• Tidak ada hasil yang ditemukan

BAB IV HASIL PENELITIAN DAN PEMBAHASAN

C. Pembahasan

2. Perencanaan, Pelaksanaan, dan Penilaian Pembelajaran

Argumentasi Siswa Kelas X SMA Negeri Berstandar Nasional di Kabupaten Karanganyar

Perencanaan, pelaksanaan, dan penilaian pembelajaran menulis argumentasi siswa kelas X SMA negeri berstandar nasional di kabupaten Karanganyar dapat diuraikan sebagai berikut.

a. Rencana pelaksanaan pembelajaran (RPP) dibuat sendiri oleh guru

Rencana pelaksanaan pembelajaran (RPP) yang akan

diimplementasikan pada proses pembelajaran dibuat sendiri oleh guru sesuai dengan visi dan misi sekolah. Sesuai dengan konsep kurikulum yang saat ini dilaksanakan, yakni kurikulum tingkat satuan pendidikan (KTSP), RPP yang dibuat oleh guru menyesuaikan karakteristik siswa di masing-masing sekolah. Dengan demikian, RPP yang dibuat oleh guru di tiap-tiap sekolah tentu memiliki perbedaan. RPP yang disusun oleh guru sebelumnya dibahas di forum MGMP Bahasa Indonesia SMA kabupaten Karanganyar kemudian dikembangkan berdasarkan silabus yang juga dibuat sendiri oleh guru. Di forum MGMP, segala kesulitan yang dialami guru dalam menyusun RPP dan masukan-masukan untuk kesempurnaan isi RPP dibahas bersama sehingga dapat memberikan pengetahuan bagi guru, termasuk penyertaan nilai budaya dan karakter bangsa dalam RPP untuk selanjutnya diharapkan muncul dari dalam diri siswa.

commit to user

69

Silabus yang digunakan untuk mengembangkan RPP memuat beberapa komponen, antara lain: (1) kompetenasi dasar (KD); (2) standar kompetenasi (SK); (3) materi pembelajaran; (4) nilai budaya dan karakter bangsa; (5) kegiatan pembelajaran, (6) indikator pencapaian kompetensi; (7) penilaian; (8) alokasi waktu; dan (9) sumber belajar. Silabus tersebut kemudian dikembangkan dalam bentuk RPP yang memuat beberapa hal, yaitu: (1) standar kompetensi (SK); (2) kompetensi dasar (KD); (3) indikator pembelajaran; (4) tujuan pembelajaran; (5) materi pembelajaran; (6) metode dan model pembelajaran; (7) langkah-langkah pembelajaran; (8) sumber belajar; dan (9) evaluasi pembelajaran. Penyusunan RPP membuat pembelajaran yang akan dilaksanakan menjadi lebih tersruktur, walaupun tidak jarang pelaksanaannya tidak sesuai dengan apa yang dituliskan dalam RPP.

b. Persiapan pembelajaran menulis argumentasi yang dilakukan oleh guru dan siswa

Persiapan pembelajaran menulis argumentasi dilakukan oleh guru dan siswa agar pembelajaran dapat berjalan dengan maksimal dan sesuai dengan tujuan yang diharapkan. Persiapan pembelajaran menulis argumentasi yang dilaksanakan oleh guru yaitu menyusun RPP berdasarkan silabus yang juga dibuat sendiri oleh guru. Selain RPP, guru juga melakukan persiapan berupa penyiapan materi. Materi yang dipersiapkan oleh guru untuk melaksanakan pembelajaran menulis argumentasi adalah materi yang ada di buku teks BSE dan buku teks dari penerbit lain, LKS, dan materi yang didapat dari internet.

Persiapan dalam pembelajaran tidak hanya dilakukan oleh guru saja, melainkan juga dilakukan oleh siswa. Sebelum pelaksanaan pembelajaran menulis argumentasi, guru meminta siswa untuk belajar di rumah. Instruksi tersebut disampaikan pada akhir pembelajaran sebelumnya. Persiapan yang diharapkan dapat dilakukan oleh siswa berupa mencari materi menulis argumentasi serta contoh tulisan argumentasi. Hal tersebut dilakukan dengan harapan agar siswa sudah siap dari rumah sebelum mengikuti

commit to user

pembalajaran menulis argumentasi di sekolah. Karena sumber materi yang dimiliki oleh siswa hanya LKS, siswa dapat mencari materi dan contoh tulisan argumentasi dari berbagai sumber, seperti buku teks yang dapat dipinjam di perpustakaan dan dari internet.

c. Guru berperan sebagai fasilitator, motivator, dan pemimpin kelompok belajar

Sebagai seorang fasilitator guru memiliki tugas untuk memberikan fasilitas kepada siswa dalam belajar menulis paragraf argumentasi. Fasilitas ini berupa penyampaian materi dan pemberian penjelasan apabila siswa mengalami kesulitan dalam belajar. Sedangkan peran guru sebagai motivator adalah memberikan motivasi belajar kepada siswa agar siswa bersemangat dalam belajar. Dalam hal ini siswa dituntut untuk lebih aktif dalam pembelajaran, guru hanya memberikan arahan dan bantuan ketika siswa menglami kesulitan. Tidak jarang dalam pembelajaran siswa tidak bersemangat dan enggan bertanya ketika mengalami kesulitan, disini peran guru sebagai fasilitasor dan motivator ditunjukkan. Guru harus mampu memberikan arahan, penyampaian dengan lebih jelas mengenai materi yang dianggap sulit oleh siswa, serta memberikan dorongan dan motivasi kepada siswa untuk bersemangat mengikuti pembelajaran menulis argumentasi.

Guru juga berperan sebagai pemimpin kelompok belajar atau pengatur organisasi belajar saat siswa berdiskusi. Organisasi yang dimaksud adalah kelompok-kelompok yang terdiri dari beberapa siswa dalam satu kelas. Pembentukan kelompok dan berlangsungnya diskusi menjadi tanggung jawab guru saat kegiatan diskusi dilaksanakan. Sebelum kegiatan diskusi dimulai, guru terlebih dahulu membagi siswa dalam beberapa kelompok. Pembagian kelompok berdasarkan tempat duduk siswa. Siswa yang berdekatan dijadikan satu kelompok diskusi. Ketika diskusi berlangsung, guru mengawasi siswa. Guru berkeliling untuk memeriksa tugas dan keaktifan siswa, apabila terdapat siswa yang tidak berperan aktif atau justru mengobrol sendiri dalam diskusi, guru memberikan teguran kepada siswa tersebut. Apabila siswa mengalami

commit to user

71

kesulitan saat diskusi, siswa menanyakannya kepada guru ketika guru berkeliling mengawasi kinerja mereka. Secara langsung guru memberikan jawaban dan masukan kepada siswa yang mengalami kesulitan. Guru memegang peranan penuh saat diskusi berlangsung agar diskusi dapat berlajan dengan baik.

d. Guru menerapkan metode ceramah, kooperatif, dan inkuiri

Metode yang digunakan oleh guru untuk menyampaikan materi pembelajaran adalah metode ceramah yang sudah dikombinasikan dengan metode kooperatif dan inkuiri. Hal semacam ini dilakukan untuk membantu keberhasilan pembelajaran. Metode ceramah merupakan metode yang harus dilakukan oleh guru karena dengan cermah siswa dapat menerima materi langsung dari guru. Walaupun metode ceramah dianggap konvensional, namun penerapannya masih sangat dibutuhkan. Metode ceramah tidak mungkin digunakan secara terus-menerus selama waktu pembelajaran karena siswa akan merasa cepat jenuh dalam mengikuti pembelajaran. Kegiatan diskusi kelompok merupakan salah satu cara untuk menciptakan suasana belajar yang lebih menarik. Dengan diskusi kelompok siswa dapat mengerahkan kemampuannya untuk menemukan permasalahan yang menjadi topik untuk dibahas. Penggabungan metode ini sangat baik dilakukan agar pembelajaran tidak berjalan secara monoton.

Mengajak siswa untuk berdiskusi merupakan langkah awal yang dilakukan untuk merangsang pemahaman siswa mengenai tulisan argumentasi. Hal tersebut kiranya menjadi kegiatan yang menyenangkan bagi siswa sebelum sebelum materi disampaikan dengan ceramah. Pemilihan topik yang tepat dan relevan dengan apa yang dialami dan diketahui siswa akan menarik perhatian siswa sehingga mereka aktif melakukan kegiatan diskusi. Selain diskusi dengan memberikan topik yang menarik, guru juga melakukan pembelajaran dengan menggunakan media berupa surat kabar. Siswa diajak untuk mencari tulisan yang terdapat di surat kabar untuk kemudian dijadikan bahan membuat paragraf argumentasi. Surat kabar juga digunakan sebagai contoh karena di surat

commit to user

kabar terdapat pula rubrik-rubrik yang secara khusus memuat tulisan argumentasi. Dengan demikian siswa dapat mengetahui tulisan argumentasi yang secara nyata ada di sekitar mereka, bukan hanya contoh-contoh yang mereka baca di LKS atau buku teks.

e. Sumber belajar dari buku teks dan lembar kerja siswa (LKS)

Sumber belajar yang digunakan dalam pembelajaran menulis argumentasi adalah buku teks yang berupa BSE dan LKS. BSE dipilih dan direkomendasikan sebagai buku acuan karena kedalaman materi yang ada di BSE sudah dinilai pemerintah sehingga guru tidak meragukan lagi relevansinya dengan kebutuhan siswa. Walaupun begitu, tidak berari buku teks yang lain tidak dapat digunakan dalam pembelajaran menulis argumentasi. Buku teks lain yang diterbitkan oleh pihak swasta juga digunakan untuk menambah materi dan contoh-contoh. LKS merupakan pegangan wajib bagi siswa. LKS memuat materi dan latihan-latihan yang dapat digunakan untuk mengetahui pemahaman siswa terhadap materi. Materi dan soal-soal latihan yang ada di LKS dapat dipelajari siswa di rumah sebelum pembelajaran dilaksanakan. Dengan demikian, siswa diharapkan sudah belajar dan mempersiapkan diri sebelumnya.

f. Penilaian mengacu pada penilaian produk

Penilaian pembelajaran menulis argumentasi yang dilakukan oleh guru mengacu pada penilaian produk. Guru menilai siswa berdasarkan hasil karya berupa tulisan argumentasi yang dibuat siswa. Walaupun sebenarnya penilaian yang baik seharusnya juga memerhatikan proses, hal ini belum sepenuhnya dilakukan oleh guru. Nilai keaktifan siswa tersebut digunakan oleh guru untuk menambah nilai apabila nilai yang diperoleh siswa dari menulis argumentasi masih kurang.

Penilaian yang dilakukan guru untuk menilai hasil tulisan argumentasi yang dibuat oleh siswa didasarkan pada enam aspek, yakni (1) kesesuaian tulisan dengan ciri-cirinya, (2) daya tarik tema, (3) ketepatan struktur, (4) kesesuaian pemilihan kata, (5) penggunaan bahasa yang komunikatif, dan (6) penggunaan ejaan dan tanda baca. Keenam aspek

commit to user

73

penilaian tersebut telah sesuai dengan kompetensi dasar yang hendak

standar kompetensi tersebut telah dicantumkan pada RPP yang dibuat guru sebelum pembelajaran menulis argumentasi dilaksanakan.

Berikut ini rincian nilai dari 70 siswa SMA negeri berstandar nasional di Karanganyar yang menjadi sampel penelitian.

Tabel 4.1. Nilai pembelajaran menulis paragraf argumentasi siswa kelas X

No. Rentang Nilai Jumlah Siswa

1. 60-64 3 2. 65-69 2 3. 70-74 19 4. 75-79 35 5. 80-84 11 Jumlah Siswa 70 Nilai Rata-rata 74,8

3. Kendala yang Ditemui dalam Pembelajaran Menulis Argumentasi Siswa

Dokumen terkait