• Tidak ada hasil yang ditemukan

Dari Perencanaan Menuju Pelaksanaan

Dalam dokumen Master-Plan-NCICD-Final.pdf (Halaman 82-87)

Dari Perencanaan Menuju Pelaksanaan

Bab 4 Dari Perencanaan Menuju Pelaksanaan

4.1 Penjelasan Umum

Untuk melaksanakan proyek ini sesuai dengan apa yang tertuang di dalam dokumen pro-gram PTPIN, perlu dipikirkan lebih lanjut mengenai aspek kelembagaan, pembiayaan dan regulasi. Beberapa hal penting terkini yang mendasari keputusan untuk mempercepat pelaksanaan program reklamasi Pantai Utara Jakarta antara lain:

• Arahan Bapak Joko Widodo selaku Gubernur DKI Jakarta pada tanggal 25 Juli 2014 yang menyatakan agar PTPIN segera dilaksanakan dengan fokus kegiatan di wilayah DKI Jakarta agar tidak terkendala dengan masalah koordinasi

• Hasil rapat Tim Koordinasi PTPIN pada tanggal 1 dan 10 September 2014 yang mengin-dikasikan perlunya kelembagaan khusus dan pembiayaan PTPIN

• Memperhatikan Hasil Rapat Tingkat Menteri / Tim Pengarah PTPIN di Kementerian Koordinator Bidang Perekonomian pada tanggal 3 Oktober 2014.

Berdasarkan tiga poin di atas maka disepakati bahwa DKI Jakarta sebagai ibukota Republik Indonesia membutuhkan penanganan khusus berkelanjutan dengan solusi yang terpadu, yaitu melalui program PTPIN.

Lintas sektor dan lintas wilayah yaitu DKI Jakarta, Banten dan Jawa Barat.

1. Terdiri dari 9 komponen utama yaitu tanggul laut, waduk-retensi, stasiun pompa air, air bersih, sanitasi dan air limbah, penataan ruang, reklamasi, jalan tol/MRT, pelabuhan laut/udara.

2. Estimasi biaya Tahap A dan B (2014-2025) sebesar USD 40 milyar yang tidak mungkin dibiayai seluruhnya oleh pemerintah daerah saja, namun harus mengundang investasi pihak swasta.

3. Mengingat besaran dana dan kompleksitas program maka PTPIN harus diimplemen-tasikan secara khusus, oleh lembaga khusus (yang berdedikasi, kredibel dan memiliki integritas), dengan melibatkan pihak swasta dalam pembiayaan bersama Pemerintah/ Pemda/BUMN/BUMD.

4. Agar lembaga khusus ini dapat menjalankan tugas dan fungsinya tanpa menghambat masalah koordinai dan perijinan, maka statusnya perlu didukung dengan peraturan perundangan sebagai payung hukum.

4.2 Kelembagaan

Berikut usulan mengenai Badan Pengembangan PTPIN, terdiri dari 3 unsur/elemen yaitu: 1. Dewan Pengarah

2. Badan Pelaksana 3. Badan Usaha Strategis

4.3 Pembiayaan

Tiga prinsip panduan berikut ini adalah rekomendasi dalam memutuskan dan mengem-bangkan strategi pembiayaan untuk PTPIN:

1. Strategi pembiayaan memastikan implementasi upaya-upaya keselamatan yang pent-ing pada waktunya.

2. Strategi pembiayaan berusaha meminimalkan beban APBN/APBD dan hutang Pemer-intah Indonesia.

3. Sektor swasta berperan sebagai pengatur pengembangan PTPIN. PPP/ investasi swasta dan keuangan telah menjadi kunci untuk mengurangi dan menyebarkan beban biaya

Pengembangan

Kawasan Infrastruktur dan Utilitas Publik Keselamatan dan Lingkungan Badan Usaha Strategis Badan Pelaksana Dewan Pengarah Trust Fund PTPIN BP PTPIN Presiden RI Menteri/ Kepala Lembaga Gubernur Dewan Pengarah: • Arahan kebijakan Badan Pelaksana: • Pengendalian Program • Penganggaran • Regulasi • Perijinan • Koordinasi Pelaksanaan • Monitoring & Evaluasi

Badan Usaha Strategis:

• Implementasi program • Pendanaan &Pengusahaann • Pengelolaan Dana Trust Fund • Pengelolaan aset

• Kerjasama dengan pihak swasta

Gambar 4.1 Usulan Bagan Kelembagaan PTPIN

dan mengangkat dampak ekonomi dari PTPIN. Pendanaan swasta yang potensial akan didukung oleh kasus bisnis yang kredibel dan respon pasar yang sudah terbukti. Usulan Mekanisme Pembiayaan. Sebagai prinsip utama dalam mekanisme pembiayaan, potensi pendapatan terpadu merupakan sumber pendanaan utama yang perlu diperhati-kan antara lain: . Mediperhati-kanisme Utama:

• Pendekatan kewirausahaan (melalui Badan Usaha Strategis/BUS)

• Badan Usaha Strategis (BUS) memaksimalkan potensi pendapatan pada dasar kelay-akan business case Public-Private-Partnership dan melalui investasi di pra-kondisi ( misal: air limbah dan sanitasi)

• BUS mengelola pendanaan dan lintas subsidi antar-proyek : antara komponen yang layak komersial dan non komersial

Pengembangan komponen tahapan & asumsi

pendapatan (peningkatan) Model pengiriman dan asumsi pembiayaan Model Pembiayaan dari Badan Usaha Stategis sebagai referensi Program Investasi PTPIN Kerangka (PPP) Business Cases Pembiayaan Business Cases Model Pembiayaan PTPIN Gambar 4.2 PTPIN dan Busi-ness Case Yang Bankable

Tipe Pendanaan Tipe Pengaturan

Pendanaan Pemerintah • EPC Konvensional

• Pembiayaan Viability Gap (VGF)

Off-Balance Sheet • Ketersediaan pembayaran jangka panjang

• Pinjaman Sub-sovereign (Pemerintah Indonesia memjamin Badan Usaha Strategis)

• Jaminan lainnya disediakan oleh Pemerintah Indonesia

Pendanaan Swasta • Desain-Bangun-Pendanaan-Pemeliharaan & Operasi (Skema DBFMO) Investasi Swasta • Konsesi untuk reklamasi lahan dan untuk infrastruktur transportasi

Gambar 4.3 Tipe-tipe Penda-naan

4.4 Kebijakan/Regulasi

Sebagai pertimbangan tentang perlunya kelembagaan khusus untuk implementasi Pro-gram PTPIN, dapat mengacu kepada beberapa Peraturan Perundangan yang menunjuk-kan pentingnya kedudumenunjuk-kan Jakarta sebagai Ibukota Negara Republik Indonesia, dan seb-agai wilayah yang termasuk dalam Kawasan Strategis Nasional, yaitu:

Tabel 4.1 Estimasi Pembi-ayaan Imple-mentasi PTPIN Tahap A dan Tahap B Gambar 4.4 Usulan Struktur dan Mekanisme Pembiayaan Pengembangan

Kawasan Infrastruktur dan Utilitas Publik Keselamatan dan Lingkungan

Badan Usaha Strategis Badan Pelaksana Dewan Pengarah Pemerintah RI TF Manager Mitra Pembangunan Pemda Donor Lainnya

Trust Fund Hibah Hibah Hibah Hibah Penyertaan/ Pinjaman Pinjaman Hibah C S R BP PTPIN Badan Usaha Swasta Penyertaan/ Pinjaman

1. Undang-Undang No. 29 Tahun 2007 Tentang Pemerintahan Provinsi Daerah Khusus Ibukota Jakarta sebagai Ibukota Negara Kesatuan Republik Indonesia:

Pasal 5: Provinsi DKI Jakarta berperan sebagai Ibukota Negara Kesatuan Republik Indo-nesia yang memiliki kekhususan tugas, hak, kewajiban, dan tanggung jawab tertentu dalam penyelenggaraan pemerintahan dan sebagai tempat kedudukan perwakilan negara asing, serta pusat/perwakilan lembaga internasional.

Ayat (1) Pemerintah dapat membentuk dan/atau menetapkan kawasan khusus di wilayah Provinsi DKI Jakarta untuk menyelenggarakan fungsi-fungsi pemerintahan tertentu yang bersifat khusus bagi kepentingan nasional sesuai dengan ketentuan per-aturan perundang-undangan.

Ayat (3) Kawasan khusus sebagaimana dimaksud pada ayat (1) dikelola langsung oleh Pemerintah atau dapat dikelola bersama antara Pemerintah dan Pemerintah Provinsi DKI Jakarta sesuai dengan ketentuan peraturan perundang-undangan.

2. Undang-Undang No. 26 Tahun 2007 Tentang penataan Ruang

Pasal 1: (28) kawasan strategis nasional adalah wilayah yang penataan ruangnya dipri-oritaskan karena mempunyai pengaruh sangat penting secara nasional terhadap ke-daulatan negara, pertahanan dan keamanan negara, ekonomi, sosial, budaya, dan/atau lingkungan, termasuk wilayah yang telah ditetapkan sebagai warisan dunia.

3. Peraturan Pemerintah No. 26 Tahun 2008 tentang RTRWN (Rencana Tata Ruang Wilayah Nasional)

Penetapan Kawasan Strategis Nasional: antara lain à Kawasan Perkotaan Jabodetabek-punjur termasuk Kepulauan Seribu.

Waktu pelaksanaan telah dimulai sejak periode 2010-2014. Kegiatan ini dilanjutkan dengan rehabilitasi dan pengembangan kawasan strategis nasional dengan sudut ke-pentingan ekonomi. Disamping itu rehabilitasi/revitalisasi kawasan termasuk sebagai salah satu dari komponen Program Utama PTPIN.

4.5 Sekilas Road Map Percepatan PTPIN

Semua tahap pada PTPIN mulai dilaksanakan pada tahun 2014 dan dilakukan secara simul-tan:

• Tahap A: peletakan batu pertama tanggul laut eksisting – 17 pulau sebagai bagian dari tahap A.

• Tahap B: rancangan final, pekerjaan persiapan.

• Tahap C: Pembangunan zona ekonomi (bandara, pelabuhan).

Dalam dokumen Master-Plan-NCICD-Final.pdf (Halaman 82-87)