• Tidak ada hasil yang ditemukan

Pembelajaran Menulis Argumentasi Siswa Kelas X Sma Negeri Berstandar Nasional Di Kabupaten Karanganyar

N/A
N/A
Protected

Academic year: 2018

Membagikan "Pembelajaran Menulis Argumentasi Siswa Kelas X Sma Negeri Berstandar Nasional Di Kabupaten Karanganyar"

Copied!
97
0
0

Teks penuh

(1)

commit to user

i

PEMBELAJARAN MENULIS ARGUMENTASI

SISWA KELAS X SMA NEGERI BERSTANDAR NASIONAL

DI KABUPATEN KARANGANYAR

SKRIPSI

Oleh :

NITA NUR`AINI

K1208107

FAKULTAS KEGURUAN DAN ILMU PENDIDIKAN

UNIVERSITAS SEBELAS MARET

(2)

commit to user

(3)

commit to user

iii

PEMBELAJARAN MENULIS ARGUMENTASI

SISWA KELAS X SMA NEGERI BERSTANDAR NASIONAL

DI KABUPATEN KARANGANYAR

Oleh :

NITA NUR`AINI

K1208107

Skripsi

Diajukan untuk memenuhi salah satu persyaratan mendapatkan gelar

Sarjana Pendidikan Program Pendidikan Bahasa dan Sastra Indonesia,

Jurusan Pendidikan Bahasa dan Seni

FAKULTAS KEGURUAN DAN ILMU PENDIDIKAN

UNIVERSITAS SEBELAS MARET

(4)

commit to user

(5)

commit to user

(6)

commit to user

vi MOTTO

Tiada yang memiliki kebanggaan kecuali orang yang berilmu,

mereka selalu memberikan petunjuk kepada orang yang membutuhkan.

(Ali Bin Abi Thalib)

Berikan pada dunia milikmu yang terbaik dan mungkin itu tak kan pernah cukup

Biar begitu, tetaplah berikan pada dunia milikmu yang terbaik

Orang kerap kali tak bernalar, tak logis, dan egois

Biar begitu, maafkanlah mereka

Bila engkau mendapat sukses, engkau bakal pula mendapat

teman-teman palsu dan musuh-musuh sejati

Biar begitu, tetaplah meraih sukses

(Ibu Teresa)

Berpegang pada kepercayaan dan keyakinan.

(7)

commit to user

vii

PERSEMBAHAN

Ya Rabb, dengan segala rasa syukurku pada-Mu... Kupersembahkan karya ini

sebagai salah satu wujud cinta dan terima kasihku untuk:

Ibunda dan Ayahanda tercinta

Doamu tiada pernah putus, tiada lelah memberikan pengorbanan

demi yang terbaik untukku, tiada terbatas cinta dan kasih yang tercurah,

terima kasihku untukmu, Ibu, Ayah...

Ken Ndari

Adikku tersayang yang selalu membawa kejutan

dalam setiap lakunya.

Dosen-dosenku di Prodi Pendidikan Bahasa dan Sastra Indonesia

Segala bekal yang penuh dengan kemuliaan menjadi motivasi

dalam perjalanan menuju diriku selanjutnya.

Sahabat- Nur Endah, Taufik, Rina, Nadin, Winda,

Siwi, Wiwit, Ndaru, Erma, Wulan, dan semua teman-temanku tersayang)

Bersama kalian aku mengukir indahnya dunia baru.

(8)

commit to user

viii

Nita Nur`aini, K1208107. PEMBELAJARAN MENULIS ARGUMENTASI

SISWA KELAS X SMA NEGERI BERSTANDAR NASIONAL DI

KABUPATEN KARANGANYAR. Skripsi, Fakultas Keguruan dan Ilmu

Pendidikan Universitas Sebelas Maret Surakarta.Mei2012.

Penelitian ini bertujuan untuk mendeskripsikan pembelajaran menulis argumentasi siswa kelas X SMA negeri berstandar nasional di Karanganyar yang meliputi: (1) persepsi guru mengenai pembelajaran menulis argumentasi; (2) pelaksanaan pembelajaran menulis argumentasi yang dilakukan guru pada siswa; (3) kendala yang timbul dalam pembelajaran menulis argumentasi; dan (4) upaya yang dilakukan untuk mengatasi kendala yang timbul dalam pembelajaran menulis argumentasi.

Penelitian ini merupakan penelitian kualitatif yang mengambil sampel di SMA Negeri 2 Karanganyar dan SMA Negeri Karangpandan. Teknik sampling yang digunakan adalah purposive sampling. Teknik pengumpulan data yang digunakan adalah observasi, wawancara mendalam, dan analisis dokumen. Teknik analisis data yang digunakan dalam penelitian ini adalah model analisis interaktif yang meliputi empat komponen, yaitu pengumpulan data, reduksi data, penyajian data, dan verifikasi.

Simpulan penelitian ini adalah sebagai berikut. Pertama, persepsi guru mengenai pembelajaran menulis argumentasi terbagi menjadi dua, yaitu pembelajaran yang berorientasi pada praktik dan teori secara berimbang, dan pembelajaran yang berorientasi pada praktik. Kedua, pelaksanaan pembelajaran menulis argumentasi berlangsung secara kooperatif dengan diskusi kelompok, kooperatif dengan media surat kabar, dan kooperatif dengan debat. Ketiga, kendala-kendala yang ditemukan dalam pembelajaran menulis argumentasi meliputi siswa belum dapat membuat paragraf argumentasi sesuai dengan tema, pengungkapan gagasan belum dilakukan secara runtut, siswa kurang paham membedakan jenis paragraf argumentasi dengan jenis paragraf lain, siswa enggan bertanya apabila mengalami kesulitan, siswa kurang memerhatikan penjelasan guru, sumber materi yang dimiliki siswa hanya LKS, siswa kurang aktif saat diskusi, alokasi waktu pembelajaran terbatas, dan belum ada laboratorium Bahasa Indonesiadan LCD di setiap kelas.Keempat, upaya untuk mengatasi kendala yang timbul dalam pembelajaran menulis argumentasi, yaitu siswa melakukan koreksi silang dengan teman semeja, guru menjelaskan materi dengan menunjukkan perbedaan tulisan argumentasi dengan jenis tulisan yang lain, guru berkeliling untuk memeriksa kinerja siswa sekaligus memberikan arahan jika ada siswa yang mengalami kesulitan, siswa berusaha untuk fokus, siswa yang tidak mau aktif saat diskusi ditegur oleh teman satu kelompok, siswa meminjam buku teks di perpustakaan dan mencari sumber materi dari internet maupun televisi, guru mengambil jam materi pembelajaran selanjutnya, dan belum tersedianya laboratorium Bahasa Indonesia dan LCD di setiap kelas bukan menjadi kendala yang berarti, siswa dapat belajar dengan strategi dan pembelajaran yang menarik.

(9)

commit to user

ix

Puji syukur peneliti panjatkan kepada Allah SWT yang telah memberikan

nikmat dan karunia-Nya kepada kita semua. Atas kehendak-Nya pulalah peneliti

dapat menyelesaikan skripsi yang berjudul Pembelajaran Menulis Argumentasi

Siswa Kelas X SMA Negeri Berstandar Nasional di Karanganyar ini dengan baik.

Skripsi ini disusun untuk memenuhi sebagian dari persyaratan untuk

mendapatkan gelar Sarjana pada Program Studi Pendidikan Bahasa dan Sastra

Indonesia, Jurusan Pendidikan Bahasa dan Seni, Fakultas Keguruan dan Ilmu

Pendidikan, Universitas Sebelas Maret, Surakarta. Penulis menyadari bahwa

selesainya skripsi ini tidak lepas dari bantuan berbagai pihak. Untuk itu, penulis

menyampaikan terima kasih kepada:

1. Prof. Dr. M. Furqon Hidayatullah, M.Pd., Dekan Fakultas Keguruan dan Ilmu

Pendidikan, Universitas Sebelas Maret Surakarta yang telah memberikan izin

penyusunan skripsi ini.

2. Dr. Muhammad Rohmadi, S.S.,M.Hum.,selaku Ketua Jurusan Pendidikan

Bahasa dan Seni yang telah memberikan persetujuan dalam skripsi ini.

3. Dr. Kundharu Saddhono, S.S., M.Hum.,selakuKetua Program Pendidikan

Bahasa dan Sastra Indonesia yang juga memberikan persetujuan dalam skripsi

ini.

4. Dr. Andayani, M.Pd.,selaku pembimbing I yang telah memberikan bimbingan,

arahan, dan motivasi sejak penyusunan, penelitian, hingga skripsi ini selesai.

5. Dr. Kundharu Saddhono, S.S., M.Hum.,selaku pembimbing II yang

memberikan bimbingan, arahan, dan motivasisejak penyusunan, penelitian,

hingga skripsi ini selesai.

6. Dra. Sumarwati, M.Pd., selaku Pembimbing Akademik yang selama ini turut

memantau, dan menyemangati peneliti.

7. Drs. Bambang Sugeng Maladi, M.M., selaku kepala SMA Negeri 2

Karanganyar yang telah memberikan izin penelitian kepada peneliti.

8. Drs. Amin Suryadi, M.Pd., selaku kepala SMA Negeri Karangpandan yang

(10)

commit to user

x

9. Sanusi, S.Pd.,selaku guru Bahasa Indonesia kelas X SMA Negeri 2

Karanganyar yang telah memberi bimbingan dan bantuan dalam penelitian.

10.Rohmani, S.Pd., selaku guru Bahasa Indonesia kelas X SMA Negeri 2

Karanganyar yang telah memberikan informasi dan bantuan dalam penelitian.

11.Sri Muryati, S.Pd., selaku guru Bahasa Indonesia kelas X SMA Negeri

Karangpandan yeng telah memberikan informasi dan bantuan dalam penelitian.

12.Lusia Indah Wulandari, S.Pd., selaku guru Bahasa Indonesia kelas X SMA

Negeri Karangpandan yang telah memberikan bimbingan dan bantuan dalam

penelitian.

13.Para siswa kelas X SMA Negeri 2Karanganyar dan SMA Negeri Karangpandan

yang telah bersedia untuk berpartisipasi dalam pelaksanaan penelitian ini.

14.Keluarga tercinta yang telah membiayai dan menyediakan sarana prasarana

selama kuliah dan selalu memberidoa serta semangat setiap saat.

Semoga kebaikan dan bantuan dari semua pihak tersebut mendapat pahala

dan imbalan dari Allah SWT. Peneliti berharap semoga karya ini dapat bermanfaat

bagi para pembaca dan menambah khasanah keilmuan dan pengajaranBahasa

Indonesia.

Surakarta, April2012

Penulis

(11)

commit to user

xi

Halaman

HALAMAN JUDUL ... i

HALAMAN PERNYATAAN ... ii

HALAMAN PENGAJUAN ... iii

HALAMAN PERSETUJUAN ... iv

HALAMAN PENGESAHAN ... v

HALAMAN MOTTO ... vi

HALAMAN PERSEMBAHAN ... vii

ABSTRAK ... viii

KATA PENGANTAR ... ix

DAFTAR ISI ... xi

DAFTAR GAMBAR ... xiv

DAFTAR TABEL ... xv

DAFTAR LAMPIRAN ... xvi

BAB I PENDAHULUAN ... 1

A.Latar Belakang Masalah ... 1

B.Perumusan Masalah ... 5

C.Tujuan Penelitian ... 6

D.Manfaat Penelitian ... 6

BAB II KAJIAN PUSTAKA A.Kajian teori dan Hasil Penelitian yang Relevan ... 8

1. Hakikat Menulis ... 8

a. Pengertian Menulis ... 8

b. Tahap-tahap Penulisan ... 9

c. Jenis-jenis Tulisan ... 11

2. Hakikat Tulisan Argumentasi ... 16

a. Pengertian ... 16

b. Ciri dan Dasar Penulisan Argumentasi ... 17

3. Pembelajaran Menulis Argumentasi Berdasarkan Kurikulum Tingkat Satuan Pendidikan (KTSP) ... 19

(12)

commit to user

xii

b. Pembelajaran Menulis Argumentasidi Kelas X SMA ... 21

c. Perencanaan Pembelajaran Menulis Argumentasi ... 23

d. Pelaksanaan Pembelajaran Menulis Argumentasi ... 28

e. Penilaian Pembelajaran Menulis Argumentasi ... 32

B. Kerangka Berpikir... 37

BAB III METODE PENELITIAN A.Tempat dan Waktu Penelitian ... 38

B.Bentuk Penelitian ... 39

C.Sumber Data ... ... 39

D.Teknik Sampling ... ... 40

E.Pengumpulan Data ... ... 40

F. Uji Validitas Data ... 41

G.Analisis Data ... 42

H.Prosedur Penelitian... 44

BAB IV HASIL PENELITIAN DAN PEMBAHASAN ... .. 45

A.Deskripsi Lokasi dan Subjek Penelitian ... 45

B. Deskripsi Hasil Penelitian ... 46

1.Persepsi Guru terhadap Pembelajaran Menulis Argumentasi .... 46

2.Pelaksanaan Pembelajaran Menulis Argumentasi Siswa Kelas X SMA Negeri Berstandar Nasional di Kabupaten Karanganyar ... 49

3.Kendala dalam Pembelajaran Menulis Argumentasi Siswa Kelas X SMA Negeri Berstandar Nasional di Kabupaten Karanganyar... ... 58

4.Upaya yang Dilakukan untuk Mengatasi Kendala dalam Pembelajaran Menulis Argumentasi Siswa Kelas X SMA Negeri Berstandar Nasional di Karanganyar... 61

(13)

commit to user

xiii

1. Orientasi Pembelajaran Menulis Argumentasi Siswa

Kelas X SMA Negeri Berstandar Nasional Di Kabupaten

Karanganyar... ... 65

2. Perencanaan, Pelaksanaan, dan Penilaian Pembelajaran Menulis Argumentasi Siswa Kelas X SMA Negeri Berstandar Nasional di Kabupaten Karanganyar... 66

3. Kendala yang Ditemui dalam Pembelajaran Menulis Argumentasi Siswa Kelas X SMA Negeri Berstandar Nasional di Kabupaten Karanganyar... 71

4. Upaya untuk Mengatasi Kendala yang Ditemui dalam Pembelajaran Menulis Argumentasi Siswa Kelas X SMA Negeri Berstandar Nasional di Kabupaten Karanganyar... 72

BAB V SIMPULAN, IMPLIKASI, DAN SARAN ... .. 75

A.Simpulan ... 75

B.Implikasi ... 76

C.Saran ... 77

DAFTAR PUSTAKA ... 79

LAMPIRAN ... 82

(14)

commit to user

xiv

Gambar Halaman

1. Kerangka Berpikir ... 37

2. Model Analisis Interaktif ... 44

(15)

commit to user

xv

Tabel Halaman

1. Standar Kompetensi dan Kompetensi Dasar

Keterampilan Menulis di SMA (Semester Genap) ... ...21

2. Model Penilaian Tugas Menulis dengan Skala Interval... 36

3. Rincian Waktu dan Jenis Penelitian...38

4. Nilai Pembelajaran Menulis Argumentasi Siswa Kelas X... 71

(16)

commit to user

xvi

Lampiran Halaman

1. Silabus Pembelajaran... ... ... 82

2. Rencana Pelaksanaan Pembelajaran ... ... 84

3.Daftar Nilai Siswa ... ... 93

4. Catatan Lapangan Hasil Observasi. ... ... 95

5. Wawancara dengan Guru Bahasa Indonesia. ... ... 103

6.Wawancara dengan Siswa ... ... 117

7. Lampiran Tulisan Argumentasi Siswa ... ... 123

8.Surat Izin Menyusun Skripsi. ... ... 129

9. Surat Izin Research I. ... ... 130

10. Surat Izin Research II. ... ... 131

(17)

commit to user

1 BAB I

PENDAHULUAN

A.Latar Belakang Masalah

Bahasa memiliki peran penting dalam perkembangan intelektual, sosial, dan

emosional peserta didik serta sebagai penunjang keberhasilan peserta didik dalam

mempelajari semua bidang studi. Pembelajaran bahasa diharapkan membantu

peserta didik mengenali dirinya, budayanya dan budaya orang lain, mengemukakan

gagasan dan perasaan, dan berpartisipasi dalam masyarakat yang menggunakan

bahasa tersebut. Selain itu, peserta didik juga diharapkan dapat menemukan serta

menggunakan kemampuan analisis dan imajinatif yang ada dalam dirinya.

Bahasa adalah sistem lambang bunyi oral yang arbitrer yang digunakan oleh

sekelompok manusia (masyarakat) sebagai alat komunikasi atau berinteraksi (Oka

dan Suparno, 1994). Nasr (1978) mengartikan bahasa sebagai bagian kebudayaan.

Sebagai bagian dari kebudayaan, bahasa merupakan kebiasaan aktivitas bunyi yang

berasal dari dari pengalaman manusia (Oka dan Suparno, 1994: 5). Bahasa

memiliki fungsi sebagai alat komunikasi manusia, baik lisan maupun tulisan.

Ada empat aspek keterampilan berbahasa yang harus dikuasai dalam

pengajaran bahasa di sekolah, yaitu: (1) keterampilan menyimak; (2) keterampilan

berbicara; (3) keterampilan membaca; dan (4) keterampilan menulis. Keempat

keterampilan tersebut saling terkait satu dengan yang lain.

Dalam standar isi, pembelajaran bahasa dan sastra diarahkan untuk

meningkatkan kemampuan siswa untuk berkomunikasi dalam bahasa Indonesia

dengan baik dan benar, secara lisan maupun tertulis. Standar kompetensi bahasa

dan sastra Indonesia juga dijadikan sebagai pengukur kemampuan minimal peserta

didik yang mengambarkan penguasaan pengetahuan, keterampilan berbahasa, dan

sikap positif terhadap bahasa dan sastra Indonesia. Oleh karena itu, pembelajaran

bahasa dan sastra Indonesia diarahkan agar siswa terampil berkomunikasi baik lisan

(18)

commit to user

Salah satu keterampilan berbahasa yang harus dikuasai siswa adalah

keterampilan menulis. Keterampilan ini adalah ketrampilan yang paling sulit jika

dibandingkan dengan ketiga keterampilan berbahasa lainnya. Menulis merupakan

keterampilan yang sangat memerlukan latihan-latihan yang berkelanjutan dan terus

menerus. Khususnya pada tingkat sekolah menengah atas (SMA), pembelajaran

keterampilan menulis merupakan peningkatan dari jenjang-jenjang sebelumnya.

Dalam hal ini siswa diharapkan dapat menyerap aspek-aspek dasar dari

keterampilan menulis untuk dijadikan bekal pada jenjang yang lebih tinggi. Tujuan

yang diharapkan dalam pembelajaran menulis adalah agar siswa mampu

mengungkapkan gagasan, pendapat, dan pengetahuan secara tertulis. Secara umum

tujuan pembelajaran keterampilan menulis yaitu siswa dapat mengomunikasikan

ide atau gagasan secara tertulis maupun sebagai kegiatan mengekspresikan ilmu

pengetahuan, pengalaman hidup, imaji, aspirasi, dan lain sebagainya.

Menurut Akhadiah, Arsjad, dan Ridwan (1999) menulis mendatangkan

banyak keuntungan yang dapat dipetik. Pertama, dengan menulis kita dapat lebih

mengenali kemampuan dan potensi diri kita. Kedua, dengan kegiatan menulis kita

mengembangkan berbagai gagasan. Ketiga, kegiatan menulis memaksa kita lebih

banyak menyerap, mencari, serta menguasai informasi sehubungan dengan topik

yang kita tulis. Keempat, menulis berarti mengorganisasikan gagasan secara

sistematik serta mengungkapkannya secara tersurat. Kelima, melalui kegiatan

menulis kita akan dapat meninjau serta menilai gagasan kita sendiri, secara lebih

objektif. Keenam, dengan menuliskan di atas kertas kita akan lebih mudah

memecahkan permasalahan. Ketujuh, tugas menulis mengenai suatu topik

mendorong kita belajar secara aktif. Kedelapan, kegiatan menulis yang terencana

akan membiasakan kita berpikir serta berbahasa secara tertib.

Berbagai tulisan dalam surat kabar menunjukkan bahwa kemampuan

menulis para pelajar sangat lemah (Tarigan, 1987). Secara khusus, Iskandarwassid

dan Sunendar (2008) menyatakan bahwa kemampuan menulis lebih sulit dikuasai

jika dibandingkan kemampuan berbahasa yang lain (mendengarkan, berbicara, dan

membaca). Hal ini disebabkan kemampuan menulis menghendaki penguasaan

(19)

commit to user

3

Dalam proses pembelajaran di sekolah, kegiatan menulis sangat penting

untuk kelancaran pembelajaran. Siswa diharapkan dapat menyampaikan berbagai

informasi dan ide melalui kegiatan menulis, salah satunya adalah dengan

pembelajaran menulis argumentasi. Melalui pembelajaran menulis argumentasi,

siswa diharapkan tidak hanya dapat mengembangkan kemampuan membuat

karangan, tetapi juga cermat untuk membuat argumen dan menuangkan ide dengan

cara membuat karangan yang menarik untuk dibaca. Siswa juga harus dapat

menyusun dan menghubungkan antarkalimat yang satu dengan yang lain sehingga

menjadi suatu karangan yang utuh.

Dari hasil penelitian yang dilakukan oleh Hartanto (2011), diperoleh

kesimpulan bahwa kegiatan menulis argumentasi siswa masih rendah. Rendahnya

keterampilan menulis argumentasi siswa disebabkan oleh beberapa faktor. Pertama,

siswa kurang tertarik dengan pembelajaran menulis argumentasi; kedua, siswa

masih kesulitan dalam menentukan tema atau topik dalam menulis; ketiga siswa

kesulitan dalam mencari argumen yang mendukung untuk dikembangkan dalam

tulisan argumentasi; keempat siswa merasa kesulitan dalam menetukan

langkah-langkah yang tepat untuk menulis argumentasi yang praktis dan mudah; dan kelima

guru merasa kesulitan dalam menentukan strategi yang tepat untuk menyampaikan

materi menulis argumentasi.

Sebagai pengendali pelaksanaan pembelajaran di sekolah, kurikulum

merupakan komponen penting dalam menentukan berhasil atau tidaknya

pembangunan pendidikan nasional sehingga selalu berubah untuk dikembangkan

agar mampu mejawab tantangan perkembangan zaman. Akibat dari kurikulum yang

selalu berkembang, sekolah terutama guru dituntut untuk cepat beradaptasi dengan

perubahan pengembangan tersebut. Dalam pasal 1 ayat 19 Undang-undang No. 20

Tahun 2003, kurikulum diartikan sebagai seperangkat rencana atau pengaturan

mengenai tujuan, isi, dan bahan pelajaran serta cara yang digunakan sebagai

pedoman penyelenggraan kegiatan pembelajaran untuk mencapai tujuan pendidikan

tertentu.

Akibat dari berkembangnya ilmu pengetahuan dan teknologi, kurikulum

(20)

commit to user

dan dibimbing di sekolah atau lembaga pelatihan, dilaksanakan secara individu atau

kelompok di dalam atau di luar sekolah. Pengertian tersebut tercakup di dalamnya

sejumlah aktivitas pembelajaran antara subjek didik (pembelajar) di dalam

melakukan transformasi pengetahuan, keterampilan dengan menggunakan

pendekatan proses pembelajaran atau menggunakan metode mengajar dan

memanfaatkan segala teknologi pembelajaran. Dengan demikian guru ataupun

pendidik harus memahami kurikulum untuk dapat mengajar dengan baik.

Gurudalam proses pembelajaran memiliki peran yang sangat penting. Peran

guru antara lain sebagai sumber belajar, fasilitator, pengelola, demonstrator,

pembimbing, motivator, dan evaluator (Sanjaya, 2008). Begitu kompleksnya peran

guru maka mau tidak mau guru harus mampu memenuhinya. Menurut Sagala

(2007) guru harus ditempatkan ada posisi utama bukan sekedar pelaksana

kurikulum, tetapi harus dilibatkan dalam perancangan kurikulum itu sendiri, hal ini

senada dengan konsep kurikulum yang berlaku saat ini, yaitu kurikulum tingkat

satuan pendidikan (KTSP).

Selain faktor pendidik, dukungan sarana dan prasarana juga menjadi salah

satu penentu keberhasilan pembelajaran. Sekolah yang mempunyai sarana dan

prasarana yang baik akan memudahkan guru dan siswa dalam proses belajar

mengajar. Terbatasnya sarana dan prasarana dari sekolah pun tentunya akan

memberikan hambatan pengembangan kreativitas dan inovasi-inovasi dalam

pembelajaran. Namun demikian, hal ini bukan berarti dijadikan sebagai alasan

untuk tidak mengembangkan inovasi dan kreasi dalam pembelajaran. Pelaksanaan

pembelajaran di sekolah dapat disesuaikan dengan situasi yang ada. Guru

seharusnya mempunyai strategi untuk menyesuaikan pembelajaran dengan materi

yang disampaikan agar tujuan pembelajaran dapat tercapai sesuai dengan yang

diharapkan.

Di kabupaten Karanganyar terdapat beberapa SMA, baik yang berstatus

negeri maupun swasta. SMA negeri yang ada di Karanganyar memiliki kriteria

sebagai sekolah dengan status Rintisan Sekolah Bertaraf Internasional (RSBI) dan

Sekolah Standar Nasional (SSN). Kementerian pendidikan nasional menetapkan

(21)

commit to user

5

pembelajaran di negara maju. Proses pembelajaran yang dilaksanakan menerapkan

pendekatan pembelajaran berbasis teknologi informasi dan komunikasi, aktif,

kreatif, efektif, menyenangkan, dan kontekstual. Berbagai fasilitas yang tersedia

tentu sangat memengaruhi proses pembelajaran.

Sementara itu, SSN merupakan sekolah yang hampir atau sudah memenuhi

standar nasional pendidikan (SNP). Sedangkan SNP adalah kriteria minimal tentang

sistem pendidikan seluruh wilayah hukum NKRI. Sekolah yang berstatus SSN

diharapkan memenuhi kriteria SNP yang terdiri dari standar isi, standar proses,

standar pendidik dan tenaga kependidikan, standar sarana dan prasarana, standar

pengelolaan, standar pembiayaan, dan standar penilaian pendidikan.

Pelaksanaan pembelajaran di sekolah yang berstatus RSBI tentu saja

berbeda dengan SSN. Salah satu perbedaannya adalah penggunaan bahasa. Sekolah

yang berstatus RSBI menggunakan dua bahasa dalam pembelajaran, yaitu bahasa

Indonesia dan bahasa Inggris. Sedangkan sekolah yang berstatus SSN hanya

menggunakan bahasa Indonesia dalam pembelajaran. Penggunaan bahasa tentu juga

berpengaruh pada tulisan siswa. Tulisan siswa dari sekolah RSBI dinilai lebih

banyak mengandung campur kode jika dibandingkan dengan siswa SSN.

Berdasarkan hal tersebut, peneliti terdorong melakukan penelitian mengenai proses

pembelajaran di sekolah berstandar nasional. Proses pembelajaran yang diteliti

yaitu pembelajaran menulis argumentasi siswa kelas X karena pembelajaran

menulis argumentasi terdapat pada kompetensi dasar kelas X. Penelitian ini

KELAS X SMA NEGERI BERSTANDAR NASIONAL DI KABUPATEN

B. Rumusan Masalah

Berdasarkan latar belakang masalah di atas, maka permasalahan dalam

penelitian ini dirumuskan sebagai berikut.

1. Bagaimanakah persepsi guru kelas X SMA negeri berstandar nasional di

(22)

commit to user

2. Bagaimanakah pelaksanaan pembelajaran menulis argumentasi yang dilakukan

guru pada siswa kelas X SMA negeri berstandar nasional di Karanganyar?

3. Apa sajakah kendala yang timbul dalam pembelajaran menulis argumentasi

siswa kelas X SMA negeri berstandar nasional di Karanganyar?

4. Bagaimanakah upaya yang dilakukan untuk mengatasi kendala yang timbul

dalam pembelajaran menulis argumentasi siswa kelas X SMA negeri

berstandar nasional di Karanganyar?

C. Tujuan Penelitian

Tujuan dari penelitian ini adalah untuk mendeskripsikan hal-hal sebagai

berikut.

1. Persepsi guru kelas X SMA negeri berstandar nasional di Karanganyar

mengenai pembelajaran menulis argumentasi.

2. Pelaksanaan pembelajaran menulis argumentasi yang dilakukan oleh guru

pada siswa kelas X SMA negeri berstandar nasional di Karanganyar.

3. Kendala yang yang timbul dalam pembelajaran menulis argumentasi pada

siswa kelas X SMA negeri berstandar nasional di Karanganyar.

4. Upaya yang dilakukan untuk mengatasi kendala-kendala yang ditemui

dalam pembelajaran menulis argumentasi siswa kelas X SMA negeri

berstandar nasional di Karanganyar.

D. Manfaat Penelitian

1. Manfaat Teoritis

Menambah pustaka keilmuan dan pengetahuan mengenai pelaksanaan

pembelajaran menulis argumentasi di sekolah menengah atas (SMA) negeri

berstandar nasional di kabupaten karanganyar .

2. Manfaat Praktis

a. Bagi Sekolah

Mengetahui kualitas pembelajaran dan kendala-kendala yang timbul

(23)

commit to user

7

diharapkan kendala-kendala tersebut dapat segera diatasi oleh guru dan

sekolah. Dengan demikian, kualitas pembelajaran keterampilan menulis

argumentasi dapat meningkat.

b. Bagi Guru

Memberikan gambaran mengenai pembelajaran keterampilan menulis

argumentasi yang sesuai dengan kurikulum sehingga dapat dijadikan

sebagai referensi peningkatan kualitas proses dan hasil dalam

(24)

commit to user

c. Bagi Siswa

Siswa dapat mengetahui kemampuannya dalam menerima dan

memahami materi pembelajaran keterampilan menulis argumentasi

sehingga diharapkan mampu meningkatkan motivasi untuk berprestasi

terkait hal-hal yang didukung dengan keterampilan menulis argumentasi

.

d. Bagi Peneliti Lain

Hasil penelitian ini dapat dijadikan referensi bagi penelitian lain yang

lebih lanjut dengan kajian yang sama sehingga bermanfaat bagi

(25)

commit to user

9 BAB II

KAJIAN PUSTAKA

A. Kajian Teori dan Hasil Penelitian yang Relevan

1. Hakikat Menulis

a. Pengertian Menulis

Menulis merupakan salah satu keterampilan dalam berbahasa.Nurudin

(2010) mengungkapkan bahwa menulis adalah segenap rangkaian kegiatan

seseorang dalam rangka mengungkapkan gagasan dan menyampaikannya

melalui bahasa tulis kepada orang lain agar mudah dipahami.Kemampuan

menulis mengandalkan kemampuan berbasa yang bersifat aktif dan produktif

(Iskandarwasiid & Sunendar, 2008). Lebih mendalam, Iskandarwassid dan

Sunendar (2008) menyatakan bahwa dengan mengungkapkan perasaan atau

pikiran secara tertulis, seorang pemakai bahasa akan lebih banyak memiliki

kesempatan untuk mengatur dan mempersiapkan apa yang akan disampaikan.

Sesuatu yang akan disampaikan jika diungkapkan dalam bentuk tulisan akan

dapat mudah dipahami karena pada saat tulisan itu dibuat, dilakukan juga

seleksi-seleksi tentang apa yang hendak diungkapkan.

Menulis merupakan suatu keterampilan berbahasa yang dipergunakan

untuk berkomunikasi secara tidak langsung, tidak secara bertatap muka dengan

orang lain (Tarigan, 1993). Menulis merupakan suatu kegiatan yang produktif

dan ekspresif karena menulis merupakan kegiatan yang bersifat

mengungkapkan, dengan maksud mengungkapkan gagasan, buah pikiran, dan

atau perasaan kepada pihak atau orang lain. Menulis adalah proses penuangan

gagasan dan pemikiran dengan sistem tertentu dalam bentuk tulisan (Lasa,

2005). Dalam mengungkapkan gagasan secara tertulis, seorang pemakai bahasa

mempunyai lebih banyak kesempatan untuk mempersiapkan dan mengatur diri,

baik hal apa yang diungkapkan maupun bagaimana cara mengungkapkannya.

Pesan yang perlu diungkapkan dapat dipilih secara cermat dan disusun secara

sistematis. Apabila diungkapkan secara tertulis, pesan tersebut mudah

(26)

commit to user

penyusunannya dalam bentuk wacana dapat dilakukan sesuai dengan

kaidah-kaidah bahasa yang baik dan benar.

Dalam sebuah tulisan, terkandung ide atau gagasan penulis untuk

disampaikan kepada pembaca atau orang lain. Dalam penyampaian ide, penulis

harus mampu mencari kata yang dapat dimengerti oleh pembaca atau orang

lain, baik dari segi urutan kata-kata maupun bentuk kalimat. Dengan begitu

pengetahuan penulis (dalam hal ini siswa) haruslah luas supaya ide yang akan

disampaikan dapat dipahami oleh orang lain atau pembaca.

Untuk menghasilkan tulisan yang baik, seorang penulis hendaknya

memiliki keterampilan dasar yang meliputi: (1) keterampilan berbahasa, yaitu

keterampilan menggunakan ejaan, tanda baca, pembentukan kata, pemilihan

kata serta penggunaan kalimat yang efektif; (2) keterampilan penyajian, yaitu

keterampilan pembentukan dan pengembangan paragraf, keterampilan merinci

pokok bahasan menjadi subpokok bahasan dan subpokok bahasan ke dalam

susunan sistematis; dan (3) keterampilan pewajahan, yaitu keterampilan

mengatur tipografi dan memanfaatkan sarana tulis secara efektif dan efisien,

tipe huruf, penjilidan, penyusunan tabel dan lain-lain. Ketiga keterampilan

tersebut saling menunjang dalam kegiatan menulis tentunya didukung oleh

keterampilan menyimak, membaca, serta berbicara yang baik (Semi, 1990).

Berdasarkan hakikat menulis di atas, dapat disimpulkan bahwa menulis

adalah sebuah proses untuk menuangkan segenap ide yang dituangkan ke

dalam bahasa tulis, yang dapat digunakan untuk berkomunikasi secara tidak

langsung sehinggga pesan yang disampiakan oleh penulis dapat diterima dan

dipahami oleh pembaca.

b. Tahap-tahap Penulisan

Menulis merupakan suatu proses, yaitu proses penulisan yang di

dalamnyaterdapat beberapa tahap penulisan. Lebih jelasnya Akhadiah,

Akhadiah, Arsjad, dan Ridwan (1999) berpendapat bahwa tahap penulisan

meliputi tahap prapenulisan, tahappenulisan, dan tahap revisi. Ketiga tahap

penulisan itu menunjukkan kegiatanutama yang berbeda. Dalam tahap

(27)

commit to user

11

seluruh kegiatan penulisan itu. Dalam tahappenulisan, dilakukan apa yang telah

ditentukan itu, yaitu mengembangkan gagasandalam kalimat-kalimat, satuan

paragraf, bab atau bagian. Dalam tahap revisi yangdilakukan adalah membaca

dan menilai kembali yang ditulis, memperbaiki,mengubah, bahkan jika perlu

memperluas tulisan tadi.

Tahap prapenulisan merupakan tahap perencanaan atau persiapan

menulis yang di dalamnya mencakup beberapa langkah jika menulis karangan.

Langkah pertama, yaitu menentukan topik. Hal ini berarti penulis menentukan

apa yang akan dibahas di dalam tulisan. Topik ini dapat diperoleh dari berbagai

sumber ilmu, pengalaman, dan pengamatan. Seorang penulis dapat menulis

tentang pendapat, sikap, atau tanggapan sendiri atau orang lain atau tentang

khalayan atau imajinasi yang dimilikinya. Dalam menentukan topik karangan

harus selalu berkenaan dengan fakta.

Membatasi topik adalah langkah kedua yang dilakukan dalam tahap

prapenulisan.Setelah topik ditentukan, topik perlu dibatasi. Membatasi topik

tulisan berarti mempersempit atau memperkecil ruang lingkup pembicaraan

dalam penulisan.

Langkah ketiga yang dilakukan dalam tahap prapenulisan adalah

menentukan tujuan penulisan. Hal ini penting dilakukan sebelum memulai

menulis, tujuan menulis berpengaruh dalam menentukan bentuk, panjang, sifat,

dan cara penyajian tulisan. Dengan menentukan tujuan penulisan, penulia akan

tahu apa yang akan dilakukan dalam tahap penulisan. Jika tulisan tanpa

dilandasi oleh tujuan yang jelas dan tegas dapat menyebabkan tulisan itu tanpa

arah yang jelas dan besar kemungkinan tidak dipahami pembaca.

Langkah selanjutnya adalah menentukan bahan penulisan. Bahan

penulisan adalah semua informasi atau data yangdipergunakan untuk mencapai

data penulisan. Pengumpulan informasi dan data ini perlu dilakukan agar

tulisan tersebut menjadi tulisan yang berbobot dan meyakinkan pembaca.

Bahan yang digunakan dalam penulisan harus sesuai dengan tujuan penulisan.

Langkah terakhir dalam tahap prapenulisan adalah membuat kerangka

(28)

commit to user

rencana karangan yang berisi pokok-pokok permasalahan pembicaraan yang

tersusun secara sistematis dan dapat dikembangkan menuju bentuk yang lebih

sempurna. Penyusunan kerangka karangan ini merupakan kegiatan terakhir

yang dilakukan pada tahap persiapan atau prapenulisan.

Tahap selanjutnya adalah tahap penulisan yangmembahas setiap butir

pokok yang ada di dalam kerangka yang disusun. Dalam gagasan

mengembangkan gagasan menjadi suatu kerangka yang utuh, diperlukan

bahasa. Dalam hal ini penulis harus menguasai kata-kata yang mendukung

gagasan atau ide. Penulis harus mampu memilih kata dan istilah yang tepat

sehingga gagasan dapat dipahami pembaca dengan tepat pula. Kata-kata itu

harus dirangkaikan menjadi kalimat efektif yang selanjutnya kalimat-kalimat

tersebut harus disusun menjadi paragraf dan ditulis dengan ejaan yang berlaku

disertai tanda baca yang digunakan secara tepat.

Tahap terakhir dalam menulis adalah revisi.Sebuah tulisan perlu dibaca

kembali pada tahap ini. Pada tahap ini biasanya penulis meneliti secara

menyeluruh mengenai logika, sistematika, ejaan, tanda baca, pilihan kata,

kalimat, paragraf, daftar pustaka, dan sebagainya. Jika tidak ada lagi yang

kurang memenuhi syarat maka selesailah tulisan yang dibuat.

c. Jenis-jenis Tulisan

Terdapat banyak cara yang dipilih seseorang untuk mengemukakan

gagasannya dalam sebuah tulisan. Cara yang dipilih tentu akan menghasilkan

berbagai bentuk tulisan. Gagasan sebagai substansi dalam karangan dapat

disampaikan dan dikembangkan dalam beberapa bentuk yang nanti dapat

menjadi penentu jenis sebuah tulisan. Lebih jelasnya Semi (1990)

mengemukakan terdapat empat bentuk atau jenis tulisan, yaitu: (1) narasi; (2)

deskripsi; (3) eksposisi; dan (4) argumentasi.

Sementara itu, Keraf (2007) membagi karangan atau wacana

menjadi lima jenis berdasarkan tujuan umum yang tersirat di balik wacana

tersebut, yaitu: (1) eksposisi; (2) persuasi; (3) deskripsi; (4) narasi; dan (5)

(29)

commit to user

13

Jenis tulisan yang pertama adalah eksposisi. Eksposisi menurut Semi

(1990) adalah tulisan yang bertujuan menjelaskan atau memberikan

informasi tentang sesuatu. Dalam tulisan ini dipaparkan suatu kejadian atau

masalah analitis dan kronologis supaya pembaca dapat memahami informasi

tersebut. Wacana ini digunakan untuk menjelaskan wujud dan hakikat suatu

objek. Selain itu, juga digunakan untuk menjelaskan bagaimana pertalian

suatu objek dengan objek lain. Senada dengan pendapat di atas, Djuharie

dan Suherli (2001) menjelaskan bahwa eksposisi adalah karangan yang

menjelaskan, menerangkan, memberitahukan suatu peristiwa atau objek

dengan tujuan agar orang lain mengetahuinya.

Eksposisi merupakan tulisan yang tujuan utamanya adalah

untukmengklarifikasi, menjelaskan, mendidik, atau mengevaluasi sebuah

persoalan (Alwasilah, 2007). Orang yang membaca tulisan eksposisi

diharapkan menjadi tahu akan sebuah informasi. Penulis mempunyai

sejumlah data dan bukti untuk menjelaskan persoalan dan kejadian natau

masalah dengan jelas agar pembaca dapat dengan mudah memahaminya.

Hal tersebut sesuai dengan pendapat Wiyanto (2006) bahwa tulisan

eksposisi bertujuan memaparkan, menjelaskan, menyampaikan informasi,

mengajarkan, dan menerangkan sesuatu tanpa disertai ajakan agar pembaca

menerima atau mengikuti apa yang dibacanya (Rohmadi, dkk., 2008: 113)

Eksposisi sering digunakan dalam menyampaikan uraian-uraian

ilmiah, ilmiah populer, dan uraian ilmiah lainnya yang pada prinsipnya tidak

berusaha memengaruhi pendapat orang lain. Berdasarkan beberapa pendapat

di atas, dapat disintesiskan bahwa tulisan eksposisi merupakan tulisan yang

menginformasikan dan menjelaskan sesuatu yang dapat menambah

pengetahuan seseorang atau pembaca.

Jenis tulisan yang kedua adalah persuasi. Persuasi berasal dari kata

to persuade yang artinya membujuk atau menyaraknkan. Persuasi menurut

pernyataan Rohmadi, dkk (mengutip pendapat Wiyanto, 2006) merupakan

gagasan yang disertai dengan alasan, bukti, atau contoh untuk meyakinkan

(30)

commit to user

bertujuan agar pembaca mengikuti kehendak pembaca (2008: 114). Persuasi

adalahsuatu seni verbal yang bertujuan untuk meyakinkan seseorang agar

melakukan sesuatu yang dikehendaki pembicara pada waktu ini atau pada

waktu yang akan datang (Keraf, 2007). Dijelaskan lebih lanjut, karena

tujuan terakhir dari sebuah persuasi adalah agar pembaca atau pendengar

melakukan sesuatu maka persuasi dapat dimasukkan pula ke dalam cara

untuk mengambil keputusan. Senada dengan pendapat tersebut, Djuharie

dan Suherli (2001) menyatakan bahwa persuasi adalah karangan yang

memengaruhi, mengajak, menganjurkan sesuatu pada orang lain untuk

berbuat atau bertindak sesuai dengan yang diharapkan.

Keraf (2007) menyatakan bahwa sebuah tulisan persuasi harus bisa

menimbulkan kepercayaan pembaca karena kepercayaan pembaca adalah

unsur utama dalam persuasi. Tulisan persuasi selalu bertujuan untuk

mengubah pikiran orang lain. Persuasi adalah suatu usaha untuk

menciptakan kesesuaian atau kesepakatan melalui kepercayaan. Dari

beberapa pendapat mengenai persuasi, dapat disimpulkan bahwa tulisan

persuasi adalah tulisan yang bertujuan untuk memengaruhi pembaca agar

pembaca percaya pada tulisan yang telah dibacanya.

Jenis tulisan yang ketiga adalah desripsi. Deskripsi berasal dari kata

to describe yang artinya menguraikan, memerikan, atau melukiskan.

Deskripsi adalah karangan yang melukiskan, menggambarkan, memerikan

suatu peristiwa atau objek hasil pengindraan dengan menyertakan

bukti-bukti kuat sehingga pembaca seolah-olah terlibat di dalamnya secara

langsung (Djuharie & Suherli, 2001). Menurut Parera (1993) deskripsi

adalah satu bentuk karangan yang hidup dan berpengaruh. Karangan

deskripsi berhubungan dengan pengalaman pancaindra seperti penglihatan,

pendengaran, perabaan, penciuman, dan perasaan. Deskripsi memberikan

satu gambaran tentang peristiwa atau kejadian dan masalah. Hal tersebut

senada dengan pendapat Wiyanto (2006) bahwa deskripsi bertujuan untuk

memberikan kesan kepada pembaca terhadap objek, gagasan, tempat, dan

(31)

commit to user

15

terlibat dalam peristiwa yang diuraikan oleh penulis (Rohmadi, dkk., 2008:

113). Berdasarkan beberapa pendapat tersebut dapat disintesis bahwa tulisan

deskripsi adalah tulisan yang berusaha menyajikan suatu objek agar

seolah-olah berada di depan pandangan pembaca berdasarkan hasil pengamatan,

pengalaman, dan perasaan penulisnya.

Jenis tulisan yang keempat adalah narasi. Narasi berasal dari kata to

narrate, yaitu bercerita. Cerita adalah rangkaian peristiwa atau kejadian

secara kronologis, baik fakta maupun rekaan atau fiksi (Alwasilah, 2007).

Narasi mengungkakan peristiwa yang diceritakan dan disusun secara

kronologis, terdapat tokoh-tokoh di dalamnya, dan dapat memperluas

pengalaman seseorang. Hal tersebut selaras dengan pernyataan Rohmadi,

dkk., (mengutip simpulan Wiyanto, 2006) bahwa narasi mementingkan

urutan dan biasanya ada tokoh yang diceritakan (2008: 112).

Narasi merupakan wacana yang mengisahkan suatu kejadian. Keraf

(2007) membatasi narasi sebagai bentuk wacana yang sasaran utamanya

adalah tindak-tanduk yang dijalin dan dirangkaikan menjadi sebuah

peristiwa yang terjadi dalam suatu kesatuan waktu. Pernyataan itu diperjelas

dengan menyebutkan bahwa narasi adalah suatu bentuk wacana yang

berusaha menggambarkan dengan sejelas-jelasnya kepada pembaca suatu

peristiwa yang telah terjadi.

Parera (1993) mengungkapkan narasi merupakan pengembangan

karangan dan tulisan yang bersifat menyejarahkan sesuatu berdasarkan

perkembangannya dari waktu ke waktu. Narasi mementingkan urutan

kronologis suatu peristiwa, kejadian, dan masalah. Daya guna sebuah tulisan

narasi adalah apabila pembaca berantusias kepada hal-hal lama yang

kemungkinan telah dilupakan. Berdasarkan beberapa pendapat tentang

narasi dapat disintesis bahwa tulisan narasi merupakan tulisan yang

mengisahkan suatu peristiwa berdasarkan urutan waktu sehingga dapat

menambah pengalaman pembaca.

Jenis tulisan yang kelima adalah argumentasi. Istilah argumentasi

(32)

commit to user

menyampaikan alasan. Argumentasi adalah karangan yang membuktikan

kebenaran atau ketidakbenaran dari sebuah pernyataan (Alwasilah, 2007).

Penulis argumentasi menggunakan berbagai strategi untuk meyakinkan

pembaca tentang kebenaran atau ketidakbenaran itu. Pendapat yang

diungkapkan di dalam argumentasi kadang-kadang dapat mengubah

perilaku seseorang.

Tulisan argumentasi biasanya bertujuan untuk meyakinkan pembaca,

termasuk membuktikan pendapat atau pendirian dirinya. Bisa juga untuk

membujuk pembaca agar pendapat penulis dapat diterima (Nurudin, 2010).

Lebih lanjut Podis (1996) menjelaskan bahwa argumen mengacu pada

tulisan yang dibuat oleh seseorang dengan tujuan untuk meyakinkan

pembaca dengan mencantumkan bukti sebagai pendukung tulisannya. Hal

tersebut sesuai dengan pernyataan Wiyanto (2006) bahwa tujuan dari

argumentasi adalah menyampaikan pendapat atau opini yang disertai

dengan bukti, contoh, atau alasan yang sulit untuk dibantah (Rohmadi, dkk.,

2008: 114). Berdasarkan beberapa pendapat tersebut dapat disintesis bahwa

tulisan argumentasi adalah tulisan yang berusaha meyakinkan pembaca

yang diikuti dengan bukti sebagai pendukung tulisan itu sehingga pembaca

dapat menerima argumen dari penulis.

Dari penjelasan di atas, dapat disimpulkan perbedaan kelima jenis

tulisan tersebut. Eksposisi menjelaskan suatu pengetahuan atau informasi,

persuasi memengaruhi pembaca secara emosi, deskripsi memberikan

gambaran tentang objek tulisan dan berusaha menjadikan pembaca ikut

merasakan penggambaran tersebut, narasi menekankan peristiwa dari urutan

waktu ke waktu, sedangkan argumentasi meyakinkan pembaca tentang

kebenaran suatu hal secara logis.

2. Hakikat Tulisan Argumentasi

a. Pengertian

Istilah argumentasi berasal dari kata argumen. Kata argumen berarti

(33)

commit to user

17

proses belajar yang di dalamnya terdapat rangkaian fakta, pendapat,

pertimbangan untuk membangun suatu kesimpulan. Argumentasi adalah

memberikan alasan untuk mendukung sebuah kebenaran dari sesuatu yang

Menurut Podis (1996), argumen mengacu pada tulisan yang dibuat oleh

seseorang dengan tujuan untuk meyakinkan pembaca dengan mencantumkan

bukti sebagai pendukung tulisannya. Tulisan argumentasi biasanya bertujuan

untuk meyakinkan pembaca, termasuk membuktikan pendapat atau

pendiriannya (Nurudin, 2010).

Berkaitan dengan pengertian argumentasi, Keraf (2007) mendefinisikan

argumentasi sebagai suatu bentuk retorika yang berusaha untuk memengaruhi

sikap dan pendapat orang lain agar mereka itu percaya dan bertindak sesuai

dengan apa yang diinginkan penulis. Lebih lanjut Parera (1993) menyatakan

bahwa argumentasi merupakan satu bentuk karangan eksposisi yang khusus.

Seorang penulis argumentasi berusaha meyakinkan pembaca untuk percaya dan

menerima apa yang ditulisnya. Selain itu, penulis argumentasi juga

memberikan pembuktian yang objektif.

Argumentasi merupakan dasar yang paling fundamental dalam ilmu

pengetahuan karena dalam setiap ilmu pengetahuan mempunyai

kebenaran-kebenaran yang tertuang dalam data-data. Sejalan dengan pendapat tersebut,

Semi (1990) menerangkan bahwa argumentasi adalah tulisan yang bertujuan

untuk meyakinkan atau membujuk pembaca tentang kebenaran pendapat atau

pernyataan penulis.Tulisan argumentasi biasanya bertujuan untuk meyakinkan

pembaca, termasuk membuktikan pendapat atau pendirian dirinya. Bisa juga

untuk membujuk pembaca agar pendapat penulis dapat diterima (Nurudin,

2010).

Dalam berkomunikasi, argumentasi merupakan suatu cara yang sangat

berguna, baik bagi perorangan maupun bagi anggota-anggota masyarakat

secara keseluruha. Argumentasi merupakan alat pertukaran informasi yang

tidak dipengaruhi oleh pandangan-pandangan yang subjektif (Keraf, 2007).

(34)

commit to user

kritis. Dengan demikian, seseorang yang akan menyampaikan argumentasinya

harus berusaha menyelidiki dengan serius tentang apa yang akan ditulisnya.

Melalui argumentasi, penulis dapat merangkaikan berbagai fakta

sehingga mampu menunjukkan apakah suatu pendapat atau hal itu benar atau

tidak. Ia harus berusaha agar hubungan antara berbagai fakta dengan gagasan

yang akan dikemukakannya itu logis dan kritis. Dengan demikian, dapat

disimpulkan bahwa tulisan argumentasi adalah tulisan yang berusaha

meyakinkan pembaca yang diikuti dengan fakta dan bukti yang rasional

sebagai pendukung tulisan itu sehingga pembaca dapat menerima dan meyakini

argumen dari penulis.

b. Ciri dan Dasar Penulisan Argumentasi

Dalam tulisan argumentasi biasanya ditemukan beberapa ciri yang

mudah dikenali. Ciri-ciri tersebut antara lain: (1) ada pernyataan, ide atau

pendapat yang dikemukakan penulisnya; (2) alasan, data, atau fakta yang

mendukung; dan (3) pembenaran berdasarkan data dan fakta yang

disampaikan. Data dan fakta yang digunakan untuk menyusun tulisan

argumentasi diperoleh melalui wawancara, angket, observasi, penelitian

lapangan, dan penelitian kepustakaan.

Ciri-ciri penulisan argumentasi menurut Semi (1990) antara lain: (1)

bertujuan untuk meyakinkan orang lain; (2) berusaha untuk membuktikan

kebenaran suatu pernyataan; mengubah pendapat pembaca; dan (4) fakta yang

ditampilkan merupakan bahan pembuktian.

Metode manapun yang akan digunakan dalam tulisan argumentasi

menurut Keraf (2007) harus sesuai dengan prinsip umum sebuah komposisi,

yaitu: (1) pendahuluan; (2) tubuh argumen; dan (3) kesimpulan dan ringkasan.

Pendahuluan bertujuan untuk menarik perhatian pembaca, memusatkan

perhatian pembaca, dan menunjukkan dasar-dasar mengapa argumentasi itu

harus dikemukakan. Secara ideal pendahuluan harus mengandung cukup

banyak bahan untuk menarik perhatian pembaca dan memperkenalkan kepada

pembaca tentang fakta-fakta yang digunakan untuk untuk memahami

(35)

commit to user

19

diperlukan di dalam bagian pendahuluan, penulis hendaknya

mempertimbangkan; (1) penegasan tentang mengapa persoalan itu dibicarakan

pada saat ini, (2) penjelasan tentang latar belakang historis yang mempunyai

hubungan langsung dengan persoalan yang akan diargumentasikan sehingga

pembaca dapat memperoleh pengertian dasar mengenai hal tersebut, dan (3)

pembedaan hal-hal yang berhubungan dengan selera dan hal-hal yang bertalian

dengan fakta (Keraf, 2007).

Prinsip yang kedua adalah tubuh argumen. Seluruh proses penyusunan

argumen terletak pada kemahiran dan keahlian penulisnya, apakah ia sanggup

meyakinkan pembaca bahwa hal yang dikemukakannya itu benar sehingga

konklusi yang disimpulkannya juga benar. Hakikat kebenaran dalam

argumentasi mencakup persoalan menyediakan jalan pikiran yang benar bagi

pembaca sehingga dapat menerima bahwa kesimpulan yang diturunkan juga

benar (Keraf, 2007:).

Prinsip ketiga adalah kesimpulan dan ringkasan. Meski tidak

mempersoalkan topik apa yang dikemukakan dalam tulisan argumentasi,

penulis harus menjaga agar apa yang disimpulkan tetap memelihara tujuan dan

menyegarkan kembali ingatan pembaca tentang apa yang telah dicapai dan

mengapa konklusi itu diterima sebagai sesuatu yang logis. Dalam

tulisan-tulisan lain yang tidak dapat dibuat kesimpulan, maka dapat dibuat suatu

ringkasan dari pokok-pokok permasalahan yang penting sesuai dengan urutan

argumen dalam bentuk tulisan (Keraf, 2007).

3. Pembelajaran Menulis Argumentasi Berdasarkan

Kurikulum Tingkat Satuan Pendidikan (KTSP)

a. Kurikulum Tingkat Satuan Pendidikan (KTSP)

Kurikulum adalah seperangkat rencana dan pengaturan mengenai isi dan

bahan pelajaran serta cara yang digunakan sebagai pedoman penyelenggara

kegiatan pembelejarana (Hadi, 2003). Dalam standar nasional pendidikan (SNP

Pasal 1, ayat 15) dikemukakan kurikulum tingkat satuan pendidikan (KTSP)

(36)

masing-commit to user

masing satuan pendidikan (Mulyasa, 2007: 20). Peyusunan KTSP dilakukan

oleh satuan pendidikan dengan memerhatikan dan berdasarkan standar

kompetensi serta kompetensi dasar yang dikembangkan oleh Badan Standar

Nasional Pendidikan (BSNP).

Undang-undang No. 20 Tahun 2003 tentang sistem pendidikan nasional

pasal 36 ayat (2) menyebutkan bahwa kurikulum pada semua jenjang dan jenis

pendidikan dikembangkan dengan prinsip diiversifikasi sesuai dengan satuan

pendidikan, potensi daerah, dan peserta didik (Mulyasa, 2007). Berkenaan

dengan hal itu, Susilo (2007) mengemukakan dalam pasal 38 ayat (2) juga

disebutkan bahwa kurikulum pendidikan dasar dan menengah dikembangkan

sesuai dengan relevansinya oleh setiap kelompok atau satuan pendidikan dan

komite sekolah/madrasah di bawah koordinasi dan supervisi Dinas Pendidikan

atau kantor Departemen Agama Kabupaten/ Kota untuk pendidikan dasar dan

provinsi untuk pendidikan menengah.

Menurut Permendiknas No. 22 Tahun 2006, KTSP jenjang pendidikan

dasar dan menengah dikembangkan oleh sekolah dan komite sekolah

berpedoman pada standar kompetensi lulusan (SKL) dan standar isi serta

panduan penyusunan kurikulum yang dibuat oleh BSNP dengan memerhatikan

beberapa prinsip pengembangan KTSP. Prinsip-prinsip tersebut diantaranya:

(1) berpusat pada potensi, perkembangan, serta kebutuhan peserta didik dan

lingkungannya, (2) beragam dan terpadu, (3) tanggap terhadap perkembangan

ilmu pengetahuan, teknologi, dan seni, (4) relevan dengan kebutuhan, (5)

menyeluruh dan berkesinambungan, (6) belajar sepanjang hayat, dan (7)

seimbang antara kepentingan global, nasional, dan lokal.

KTSP ditujukan untuk menciptakan tamatan yang kompeten dan cerdas

dalam mengemban identitas budaya dan bangsanya. Sesuai dengan hakikatnya,

KTSP adalah kurikulum operasional yang disusun dan dilaksanakan oleh

masing-masing satuan pendidikan maka tiap jenjang dan jenis pendidikan

(37)

commit to user

21

didik. Penelitian yang dilakukan oleh Wilkins (2002) menghasilkan data

temuan yang senada. Otonomi pendidikan yang dilakukan oleh masing-masing

satuan pendidikan seimbang dan dapat dipertanggungjawabkan kepada sesuai

dengan peraturan nasional. Menurut Susilo (2007) otonomi pada tiap satuan

pendidikan bertujuan untuk menentukan kebijakan sekolah dalam rangka

meningkatkan mutu dan efisiensi pendidikan agar dapat memodifikasikan

keinginan masyarakat setempat serta menjalin kerja sama yang erat antara

sekolah, masyarakat, industri, dan pemerintah dalam membentuk pribadi siswa.

Dalam KTSP dijelaskan bahwa pembelajaran bahasa Indonesia diarahkan

untuk meningkatkan kemampuan peserta didik untuk berkomunikasi dalam

bahasa Indonesia dengan baik dan benar, baik secara lisan maupun tulis, serta

menumbuhkan apresiasi terhadap hasil karya kesastraan manusia Indonesia.

Standar kompetensi mata pelajaran bahasa Indonesia merupakan kualifikasi

kemampuan minimal peserta didik yang menggambarkan penguasaan

pengetahuan, keterampilan berbahasa, dan sikap positif terhadap bahasa dan

sastra Indonesia. Standar kompetensi ini merupakan dasar bagi peserta didik

untuk memahami dan merespon situasi lokal, regional, nasional, dan global.

Adapun standar kompetensi dan kompetensi dasar di SMA untuk

pembelajaran keterampilan menulis di semester genap sebagai berikut.

Tabel 2.1. Standar Kompetensi dan Kompetensi Dasar Keterampilan Menulis

di SMA (Semester Genap)

Standar Kompetensi Kompetensi Dasar

Menulis

1. Mengungkapkan

informasi melalui

penulisan paragraf dan teks pidato

12.1 Menulis gagasan untuk mendukung

suatu pendapat dalam bentuk

(38)

commit to user

b.Pembelajaran Menulis Argumentasi di Kelas X SMA

Pembelajaran menurut Sagala (2007) adalah membelajarkan siswa

menggunakan asas pendidikan maupun teori belajar yang merupakan penentu

utama keberhasilan pendidikan. Pembelajaran disebutkan pula sebagai proses

komunikasi dua arah, mengajar dilakukan oleh guru sebagai pendidik,

sedangkan belajar dilakukan oleh siswa sebagai peserta didik.

Pernyataan Sagala (mengutip pendapat Dimyati dan Mudjiono, 1999)

menyatakan bahwa pembelajaran adalah kegiatan guru secara terprogram dalam

desain instruksional untuk membuat siswa belajar secara aktif, kegiatan itu

menekankan pada penyediaan sumber belajar (2007: 62). Berbeda dengan

pendapat tersebut, di dalam Undang-undang Sistem Pendidikan Nasional No.20

Tahun 2003 menyatakan bahwa pembelajaran adalah proses interaksi peserta

didik dengan pendidik dan sumber belajar pada suatu lingkaran belajar.

Pembelajaran sebagai proses belajar yang dibangun oleh guru untuk

mengembangkan kreatifitas berpikir yang dapat meningkatkan kemampuan

berpikir siswa dan mengkonstruksi pengetahuan baru sebagai upaya

meningkatkan penguasaan yang baik terhadap materi pelajaran. Hal tersebut

senada dengan pendapat Knirk dan Gustafson (1986) bahwa pembelajaran

merupakan suatu proses yang sitematis melalui tahap rancangan, pelaksanaan,

dan evaluasi (Sagala, 2007). Pembelajaran tidak terjadi seketika, tetapi melalui

tahapan perancangan pembelajaran.

Proses pembelajaran menurut Sagala (mengutip pendapat Dunkin &

Biddle, 1974) mengandung empat komponen, yaitu (1) pendidik, (2) peserta

didik, sekolah, dan masyarakat, (3) interaksi peserta didik dengan pendidik, dan

(4) perkembangan peserta didik dalam jangka pendek maupun jangka panjang

(2007: 63). Lebih lanjut lagi, Dunkin dan Biddle (1974) mengemukakan proses

(39)

commit to user

23

kompetensi penguasaan materi pelajaran dan kompetensi metodologi

pembelajaran (Sagala, 2007:63).

Proses pembelajaran tidak akan lepas dari tugas serta peran pengajar dan

pembelajar. Pengajar dalam hal ini adalah guru, sedangkan pembelajar adalah

siswa. Isskandarwassid dan Sunendar (2008) menyatakan bahwa tugas seorang

pengajar dalam pembelajaran adalah sebagai direktur belajar, fasilitator, dan

motivator belajar. Sedangkan tugas pembelajar yang utama adalah belajar

dengan didampingi pengajar.

Menulis merupakan salah satu materi pembelajaran bahasa dan sastra

Indonesia kelas X SMA. Berdasarkan KTSP di SMA, mata pelajaran menulis

diberikan pada semester 1 dan semester 2. Pada semester 1 dengan standar

kompetensi, yakni mengungkapkan informasi dalam berbagai bentuk paragraf

(naratif, deskriptif, ekspositif). Adapun kompetensi dasarnya, yaitu: (a) menulis

gagasan dengan menggunakan pola urutan waktu dan tempat dalam bentuk

paragraf naratif, (b) menulis hasil observasi dalam bentuk paragraf deskriptif,

dan (c) menulis gagasan secara logis dan sistematis dalam bentuk ragam

paragraf ekspositif.

Pada semester 2 terdapat standar kompetensi, yakni mengungkapkan

informasi melalui penulisan paragraf dan teks pidato. Adapun kompetensi

dasarnya, yaitu: (a) menulis gagasan untuk mendukung suatu pendapat dalam

bentuk paragraf argumentatif, (b) menulis gagasan untuk meyakinkan atau

mengajak pembaca bersikap atau melakukan sesuatu dalam bentuk paragraf

persuasif, (c) menulis hasil wawancara ke dalam beberapa paragraf dengan

menggunakan ejaan yang tepat, dan (d) menyusun teks pidato.

Berdasarkan paparan di atas maka mata pelajaran menulis yang

diberikan di SMA khususnya pada kelas X SMA salah satunya adalah

pembelajaran menulis paragraf argumentasi yang sesuai dengan kompetensi

dasar dalam KTSP. Sebagai salah satu materi pembelajaran maka pembelajaran

menulis argumentasi perlu disampaikan dengan metode yang tepat sehingga

mencapai standar kompetensi yang diharapkan, yaitu siswa mampu

(40)

commit to user

c. Perencanaan Pembelajaran Menulis Argumentasi

Dalam sebuah pembelajaran, guru harus menyusun perencanaan

pembelajaran secara matang dengan penuh pertimbangan agar sesuai dengan

tujuan yang diharapkan. Perencanaan tersebut meliputi pembuatan silabus dan

RPP. Silabus merupakan penjabaran dari standar kompetensi dan kompetensi

dasar ke dalam materi pokok, kegiatan pembelajaran, dan indikator pencapaian

kompetensi untuk penilaian (Sanjaya, 2009). Berkaitan dengan pendapat

tersebut, Mulyasa (2007) menyatakan bahwa silabus merupakan rencana

pembelajaran pada suatu kelompok mata pelajaran dengan tema tertentu, yang

mencakup standar kompetensi, kompetensi dasar, materi pembelajaran,

indikator, penilaian, alokasi waktu, dan sumber belajar yang dikembangkan oleh

setiap satuan pendidikan. Silabus dalam KTSP harus memerhatikan

prinsip-prinsip pengembangan silabus.

Prinsip yang pertama adalah pengembangan silabus berbasis KTSP

harus dilakukan dengan prinsip ilmiah, artinya keseluruhan materi dan kegiatan

yang menjadi muatan dalam silabus harus benar, logis, dan dapat

dipertanggungjawabkan secara keilmuan. Prinsip kedua dalam pengembangan

silabus berbasis KTSP adalah relevan yang mengandung arti bahwa ruang

lingkup, kedalaman, tingkat kesukaran, dan urutan penyajian materi dalam

silabus disesuaikan dengan karakteristik peserta didik. Prinsip ketiga adalah

fleksibel sebagai pemikiran pendidikan dan sebagai kaidah dalam penerapan

kurikulum. Fleksibel sebagai suatu pemikiran pendidikan berkaitan dengan

dimensi peserta didik dan lulusan, sedangkan fleksibel sebagai suatu kaidah

dalam penerapan kurikulum berkaitan dengan pelaksanaan silabus. Prinsip

keempat adalah kontinuitas atau kesinambungan yang mengandung arti bahwa

setiap program pembelajaran yang dikemas dalam silabus memiliki keterkaitan

satu sama lain dalam membentuk kompetensi dan pribadi peserta didik.

Prinsip kelima, yaitu pengembangan silabus berbasis KTSP harus

dilakukan secara konsisten, maksudnya adalah antara standar kompetensi,

kompetensi dasar, indikator, materi pokok, pengelaman belajar, sumber belajar,

(41)

commit to user

25

membentuk kompetensi peserta didik. Prinsip keenam adalah memadai. Prinsip

memadai dalam silabus mengandung arti bahwa ruang lingkup indikator, materi

standar, pengalaman belajar, sumber belajar, dan sistem penilaian yang

dilaksanakan dapat mencapai kompetensi dasar yang telah ditetapkan.

Prinsip ketujuh, yaitu aktual dan kontekstual yang berarti bahwa ruang

lingkup kompetensi dasar, indikator, materi pokok, pengalaman belajar, sumber

belajar, dan sistem penilaian yang dikembangkan memerhatikan perkembangan

ilmu pengetahuan, teknologi, dan seni mutakhir dalam kehidupan nyata dan

peristiwa yang sedang terjadi di masyarakat. Prinsip selanjutnya adalah

pengembangan silabus berbasis KTSP harus dilakukan secara efektif. Efektif

berarti memerhatikan keterlaksanaan silabus tersebut dalam proses pembelajaran

dan tingkat pembentukan kompetensi sesuai dengan standar kompetensi yang

telah ditetapkan.

Prinsip teakhir dalam pengembangan silabus berbasis KTSP harus

efisien dalam silbus berkaitan dengan upaya untuk memperkecil atau

menghemat penggunaan dana, daya, dan waktu tanpa mengurangi hasil atau

kompetensi standar yang ditetapkan. Meskipun guru diberi kebebasan untuk

menyusun dan mengembangkan KTSP dan silabus.

BSNP menyiapkan kurikulum untuk setiap satuan pendidikan. Selain itu,

BSNP juga menyiapkan silabus untuk berbagai mata pelajaran sehingga guru

bisa menjabarkan, menganalisis, dan menyesuaikan kurikulum dan silabus

tersebut dengan situasi dan kondisi sekolah (Mulyasa, 2007). BSNP telah

menetapkan langkah-langkah dalam pengembangan silabus. Langkah pertama,

yaitu mengkaji standar kompetensi dan kompetensi dasar matapelajaran

sebagaimana tercantum pada standar isi dengan memerhatikan hal-hal

berikut:(1) urutan berdasarkan hierarki konsep disiplin ilmu dan/atautingkat

kesulitan materi, tidak harus selalu sesuai dengan urutanyang ada di standar isi;

(2) keterkaitan antara standar kompetensi dan kompetensi dasardalam mata

pelajaran;(3) keterkaitan antara standar kompetensi dan kompetensi

(42)

commit to user

Langkah kedua adalah mengidentifikasi materi pokok/pembelajaran yang

menunjang pencapaian kompetensi dasar dengan mempertimbangkan: (1)

potensi peserta didik; (2) relevansi dengan karakteristik daerah; (3) tingkat

perkembangan fisik, intelektual, emosional, dan spiritual peserta didik; (4)

kebermanfaatan bagi peserta didik; (5) struktur keilmuan; (6) aktualitas,

kedalaman, dan keluasan materi pembelajaran, (7) relevansi dengan kebutuhan

peserta didik dan tuntutan lingkungan; dan (8) alokasi waktu.

Ketiga, yaitu mengembangkan kegiatan pembelajaran. Kegiatan

pembelajaran dirancang untuk memberikan pengalaman belajar yang melibatkan

proses mental dan fisik melalui interaksi antarpeserta didik, peserta didik dengan

guru, lingkungan, dan sumber belajar lainnya dalam rangka pencapaian

kompetensi dasar. Ha-hal yang harus diperhatikan dalam mengembangkan

kegiatan pembelajaran antara lain: (1) kegiatan pembelajaran disusun untuk

memberikan bantuan kepada peserta didik, khususnya guru, agar dapat

melaksanakan proses pembelajaran secara profesional, (2) kegiatan

pembelajaran memuat rangkaian kegiatan yang harus dilakukan oleh peserta

didik secara berurutan untuk mencapai kompetensi dasar, (3) penentuan urutan

kegiatan pembelajaran harus sesuai dengan hierarki konsep pembelajaran, (4)

rumusan pernyataan dalam kegiatan pembelajaran minimal mengandung dua

unsur penciri yang mencerminkan pengelolaan pengalaman belajar siswa, yaitu

kegiatan siswa dan materi.

Langkah keempat adalah merumuskan indikator pencapaian kompetensi.

Indikator merupakan penanda pencapaian kompetensi dasar yang ditandai oleh

perubahan perilaku yang dapat diukur yang mencakup sikap, pengetahuan, dan

keterampilan. Indikator dikembangkan sesuai dengan karakteristik peserta didik,

mata pelajaran, satuan pendidikan, potensi daerah dan dirumuskan dalam mata

kerja operasional yang terukur dan/atau dapat diobservasi. Indikator digunakan

sebagai dasar untuk menyusun alat penilaian.

Langkah kelima, yaitu penentuan jenis penilaian. Penilaian pencapaian

dasar peserta didik dilakukan berdasar indikator. Penilaian dilakukan dengan

Gambar

Tabel 2.1. Standar Kompetensi dan Kompetensi Dasar Keterampilan  Menulis
Tabel 2.2. Model Penilaian Tugas Menulis dengan Skala Interval
Gambar 2.1. Kerangka Berpikir
Tabel 3.1. Rincian Waktu dan Jenis Kegiatan Penelitian
+4

Referensi

Dokumen terkait

 Berdasarkan hasil perhitungan dengan menggunakan koefisien determinasi (R 2 ) menyatakan bahwa faktor biaya sarana produksi, biaya tenaga kerja dan harga jual produksi

3 Tahun 1994 Tentang Alat Pengendali Pemakai Jalan, seperti jalur yang memotong suatu tata guna lahan yang memiliki tingkat aktifitas tinggi (masih merupakan suatu sistem

EUROINDO JAYA bukan merupakan industri primer yang melakukan pengolahan bahan baku dari kayu bulat sehingga tidak berkewajiban memiliki dokumen pendukung RPBBI,

Sedangkan pada perhitungan nilai LFG dengan formula Counahan-Barratt pada tabel III didapatkan dua puluh enam kasus penurunan fungsi ginjal yang perlu peninjauan ulang

Dari keterangan diatas terlihat bahwa tujuan utama dilakukannya pendaftaran dalam jaminan fidusia adalah untuk memenuhi asas publisitas, maka akan memberikan

Tampak pada termogram adanya suatu reaksi endotermis pembentukan dari fasa- ke fasa- pada suhu 159,63 o C, sedangkan pada suhu 549,67 o C, AgI mengalami suatu reaksi endotermis

RKA - SKPD 2.2.1 Rincian Anggaran Belanja Langsung Menurut Program dan Per Kegiatan Satuan Kerja Perangkat Daerah. RKA - SKPD 3.1 Rincian Penerimaan Pembiayaan Daerah

[r]