teh Kayu Aro hingga kini merupakan pabrik teh terbesar di dunia yang masih aktif dan merupakan pabrik teh tertua di Indonesia. Teh produksi Perkebunan Teh Kayu Aro hingga kini merupakan teh hitam terbaik di dunia. Hasil dari produksi Teh Kayu Aro telah di ekspor ke berbagai daerah dan telah menembus pasar internasional

Saat ini, Perkebunan teh ini menjadi salah satu objek wisata utama di Kabupaten Kerinci tapi baru sebatas pemanfaatan view dan bersantai belum ada pengembangan fungsi kearah agrowisata yang akan menambah daya tarik wisatawan mengingat tempat ini sangat berpotensi walaupun sudah ada wacana dari pemerintah setempat.

Sesuai dengan kondisi Kabupaten Kerinci yang merupakan daerah tropis dan bercurah hujan tinggi, membuat daerah ini menjadi andalan pertama di Provinsi Jambi dalam sektor pertanian. Di daerah ini banyak lahan-lahan pertanian yang produktif dan kebanyakan masyarakat sekitar mengandalkan lahan pertanian sebagai sumber mata pencaharian. Selain itu Kabupaten Kerinci juga berada cukup straegis yang bisa menghubungkan tiga provinsi sekaligus yaitu Provinsi Jambi, Sumatera Barat dan Bengkulu.

Agrowisata perkebunan teh diharapkan mampu mengembangkan potensi serta meningkatkan aktivitas wisata yang berbasis pertanian. Agrowisata

(17)

diartikan sebagai rangkaian aktivitas wisata yang memanfaatkan lokasi atau kawasan dan sektor pertanian. Dalam kasus ini kawasan yang dimanfaatkan adalah kawasan perkebunan teh, mulai dari kegiatan awal sampai dengan produk yang dihasilkan dalam berbagai sistem, skala, dan bentuk dengan tujuan untuk memperluas pengetahuan, pemahaman, pengalaman, dan rekreasi di bidang pertanian. Agrowisata tersebut terkait juga dengan kondisi objek-objek wisata di Kabupaten Kerinci yang pemanfaatannya kurang optimal. Padahal, di kabupaten ini terdapat banyak objek wisata yang dapat dijual dan akan menambah pendapatan pemerintah daerah. Selain itu sirkulasi dan sajian objek pertanian, kegiatan agrowisata dapat menjadi alternatif kegiatan wisata yang menyenangkan serta meningkatkan nilai edukasi, di samping memberikan alternatif tambahan pendapatan bagi masyartakat.

Agrowisata memiliki beberapa manfaat, di antaranya sebagai berikut: a. meningkatkan nilai estetika dan keindahan alam.

b. meningkatkan konservasi lingkungan; Nilai-nilai konservasi yang ditekankan lebih kepada keseimbangan ekosistem dan pemeliharaan berbagai jenis tanaman yang berguna untuk melestarikan sumber plasma nutfah dan memiliki fungsi hidrologis untuk menahan cadangan air.

c. memberikan nilai rekreasi; Sebagai obyek pariwisata, agrowisata tidak dapat dipisahkan dengan aktivitas rekreasi.

d. mendapatkan keuntungan ekonomi; Keuntungan tersebut tidak hanya bagi pengelola agrowisata tapi bagi daerah dan masyrakat sekitar lokasi.

e. meningkatkan kegiatan ilmiah dan pengembangan ilmu pengetahuan; Kekayaan flora, fauna dan seluruh ekosistem yang ada di dalam kawasan agrowisata dapat mengundang rasa ingin tahu dari para peneliti, ilmuan maupun kalangan pelajar.

Perencanaan lanskap kebun teh Kayu Aro sebagai tempat agrowisata perlu dilakukan mengingat potensi yang dimiliki kawasan ini cukup besar, tetapi belum ada pemanfaatan lebih lanjut. Perencanaan dilakukan agar potensi yang dimiliki dapat dikembangkan secara maksimal dengan tahap-tahap yang sistematis dalam proses perencanaan sehingga tujuan dari perencanaan dapat tercapai. Akan tetapi, dalam proses perencanaannya tetap merujuk pada pemenuhan produksi teh

(18)

yang berkualitas baik, kondisi ekologis yang alami, serta pemenuhan kebutuhan wisata dari masyarakat lokal dan masyarakat sekitar kawasan.

Tujuan Studi

Studi ini bertujuan untuk membuat rencana lanskap bagi pengembangan Perkebunan Teh Kayu Aro, Kabupaten Kerinci, sebagai tempat rekreasi dengan memanfaatkan kebun teh dan kegiatan produksi sebagai objek wisata dan penyediaan fasilitas dan utilitas penunjang wisata.

Kegunaan Studi

Hasil studi ini diharapkan dapat berguna dalam memberikan sumbangan pikiran dan alternatif perencanaan lanskap bagi pemerintah Kabupaten Kerinci dalam pengembangan agrowisata Perkebunan Teh Kayu Aro di kawasan Kabupaten Kerinci serta memberikan wawasan bagi perencana lanskap.

Kerangka Pikir Perencanaan

Perkebunan teh memiliki potensi sebagai kebun produksi sekaligus sebagai kawasan wisata dikarenakan dapat menciptakan bentukan lanskap yang khas. Kegiatan budi daya tanaman teh dan pengelolaannya merupakan objek yang dapat menjadi daya tarik sehingga potensi itulah yang selanjutnya dapat dikembangkan menjadi kawasan agrowisata.

Perencanaan ini membutuhkan data fisik dan data sosial-ekonomi yang diperoleh melalui studi pustaka dan survei langsung. Masing-masing jenis data terdiri dari elemen–elemen penilaian yang selanjutnya dianalisis dengan metode kualitatif dan kuantitatif. Hasil dari analisis tersebut akan digunakan sebagai bahan dalam menyusun konsep yang terdiri dari konsep wisata, konsep ruang, konsep sirkulasi, konsep vegetasi, konsep konservasi, konsep fasilitas/utilitas, dan konsep pengelolaan pengunjung untuk digunakan dalam perencanaan kawasan secara utuh.

(19)

TINJAUAN PUSTAKA

Perencanaan Lanskap

Perencanaan adalah mengumpulkan dan menginterpretasikan data, memproyeksikannya ke masa depan, mengidentifikasi masalah dan memberi pendekatan yang beralasan untuk memecahkan masala-masalah tersebut (Knudson, 1980). Menurut Rachman (1984) perencanaan tapak adalah pengaturan fungsi ruang, sirkulasi, keindahan dan keunikan, dengan memanfaatkan elemen air, tanah dan berbagai benda serta keadaan yang ada seperti taman, bangunan, kondisi topografi dan pemandangan. Kemudian Nurisjah dan Pramukanto (2007) menyatakan bahwa merencana suatu lanskap adalah suatu proses pemikiran dari suatu ide, gagasan atau konsep kearah bentuk lanskap atau bentang alam yang nyata.

Nurisjah dan Pramukanto (2007) melanjutkan bahwa perencanaan lanskap merupakan suatu bentuk kegiatan penataan yang berbasis lahan (land based planning) melalui kegiatan pemecahan masalah yang dijumpai dan merupakan proses untuk pengambilan keputusan berjangka panjang, guna mendapatkan suatu model lanskap atau bentang alam yang fungsional, estetik dan lestari yang mendukung berbagai kebutuhan dan keinginan manusia dalam upaya meningkatkan kenyamanan dan kesejahteraan.

Prinsip Umum Perencanaan

Gold (1980) mengemukakan beberapa prinsip umum perencanaan, khususnya perencanaan untuk kawasan rekreasi yaitu :

1. Semua orang harus dapat melakukan aktivitas dan memakai fasilitas rekreasi. 2. Rekreasi harus dikoordinasikan dengan kemungkinan-kemungkinan rekreasi

lain yang sama untuk menghindari duplikasi.

3. Rekreasi harus berintegrasi dengan pelayanan umum lain seperti kesehatan, pendidikan dan transportasi.

4. Fasilitas-fasilitas harus dapat beradaptasi dengan permintaan di masa yang akan datang.

(20)

6. Masyarakat harus dilibatkan dalam proses perencanaan. 7. Perencanaan lokal dan regional harus berintegrasi.

8. Perencanaan harus merupakan proses yang berkelanjutan dan membutuhkan evaluasi.

9. Fasilitas-fasilitasnya harus membuat lahan menjadi seefektif mungkin untuk menyediakan tempat sebaik-baiknya demi kenyamanan, keamanan dan kebahagiaan pengunjung.

Nilai Perencanaan yang Baik

Menurut Gunn (1994) perencanaan yang baik dapat membuat kehidupan masyarakat yang lebih baik, meningkat perekonomian, melindungi dan sensitif terhadap lingkungan, dan dapat diintegrasikan dengan komunitas dan memiliki dampak negatif yang rendah. Hal tersebut dapat dilakukan dengan perencanaan yang lebih baik dan terintegrasi pada semua aspek pengembangan wisata.

Sedangkan menurut Simonds (1983) perencanan yang baik harus dapat melindungi badan air dan menjaga air tanah, mengkonservasi hutan dan sumber mineral, menghindari erosi, menjaga kestabilan iklim, menyediakan tempat yang cukup untuk rekreasi dan suaka margasatwa serta melindungi tapak yang memiliki nilai keindahan dan ekologis. Penilaian yang baik mempertimbangkan aspek-aspek seperti: ekosistem alami, kualitas dan kuantitas air, kualitas udara, tingkat kebisingan, erosi, banjir, tapak bersejarah, bentukan lanskap, flora dan fauna, serta keterkaian dengan ruang terbuka.

Rekreasi dan Wisata Pengertian Rekreasi

Rekreasi adalah apa yang terjadi dalam hubungannya dengan kepuasan diri yang diperoleh melalui pengalaman. Rekreasi juga dapat diartikan sebagai segala kegiatan yang dilakukan seseorang untuk dapat menyegarkan kembali sifat mentalnya serta dapat bermanfaat (Gold, 1980). Selain itu menurut Gold (1980) rekreasi biasanya dihubungkan dengan pemilihan berbagai aktivitas oleh individu atau kelompok baik yang bersifat aktif maupun pasif. Aktivitas rekreasi juga merupakan kegiatan yang ditentukan elemen waktu, kondisi, sikap manusia, dan

(21)

lingkungan. Menurut Siswantinah (1989), rekreasi merupakan suatu aktivitas yang dilakukan secara sukarela pada waktu-waktu senggang (luang), merupakan pengalaman yang diharapkan dapat memberikan manfaat berupa kenikmatan dan penyegaran kembali fisik dan mental.

Menurut Knudson (1980) aktivitas-aktivitas rekreasi di alam terbuka meliputi: Rekreasi perjalanan seperti bersepeda, jalan-jalan, berkuda, pendakian dan berlayar; Rekreasi sosial seperti piknik dan berkemah; Rekreasi estetik seperti fotografi, melukis, menikmati pemandangan dan studi alam; Petualangan seperti mendaki gunung dan memanjat tebing; Survival Replay seperti berburu, memancing dan berkemah. Aktivitas-aktivitas tersebut umumnya dilakukan di hutan, taman suaka alam, areal rekreasi sungai alami, air terjun, jalur jalan setapak, dan gunung.

Pengertian Wisata dan Kawasan Wisata

Wisata merupakan kata yang berasal dari bahasa sansekerta yang artinya berkeliling atau perjalanan, sedangkan pariwisata adalah industri yang berkaitan dengan perjalan untuk mendapatkan rekreasi. Daya tarik pariwisata atau rekreasi terletak pada keindahan yang dapat dinikmati wisatawan dan tersedianya jenis makanan atau sesuatu yang khas di daerah tujuan wisata (Derous, 1990 dalam Khairul, 1997). Berdasarkan ketetapan MPR No. 11/MPR/1993 tentang GBHN dinyatakan bahwa kepariwisataan meliputi berbagai hal yang berhubungan dengan wisata, pengusaha, obyek dan daya tarik wisata yang terwujud dalam bentuk kekayaan alam yang indah, keragaman flora dan fauna, kemajemukan tradisi dan seni budaya serta peninggalan budaya dan purbakala.

Sumberdaya untuk Kegiatan Wisata

Sumber daya untuk aktivitas wisata adalah tempat tujuan bagi orang yang melakukan wisata yang merupakan suatu kesatuan ruang tertentu dan dapat menarik keinginan untuk berwisata. Menurut Gold (1980), ketersediaan sumberdaya untuk aktivitas wisata dapat dilihat dari jumlah dan kualitas sumberdaya yang tersedia dan dapat digunakan pada waktu tertentu. Untuk

(22)

mengetahui sumberdaya yang tersedia dapat dilakukan identifikasi dan inventarisasi kemudian analisis potensi dan kendalanya.

Klasifikasi sumberdaya menurut tujuannya di bagi menjadi tiga yaitu: tujuan komersil untuk kepuasan pengunjung dan direncanakan bagi kenyamanan pengunjung, untuk pelestarian sumberdaya, dan tujuan pertengahan untuk memenuhi kebutuhan pengunjung yang seimbang dengan pengelola sumberdaya (Knudson, 1980).

Daya Dukung untuk Kegiatan Wisata

Daya dukung rekreasi merupakan kemampuan suatu area rekreasi secara alami, segi fisik dan sosial untuk dapat mendukung aktivitas rekreasi dan dapat memberikan kualitas pengalaman rekreasi yang diinginkan (Gold, 1980). Daya dukung optimal suatu area rekreasi merupakan jumlah aktivitas rekreasi yang dapat ditampung oleh suatu area selama jangka waktu tertentu serta dapat memberikan perlindungan terhadap sumberdaya dan kepuasan terhadap pengunjung. Sedangkan menurut Knudson (1980), daya dukung merupakan penggunaan secara lestari dan produktif dari suatu sumberdaya yang dapat diperbarui. Pendekatan yang dapat dilakukan dalam menduga daya dukung menurut Tivy (1972) yaitu pendekatan yang dilakukan terhadap; 1. Faktor pembatas dan evaluasi dampak, 2. Keawetan dan kerusakan areal, dan 3. kepuasan pemakai.

Agrowisata Pengertian Agrowisata

Agrowisata adalah salah satu bentuk pariwisata yang obyek utamanya adalah lanskap pertanian. Agrowisata juga merupakan aktivitas wisata yang terintegrasi dengan keseluruhan sistem pertanian dan pemanfaatan obyek-obyek pertanian sebagai obyek wisata, seperti teknologi pertanian maupun komoditi pertanian. Menurut Arifin (1992) agrowisata adalah salah satu bentuk aktivitas wisata yang dilakukan di kawasan pertanian dan aktivitas didalamnya seperti persiapan lahan, penanaman, pemeliharaan, pemanenan, pengolahan hasil panen sampai dalam bentuk siap dipasarkan, dan wisatawan dapat membeli produk

(23)

pertanian tersebut sebagai oleh-oleh. Agrowisata juga ikut melibatkan wisatawan dalam aktivitas-aktivitas pertanian.

Lanskap agrowisata merupakan suatu kawasan rekreasi umum yang menyajikan pemandangan pertanian berupa lahan pertanian, fasilitas penunjang produk pertanian dan pengolahan hasil panen. Pemandangan tersebut dapat berupa sawah, pembibitan dan pekarangan, peternakan dan perikanan, perkebunan, taman bunga, tanaman koleksi maupun palawija. Prinsip-prinsip yang harus dipegang dalam sebuah perencanaan agrowisata menurut Tirtawinata dan Fachruddin (1996) adalah sesuai dengan rencana pengembangan wilayah tempat agrowisata itu berada, dibuat secara lengkap dan sesederhana mungkin, mempertimbangkan tata lingkungan dan kondisi sosial masyarakat disekitarnya, selaras dengan sumberdaya alam, sumber tenaga kerja, sumber dana dan teknik-teknik yang ada serta perlu evaluasi sesuai dengan perkembangan yang ada.

Kriteria Kawasan Agrowisata

Menurut BAPPENAS (2004) kawasan agrowisata yang sudah berkembang memiliki kriteria-kriteria, karakter dan ciri-ciri yang dapat dikenali. Kawasan agrowisata merupakan suatu kawasan yang memiliki kriteria sebagai berikut: 1. Memiliki potensi atau basis kawasan di sektor agro baik pertanian,

hortikultura, perikanan maupun peternakan, misalnya:

a. Sub sistem usaha pertanian primer (on farm) yang antara lain terdiri dari pertanian tanaman pangan dan holtikultura, perkebunan, perikanan, peternakan dan kehutanan.

b. Sub sistem industri pertanian yang antara lain terdiri industri pengolahan, kerajinan, pengemasan, dan pemasaran baik lokal maupun ekspor.

c. Sub sistem pelayanan yang menunjang kesinambungan dan daya dukung kawasan baik terhadap industri & layanan wisata maupun sektor agro, misalnya transportasi dan akomodasi, penelitian dan pengembangan, perbankkan dan asuransi, fasilitas telekomunikasi dan infrastruktur.

2. Adanya kegiatan masyarakat yang didominasi oleh kegiatan pertanian dan wisata dengan keterkaitan dan ketergantungan yang cukup tinggi. Kegiatan

(24)

pertanian yang mendorong tumbuhnya industri pariwisata, dan sebaliknya kegiatan pariwisata yang memacu berkembangnya sektor agro.

3. Adanya interaksi yang intensif dan saling mendukung bagi kegiatan agro dengan kegiatan pariwisata dalam kesatuan kawasan. Berbagai kegiatan dan produk wisata dapat dikembangkan secara berkelanjutan.

Prasyarat Kawasan Agrowisata

Pengembangan kawasan agrowisata menurut BAPPENAS (2004) harus memenuhi beberapa prasyarat dasar yaitu :

1. Memiliki sumberdaya lahan dengan agroklimat yang sesuai untuk mengembangkan komoditi pertanian yang akan dijadikan komoditi unggulan. 2. Memiliki prasarana dan infrastruktur yang memadai untuk mendukung

pengembangan sistem dan usaha agrowisata, sepert: jalan, sarana irigasi/pengairan, sumber air baku, pasar, terminal, jaringan telekomunikasi, fasilitas perbankan, pusat informasi pengembangan agribisnis, sarana produksi pengolahan hasil pertanian, dan fasilitas umum serta fasilitas sosial lainnya. 3. Memiliki sumberdaya manusia yang berkemauan dan berpotensi untuk

mengembangkan kawasan agrowisata.

4. Pengembangan agrowisata tersebut mampu mendukung upaya-upaya konservasi alam dan kelestarian lingkungan hidup bagi kelestarian sumberdaya alam, kelestarian sosial budaya maupun ekosistem secara keseluruhan.

Prinsip-prinsip Pengembangan Agrowisata

Perencanaan pengembangan kawasan agrowisata menurut BAPPENAS (2004) harus memenuhi prinsip-prinsip berikut :

1. Pengembangan kawasan agrowisata harus mempertimbangkan penataan dan pengelolaan wilayah dan tata ruang yang berkelanjutan baik dari sisi ekonomi, ekologi maupun sosial budaya setempat.

a. Mempertimbangkan RTRWN yang lebih luas sebagai dasar pengembangan kawasan.

(25)

c. Pentingnya pelestarian sumber daya alam yang penting dan karakter sosial budaya.

d. Menghargai dan melestarikan keunikan budaya, lokasi dan bangunan-bangunan bersejarah maupun tradisional.

2. Pengembangan fasilitas dan layanan wisata yang mampu memberikan kenyamanan pengunjung sekaligus memberikan benefit bagi masyarakat setempat.

a. Memberikan nilai tambah bagi produk-produk lokal dan meningkatkan pendapatan sektor agro.

b. Merangsang tumbuhnya investasi bagi kawasan agrowisata sehingga menghidupkan ekonomi lokal.

c. Merangsang tumbuhnya lapangan kerja baru bagi penduduk lokal.

d. Menghidupkan gairah kegiatan ekonomi kawasan agrowisata dan sekitarnya.

e. Meningkatkan efisiensi pemanfaatan sumber daya lokal.

3. Pengembangan kawasan agrowisata harus mampu melindungi sumber daya dan kekayaan alam, nilai-nilai budaya dan sejarah setempat. Pengembangan kawasan agrowisata ini tidak hanya memenuhi kebutuhan pasar semata, tetapi harus dalam koridor melindungi dan melestarikan aset-aset yang menjadi komoditas utama pengembangan kawasan. Penggalian terhadap nilai-nilai, lokasi, kegiatan, atraksi wisata yang unik ditujukan untuk mendorong pertumbuhan kawasan agrowisata secara berkelanjutan.

4. Diperlukan studi dan kajian yang mendalam, berulang (repetitif) dan melibatkan pihak-pihak yang relefan baik dari unsur masyarakat, swasta maupun pemerintah. Dengan demikian diharapkan perencanaan & pengembangan kawasan semakin baik dari waktu ke waktu serta terdokumentasi dengan baik.

Tipologi Kawasan Agrowisata

Kawasan agrowisata memiliki tipologi kawasan sesuai klasifikasi usaha pertanian dan agribisnisnya masing-masing. Menurut BAPPENAS (2004) tipologi kawasan agrowisata tersebut dapat dilihat pada Tabel 1.

(26)

No

Sub-sektor Usaha Pertanian

Tipologi Kawasan Prasyarat Agroklimat

1 Tanaman Pangan dan Hortikultura

Dataran rendah dan dataran tinggi, dengan tekstur lahan yang datar, memiliki sarana pengairan (irigasi) atau sumber air yang memadai.

Harus sesuai dengan jenis komoditi yang dikembangkan seperti ketinggian lahan, jenis tanah, tekstur lahan, iklim, dan tingkat keasaman tanah. 2 Perkebunan Dataran tinggi, tekstur lahan berbukit,

tanaman tahunan, memiliki keindahan alam, dekat dengan kawasan konservasi alam.

Harus sesuai dengan jenis komoditi yang dikembangkan seperti ketinggian lahan, jenis tanah, tekstur lahan, iklim, dan tingkat keasaman tanah. 3 Peternakan Dekat kawasan pertanian, perkebunan

dan kehutanan, dengan sistem sanitasi yang memadai.

Lokasi tidak boleh berada di permukiman dan memperhatikan aspek adaptasi lingkungan. 4 Perikanan

darat

Terletak pada kolam perikanan darat, tambak, danau alam dan danau buatan, daerah aliran sungai baik dalam bentuk keramba maupun tangkapan air.

Memperhatikan aspek

keseimbangan ekologi dan tidak merusak ekosistem lingkungan yang ada.

5 Perikanan laut

Daerah pesisir pantai hingga lautan dalam hingga batas wilayah ZEE perairan NKRI

Memperhatikan aspek

keseimbangan ekologi dan tidak merusak ekosistem lingkungan yang ada.

6 Hutan wisata konservasi alam

Kawasan hutan lindung di kawasan tanah milik negara, kawasan ini biasnya berbatasan langsung dengan kawasan lahan pertanian dan perkebunan

Sesuai dengan karakteristik lingkungan alam wilayah konservasi hutan setempat

Proses-Proses Produksi Teh

Secara umum tahapan proses produksi teh dari lahan sampai pengemasan yaitu sebagai berikut: dimulai dari perbanyakan dengan stek, penanaman, penyiangan, pemupukan, pengendalian hama penyakit, pemetikan yang berbarengan dengan peremajaan pada lahan yang berbeda, penimbangan lapang, penimbangan pabrik, pelayuan, ayakan basah, pemeraman, pengeringan, pemisahan kualitas, dan pengemasan. Setelah dilakukan pengemasan, barulah teh siap dipasarkan. Pengemasan untuk diekspor dibedakan dengan pengemasan yang dipasarkan di pasar lokal.

Fasilitas Perkebunan Teh

Produksi teh yang berskala besar akan berjalan dengan baik jika didukung dengan adanya fasilitas utama yaitu: Kantor pengelola, pos-pos penimbangan teh yang tersebar di dalam kawasan perkebunan, truk pengangkut hasil petikan dan

(27)

pabrik tempat pengolahan teh. Selain fasilitas utama perkebunan, biasanya terdapat pula fasilitas pendukung seperti: rumah untuk staf dan karyawan perkebunan, tempat ibadah, sarana pendidikan dan sarana kesehatan.

(28)

METODOLOGI

Lokasi dan Waktu

Kegiatan penelitian tentang perencanaan lanskap bagi pengembangan kebun teh menjadi kawasan agrowisata dilakukan di Desa Kayu Aro, Kabupaten Kerinci, Provinsi Jambi (Gambar 1). Pelaksanaannya dilakukan selama 5 bulan, yang dimulai pada bulan Februari hingga Juni 2008 (Tabel 2).

Gambar 1. Peta Lokasi

Februari Maret April Mei Juni Juli Agu

st Kegiatan 1 2 3 4 1 2 3 4 1 2 3 4 1 2 3 4 1 2 3 4 1 2 3 4 1 2 Persiapan Awal Inventa-risasi Analisis Sintesis Perencanaan Penyeleasai an laporan akhir Perbaikan laporan akhir Tabel 2. Jadwal Kegiatan

Lokasi Penelitian 820.000 800.000 780.000 760.000 740.000 9800000 9780000 9760000 9740000 820.000 800.000 780.000 760.000 740.000 9800000 9780000 9760000 9740000

(29)

Metode Kerja

Metode yang digunakan dalam penelitian ini adalah metode survei dan analisis deskriptif dengan mengikuti proses perencanaan yang dikemukakan oleh Gold (1980) dengan menggunakan pendekatan perencanaan berdasarkan sumber daya dan aktivitas wisata. Metode ini terdiri dari tahap persiapan, inventarisasi, analisis, sintesis, perencanaan, dan perancangan (Gambar 2). Namun, pada penelitian ini dibatasi hanya sampai dengan proses perencanaan.

Tapak

Gambar 2. Proses Perencanaan pada Level Tapak (Gold, 1980)

Tahapan-tahapan untuk perencanaan lanskap agrowisata pada kebun teh Kayu Aro, Kabupaten Kerinci, sesuai dengan Metode Gold (1980) adalah sebagai berikut

1. Persiapan Awal

Pada tahap persiapan dilakukan penetapan tujuan perencanaan dan informasi tentang program dari instansi yang terkait, yang berhubungan dengan pariwisata, rekreasi, pertanian, dan pengelolaan kawasan tersebut.

Perencanaan Konsep Alternatif pengem-bangan Sintesis Sosial Ekonomi Budaya Iklim Tanah Topografi Hidrologi Land use Vegetasi Satwa Aksesbilitas View Karakteristik tapak alami Inventarisasi Analisis Potensi Pengem- bangan Potensi & kendala Use-area potensial Alternatif kegiatan Kesesuaian lahan Perancangan Rencana Fasilitas/Utilitas Rencana Sirkulasi Rencana Ruang Rencana Wisata Rencana Vegetasi Rencana Daya Dukung

(30)

2. Inventarisasi

Pada tahap ini dilakukan pengambilan data awal dan penghayatan tapak. Pengambilan data meliputi dari aspek fisik, biofisik, dan sosial (Tabel. 3)

Data diperoleh dari survei ke lapang dengan menggunakan metode pengambilan gambar dengan menggunakan kamera, dan alat perekam. melewati jalur sirkulasi yang sudah ada dengan kendaraan dan teknik wawancara kepada pengunjung dan instansi yang terkait. Dalam wawancara

No Jenis Data Spesifikasi Cara

Pengambilan Sumber

DATA FISIK

1. Lahan Lokasi, batas dan

luasan Studi Pustaka BAPPEDA 2. Topografi dan

drainase Kemiringan lahan Studi Pustaka BAPPEDA Drainase alami Studi Pustaka,

survei BAPPEDA, lapang 3. Hidrologi Pola sirkulasi air Studi Pustaka BAPPEDA

Kualitas air Studi Pustaka BAPPEDA 4. Vegetasi dan satwa Jenis dan persebaran Survei Lapang 5. Tanah Jenis dan kriteria Studi Pustaka Bakosutranal,

BAPEDDA 6. Iklim Curah hujan Studi Pustaka BMG

Suhu rataan Studi Pustaka BMG

Kelembaban Studi Pustaka BMG

Kecepatan angin Studi Pustaka BMG

7. Sense of Quality Akustik Survei Lapang

Kenyamanan Survei Lapang

Visual Survei Lapang

8. Aksesibilitas Jaringan transportasi

Studi Pustaka,

survei Lapang

Sirkulasi Survei Lapang

9 Fasilitas/Utilitas Fasilitas dan utilitas wisata Survei Lapang 10 Atraksi/Objek Wisata Objek yang dinikmati pengunjung Studi Pustaka, survei Lapang DATA SOSIAL 9. Kebutuhan

pengelola Strategi pengelolaan Wawancara BAPEDDA 10. Kebutuhan

Pengunjung Srtategi penawaran Wawancara BAPEDDA

Tawaran

pengunjung Wawancara Pengunjung 11. Peraturan dan

kebijakan Kerangka aturan Wawancara BAPEDDA Tabel 3. Jenis, Spesifikasi, dan Bentuk Data

(31)

ke pengunjung diambil responden sebanyak 30 orang yang terdiri dari tingkatan usia yang berbeda yang dibagi dalam kriteria usia 10-17 tahun (usia sekolah menengah pertama sampai menengah atas), usia 17-22 tahun (usia mahasiswa), dan usia >22 tahun (usia pekerja dan masyarakat umum). Setiap tingkatan usia dibedakan lagi berdasarkan jenis kelamin perempuan dan laki-laki. Setiap tingkatan umur diwakili oleh responden sebanyak 10 orang (5 perempuan dan 5 laki-laki).

Pertanyaan ke pengunjung meliputi tentang keinginan pengunjung terhadap tempat wisata yang sudah ada, apa yang dirasakan pengunjung ketika berada dalam kawasan wisata, apa yang menjadi permasalahan yang dirasakan pengunjung, serta apa keinginan pengunjung terhadap tempat wisata. Pertanyaan ke instansi berhubungan dengan peraturan dan kebijakan yang terbaru, keinginan pengelolaan objek wisata dari instansi, dan rencana ke depan terhadap objek wisata. Selain itu data diperoleh dari instansi yang terkait dengan meminta pustaka yang sudah ada. Dari tahap ini akan dihasilkan inventarisasi vegetasi dan satwa, tata guna lahan, hidrologi dan drainase, iklim, topografi dan kemiringan lahan, utilitas, orientasi dan aksesisbilitas serta akustik dan visual serta di hasilkan pula peta topografi, peta batas dan peta existing kebun.

3. Analisis

Penelitian ini menggunakan analisis deskriptif untuk mengetahui karakteristik tapak, tipe-tipe sumberdaya rekreasi yang tersedia dan potensinya, kendala, amenity, dan danger signals tapak, keterkaitannya dengan aspek biofisik dan sosial. Adapun data yang akan dianalisis seperti: peruntukan lahan dengan metode menilai kesesuaian lahan untuk area rekreasi dan wisata dengan membandingkan dengan standard yang dikeluarkan oleh USDA (sumber: Soil Survey Staff, 1993a), menganalisis daya dukung dengan menggunakan rumus menurut Boullon (2004) diperhitungkan berdasarkan rataan dalam m2/orang. Hasil dari tahap ini berupa tabel dan peta analisis tata guna lahan, topografi dan kemiringan lahan, vegetasi dan satwa, iklim, akustik dan visual, hidrologi

(32)

dan drainase, utilitas, orientasi dan aksesibilitas, serta analisis data sosial yang terkait dengan keinginan pengunjung dan pengelola.

4. Sintesis

Pada tahap ini hal-hal yang negatif dicarikan jalan keluarnya melalui alternatif yang terbaik, sedangkan hal-hal yang positif dikembangkan untuk mencapai tujuan, hasilnya berupa suatu konsep perencanaan. Adapun konsep yang akan direncanakan adalah konsep wisata, konsep ruang, konsep sirkulasi, konsep vegetasi, konsep fasilitas/utilitas, konsep konservasi, dan konsep pengelolaan pengunjung. Hasil dari tahap ini adalah berupa gambar alternatif ruang.

5. Perencanaan

Perencanaan ini merupakan penawaran yang akan diajukan untuk dapat direalisasikan sesuai konsep perencanaan yang ada. Pada tahap ini konsep yang sudah ada, dikembangkan lebih lanjut dalam bentuk rencana tata ruang, vegetasi, fasilitas/utilitas, aktifitas wisata, dan pengelolaan pengunjung. Hasil dari tahap ini adalah berupa gambar Landscape plan.

DD : daya dukung tapak (m2/orang)

A : area yang digunakan sebagai kawasan wisata S : standar rataan individu

T : total hari kunjungan yang diperkenankan K : koefisien rotasi

N : Jam kunjungan perhari area yang diizinkan R : Rata-rata waktu kunjungan

S A DD = T = DD x K R N K =

(33)

INVENTARISASI

Sejarah Perkebunan Teh Kayu Aro

Perkebunan Teh Kayu Aro dibuka oleh Namlodee Venotchaat Handle Verininging Amsterdam (NV HVA), sebuah perusahaan Belanda pada 1925-1928. Penanaman teh pertama dilakukan pada 1928. Empat tahun kemudian, pabrik pun berdiri dengan hasil berupa teh hitam (ortodox). Dalam kurun itu pula, fasilitas untuk karyawan didirikan. Mulai dari rumah-rumah staf dan buruh, hingga rumah sakit dan tempat ibadah.

Sejak berlakunya peraturan pemerintah No.19 Tahun 1959 tentang “Penentuan Perusahaan Pertanian/Perkebunan milik Belanda yang dikenakan Nasionalisasi”, maka perkebunan diambil alih oleh Pemerintah Republik Indonesia. Sejak saat itu berturut-turut kebun teh Kayu Aro mengalami perubahan status/organisasi dan manajemen sesuai dengan keadaan yang berlaku, yaitu: 1. Tahun 1959 s.d 1962 Unit Produksi dari PN Aneka Tanaman VI.

2. Tahun 1963 s.d 1973 bagian dari PNP Wilayah I Sumatera Utara.

3. Tahun 1974 s.d 1996 merupakan salah satu kebun dari PT. Perkebunann VIII yang berkedudukan di Sumatera Utara (Medan).

4. Berdasarkan PP No.11/1996 dan SK Menteri Keuangan RI No. 165/KMK.016/1996, seluruh PTP yang ada di Indonesia diadakan Konsolidasi. PTP VIII dan PTP lanilla yang ada di Sumatera Barat/Jambi berubah menjadi PTP Nusantara VI. Terhitung tanggal 11 Maret 1996, Perkebunana Kayu Aro menjadi salah satu Unit Kebun dari PTP Nusantara VI (persero) yang berkantor pusat di Padang dan Jambi.

Walaupun status dari perkebunan ini terjadi perubahan beberapa kali, namun secara fisik perkebunan ini tidak banyak berubah. Hampir 90 persen dari 2.624 ha tanaman teh merupakan teh yang ditanam zaman Belanda. Karena sudah tua, produksi per hektarnya pun menjadi menurun. Jenis teh zaman Belanda ini sudah langka. Pasalnya, di hampir semua perkebunan teh di dunia, digunakan tanaman teh jenis sinencies yang lebih unggul.

(34)

Aspek Fisik

Letak, Luas dan Batas-batas Tapak

Tapak yang akan direncanakan adalah perkebunan teh Kayu Aro yang merupakan salah satu unit kebun dari PTP Nusantara VI (persero) yang berkantor pusat di JL. Khatib Sulaiman No. 54 Padang. Secara Administratif, tapak terdapat di Desa Bedeng VIII Kecamatan Kayu Aro Kabupaten Kerinci Propinsi Jambi. Jarak tapak dari ibukota kecamatan (Batang Sangir) ± 9 km dan dari ibukota kabupaten (Sungai Penuh) ± 31 km. Secara geografis, tapak terletak di posisi 1˚ 46,978’ LS – 101˚ 16,856’ BT.

Gambar 3. Peta Perkebunan dan Orientasi Studi

Desa Giri Mulyo

Desa Koto Tuo

Desa Batu Hampar Desa Sungai Lintang

Keterangan:

(35)

Luas total perkebunan Teh Kayu Aro 3.014,6 ha. Luasan ini dibagi menjadi dua peruntukan lahan yaitu sebagai lahan yang ditanami 2.624,6 ha dan lahan yang belum/tidak ditanami 389,9 ha. Lahan yang ditanami dibagi menjadi 8 afdeling (A-H) dengan luasan masing-masing: afdeling A 274,8 ha, afdeling B 280,1 ha, afdeling C 308,7 ha, afdeling D 390,4 ha, afdeling E 330,5 ha, afdeling F 356,8 ha, afdeling G 369,8 ha dan afdeling H 313,3 ha. Lahan yang tidak ditanami dibagi menjadi area emplasment 105,7 ha, jurang/kuburan/hutan 227,2 ha dan jalan/jembatan 56,9 ha.

Luas total kawasan yang akan direncanakan adalah 1.254 ha yang meliputi kawasan afdeling A 274,8 ha, afdeling B 280,1 ha, afdeling C 308,7 ha, dan afdeling D 390,4 ha. Peta orientasi kawasan yang akan direncanakan dapat dilihat pada Gambar.3 yang dibatasi dengan garis warna merah. Batas-batas tapak meliputi, sebelah utara berbatas dengan Desa Giri Mulyo, sebelah timur berbatasan dengan Desa Koto Tuo, sebelah selatan berbatasan dengan Desa Batu Hampar dan sebelah Barat berbatasan dengan Desa Sungai Lintang.

Ketinggian, Topografi, dan Kemiringan Lahan

Kecamatan Kayu Aro merupakan salah satu kecamatan yang berada pada ketinggian >1000 mdpl karena berada di bawah kaki Gunung Kerinci. Perkebunan teh Kayu Aro sendiri berada pada elevasi terendah 1.401 mdpl dan elevasi tertinggi 1.715 mdpl. Secara umum kondisi topografi tapak berkukit-bukit dengan kemiringan lahan yang cukup bervariasi. Berdasarkan klasifikasi kemiringan, di kabupaten Kerinci memiliki 4 klasifikasi kemiringan yaitu wilayah datar berada pada kemiringan 0-2%, wilayah relatif datar 2-15%, wilayah bergelombang/berbukit 15-40% dan wilayah curam >40%. Untuk kecamatan Kayu Aro dan Gunung Tujuh kemiringan lahan <2% seluas 7.305 Ha, 2-15% seluas 7.725 ha, 15-40% seluas 14.120 ha, >40% seluas 18.640 ha dan kawasan rawa seluas 1.265 ha. Dari data yang didapat terlihat kemiringan lahan yang mendominasi daerah Kayu Aro dan Gunung Tujuh adalah kemiringan >40%. Gambaran umum topografi tapak dapat dilihat pada Gambar 4.

(36)

Gambar 4. View Topografi Tapak secara Umum

Hidrorogi dan Drainase

Sumber air untuk mengairi perkebunan ini berasal dari Sungai Lintang yang terletak di sebelah barat tapak. Sungai ini memiliki banyak anak sungai sehingga dimanfaatkan juga oleh masyarakat di sekitar perkebunan untuk kebutuhan sehari-hari seperti mencuci, mandi dan sebagainya. Menurut masyarakat sekitar tapak, Sungai Lintang ini tidak pernah mengering sepanjang tahun tetapi debit airnya bervariasi. Hal ini disebabkan oleh pengaruh musim. Jika musim penghujan debit air sungai akan tinggi dan sebaliknya jika musim kemarau debit air akan berkurang walaupun tidak menunjukkan perubahan yang signifikan sehingga kekurangan air sangat jarang terjadi. Di kawasan perkebunan juga sudah terdapat saluran PDAM yang masuk ke rumah-rumah warga untuk mencukupi kebutuhan air. Sumber air PDAM berasal dari mata air Danau Gunung Tujuh yang berada di sebelah utara tapak.

Di tengah-tengah perkebunan terdapat sebuah danau yang berukuran ±1.000 m2 yang diperlihatkan pada Gambar 5. Menurut sejarahnya danau ini merupakan sumber mata air bagi perkebunan pada saat perkebunan masih dikelola oleh pihak Belanda pada tahun 1930 karena debit airnya masih cukup tinggi. Sampai tahun 2000 danau ini masih menjadi daya tarik bagi para wisatawan karena danau ini memang dijadikan sebagai salah satu objek kunjungan utama bagi wisata yang datang ke kawasan perkebunan. Akan tetapi lama kelamaan danau ini menjadi kering dan berubah menjadi rawa, banyak terjadi sedimentasi

(37)

dan permukaan danau menjadi semakin sempit. Kondisi danau sekarang masih terlihat sisa aliran air yang mengalir bersih dan jernih walaupun debit airnya sangat rendah.

Secara umum kondisi drainase perkebunan sangat baik terlihat dari tidak pernahnya terjadi kekeringan dan air pun selalu mengalir ke saluran irigasi dengan lancar. Masyarakat di sekitar perkebunan juga banyak memanfaatkan aliran air yang masuk dengan membuat kolam-kolam ikan kecil di samping rumah mereka.

Gambar 5. Danau Aroma Pecco yang Terdapat di Tengah-Tengah Perkebunan

Geologi dan Jenis Tanah

Secara regional, geologi Kabupaten Kerinci termasuk dalam lajur Busur magnetik Barisan dan dalam peta geologi 1 : 250.000 termasuk Lembar Sungai Penuh dan Ketaun dan Peta Geologi lembar Painan. Secara lokal pada skala 1:100.000, menurut hasil studi Pusat Geologi yang bekerjasama dengan Bappeda Kabupaten Kerinci Tahun 2003, sesuai dengan struktur geologi di Kabupaten Kerinci terdapat sesar berarah ke barat laut – tenggara, yaitu sesar Siulak.

Tanah yang mendominasi perkebunan teh Kayu Aro adalah tanah Andosol (BAPPEDA Kabupaten Kerinci, 2008) dengan derajat keasaman (pH) bernilai 5 sampai 6 dan memiliki ketebalan solum 15-20 cm. Tekstur tanah memiliki klasifikasi halus-sedang dan memiliki kedalaman efektif 60 - >90 cm. Jenis tanah ini sangat jarang berbahan organik walaupun kadar C-organik tanahnya tinggi dan

(a) Kondisi danau sekarang, dahulunya luas danau sampai ke pinggir

(b) Kondisi air danau dengan debit menurun

(38)

didominasi oleh lempung amorf (terutama alofan). Persebaran tanah Andosol ini biasanya berasosiasi dengan Regosol, asosiasi Regosol dan Latosol, dan asosiasi Andosol dan Regosol. Proses yang mendominasi pembentukan Andosol adalah perubahan bentuk mineral. Tanah Andosol pada umumnya mempunyai epipedon okrik atau umbrik dan horizon kambik. Pada kawasan ini, jenis tanah Andosol telah mempunyai perkembangan profil dengan warna hitam hingga kelabu tua.

Iklim

Data-data iklim di dapatkan dari Stasiun Meteorologi dan Geofísika Depati Parbo Sungai Penuh. Data iklim tersebut meliputi jumlah curah hujan, hari hujan, kelembaban, penyinaran matahari, kecepatan angin dan suhu. Semua data iklim yang didapatkan merupakan data tahun 2006.

Curah hujan. Stasiun pengamat iklim Depati Parbo mencatat curah hujan tahunan tahun 2006 sebesar 1550,8 mm dengan penyebaran curah hujan bulanan berkisar dari 13,8-226,6 mm dengan rata-rata curah hujan 120,2 mm/bulan. Curah hujan terendah tercatat pada bulan Juli dan curah hujan tertinggi tercatat pada bulan Februari. Penyebaran data curah hujan sepanjang tahun 2006 dapat terlihat pada Gambar 6. 0 50 100 150 200 250 300 350

JAN FEB MAR APR MEI JUN JUL AUG SEP OKT NOV DES

Bulan

mm

Hari hujan. Hari hujan merupakan banyaknya hujan yang terjadi sepanjang satu tahun. Total hari hujan pada tahun 2006 yang dicatat oleh stasiun iklim Depati Parbo sebanyak 137 hari. Hari hujan tertinggi tercatat pada bulan Desember dengan hari hujan 27 hari dan hari hujan terendah tercatat pada bulan Juli dan Agustus dengan hari hujan 3 hari. Penyebaran data hari hujan sepanjang tahun 2006 dapat dilihat pada Gambar 7.

(39)

0 5 10 15 20 25 30

JAN FEB MAR APR MEI JUN JUL AUG SEP OKT NOV DES

Bulan

Ha

ri

Kelembaban Nisbi. Kelembaban nisbi (relative humidity) merupakan perbandingan antara kelembaban aktual dengan kapasitas udara untuk menampung uap air. Dengan kata lain kelembaban nisbi menunjukkan persentase uap air di dalam udara. Stasiun iklim Depati Parbo mencatat kelembaban teringgi terdapat pada bulan Desembar dengan kelembaban 87% dan kelembaban terendah terdapat pada bulan September dengan kelembaban 74%. Penyebaran data kelembaban sepanjang tahun 2006 dapat dilihat pada Gambar 8.

65 70 75 80 85 90

JAN FEB MAR APR MEI JUN JUL AUG SEP OKT NOV DES

Bulan

%

Lama Penyinaran. Lama penyinaran menunjukan lamanya matahari bersinar cerah dalam sehari. Lama pemyinaran yang tercatat berkisar antara 34-69 %. Nilai terendah terdapat pada bulan Mei dan nilai tertinggi terdapat pada bulan Agustus. Penyebaran data lama penyinaran matahari dalam tahun 2006 dapat dilihat pada Gambar 9.

Gambar 7. Hari Hujan Tahun 2006

(40)

0 20 40 60 80

JAN FEB MAR APR MEI JUN JUL AUG SEP OKT NOV DES

Bulan

%

Kecepatan Angin. Stasiun iklim Depati Parbo mencatat kecepatan angin sepanjang tahun 2006 tidak terlalu memperlihatkan perubahan yang signifikan. Kecepatan angin berkisar antara 11-20 Knot. Kecepatan angin terendah terdapat pada bulan Desember dan kecepatan angin tertinggi terdapat pada bulan Februari, April, Agustus dan November. Penyebaran data kecepatan angin sepanjang tahun dapat dilihat pada Gambar 10.

0 5 10 15 20 25

JAN FEB MAR APR MEI JUN JUL AUG SEP OKT NOV DES

Bulan

K

not

Suhu. Suhu merupakan keadaan panas atau dinginnya udara. Semakin tinggi suatu kawasan dari permukaan laut maka semakin turun suhu udara di daerah tersebut. Kisaran suhu rata-rata bulanan sepanjang tahun 2006 yang dicatat oleh stasiun iklim Depati Parbo adalah 15,1˚C - 16,8˚C dengan nilai terendah terdapat pada bulan September dan tertinggi pada bulan Desember. Suhu maksimum bulanan tidak menunjukkan perbedaan yang signifikan yaitu berkisar antara 20,8˚C – 22,9˚C dengan nilai tertinggi terdapat pada bulan Mei dan Juni sedangkan nilai teredndah terdapat pada bulan September. Suhu minimum bulanan berkisar antara 9,3˚C - 12˚C dengan nilai terendah terdapat pada bulan

Gambar 9. Lama Penyinaran Tahun 2006

(41)

Januari dan nilai tertinggi terdapat pada bulan Desember. Penyebaran data suhu sepanjang tahun 2006 dapat dilihat pada Gambar 11.

0 5 10 15 20 25

JAN FEB MAR APR MEI JUN JUL AUG SEP OKT NOV DES

Bulan

C

Vegetasi dan Satwa

Pada tapak yang ingin direncanakan, vegetasi utama adalah tanaman teh (Camelia sinensis) dengan bukaan pohon/lebar tajuk ke atas rata-rata 1,5 hingga 2,0 meter. Selain tanaman teh banyak terdapat tanaman berbunga seperti Canna sp, Hydrangea macrophylla, Cosmos sp, Dahlia variabilis, Pachytachys lutea dan bunga lonceng. Ditemukan pula pohon jeruk, cemara, kayu Aro, dan Cinnamomum burmanii serta tanaman penutup tanah Clorophytum comosum dan berbagai jenis rumput.

Gambar 12. Beberapa Jenis Vegetasi yang Ditemui di Tapak

Satwa yang ditemukan di tapak dibedakan menjadi dua, yaitu hewan yang diusahakan sebagai ternak dan satwa liar. Hewan yang dipelihara sebagai ternak diantaranya sapi, kerbau, ayam, bebek dan kambing. Sedangkan satwa liar yang

Gambar 11. Suhu Tahun 2006 Suhu Max

S

Suhu Min Suhu Rata2

a. Camelia sinensis b. Canna sp c. Hydrangea macrophylla

(42)

terdapat di sekitar tapak diantaranya burung elang, serangga, anjing, kadal, dan ular.

Pola Penggunaan Lahan

Kepemilikan lahan dari perkebunan teh Kayu Aro adalah milik pemerintah Kabupaten Kerinci, akan tetapi PTP Nusantara VI telah memiliki sertifikat Hak Guna Usaha (HGU) yang setiap 25 tahun sekali diperpanjang. Sehingga dalam penggunaan lahan, sepenuhnya menjadi hak PTP Nusantara VI. Lahan perkebuanan teh Kayu Aro yang seluas 3.014,6 ha, sekitar 87% lahannya dijadikan sebagai lahan produksi penanaman tanaman teh dan sisanya sebagai area terbangun seperti: jalan, area pabrik, perumahan pekerja dan staf, tempat ibadah, sekolah, rumah sakit, wisma dan lapangan olah raga.

Masyarakat sekitar perkebunan juga memanfaatkan area kosong di dekat rumah mereka untuk membuat pekarangan yang ditanami berbagai macam tanaman berbunga. Di dalam kawasan perkebunan, para pekerja perkebunan juga memanfaatkan area yang tidak bisa ditanami tanaman teh untuk bertanam sayuran seperti tanaman sawi dan kubis. Area yang biasa digunakan adalah di sela-sela cekungan bukit-bukit teh yang relative sempit. Pihak PTP memberi izin kepada pekerja karena selain bisa memanfaatkan lahan kosong juga bisa memberi tambahan penghasilan kepada pekerja. Tetapi tidak banyak lahan yang dimanfaatkan untuk berladang karena lahan yang tersedia sudah padat oleh tanaman teh. Masyarakat yang memang mata pencahariannya berladang, biasanya

Gambar 13. Penggunaan Lahan di dalam Kawasan Perkebunan

(43)

mempunyai lahan di luar area perkebunan. Disekitar perkebunan terdapat area ladang masyarakat yang dikelola secara pribadi. Area perladangan ini tidak termasuk ke dalam area perkebunan. Di dalam area perkebunan juga terdapat kolam-kolam tempat penampungan aliran irigasi yang mengalir di dalam perkebunan.

0 400 600 m

DEPARTEMEN ARSITEKTUR LANSKAP FAKULTAS PERTANIAN INSTITUT PERTANIAN BOGOR

2008

DIGAMBAR OLEH

OCCY BONANZA A34204002

JUDUL PENELITIAN

PERENCANAAN LANSKAP KEBUN TEH KAYU ARO KABUPATEN KERINCI SEBAGAI KAWASAN

AGROWISATA

JUDUL GAMBAR

PETA TATA GUNA LAHAN

DOSEN PEMBIMBING

Dr. Ir. NIZAR NASRULLAH, M.Agr

SKALA ORIENTASI NO. GAMBAR

U TANGGAL 14 AGUSTUS 2008 KETERANGAN: Ke Sungai Penuh Ke Sumbar

Danau Aroma Pecco Emplasment Perkebunan Teh

A

B

C

D

Sungai Lintan g 14

(44)

Akustik dan Visual

Kawasan perkebunan teh Kayu Aro memiliki wilayah yang luas dengan tanaman teh yang menghampar hijau seperti permadani hijau raksasa. Tapak dengan kontur kemiringan lahan yang bervariasi membuat kawasan ini terlihat memiliki banyak bikit-bukit kecil yang indah di bawah kaki Gunung Kerinci yang menjulang tinggi. Hawa pegunungan yang sejuk, pemandangan alam yang menawan, hamparan hijau teh dengan latar Gunung Kerinci yang menjulang, kegiatan pemetikan teh hingga pengolahan teh merupakan suatu atraksi yang sangat menarik yang menambah minat wisatawan datang ke tempat ini. Beberapa tempat yang menjadi andalan perkebunan teh Kayu Aro sebagai tempat menikamati good view adalah di depan wisma ria seperti tampak pada Gambar 15(a) dan dari penginapan (Mess) yang terlihat pada Gambar 15(b) kedua tempat ini berada pada ketinggian 1500 mdpl. Masih banyak titik untuk bisa menikmati keindahan hamparan teh Kayu Aro.

Gambar 15. Good View yang Dapat Dilihat di Perkebunan Teh Kayu Aro

Pada saat udara cerah, semua elemen yang ada di perkebunan mengeluarkan warnanya dengan maksimal sehingga kesan ceria dapat dirasakan dari mekarnya tanaman-tanaman berbunga yang berada disekitar perkebunan. Kesan visual yang menjadi focal point diantaranya adalah hamparan perkebunan teh yang dibelakangnya terdapat gunung Kerinci yang menjulang, perumahan karyawan yang unik dan seragam yang menambah daya tarik perkebunan, serta

(a). Salah satu good view yang dapat dilihat dari Wisma Ria

(b). Pemandangan hamparan teh dan Gunung Kerinci sebagai latar

(45)

jalan utama yang bersih yang dipagari oleh jejeran tanaman Canna, sp yang mengeluarkan warna cerah dan terang. Jejeran tanaman ini juga memberi kesan pengarah jalan karena ditanam berjejer dan continue.

Kesan pencahayaan karena pergeseran matahari juga menjadikan kewasan perkebunan ini memiliki kesan iluminasi yang indah. Pada waktu pagi hari, view perkebunan yang berkabut akan tampak sebagai gradasi warna putih yang semakin menghilang pada ketinggian tertentu. Pada waktu siang hari, sinar matahari yang terang akan menjadikan warna hijau terang sehingga perkebunanan teh menjadi semakin tegas dan kontras.

Kesan akustik pada kawasan ditimbulkan oleh aliran angin yang berhembus dan menyebabkan daun-daun pada pepohonan yang tinggi menjadi berkelebat. Ritme suara kicauan burung yang samar-samar terdengar menjadikan kesan ruang yang ramai dan alami. Apabila pengunjung sedang berada ditengah perkebunan teh dan menyaksikan para pemetik teh, maka akan terdengar suara pemetik teh yang sedang mengisi kekosongan dengan pemetik teh lainnya. Apabila pengunjung sedang berada di dekat kawasan pabrik teh, maka pengunjung dapat mendengarkan suara mesin pabrik yang sedang bekerja.

Aksesibilitas

Aksesibilitas sangat dipengaruhi oleh ketersediaan sarana dan prasarana transportasi. Ketersediaan sarana dan prasarana transportasi yang sangat dominan di Kabupaten Kerinci adalah sarana dan prasarana transportasi darat. Hal ini dikarenakan kondisi geografis dari Kabupaten Kerinci yang tidak memiliki pantai serta sungai yang besar, serta kontur tanah yang berbukit-bukit.

Untuk mencapai tapak ini hanya ada satu jalur utama yang juga merupakan salah satu jalan provinsi yang menghubungkan antara Provinsi Jambi dan Padang. Lokasi tapak berjarak 31 km dari ibukota kabupaten yang bisa di tempuh sekitar 60 menit dengan mobil dan sekitar 45 menit dengan menggunakan sepeda motor. Tapak memang cukup jauh dari ibukota kabupaten karena tapak ini berada di wilayah paling tinggi di kabupaten kerinci yaitu di kaki Gunung Kerinci.

Kondisi jalan utama cukup baik dan sudah di aspal secara merata. Lebar jalan ± 4-5 m yang cukup untuk dua jalur kendaraan roda empat. Jalur jalan utama

(46)

tidak memiliki pedestrian khusus tetapi di sisi kiri kanan jalan tedapat ruang kosong yang ditumbuhi rumput dengan lebar ± 60-80 cm. Jalan menuju ke dalam perkebunan belum teraspal semua dan masih terdapat jalan-jalan bebatuan dan masih sempit. Kebanyakan jalan kecil menuju perkebunan mengikuti pola penanaman teh secara alami. Peta aksesibilitas pada tapak dapat dilihat pada Gambar 16.

(a) (b)

Gambar 16. Kondisi Jalan Utama (a) dan Jalan Masuk ke Perkebunan (b)

Pengunjung yang ingin datang ke lokasi bisa menaiki angkutan kota (angkot) dengan tarif Rp. 6.000,- dari ibukota Kabupaten (Sungai Penuh) sampai ke Kecamatan Kayu Aro. Angkutan kota biasanya beroperasi dari pukul 06.00 WIB sampai dengan pukul 17.00 WIB. Angkutan umum biasanya berhenti di dekat pasar Desa Bedeng VIII karena belum ada terminal khusus, angkutan tersebut hanya berhenti untuk menurunkan penumpang di pinggir jalan dan selanjutnya melanjutkan perjalan ke pasar Desa Kersik Tuo. Di Kecamatan Kayu Aro juga tersedia ojek motor yang mempunyai pangkalan ojek di setiap desa. Biasanya yang sering menaiki angkutan kota adalah masyarakat perkebunan dan masyarakat desa sekitar yang ingin ke Sungai Penuh, sedangkan kebanyakan para wisatawan yang datang menggunakan kendaraan pribadi karena mengingat perkebunan yang cukup luas sehingga akan merasa lebih nyaman dengan kendaraan pribadi untuk melintasi jalur perkebunan sambil menikmati pemandangan dengan santai.

(47)

Pada hari-hari biasa kondisi laju kendaraan di jalan utama menuju tapak tidak begitu ramai. Jalan hanya digunakan oleh masyarakat sekitar untuk masuk ke area perkebunan dan hanya terlihat beberapa kali angkutan kota yang melintasi jalan utama. Sedangkan pada waktu hari-hari libur, kondisi jalan utama sangat ramai dikunjungi para wisatawan yang ingin berkunjung ke area perkebuanan.

0 400 600 m

A

B

C

D

DEPARTEMEN ARSITEKTUR LANSKAP FAKULTAS PERTANIAN INSTITUT PERTANIAN BOGOR

2008

DIGAMBAR OLEH

OCCY BONANZA A34204002

JUDUL PENELITIAN

PERENCANAAN LANSKAP KEBUN TEH KAYU ARO KABUPATEN KERINCI SEBAGAI KAWASAN

AGROWISATA

JUDUL GAMBAR

PETA AKSESIBILITAS

DOSEN PEMBIMBING

Dr. Ir. NIZAR NASRULLAH, M.Agr

SKALA ORIENTASI NO. GAMBAR

U TANGGAL 14 AGUSTUS 2008 A, B, C, D : Afdeling Kebun Batas Afdeling Batas Tapak Jalan Utama Jalan Kebun KETERANGAN: Ke Sungai Penuh Ke Sumbar 17

(48)

Kebanyakan wisatawan yang berkunjung ke kawasan perkebunan teh Kayu Aro ini mencari tempat parkir sesuai keinginan mereka. Hal ini karena di sepanjang jalur perkebunan teh dapat dinikmati pemandangannya. Tempat parkir khusus juga tersedia di beberapa lokasi. Seperti di depan kantor pemasaran dan di depan taman wisata Aroma Pecco.

Fasilitas dan Utilitas

Sejak perkebunan teh Kayu Aro ini dibangun, sudah ada fasilitas umum yang dibangun dengan tujuan awal adalah untuk kesejahteraan karyawan dan staf perkebunan. Seiring waktu, fasilitas di sekitar perkebunan pun kian bertambah karena sudah ada rencana dari pengelola perkebunan untuk menjadikan area perkebunan sebagai area wisata selain sebagai area produksi teh. Adapun fasilitas yang sudah tersedia pada tapak, dapat dilihat pada Tabel 4 dan Gambar 18.

Tabel 4. Fasilitas yang Terdapat pada Tapak

No Jenis Jumlah

(Unit) Keterangan

1 Perumahan Staf 636 Perumahan merupakan peninggalan dari zaman kolonial Belanda yang sampai sekarang masih terawat dan memiliki benuk yang khas

2 Sarana Kesehatan 9 Terdiri dari: 1 Rumah Sakit dan 8 Poliklinik yang terdapat pada masing-masing afdeling

3 Sarana Pendidikan 8 Terdiri dari: TK, SD, SMP, SMK, MTs, SMA IT, SMA

4 Sarana Olahraga 3 Terdiri dari: Lapangan Bulu Tangkis, Tenis Meja, Volly

5 Sarana Ibadah 2 Terdiri dari: 1 Mesjid dan 1 Gereja 6 Wisma Ria 1 Sebagai gedung serba guna yang didalam

gedung ini terdapat gambaran tentang pengolahan teh mulai dari hulu-hilir serta terdapat pula foto-foto pemimpin

perkebunan dari tahun 1985-2007 7 Mess 2 Sebagai tempat penginapan yang

disewakan kepada para wisatawan 8 Cafetaria 1 Biasanya digunakan oleh pegawai dan

staf perkebunan untuk makan siang dan istirahat

(49)

Gambar 18. Fasilitas yang Terdapat di Sekitar Tapak

Rumah karyawan perkebunan Bangunan TK

Menuju ke rumah sakit Lapangan tenis

Mesjid Cafetaria

(50)

Aspek Sosial

Keadaan Sosial-Ekonomi Masyarakat Sekitar

Menurut data Badan Pusat Statistik (BPS) tahun 2006 Kabupaten Kerinci, penduduk Desa Bedeng VIII berjumlah 1.436 jiwa dengan penduduk jenis kelamin laki-laki berjumlah 721 jiwa dan jenis kelamin perempuan 715 jiwa. Perbandingan penduduk laki-laki dan perempuan hampir imbang dengan persentase 50,2% untuk penduduk jenis kelamin laki-laki dan 49,8% untuk penduduk jenis kelamin perempuan. Kepadatan penduduk di Desa Bedeng VIII diperoleh 209 jiwa/km2 dari total luas wilayah 6,82 km2 dan total penduduk 1.436 jiwa. Jumlah rumah tangga (RT) di Desa Bedeng VIII berjumlah 406 rumah tangga dan rata-rata jiwa dalam satu rumah tangga adalah 4 orang.

Seluruh penduduk di desa ini merupakan Warga Negara Indonesia (WNI). Mayoritas penduduk yang tinggal di Kecamatan Kayu Aro termasuk di desa ini adalah masyarakat suku Jawa. Hal ini karena adanya program transmigrasi dari pemerintah Indonesia pada tahun 1950 sehingga desa ini juga disebut Kampung Jawa, masyarakatnya pun berkomunikasi dengan menggunakan bahasa jawa. Mereka enggan balik ke Jawa karena mereka sudah merasa bahwa Kayu Aro adalah tanah mereka dan tempat mereka mencari penghidupan. Mereka juga tidak enggan dikatakan sebagai orang Kerinci karena mereka sangat mencintai Kerinci. Sedangkan warga asli Kerinci sangat minoritas yang tinggal di Kecamatan Kayu Aro, warga asli Kerinci kebanyakan bermukim di kecamatan lain yang masih di sekitar Kecamatan Kayu Aro. Kecamatan tersebut seperti Kecamatan Siulak, Kecamatan Gunung tujuh dan Kecamatan Gunung Kerinci.

Mata pencaharian utama penduduk Desa Bedeng VIII adalah menjadi pemetik daun teh perkebunan. Menjadi pemetik daun teh merupakan pekerjaan yang telah turun temurun dari kakek nenek mereka dan telah menjadi hobby mereka sehingga tidak salah anak-anak usia 7 tahun sudah terlatih memetik pucuk daun teh. Rata-rata penduduk sudah sangat mahir dan cepat dalam melakukan pemetikan. Mereka memetik teh dari pukul 07.00-16.00 WIB dan mendapat jatah istirahat dari pukul 12.00-14.00 WIB. Sekarang para pemetik teh sudah sangat dibantu oleh pengadaan mesin sehingga pekerjaan mereka bisa lebih ringan.

Referensi

Dokumen terkait

Berdasarkan uraian dan penjelasan tersebut, penulis tertarik untuk mengadakan penelitian yang berjudul “ Analisis Kondisi Fisik dan Teknik Dasar

Berdasarkan hasil penelitian didapatkan bahwa perbandingan performa dari tiga metode machine learning yaitu SVM, RF dan SGD dalam klasifikasi kinerja programmer

Dalam skala yang lebih luas, kondisi pelabuhan perikanan, muara sungai, dan tempat pendaratan ikan merupakan bagian penting dalam rantai peroses yang menghubungkan

Namun demikian, implementasi dalam layanan bimbingan masih dapat dilaksanakan walaupun dengan keterbatasan dan kemampuan yang dimiliki guru BK di madrasah, mereka dalam

Pakan ikan adalah campuran dari berbagai bahan pangan (biasa disebut bahan mentah), baik nabati maupun hewani yang diolah sedemikian rupa sehingga mudah dimakan dan

jarak titik fokus dan direktris pada parabola y2=12x

--- Menimbang, bahwa setelah Pengadilan Tinggi mempelajari dengan seksama berkas perkara dan turunan resmi Putusan Pengadilan Negeri Stabat tanggal 20 Juli 2011 No

Pada zaman sekarang tampil eksis dan memiliki banyak teman dan remaja sangat tidak ingin ketinggalan zaman atau tidak menikuti trend, jadi mereka akan selalu update melalui