• Tidak ada hasil yang ditemukan

BAB 2 TINJAUAN PUSTAKA

2.2. Pembangunan partisipatif

2.2.2. Perencanaan Pembangunan Partisipatif

Tahapan perencanaan pembangunan menurut Solihin (2006) 1. Perumusan dan penentuan tujuan

2. Pengujian atau analisis opsi atau pilihan yang tersedia

3. Pemilihan rangkain tindakan atau kegiatan untuk mencapai tujuan yang telah di tentukan dan telah di sepakati bersama. Dari ketiga tahapan perencanaan tersebut dapat di definisikan perencanaan pembangunan wilayah dan daerah sebagai berikut : suatu usaha yang sistematis dari berbagai pelaku (aktor) baik umum (publik) atau pemerintah, swasta, maupun kelompok masyarakat stakeholder lainnya pada tingkatan yang berbeda untuk menghadapi saling ketergantungan dan ketekaitan aspek fisik, ekonomi, dan aspek lingkungan lainnya.

Berdasarkan UU No. 25/200, sistem perencanaan pembangunan nasional (SPPN) adalah satu kesatuan tata cara perencanaan pembangunan untuk menghasilkan rencana-rencana pembangunan dalam jangka panjang, jangka menegah, dan tahunan yang dilaksanakan oleh penyelanggara Negara dan masyarakat ditingkat pusat dan daerah.

Definisi SPPN di atas tegas menyebutkan bahwa dalam perencanaan diisyaratkan harus memiliki unsur keterlibatan penyelanggara Negara dan partisipasi masyarakat dalam pembangunan. Partisipasi adalah keterlibatan dan pelibatan anggota masyarakat dalam pembangunan, meliputi kegiatan perencanaan, pelaksanaan (implementasi), pengawasan hingga evaluasi program/proyek pembangunan yang dikerjakan masyarakat lokal (Adisasmita,2006:38). Atau dengan kata lain pembangunan partisipatif adalah suatu proses pembangunan yang memberdayakan masyarakat mulai dari tahapan perencanaan, pelaksanaan hingga pengawasan.

Perencanaan pembangunan parisipatif merupakan upaya untuk memberdayakan potensi masyarakat dalam merencanankan pembangunan yang berkaitan dengan potensi sumber daya lokal berdasarkan kajian musyawarah, yaitu peningkatan aspirasi berupa keinginan dan kebutuhan nyata yang ada dalam masyarakat, peningkatan motivasi dan peran serta kelompok masyarakat dalam proses pembangunan, dan peningkatan rasa memiliki pada kelompok masyarakat terhadap program kegiatan yang telah di susun (Bahua, 2007)

Menurut Abe (2005) perencanaan partisipasif yang melibatkan masyarakat akan mempunyai dampak yang sangat penting dalam pembanguanan, yaitu terhindar dari terjadinya manipulasi, memberikan nilai tambah pada legitimasi rumusan perencanaan, serta meningkatankan kesadaran dan keterampilan politik masyarakat.

Konsep perencanaan partisipatif, perencanaan dengan pendekatan partisipasif atau biasa disebut sebagai participatory planing, jika dikaitkan dengan

pendapat Friedman (Sinaga,2005), sebenarnya merupakan suatu proses politik untuk memperoleh kesepakatan bersama melalui aktifitas negosiasi antara seluruh pelaku pembangunan dalam rangkah penetapan program-program pembangunan. Dalam perencanaan yang partisipasi (participatory planing), masyarakat dianggap sebagai mitra dalam perencanaan yang turut berperan serta secara aktif dalam hal penyusunan maupun implementasi rencana, karena walau bagaimana pun masyarakat merupakan stakeholder terbesar dalam penyusunan sebuah produk rencana. Zutetta (2007), sebagai cerminan lebih lanjut dari demokratisasi dan partisipasi sebagai bagian dari good govervemance maka proses perencanaan pembangunan juga melalui proses partisipatif.

Konsep perencenaan bersifat top-down yang telah menciptakan kegagalan pembangunan harus diganti dengan konsep perencanaan yang berasal dari bawah (bottom-up planing) dengan partisipasi aktif dari masyarakat (Adisasmita,2006:35).

Ada beberapa keuntungan yang dapat kita harapkan dari adanya suatu penerapan pendekatan partisipatif, yakni :

1. Masyarakat akan lebih memiliki rasa tanggung jawab yang tinggi terutama dalam hal memelihara dan menjaga apa yang telah dibangun bersama.

2. Semangat akan pembangunan lebih memaknai proses pembangunan itu sendiri secara holistik sebagai konsekuensi adanya kebersamaan di dalam membangun, baik dalam merencanakan maupun mengambil keputusan.

3. Ketidak efisienan seperti adanya program yang tumbang tindih didalam proses pembangunan dapat dihindari sehingga penghematan pada penganggaran pembangunan pun dapat di lakukan.

United Nation Development program sebagai lembaga dunia yang bergerak dalam bidang pembangunan,mengungkapkan karakteristik perencanaan partisipatif (Osborne,2005) sebagai berikut :

1. Partisipasi, setiap warga negara mempunyai suara dalam pembuatan keputusan, baik secara langsung maupun melalui badan perwakilan yang legitimate mewakili kepentingannya.

2. Peraturan hukum 3. Keterbukaan 4. Ketanggapan 5. Kesepakatan bersama 6. Bertanggung jawab 7. Keadilan

8. Efektif dan efisien

Keterlibatan masyarakat akan menjadi penjamin bagi suatu proses perencanaan pembangunan yang baik dan benar (Abe, 2005:91). Untuk mendapatkan wujud dari partisipasi masyarakat agar dapat berdaya, sangat di butuhkan kebebasan, kesepakatan dan ruang gerak yang tersusun dalam empat tingkatan, sebagai mana diungkapkan oleh Kramer- yang di kutip dalam (Arif,2006:150),yakni :

1). Partisipasi akan mengandung arti keterlibatan dalam proses pengambilan keputusan kebijakan pembangunan

2). Partisipasi hendaknya mengarah pada pembangunan program penduduk yang ditempatkan sebagai konsumen utama dari program-program infrastruktur fisik daerah.

3). Partisipasi yang menetapakan masyarakat sebagai komsumen perlu memperoleh stimulant dan dukungan sebagai reaksi terhadap birokrasi pembangunan yang kurang memiliki kepekaan terhadap kepentingan masyarakat.

4). Partisipasi diadakan dalam rangka keadilan nilai dan dalam rangka terjadinya kelonggaran memperoleh produktif pekerjaan bagi seluruh lapisan masyarakat.

Pada dasarnya partisipasi itu dilandasi dengan adanya pengertian bersama dan adanya pengertian tersebut adalah karena di antaranya orang-orang itu saling berkomunikasi dan berinteraksi sesamanya. Dalam menggalan peran serta semua pihak itu di perlukan : (1) terciptanya suasana yang bebas atau demokrasi; (2) terbinanya kebersamaan. Partisipasi masyarakat dalam pembangunan adalah sebagai ikut sertanya masyarakat dalam pembangunan, ikut dalam kegiatan-kegiatan pembangunan, dan ikut serta dalam memafaatkan dan menikmati hasil-hasil pembangunan. Gaventa dan Valderama (1999) dalam Arsito (2004) mencatat ada tiga tradisi konsep partisipasi terutama bila dikaitkan dengan pembangunan masyarakat yang demokratis yaitu :

1. Partisipasi politik, political participation lebih berorientasi pada “mempengaruhi dan mendudukkan wakil-wakil rakyat” dalam lembaga pemerintahan ketimbang partisipasi aktif dalam proses-proses kepemerintahan itu sendiri.

2. Partisipasi sosial, social participation partisipasi ditempatkan sebagai keterlibatan masyarakat terutama yang dipandang sebagai benerficiary atau pihak diluar proses pembangunan dari evaluasi keputusan dalam semua tahapan siklus proyek pembangunan dari evaluasi kebutuhan sampai penilaian, implementasi, pemantauan dan evaluasi.

3. Partisipasi warga, citizen participation/citizenship menentukan pada partisipasi langsung warga dalam pengambilan keputusan pada lembaga dan proses kepemerintahan. Partisipasi warga telah mengalihkan konsep partisipasi dari sekedar kepedulian terhadap “penerima derma atau kaum tersisih “ menuju ke suatu kepedulian dengan berbagai bentuk keikutsertaan warga dalam pembuatan kebijakan dan pengambilan keputusan diberbagai gelanggan kunci yang mempengaruhi kehidupan mereka.

Adapun aspek yang menjadi sorotan dalam pelaksanaan perencanaan pembangunan partisipatif menurut Muslim (2006 :135).

a. Pembangunan masyarakat terhadap perencanaan partisipasi dalam pembangunan. Pemahaman terhadap perencanaan partisipasif akan menimbulkan kesadaran masyarakat terhadap pentingnya partisipasi masyarakat.

b. Pelibatan masyarakat dalam musyawarah perencanaan pembangunan. Pemberdayaan partisipasi masyarakat merupakan alat ampuh dalam menentukan arah dan kebijakan pembangunan pada masa-masa mendatang, keterlibatan ini akan memberikan dampak yang positif terhadap keputusan dan kebijakan yang diambil atau yang akan di implementasikan, karena dapat membangun sinergi pemerintah dan masyarakat itu sendiri.

c. Kesesuaian rencana kerja pembangunan Desa dengan kebutuhan masyarakat setempat. Di dalam pelaksanaan pembangunan,kesesuaian antara di laksanakan merupakan suatu hal yang harus di perhatikan demi terwujudnya pembangunan partisipatif.

d. Tingkat partisipasi masyarakat dalam perencanaan pembangunan desa. Dalam pembangunan desa, partisipasi atau keterlibatan masyarakat sangat dibutuhkan untuk terselanggaranya pembangunan.

Dokumen terkait