LANDASAN TEORI DAN KEBIJAKAN
C. Syarat-Syarat Keberhasilan Suatu Perencanaan
2.1.5 Perencanaan Pembangunan Ekonomi Daerah
Perencanaan pembangunan ekonomi daerah adalah perencanaan untuk memperbaiki penggunaan sumberdaya-sumberdaya publik yang tersedia didaerah tersebut dan untuk memperbaiki kapasitas sektor swasta dalam menciptakan nilai sumberdaya - sumberdaya swasta secara bertanggungjawab.
Pembangunan ekonomi yang efisien membutuhkan secara seimbang perencanaan yang lebih teliti mengenai penggunaan sumber daya publik dan sektor swasta : petani, pengusaha kecil, koperasi, pengusaha besar, organisasi sosial harus mempunyai peran dalam proses perencanaan. Melalui perencanaan pembangunan ekonomi daerah, suatu daerah dilihat secara keseluruhan sebagai suatu unit ekonomi (economic entity) yang didalamnya terdapat unsur yang berinteraksi satu sama lain.
Ada tiga (3) implikasi pokok dari perencanaan pembangunan ekonomi daerah:
o Pertama, perencanaan pembangunan ekonomi daerah yang realistik memerlukan pemahaman tentang hubungan antara daerah dengan lingkungan nasional dimana daerah tersebut merupakan bagian darinya, keterkaitan secara mendasar antara keduanya, dan konsekuensi akhir dari interaksi tersebut.
Penyusunan Roadmap Bidang Ekonomi Kota Salatiga |
2-11
o Kedua, sesuatu yang tampaknya baik secara nasional belum tentu baik untuk daerahdan sebaliknya yang baik di daerah belum tentu baik secara nasional.
o Ketiga, Perangkat kelembagaan yang tersedia untuk pembangunan daerah, misalnya administrasi, proses pengambilan keputusan, otoritas biasanya sangat berbeda pada tingkat daerah dengan yang tersedia pada tingkat pusat. Selain itu, derajat pengendalian kebijakan sangat berbeda pada dua tingkat tersebut. Oleh karena itu perencanaan darah yang efektif harus bisa membedakan apa yang seyogyanya dilakukan dan apa yang dapat dilakukan, dengan menggunakan sumber daya pembangunan sebaik mungkin yang benar-benar dapat dicapai, dan mengambil manfaat dari informasi yang lengkap yang tersedia pada tingkat daerah karena kedekatan para perencanaanya dengan obyek perencanaan. (Lincolin arsyad, 1999). 2.1.6 Pembangunan Ekonomi Lokal
Sejak dikeluarkannya UU No.22 Tahun 1999 tentang otonomi daerah maka pemerintah daerah dituntut untuk mengelola daerahnya secara mandiri. Dalam menghadapi otonomi daerah ini pemerintah daerah harus pandai-pandai membaca peluang sehingga otonomi daerah tidak disambut dengan mengeksploitasi sumberdaya alam secara besar-besaran. Salah satu strategi daerah dalam menghadapi otonomi daerah ini dengan melakukan pengembangan ekonomi lokal (PEL) / local economic development (LED)
Menurut World Bank 2001 dalam Munir 2002, mengatakan bahwa ;
“ local economic development is the process by which actors within cities and town – “our communities” – work collectively with public, business and non governmental sektor partners to create better conditions for economic growth and employment generation. Trough this process they establish and maintain a dynamic entrepreneurial culture and create new community and business wealth in order to enhance the quality of life for all in the community.”
Menurut pengertian diatas pada dasarnya PEL merupakan pengelolaan sumberdaya alam pada suatu daerah oleh pemerintah setempat yang berbasiskan masyarakat dimana dalam pengelolaannya pemerintah daerah melakukan penataan dan bekerjasama dengan sektor swasta maupun dari mereka sendiri untuk menciptakan lapangan kerja baru dan merangsang pertumbuhan wilayah.
Keberhasilan pengembangan ekonomi lokal, dapat dilihat dari beberapa indikator yaitu : 1. Perluasan kesempatan bagi masyarakat kecil dalam kerja maupun berusaha 2. Perluasan kesempatan bagi si miskin untuk meningkatkan pendapatan
3. Keberdayaan lembaga usaha mikro dan kecil dalam proses produksi dan pemasaran 4. Keberdayaan lembaga jaringan kerja kemitraan pemerintah, usaha swasta, dan
masyarakat lokal.
Konsep tenaga kerja merupakan fungsi dari upaya membangun kesempatan ekonomi bagi komunitas yang “fit” dengan memanfaatkan sumberdaya manusia dan memaksimalkan
Penyusunan Roadmap Bidang Ekonomi Kota Salatiga |
2-12
sumberdaya alam serta memberdayakan institusi lokal menjadi instrument bagi strategi PEL untuk meningkatkan nilai lokasi dan kualias masyarakat di daerah.Tabel 2.1
Ringkasan Pengertian PEL
No Pembuat Difinisi Fokus Kelebihan Kelemahan
1 The World Bank Meningkatkan daya saing Pertumbuhan ekonomi yang berkelanjutan Meningkatkan kualitas pertumbuhan ekonomi Berorientasi kepada pemerataan
Berorientasi bukan hanya kepada tujuan yaitu pertumbuhan ekonomi dan kesempatan kerja akan tetapi juga kepada proses
Tidak dijelaskan: Aspek kelokalannya Kelayakan lapangan kerja Bagaimana proses pelibatan
stakeholder tersebut apakah harus partisipatif atau tidak Aspek lokasi dimana PEL
tersebut dilaksanakan atau terjadi
2 Blakely dan
Bradshaw Menciptakan lapangan
pekerjaan Berorientasi bukan hanya kepada tujuan akan tetapi juga kepada proses
Tidak dijelaskan :
Kelayakan lapangan kerja Keberlanjutan dari penciptaan
lapangan pekerjaan tersebut Aspek pemerataan aspek
kelokalannya
Bagaimana proses pelibatan stakeholder tersebut apakah harus partisipatif atau tidak Tidak menjelaskan aspek lokasi
3 ILO Proses harus
partisipatif
Lokasi PEL pada wilayah tertentu Menciptakan lapangan
pekerjaan yang layak Merangsang kegiatan
ekonomi
Berorientasi kepada output dan proses
Pelibatan stakeholder harus partisipatif
Sifat kelokalan ditunjukkan dari sumber daya lokal Aspek lokasi ditunjukkan
bahwa PEL dilakukan pada wilayah tertentu
Tidak menjelaskan keberlanjutan pembangunan Aspek pemerataan
Aspek lokasi dimana PEL tersebut dilaksanakan atau terjadi
4 A. H. J Helming Kemitraan antar stakeholder Kontrol lokal Merangsang pertumbuhan ekonomi dan lapangan pekerjaan
Berorientasi kepada output dan proses
Aspek lokasi ditunjukkan bahwa PEL dilakukan pada wilayah tertentu
Sifat kelokalan ditunjukkan dari penggunaan sumber daya lokal
Tidak mencantumkan keberlanjutan pembangunan Tidak menjelaskan aspek
pemerataan
Bagaimana proses pelibatan stakeholder tersebut apakah harus partisipatif atau tidak kelayakan lapangan kerja
tersebut
Ada beberapa fokus di dalam pengembangan ekonomi lokal, antara lain: 1. Peningkatan kandungan lokal;
2. Pelibatan stakeholders secara substansial dalam suatu kemitraan strategis; 3. Peningkatan ketahanan dan kemandirian ekonomi;
4. Pembangunan berkelanjutan;
Penyusunan Roadmap Bidang Ekonomi Kota Salatiga |
2-13
6. Pengembangan usaha kecil dan menengah;7. Pertumbuhan ekonomi yang dicapai secara inklusif;
8. Penguatan kapasitas dan peningkatan kualitas sumber daya manusia;
9. Pengurangan kesenjangan antar golongan masyarakat, antar sektor dan antar daerah; 10. Pengurangan dampak negatif dari kegiatan ekonomi terhadap lingkungan.
Sedangkan Tujuan dan sasaran Pengembangan Ekonomi Lokal perlu dilakukan oleh suatu daerah adalah:
1. Terlaksananya upaya percepatan pengembangan ekonomi lokal melalui pelibatan pemerintah, dunia usaha, masyarakat lokal, dan organisasi masyarakat madani dalam suatu proses yang partisipatif.
2. Terbangun dan berkembangnya kemitraan dan aliansi strategis dalam upaya percepatan pengembangan ekonomi lokal diantara stakeholder secara sinergis.
3. Terbangunnya sarana dan prasarana ekonomi yang mendukung upaya percepatan pengembangan ekonomi lokal.
4. Terwujudnya pengembangan dan pertumbuhan UKM secara ekonomis dan berkelanjutan.
5. Terwujudnya peningkatan PAD dan PDRB.
6. Terwujudnya peningkatan pendapatan masyarakat, berkurangnya pengangguran, menurunnya tingkat kemiskinan.
7. Terwujudnya peningkatan pemerataan antar kelompok masyarakat, antar sektor dan antar wilayah.
8. Terciptanya ketahanan dan kemandirian ekonomi masyarakat lokal. 2.1.7 Pembangunan Ekonomi Kerakyatan
Ekonomi kerakyatan dicirikan dari keberpihakan terhadap kepentingan rakyat banyak. Pemanfaatan sebesar-besarnya sumber daya alam, sumber daya teknologi, sumber daya pemodalan, dan sumber daya manusia untuk kesejahteraan rakyat keseluruhan. Pembangunan ekonomi yang berpihak kepada rakyat diindikasikan dari beberapa ciri berikut:
1. Alokasi anggaran pendapatan dan belanja negara (APBN) dan anggaran pendapatan dan belanja daerah (APBD) minimal 51% untuk program dan kegiatan yang menyejahterakan rakyat banyak.
2. Keuntungan yang diperoleh negara dari Badan Usaha Milik Negara (BUMN) dan Badan Usaha Milik Daerah (BUMD) minimal 51% dialokasikan untuk kesejahteraan rakyat banyak.
3. Distribusi dana tersebut menyebar ke setiap desa di seluruh wilayah NKRI dengan variasi antar desa tidak lebih dari 10%.
4. Mulai dialokasikan anggaran khusus untuk mengantisipasi peningkatan resiko gagal para petani akibat climate change yang mulai terjadi saat ini dengan terdistribusi ke seluruh desa di Indonesia berupa Jaminan Keberhasilan Berusaha.
Penyusunan Roadmap Bidang Ekonomi Kota Salatiga |
2-14
5. Peningkatan proporsi Jaminan Sosial kepada Manula, Anjal, Orang Cacat, Pengemis,Gelandangan, Pemulung dan tenaga kerja yang belum mendapat kesempatan bekerja. 6. Menerapkan pemberdayaan partisipatif yang lebih intensif.
7. Luasan kepemilikan lahan untuk rakyat keseluruhan dengan variasi tidak lebih dari 10%.
Ciri-ciri diatas yang terangkup dalam suatu pembangunan ekonomi menjadikan pembangunan ekonomi tersebut disebut sebagai pembangunan ekonomi yang berpihak kepada rakyat atau disebut juga Ekonomi Kerakyatan.
Ciri lebih lanjut dari penerapan pembangunan ekonomi kerakyatan adalah rendahnya prosentase masyarakat yang tergolong miskin atau berpendapatan kurang dari $ 2 per hari, yaitu nilai prosentase masyarakat miskinnya kurang dari 5%.