• Tidak ada hasil yang ditemukan

SKRIPSI. IMPLEMENTASI PEMBANGUNAN PARTISIPATIF ( Studi Kasus Kelurahan Andowia Kecamatan Andowia Kabupaten Konawe Utara)

N/A
N/A
Protected

Academic year: 2021

Membagikan "SKRIPSI. IMPLEMENTASI PEMBANGUNAN PARTISIPATIF ( Studi Kasus Kelurahan Andowia Kecamatan Andowia Kabupaten Konawe Utara)"

Copied!
86
0
0

Teks penuh

(1)

Oleh:

ITA PUSPITA SARI Stb. B1A1 11 085

JURUSAN ILMU EKONOMI FAKULTAS EKONOMI DAN BISNIS

UNIVERSITAS HALU OLEO KENDARI

(2)

Oleh:

ITA PUSPITA SARI Stb. B1A1 11 085

JURUSAN ILMU EKONOMI FAKULTAS EKONOMI DAN BISNIS

UNIVERSITAS HALU OLEO KENDARI

(3)

SKRIPSI

Untuk Memenuhi Gelar Sarjana Pada Jurusan Ilmu Ekonomi

Oleh

ITA PUSPITA SARI Stb. B1A1 11 085

JURUSAN ILMU EKONOMI FAKULTAS EKONOMI DAN BISNIS

UNIVERSITAS HALU OLEO KENDARI

2016

(4)
(5)
(6)
(7)

ix

Alhamdulillahi Rabbil Alamin, puji syukur kehadirat Allah SAW penulis panjatkan, atas segala rahmat dan hidaya-nya yang tiada ternilai harganya berupa nikmat keimanan dan kesehatan sehingga penulis dapat menyelesaikan skripsi ini. Serta shalawat dan puji-pujian penulis persembahkan kepada Rasulullah SAW sebagai suri tauladan penulis dalam menyelesaikan skripsi ini yang berjudul Implementasi Pembangunan Partisipatif (Studi Kasus Di Kelurahan Andowia Kecamatan Andowia Kabupaten Konawe Utara). ini dapat terlaksana dengan baik. Tidak lupa pula penulis hanturkan shalawat dan salam atas Baginda Rasululallah Muhammad SAW, keluarga, seluruh sahabat yang selalu istiqomah di jalannya untuk mendapatkan ridha Allah SWT dan para syuhada yang telah berjihad menegakkan dan mempertahankan agama yang dirahmati serta yang setia hingga akhir zaman . Sikripsi ini disusun guna memenuhi persyaratan untuk memperoleh gelar Sarjana (S.E) pada Jurusan Ilmu Ekonomi, Fakultas Ekonomi dan Bisnis Universitas Halu oleo.

Dalam pelaksanaan penelitian hingga terangkumnya skripsi ini, cukup banyak rintangan dan hambatan yang penulis jumpai, sehingga disadari sepenuhnya bahwa skripsi ini tak mungkin tersusun tanpa adanya bantuan dari berbagai pihak. Untuk itu, penulis mengucapkan terima kasih kepada semua pihak yang telah memberi bantuan dan dukungan. Penulis menyampaikan terima kasih kepada Bapak Dr. H. Hasan Aedy, S.E.,MS, selaku pembimbing I dan Ibu Dr. Ernawati, S.E., M.Si. selaku pembimbing II yang telah meluangkan waktu serta arahan dan pemikirannya dalam membimbing Penulis selama proses penyelesaian skripsi ini.

Melalui kesempatan ini secara khusus penulis menyampaikan terima kasih yang teristimewah dan penghargaan yang tak terhingga kepada Ayahanda Alm. Ibrahim dan Ibunda Rusnan yang telah merawat dan membesarkan penulis dengan penuh cinta dan kasih sayang serta dukungan moril dan materi

(8)

ix

1. Bapak Prof. Dr. Ir. H. Usman Rianse, MS, Selaku Rektor Universitas Halu Oleo Kendari.

2. Bapak Prof. Dr. H. Muh. Syarif, SE., MS, Selaku Dekan Fakultas Ekonomi dan Bisnis Universitas Halu Oleo Kendari.

3. Ibu Dr. Rosnawintang, SE., M.Si, Selaku Ketua Jurusan Ilmu Ekonomi, Fakultas Ekonomi dan Bisnis Universitas Halu Oleo Kendari.

4. Bapak Dosen Tim Penguji, yang juga telah banyak memberikan masukan dan saran sehingga saya dapat menyelesaikan skripsi ini.

5. Bapak ibu dosen jurusan program/studi Ilmu Ekonomi yang telah memberikan ilmu yang bermanfaat, serta nasehat kepada penulis selama mengikuti pendidikan di bangku perkuliahan Fakultas Ekonomi dan Bisnis Universitas Halu Oleo

6. Seluruh keluraga tercinta yang telah memberikan dorongan penulis : Kakek-Nenek penulis yang tersayang (Alm. Aliuddin dan Alm. Sahala ) yang selalu menyayangi dan memberikan dukungan moril dan materi kepada cucunda tercinta, Kakek Aboha sekeluarga, Kakek wahyudin Sekeluarga, Nenek Watina sekelurga, Munara Sekeluarga. Terima kasih atas perhatiannya selama ini yang selalu memberikan dukungan moril kepada cucunda tercinta. Dan juga Om-omku yang tersayang Jusrawan (papa ajis) Nuslan Aliuddin, BA (Papa boby) maslan, Naswan, Harmin, S.Si.,dan masi banyak lagi yang tidak bisa saya sebutkan satu persatu; penulis mengucapkan terima kasih sedalam-dalamnya yang takkan kulupakan karena dengan ikhlas telah bersama memberikan kasih sayangnya support selama penulis mengukuti pendidikan. 7. Rekan seperjuangan (Wd.zahra Ramadhani SE, Sri Octavia SE., Titin

Rahmawati, Jusna) terima kasih atas kebersamaannya, Kebersamaan ini akan indah saat dikenang.

(9)

ix

ini sudah menjadi teman baik dan selalu memberikan support.

10. Teman-teman ”Asrama Morini 2” Ali Aksar,S.Pi, Kasiman, S.H, Kisman,S.Pd, Gunawan, S.Sos, Ekfit, Alfantri, Ayu, Imran , terima kasih atas sumbangsih pemikiran dan hiburan yang diberikan selama bersama-sama. Dan Buat “Eni dan Hesni” Thank’s yach atas support dan curahan hatinya, serta atas kesediaannya untuk mengantar penulis dengan motornya.

11. Pihak-pihak yang tidak sempat penulis sebutkan satu persatu yang telah membantu penulis baik secara langsung maupun tidak langsung.

Kupersembahkan ucapan terima kasih yang sangat pribadi penulis sampaikan kepada tanteku tercinta ” Haslinan Aliuddin S.Pd ” atas perhatiannya selama ini yang mendalam curahan kasih sayang yang takkan kulupakan, pengorbanan yang tak terhingga dimana telah sabar bersama dan membimbing penulis dengan tidak kenal lelah, dimana selalu memberikan motivasi serta support sehingga penulis tidak pernah berkecil hati dalam mengarungi roda-roda dikampusku menuju akhir pendidikanku.

Thank’s For All...

Penulis menyadari bahwa kesempurnaan hanyalah milik Allah SWT., sehingga dalam pelaksanaan penelitian maupun penyusunan skripsi ini, masih terdapat banyak kekurangan. Untuk itu penulis memohon maaf serta mengharapkan kritik dan saran yang sifatnya membangun dari para pembaca. Semoga skripsi ini dapat memberikan faedah bagi semua pihak, khususnya bagi dunia ilmu pengetahuan.

Kendari, April 2016

(10)

ixx

Problems in this empirically is : (1) How is the realization of common development, (2) factors that affect the level of community participation in development. It is empirically destination: (1) to assess the implementation of joint development , (2) to identify the factors that influence the level of participation in society with the creation . The benefits of this research are: (1) promote scientific thinking in full litelatur that leads to the development of science, (2) as a reference and information in developing policies to ensure understanding in society.

This study was conducted in the village Andowia, district Andowia, North Konawe, which took place in November 2015. The definition of informants , conducted targeted trial deliberately pentuan informants numbering 22 people , and this research data obtained through observation (obserpasi), interview (interview) as well as qualitative descriptive analysis.

The results showed that in general, the implementation of joint development in Sub Andowia still not very good, in this case, the lack of community participation in the consultation process carried out in the rural development Andowia. Factors that influence the level of public participation in the development of the south Andowia supporting factors include an information / will , involvement and support of local authorities and communities Community . While inhibiting factors include the low quality of education , a low level of opinion and lack of jobs in rural areas.

(11)

ixx

Permasalahan dalam penelitia ini adalah : (1) Bagaimana implementasi pembangunan partisipatif, (2) Faktor-faktor apa yang mempengaruhi tingkat partisipasi masyarakat dalam pembangunan. Tujuan penelitian ini adalah : (1) Untuk mengetahui implementasi pembangunan partisipatif, (2) Untuk mengetahui faktor-faktor apa yang mempengaruhi tingkat partisipasi masyarakat dalam pembanguna. Adapun manfaat penelitian ini adalah : (1) memberikan sumbangsih pemikiran ilmiah dalam melengkapi litelatur yang mengarah pada pengembangan ilmu pengetahuan, (2) sebagai bahan acuan dan informasi dalam merumuskan kebijakan dalam upaya untuk memberikan pemahaman dalam masyarakat.

Penelitian ini dilaksanakan di Kelurahan Andowia, Kecamatan Andowia, Kabupaten Konawe Utara yang berlangsung pada bulan November 2015. Penentuan informan dilakukan secara purposive sampling yaitu teknik pentuan informan secara sengaja yang berjumlah 22 orang, dan data penelitian ini diperoleh melalui obserpasi (pengamatan), interview (wawancara), serta dianalisis deskriptif kualitatif.

Hasil penelitian menunjukkan bahwa secara keseluruhan implementasi pembangunan partisipatif di Kelurahan Andowia masih kurang baik, dalam hal ini kurangnya pelibatan masyarakat dalam musyawarah proses pembangunan yang dilakukan di Kelurahan Andowia. Adapun faktor-faktor yang mempengaruhi tingkat partisipasi masyarakat dalam pembangunan di Kelurahan Andowia adalah faktor pendukung meliputi kesadaran/kemauan, adanya partisipasi masyarakat dan dukungan dari pemerintah daerah dan masyarakat. Sedangkan faktor penghambat meliputi rendahnya kualitas pendidikan, tingkat pendapat rendah dan terbatasnya lapangan pekerjaan dipedesaan.

Kata Kunci : Partisipasi Masyarakat Dalam Pembangunan

(12)

xiii

HALAMAN PERSETUJUAN ... iv

HALAMAN PENETAPAN PANITIA PENGUJI... v

HALAMAN PERNYATAAN KEASLIAN... vii

KATAPENGANTAR ... ix

ABSTRACT ... x

ABSTRAK ... xii

DAFTAR ISI... xiii

DAFTAR TABEL ... xv BAB 1. PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang ... 1 1.2. Rumusan Masalah ... 6 1.3. Tujuan Penelitia... 6 1.4. Manfaat Penelitian... 6 1.5. Ruang Lingkup ... 7

BAB 2 TINJAUAN PUSTAKA 2.1. Implementasi ... 8

2.2. Pembangunan partisipatif... 11

2.2.1. Perencanaan... 11

2.2.2. Perencanaan Pembangunan Partisipatif ... 13

2.3. Pembangunan Desa ... 19

2.4. Faktor- Faktor Yang Mempengaruhi Tingkat Partisipasi Masyarakat ... 23

2.4.1. Faktor Pendukung ... 23

2.4.2. Faktor Penghambat... 24

2.5. Kajian Emprik ... 27

2.6. Kerangka Pemikiran... 30

BAB 3. METODE PENELITIAN 3.1. Lokasi Penelitian... 31

3.2. Informan Penelitian... 31

3.3. Jenis dan Sumber Data ... 32

3.4. Teknik Pengumpulan Data... 32

3.5. Teknik Analisis Data... 32

3.6. Definisi Oprasional ... 34

BAB 4. HASIL DAN PEMBAHASAN 4.1. Gambaran Umum Lokasi Penelitian ... 36

4.2. Karekteristik Informan ... 40

(13)

xiv Pembangunan ... 58 4.4.1. Faktor Pendukung ... 58 4.4.2. Faktor Penghambat... 60 4.5. Pembahasan... 62 BAB. 5. PENUTUP 5.1. KESIMPULAN ... 68 5.2. SARAN ... 69 DAFTAR PUSTAKA LAMPIRAN

(14)

xv

Tabel 1. Jumlah Penduduk Menurut Umur di Kelurahan Andowia Tahun

2015... 37

Tabel 2. Jumlah Penduduk Menurut Tingkat Pendidikan di Kelurahan Andowia Tahun 2015 ... 38

Tabel 3. Jumlah Penduduk Menurut Mata Pencarian di Kelurahan Andowia Tahun 2015 ... 39

Tabel 4. Data Informan Menurut Umu ... 40

Tabel 5. Data Informan Menurut Tingkat Pendidikan ... 41

(15)

1 BAB 1 PENDAHULUAN 1.1. Latar belakang

Post-modernisme yang muncul pada tahun 1980-an ini dinyatakan sebagai model pembangunan alternatif karena memberikan penawaran konsep yang jauh berbeda dengan modernisme. Tekanan utama yang dibawah oleh post-modernisme terbagi dalam tiga aspek, yaitu agen pembangunan, metode dan tujuan pembangunan itu sendiri. Kelebihan dari paradigma pembangunan alternatif, ini adalah sifatnya yang mampu menyesuaikan dengan kondisi yang ada. Artinya partisipasi masyarakat lokal menjadi pilihan utama dalam pendekatan ini (Widodo 2008).

Di Indonesia selama masa pemerintahan orde baru (1966-1998), pembangunan yang dilakasanakan diseluruh wilayah Negara Kesatuan Republik Indonesia mulai dari pusat sampai ke Provinsi, Kabupaten/Kota dan Desa, dijalankan sesuai dengan sistem perencanaan sentralistik (terpusat). Campur tangan pemerintah pusat terhadap pembangunan dan kehidupan masyarakat di daerah sangat dominan. Sistem perencanaan yang dianut adalah sistem perencanaan top down, dimana semua program-program pembangunan ditentukan oleh pemerintah pusat dan masyarakat hanya menerima saja (Nugroho, 2006).

Fenomena pelibatan dan pemberdayaan masyarakat dalam setiap wujud pembangunan adalah paradigma baru yang dibangun dan didukung oleh pemerintah dalam upaya mengoptimalkan setiap usaha implementasi pembangunan. Merujuk TAP MPR IV/MPR 2000 tentang rekomendasi kebijakan

(16)

dalam penyelanggaraan otonomi daerah, dimana salah satu kebijakan otonomi daerah diarahkan pada pencapaian, peningkatan pelayanan publik pengembangan kreatifitas masyarakat serta aparatur pemerintah daerah’ terlihat jelas pemberian kesempatan kepada masyarakat untuk berperan aktif dalam berbagai proses penyelanggaraan pembangunan wilayah masing-masing (Cities 2004:90).

Dalam rangka menghasilkan sentralisme pemerintahan yang bermuara pada pola perencanaan yang bersifat terpusat, dikelurkan Undang-Undang Nomor 22 Tahun 1999 tentang pemerintahan daerah yang dalam perkembangannya selanjutnya diganti menjadi Undang-Undang Nomor 32 Tahun 2004. Perubahan landasan yuridis ini memberikan perkembangan positif terhadap otonomi daerah di Indonesia, dari sentralisasi ke densentralisasi. Azas desentralisasi dalam pemerintahan sesuai dengan kewenangan yang diberikan, dengan tetap berada dalam koridor Negara Kesatuan Republik Indonesia. Pelaksanaan otonomi daerah dengan asaz desentralisasi diharapkan memberikan peluang yang seluas-luasnya terhadapa partisipasi masyarakat dalam membungun dearahnya.

Menurut Bratakusuma (1991 :65) bahwa paradigma pembangunan sangat dikembangkan sekarang ini adalah paradigma pemberdayaan yang berintikan partisipasi masyarakat. Masyarakat ditempatkan sebagai pelaku utama pembangunan dan pemerintah tidak sebagai provider, melainkan lebih bertindak sebagai intermediasi dan katalisator segenap kegiatan pembangunan. Artinya pemerintah seharusnya memberikan kesempatan yang lebih banyak kepada masyarakat, didalam menumbuh-kembangkan segala potensi yang dimilikinya bersama dengan lingkungannya. Dengan kata lain, bagaimana mengkondisikan

(17)

agar pembangunan menjadi bagian integral dari rakyat, sehingga mereka berperan sebagai subyek pembangunan yang dominan menentukan keberhasilan pembangunan (Kartasasmita, 1991 : 45)

Partisipasi masyarakat dalam pembangunan merupakan kebutuhan dasar seperti halnya kebutuhan sandan, pangan, papan, pendidikan, kesehatan dan transportasi (Sumardi, Evers, 1982). FAO (1991) menegaskan bahwa partisipasi masyarakat adalah hak azasi sehingga masyarakat harus diberi kesempatan berpartisipasi dalam melakukan pembangunan. Di era desentralisasi dan keterbukaan ini, sudah saatnya masyarakat Desa diberi kesempatan dan kewenangan luas dalam mengelolah pembangunan yang ada di wilayahnya. Pendekatan ini memungkinkan semua aktifitas pembangunan di Desa sepenuhnya sesuai dengan kebutuhan yang disarankan oleh masyarakat Desa dan sesuai dengan konteks setempat (baik kondisi sosial, budaya, ekonomi, dan lingkungan fisiknya).

Pemikiran pembangunan partisipatif diawali dari kesadaran bahwa kinerja sebuah prakarsa pembangunan masyarakat sangat ditentukan oleh semua pihak yang terkait dengan prakarsa tersebut. Sejak dikenalnya model perencanaan partisipatif, istilah “Stakeholders” menjadi sangat meluas dan akhirnya dianggap sebagai keistimewaan model ini. Perencanaan partisipatif berawal dari keyakinan bahwa keberhasilan program-program pembangunan ditentukan oleh komitmen semua “Stakeholders” dan komitmen ini didapat sejauh mana mereka terlibat dalam proses perencanaan program tersebut.

(18)

Seperti wilayah lainnya, di Kelurahan Andowia Kecamatan Andowia Kabupaten Konawe Utara sebagai salah satu wilayah yang terus tumbuh dan berkembang telah melaksanakan berbagai pembangunan disegala sektor seperti kesehatan, pendidikan, sarana dan prasarana, sosial, politik, kebersihan, namun masih cukup banyak implementasi yang belum dapat mencapai sasaran dan tujuan yang diharapkan oleh para perencana.

Dalam realitanya, tidak semua anggota masyarakat di kelurahan Andowia ikut berpartisipasi. Dengan berbagai macam alasan, hal ini didasari karena adanya beberapa faktor yang mempengaruhi yaitu kurangnya sosialisasi dan keacuhan antar masyarakat. Disini diperlukan upaya untuk meyakinkan masyarakat tentang partisipatif dalam pembangunan, yaitu adanya komunikasi antara pemerintah daerah dengan masyarakat atau pun sebaliknya.

Lebih lanjutnya dikatakan bahwa aspek keterlibatan partisipasi masyarakat masih minim sehingga mempengaruhi dari pembangunan yang direncanakan. Gagalnya tujuan dan sasaran pembangunan diakibatkan oleh berbagai macam faktor, baik teknis maupun non teknis yang penyebabnya juga dapat berasal dari pemerintah daerah/pemerintah Desa. Juga sebagai perencanaan pembangunan maupun masyarakat sebagai pelaku dan eksekutor pembangunan.

Kelurahan Andowia Kecamatan Andowia, merupakan salah satu Kelurahan yang ada di Kabupaten Konawe Utara. Kelurahan ini merupakan salah satu Desa/kelurahan yang belum memadai sasaran pembangunan di Kelurahan Andowia. Berdasarkan pengamatan awal penulis terlihat bahwa pelaksanaan pembangunan di Kelurahan Andowia Kabupaten Konawe Utara sudah cukup

(19)

baik. Hal ini diindikasikan dengan keadaan sarana dan prasarana yang relatif tersedia dibandingkan dengan Desa lain, dalam Kecamatan yang sama. Sebagaimana yang disajikan pada tabel berikut :

Tabel :1.1. Kondisi pembangunan kelurahan Andowia Kecamatan Andowia

Uraian Jumlah/kondisi Desa/kelurahan Andowia Desa lain Masjid Pos kamling Pasar Kios/warung/toko Sekolah SD SMP SMA/SMK Kondisi jalan 2 1 -22 2 1 -Baik 1 1 1 10 1 1 1 Rusak Jumlah 26 16

Sumber data : kontor kelurahan Andowia kecamatan Andowia dalam Angka 2015 Berdasarkan hal tersebut di atas, juga diindikasikan adanya partisipatif masyarakat untuk membangun wilayahnya termasuk dalam proses perencanaan pembangunan. Hal ini proses perencanaan pembangunan harus ada dukungan dan partisipatif dari masyarakat dalam membangun wilayahnya masing- masing.

Berdasarkan uraian di atas, maka penulis terinspirasi untuk melakukan penelitian lebih lanjut tentang “Implementasi Pembangunan Partisipatif” (Studi Kasus Kelurahan Andowia Kecamatan Andowia Kabupaten Konawe Utara)

(20)

1.2. Rumusan Masalah

Adapun rumusan masalahnya antara lain :

1. Bagaimana Implementasi Pembangunan Partisipatif di Kelurahan Andowia Kecamatan Andowia Kabupaten Konawe Utara Provinsi Sulawesi Tenggara ?

2. Faktor-faktor apa yang mempengaruhi tingkat Partisipasif Masyarakat dalam Pembangunan di Kelurahan Andowia Kecamatan Andowia Kabupaten Konawe Utara Provinsi Sulawesi Tenggara

1.3. Tujuan Penelitian

Adapun yang akan menjadi penelitian ini sebagai berikut :

a. Untuk mengetahui implementasi pembangunan partisipatif di Kelurahan Andowia Kecamatan Andowia Kabupaten Konawe Utara.

b. Untuk mengetahui faktor-faktor yang mempengaruhi tingkat partisipatif masyarakat dalam pembangunan di Kelurahan Andowia Kecamatan Andowia Kabupaten Konawe Utara

1.4. Manfaat Penelitian

1. Secara teoritis, penelitian yang akan dilakukan ini dapat dijadikan suatu bahan studi perbandingan selanjutnya dan akan menjadi sumbangsih pemikiran ilmiah dalam melangkapi kajian-kajian yang mengarah pada pengembangan ilmu pengetahuan, khususnya menyangkut masalah perencanaan pembangunan.

2. Secara praktis, hasil dari penelitian yang akan dilakukan ini yaitu dapat menjadi suatu bahan masukan bagi Pemerintah Kabupaten Konawe Utara

(21)

dalam melakukan usaha dalam meningkatkan partisipasi masyarakat diberbagai bidang, khususnya pada pembangunan di Kelurahan Andowia 1.5. Ruang Lingkup Penelitian

Mengingat keterbatasan peneliti, maka perlu untuk menetapkan ruang lingkup penelitian. Adapun ruang lingkupnya yaitu implementasi pembangunan partisipatif yang ditunjukan pada keterlibatan masyarakat.

(22)

BAB 2

TINJAUAN PUSTAKA

2.1. Implementasi

Menurut Van Meter dan Van Horn dikutip oleh Wahab (1990:51) implementasi adalah,“tindakan-tindakan yang dilakukan oleh individu- individu atau pejabat-pejabat, atau kelompok-kelompok pemerintah/swasta tercapainya tujuan-tujuan yang telah digariskan dalam keputusan keputusan kebijaksanaan.”Sedangkan Mazmanian dan Sabatier dikutip oleh Putra (2003:84) menyatakan bahwa :

“Mengkaji masalah implementasi berarti berusaha memahami apa yang nyata terjadi sesudah program diberlakukaan atau dirumuskan, yakni peristiwa-peristiwa atau kegiatan-kegiatan yang terjadi setelah proses mengesahkan kebijikan, baik yang menyangkut usaha-usaha mengadminitrasikannya maupun yang menimbulkan dampak nyata pada masyarakat atau kebijakan-kebijakan tertentu”.

Berdasarkan pandangan diatas, dapat dirumuskan bahwa proses implementasi kebijakan itu sesungguhnya tidak hanya menyangkut badan adminitrasi yang bertanggung jawab untuk melaksanakan program dan menimbulakan ketaatan pada diri kelompok sasaran, melainkan menyangkut jaringan kekuatan-kekuatan politik, ekonomi, dan sosial yang langsung atau tidak langsung dapat mempengaruhi perilaku dari semua pihak yang terlibat pada akhirnya berpengaruh pada kebijakan baik yang negatif maupun yang positif.

Setelah sebuah kebijakan publik dibuat atau dirumuskan, baik menyangkut program maupun kegiatan-kegiatan tahapan selanjutnya tindakan pelaksanaan

(23)

atau implementasi. Sebab kebijakan publik yang tidak diimplementasikan hanya menjadi sebatas kumpulan aturan-aturan pemerintah yang tidak berfungsi sama sekali.

Oleh karena itu,Wahab (1990:51) mengemukakan bahwa pelaksanaan kebijakan adalah sesuatu yang penting, bahkan jauh lebih penting dari pada pembuatan kebijakan. Sebagai mana Cheema dan Rondinelli dikutip Wibawa (1994:15) menyatakan bahwa dalam pengertian luas, implementasi maksudnya adalah pelaksanaan dan melakukan suatu program kebijaksanaan dan dijelaskan bahwa satu proses interaksi diantara dan menentukan seseorang yang diinginkan.

Pada dasarnya semua pihak baik pemerintah maupun masyarakat memiliki harapan yang sama bahwa suatu kebijakan harus berhasil dalam proses implementasinya. Keberhasilan implementasi dapat dilihat dari terjadinya kesesuaian antara pelaksanaan atau penerapan kebijakan dengan desain, tujuan, sasaran, kebijakan itu sendiri serta memberikan dampak dan hasil yang baik bagi pemecahan permasalahannya yang dihadapi serta dalam implementasinya mampu menyentuh kebutuhan kepentingan publik.

Untuk mengimplementasikan kebijakan secara rinci Caslei dan Kumar, dikutip oleh Wibawa, dkk (1994:16) menyatakan sebuah metode dengan enam langkah sebagai berikut :

1. Identifikasi masalah. Batasilah masalah yang akan dipecahkan atau dikelolah dan pisahkan masalah dari gejalah yang mendukungnya. Rumuskan sebuah hipotesis.

(24)

2. Tentukan faktor-faktor yang menjadikan adanya masalah tersebut. Kumpulan data kuantitatif maupun kualitatif yang memperkuat hipotesis; 3. Kajian hambatan dalam pembuatan keputusan. Analisis situasi politik dan

organisasi yang dahulu mempengaruhi pembuatan kebijakan. Pertimbangan berbagai variabel seperti komposisi staf, moral dan kemampuan staf, tekanan politik, kepekaan budaya, kemauan penduduk dan efektifitas manejemen.

4. Kembangkan solusi-solusi alternatif.

5. Perkirakan solusi yang paling banyak. Tentukan kriteria dengan jelas dan terapkan untuk menguji kelebihan dan kekurangan setiap solusi alternatif. 6. Pantaulah terus umpan balik dari tindakan yang telah dilakukan guna

menentukan tindakan yang perlu diambil berikutnya.

Suatu kebijakan (publik) dikatakan berhasil bila dalam implementasinya mampu menyentuh keutuhan publik. Pertanyaannya adalah ketika suatu kebijakan tidak lagi memenuhi kepentingan publik, bagaimana bisa disebut sebgai kebijakan yang berhasil? Jan Marse (wahab,1990:46-47) mengatakan bahwa,:’’implementasi kebijakan yang gagal disebabkan beberapa faktor, yaitu informasi, dimana kekurangan informasi dengan mudah mengakibatkan adanya gambaran yang kurang tepat baik kepada objek kebijakan maupun kepada para pelaksana isi kebijakan itu, isi kebijakan, dimana implementsi kebijakan dapat gagal karena masih samanya isi atau tujuan kebijakan atau ketidak tepatan atau ketidak tegasan intern ataupun ekstren kebijakan itu sendiri, dukungan, dimana implementasi kebijakan publik akan sangat sulit bila pada pelaksanaannya tidak

(25)

cukup dukungan untuk kebijakan terebut, pembagian potensi, dimana hal ini terkait dengan pembagian potensi diantaranya dengan differensiasi tugas dan wewenang.’’

2.2. Pembangunan Partisipatif 2.2.1.Perencanaan

Perencanaan berasal dari kata rencana, yang berati rancangan atau rangka sesuatu yang di kerjakan. Pengertian perencanaan memiliki banyak makna sesuai dengan pandangan masing-masing ahli dan belum terdapat batasan yang dapat diterima secara umum. Pengertian atau batasan perencanaan tersebut antara lain sebagai berikut:

1. Perencanaan adalah suatu proses mempersiapakan secara sistemmatis kegiatan-kegiatan yang di lakukan untuk mencapai suatu tujuan tertentu. Oleh karena itu pada hakekatnya terdapat pada setiap jenis usaha manusia (Khaeruddin,1992:47)

2. Perencanaan adalah keseluruhan proses pemikiran dan penetuan secara matang hal-hal yang akan dikerjakan dimasa yang akan datang dalam rangka pencapaian tujuan yang telah ditetukan siagan (Wrihatnolo dan Nugroho,2006:40)

3. Perencanaan sebagai analisis kebijakan (Planning as Policy Analysis) yaitu, merupakan tradisi yang di ilhami oleh logika-logika berfikir ilmu manajeman, adminitrasi publik, kebangkitan kembali ekonomi neoklasik, dan teknologi informasi yang disebut sibernetika (Aristo,2004)

(26)

4. Perencanaan sebagai fungsi manajeman adalah proses pengambilan keputusan dari sejumlah pilihan untuk mencapai tujuan yang di kehendaki (Kartasasmita,1994)

Perencanaan pada dasarnya adalah penetapan alternatif, yaitu menentukan bidang-bidang dan langkah perencanaan yang akan diambil dari berbagai kemungkinan bidang dan langkah yang ada, bidang dan langkah tentu saja di pandang sesuai dengan tujuan yang hendak dicapai, sumber daya yang tersedia dan mempunyai resiko yang sekecil-kecilnya. Oleh sebab itu, dalam penentuaannya timbul berbagai bentuk perencanaan yang merupakan alternatif-alternatif ditinjau dari berbagai sudut, seperti yang dijelaskan oleh Westra (Khairuddin (1992:48), antara lain:

1. Dari segi jangka waktu, perencanaan dapat dibedakan: (a) perencanaan jangka waktu pendek(1 tahun) ; dan (b) perencanaan jangka panjang (lebih dari tahun).

2. Dari segi ruang lingkupnya, perencanaan dapat dibedakan :(a) perecanaan nasional (umumnya untuk mengajar keterbelakangan suatu bangsa dalam berbagai bidang); (b) perencanaan regional (untuk menggali potensi suatu wilayah dan mengembangkan kehidupan masyarakat wilayah itu); (c) perencanaan lokal, misalnya perencanaan kota (untuk mengatur pertumbuhan kota, menerbitkan penggunaan tempat dan memindahkan corak kota) dan perencanaan desa (untuk menggali potensi suatu desa serta mengembangkan masyarakat desa tersebut).

(27)

3. Dari segi bidang kerja yang cukup,dapat dikemukakan antara lain : industrialisasi, agraraian (pertanahan), pendidikan, kesehatan, pertanian dan keamanan, dan lain sebagainya.

4. Dari segi tata jenjang organisasi dan tingkat kependudukan maneger,perencanaan dapat dibedakan : (a) perencanaan haluan; (b) perencanaan program; dan (c) perencanaan langkah.

2.2.2. perencanaan pembangunan partisipatif

Tahapan perencanaan pembangunan menurut Solihin (2006) 1. Perumusan dan penentuan tujuan

2. Pengujian atau analisis opsi atau pilihan yang tersedia

3. Pemilihan rangkain tindakan atau kegiatan untuk mencapai tujuan yang telah di tentukan dan telah di sepakati bersama. Dari ketiga tahapan perencanaan tersebut dapat di definisikan perencanaan pembangunan wilayah dan daerah sebagai berikut : suatu usaha yang sistematis dari berbagai pelaku (aktor) baik umum (publik) atau pemerintah, swasta, maupun kelompok masyarakat stakeholder lainnya pada tingkatan yang berbeda untuk menghadapi saling ketergantungan dan ketekaitan aspek fisik, ekonomi, dan aspek lingkungan lainnya.

Berdasarkan UU No. 25/200, sistem perencanaan pembangunan nasional (SPPN) adalah satu kesatuan tata cara perencanaan pembangunan untuk menghasilkan rencana-rencana pembangunan dalam jangka panjang, jangka menegah, dan tahunan yang dilaksanakan oleh penyelanggara Negara dan masyarakat ditingkat pusat dan daerah.

(28)

Definisi SPPN di atas tegas menyebutkan bahwa dalam perencanaan diisyaratkan harus memiliki unsur keterlibatan penyelanggara Negara dan partisipasi masyarakat dalam pembangunan. Partisipasi adalah keterlibatan dan pelibatan anggota masyarakat dalam pembangunan, meliputi kegiatan perencanaan, pelaksanaan (implementasi), pengawasan hingga evaluasi program/proyek pembangunan yang dikerjakan masyarakat lokal (Adisasmita,2006:38). Atau dengan kata lain pembangunan partisipatif adalah suatu proses pembangunan yang memberdayakan masyarakat mulai dari tahapan perencanaan, pelaksanaan hingga pengawasan.

Perencanaan pembangunan parisipatif merupakan upaya untuk memberdayakan potensi masyarakat dalam merencanankan pembangunan yang berkaitan dengan potensi sumber daya lokal berdasarkan kajian musyawarah, yaitu peningkatan aspirasi berupa keinginan dan kebutuhan nyata yang ada dalam masyarakat, peningkatan motivasi dan peran serta kelompok masyarakat dalam proses pembangunan, dan peningkatan rasa memiliki pada kelompok masyarakat terhadap program kegiatan yang telah di susun (Bahua, 2007)

Menurut Abe (2005) perencanaan partisipasif yang melibatkan masyarakat akan mempunyai dampak yang sangat penting dalam pembanguanan, yaitu terhindar dari terjadinya manipulasi, memberikan nilai tambah pada legitimasi rumusan perencanaan, serta meningkatankan kesadaran dan keterampilan politik masyarakat.

Konsep perencanaan partisipatif, perencanaan dengan pendekatan partisipasif atau biasa disebut sebagai participatory planing, jika dikaitkan dengan

(29)

pendapat Friedman (Sinaga,2005), sebenarnya merupakan suatu proses politik untuk memperoleh kesepakatan bersama melalui aktifitas negosiasi antara seluruh pelaku pembangunan dalam rangkah penetapan program-program pembangunan. Dalam perencanaan yang partisipasi (participatory planing), masyarakat dianggap sebagai mitra dalam perencanaan yang turut berperan serta secara aktif dalam hal penyusunan maupun implementasi rencana, karena walau bagaimana pun masyarakat merupakan stakeholder terbesar dalam penyusunan sebuah produk rencana. Zutetta (2007), sebagai cerminan lebih lanjut dari demokratisasi dan partisipasi sebagai bagian dari good govervemance maka proses perencanaan pembangunan juga melalui proses partisipatif.

Konsep perencenaan bersifat top-down yang telah menciptakan kegagalan pembangunan harus diganti dengan konsep perencanaan yang berasal dari bawah (bottom-up planing) dengan partisipasi aktif dari masyarakat (Adisasmita,2006:35).

Ada beberapa keuntungan yang dapat kita harapkan dari adanya suatu penerapan pendekatan partisipatif, yakni :

1. Masyarakat akan lebih memiliki rasa tanggung jawab yang tinggi terutama dalam hal memelihara dan menjaga apa yang telah dibangun bersama.

2. Semangat akan pembangunan lebih memaknai proses pembangunan itu sendiri secara holistik sebagai konsekuensi adanya kebersamaan di dalam membangun, baik dalam merencanakan maupun mengambil keputusan.

(30)

3. Ketidak efisienan seperti adanya program yang tumbang tindih didalam proses pembangunan dapat dihindari sehingga penghematan pada penganggaran pembangunan pun dapat di lakukan.

United Nation Development program sebagai lembaga dunia yang bergerak dalam bidang pembangunan,mengungkapkan karakteristik perencanaan partisipatif (Osborne,2005) sebagai berikut :

1. Partisipasi, setiap warga negara mempunyai suara dalam pembuatan keputusan, baik secara langsung maupun melalui badan perwakilan yang legitimate mewakili kepentingannya.

2. Peraturan hukum 3. Keterbukaan 4. Ketanggapan 5. Kesepakatan bersama 6. Bertanggung jawab 7. Keadilan

8. Efektif dan efisien

Keterlibatan masyarakat akan menjadi penjamin bagi suatu proses perencanaan pembangunan yang baik dan benar (Abe, 2005:91). Untuk mendapatkan wujud dari partisipasi masyarakat agar dapat berdaya, sangat di butuhkan kebebasan, kesepakatan dan ruang gerak yang tersusun dalam empat tingkatan, sebagai mana diungkapkan oleh Kramer- yang di kutip dalam (Arif,2006:150),yakni :

(31)

1). Partisipasi akan mengandung arti keterlibatan dalam proses pengambilan keputusan kebijakan pembangunan

2). Partisipasi hendaknya mengarah pada pembangunan program penduduk yang ditempatkan sebagai konsumen utama dari program-program infrastruktur fisik daerah.

3). Partisipasi yang menetapakan masyarakat sebagai komsumen perlu memperoleh stimulant dan dukungan sebagai reaksi terhadap birokrasi pembangunan yang kurang memiliki kepekaan terhadap kepentingan masyarakat.

4). Partisipasi diadakan dalam rangka keadilan nilai dan dalam rangka terjadinya kelonggaran memperoleh produktif pekerjaan bagi seluruh lapisan masyarakat.

Pada dasarnya partisipasi itu dilandasi dengan adanya pengertian bersama dan adanya pengertian tersebut adalah karena di antaranya orang-orang itu saling berkomunikasi dan berinteraksi sesamanya. Dalam menggalan peran serta semua pihak itu di perlukan : (1) terciptanya suasana yang bebas atau demokrasi; (2) terbinanya kebersamaan. Partisipasi masyarakat dalam pembangunan adalah sebagai ikut sertanya masyarakat dalam pembangunan, ikut dalam kegiatan-kegiatan pembangunan, dan ikut serta dalam memafaatkan dan menikmati hasil-hasil pembangunan. Gaventa dan Valderama (1999) dalam Arsito (2004) mencatat ada tiga tradisi konsep partisipasi terutama bila dikaitkan dengan pembangunan masyarakat yang demokratis yaitu :

(32)

1. Partisipasi politik, political participation lebih berorientasi pada “mempengaruhi dan mendudukkan wakil-wakil rakyat” dalam lembaga pemerintahan ketimbang partisipasi aktif dalam proses-proses kepemerintahan itu sendiri.

2. Partisipasi sosial, social participation partisipasi ditempatkan sebagai keterlibatan masyarakat terutama yang dipandang sebagai benerficiary atau pihak diluar proses pembangunan dari evaluasi keputusan dalam semua tahapan siklus proyek pembangunan dari evaluasi kebutuhan sampai penilaian, implementasi, pemantauan dan evaluasi.

3. Partisipasi warga, citizen participation/citizenship menentukan pada partisipasi langsung warga dalam pengambilan keputusan pada lembaga dan proses kepemerintahan. Partisipasi warga telah mengalihkan konsep partisipasi dari sekedar kepedulian terhadap “penerima derma atau kaum tersisih “ menuju ke suatu kepedulian dengan berbagai bentuk keikutsertaan warga dalam pembuatan kebijakan dan pengambilan keputusan diberbagai gelanggan kunci yang mempengaruhi kehidupan mereka.

Adapun aspek yang menjadi sorotan dalam pelaksanaan perencanaan pembangunan partisipatif menurut Muslim (2006 :135).

a. Pembangunan masyarakat terhadap perencanaan partisipasi dalam pembangunan. Pemahaman terhadap perencanaan partisipasif akan menimbulkan kesadaran masyarakat terhadap pentingnya partisipasi masyarakat.

(33)

b. Pelibatan masyarakat dalam musyawarah perencanaan pembangunan. Pemberdayaan partisipasi masyarakat merupakan alat ampuh dalam menentukan arah dan kebijakan pembangunan pada masa-masa mendatang, keterlibatan ini akan memberikan dampak yang positif terhadap keputusan dan kebijakan yang diambil atau yang akan di implementasikan, karena dapat membangun sinergi pemerintah dan masyarakat itu sendiri.

c. Kesesuaian rencana kerja pembangunan Desa dengan kebutuhan masyarakat setempat. Di dalam pelaksanaan pembangunan,kesesuaian antara di laksanakan merupakan suatu hal yang harus di perhatikan demi terwujudnya pembangunan partisipatif.

d. Tingkat partisipasi masyarakat dalam perencanaan pembangunan desa. Dalam pembangunan desa, partisipasi atau keterlibatan masyarakat sangat dibutuhkan untuk terselanggaranya pembangunan.

2.3. Pembangunan Desa

Menurut UU No.32 Tahun 2004 Tentang Pemerintah Daerah,desa atau yang disebut dengan nama lain, selanjutnya disebut Desa adalah kesatuan masyarakat hukum yang memiliki batas-batas wilayah yang berwenang untuk mengatur kepentingan masyarakat setempat, berdasarkan asal usul dan adat istiadat setempat yang diakui dan dihormati dalam sistem pemerintahan Negara Kesatuan Republik Indonesia. Sedangkan menurut SutarjoKartodikusumo sebagai mana dikutip oleh Ahmadi (2003:241) menjelaskan definisi desa sebagai suatu

(34)

kesatuan hukum dimana bertempat tinggal suatu masyarakat pemerintahan tersendiri.

Dalam pasal 20 UU No.32 Tahun 2004, Pemerintahan Desa terdiri atas pemerintahan Desa dan badan musyawarah Desa. Pemerintah Desa terdiri atas Kepala Desa dan perangkat Desa, dimana perangkat Desa adalah sekertaris Desa dan perangkat Desa lainnya (pasal 209)

Desa berdasarkan peraturan pemerintah No.27 Tahun 2005 adalah desa,selanjutnya disebut adalah kesatuan masyarakat hukum memiliki batas-batas wilayah yurisdiksi, berwenang untuk mengurus dan mengatur kepentingan masyarakat setampat berdasarkan asala usul dan adat istiadat setempat yang diakui dan dibentuk dalam sistem pemerintah nasional dimana berada di kabupaten atau kota, sebagai mana di maksud dalam UUD 1945, pada pasal 2 aytat (1) dikatakan bahwa Desa dibentuk atas prakarsa masyarakat dengan memperhatikan asal usul Desa dan kondisi sosial budaya masyarakat setempat. Pada ayat (2) tertulis bahwa pembentukan Desa harus memenuhi syarat-syarat sebagai berikut :

a. Jumlah penduduk b. Luas wilayah

c. Bagian wilayah kerja d. Perangkat, dan

e. Sarana dan prasaran pemerintah.

Desa memegang peranan penting yang sangat penting dalam proses implementasi kebijakan pembangunan, sebab Desa merupakan srtuktur

(35)

pemerintah terendah dari sistem pemerintah Indonesia. Segala jenis kebijakan pembangunan nasional pasti bermuarah pada pembangunan Desa. Dengan semangat desentralisasi masyarakat harus diberikan ruang untuk ambil bagian dalam skema perencanaan. Sebab disadari atau tidak bahwa pembangunan Desa telah banyak di lakukan sejak dari dahulu hingga sekarang, tetapi hasilnya belum merumuskan terhadap peningkatan kesejahtraan masyarakat pedesaan.

Agar pembanguna di Desa dapat menyentuh seluruh lapisan masyarakat maka harus di terapkan prinsip-prinsip pembangunan, sarana pembangunan dan ruang lingkup pengembangannya. Berikut penjelasan mengenai ketiga unsur tersebut menurut Adisasmita (2006 :18-20) :

1) Pembangunan pedesaan seharusnya merupakan prinsip transparansi (keterbukaan), partisipatif dapat dinikmati masyarakat, dapat di pertanggung jawabkan (akuntabilitas), dan keterlanjutan (sustainable). 2) Sarana pembangunan pedesaan, yaitu untuk peningkatakan produksi dan

produktifitas, percepatan pertumbuhan Desa, peningkatan keterampilan dalam berproduksi dan pengembangan lapangan kerja dan lapangan usaha produktif, peningkatan prakarsa dan partisipasi masyaraka dan serta penguatan kelembagaan.

3) Pengembangan pedesaan yang mempunyai ruang lingkup pembangunan sarana dan prasarana pedesaan (meliputi pengairan,jaringan jalan, lingkungan pemukiman dan lainnya), pemberdayaan masyarakat, pengelolaan Sumber Daya Alam (SDA) dan Sumber Daya Manusia (SDM), penciptaan lapangan kerja,kesempatan berusaha, peningkatan

(36)

pendapatan (khususnya terhadap kawasan miskin) dan penataan keterkaitan antara kawasan pedesaan dan kawasan perkotaan (interrural-urban relationship).

Habatan–habatan dalam melakukan pembangunan Desa menurut Buterfiled dalam Ndraha,1982:91 adalah :

a. Perbedaan presepsi. Perencanaan pembangunan sering tidak tepat dalam menanggapi antara apa yang pemerintah programkan dengan apa yang benar–benar dibutuhkan masyarakat pedesaan. Sehingga terjadi permasalahan dalam pembangunan Desa, karena masyarakat Desa memiliki persepsi yang buruk terhadap pembangunan yang di lakukan di desanya.

b. Kesukaran memilih model yang tepat. Mungkin sekali kesulitan ini muncul karena masyarakat pedesaan itu pada umumnya tertutup dan masih binggung dalam menerima hal-hal baru, sehingga pemerintah pun jadi binggung dalam menentukan model pembangunan apa yang sebaiknya bagi masyarakat pedesaan.

c. Lambat sekali kelihatan hasilnya, sehingga pemerintah sering kurang sabar dalam menangani usaha pembangunan Desa.

d. Persoalan praktis. Hambatan ini muncul bila hal-hal dalam tahap pelaksanaannya membuat pembangunan Desa terhambat, misalnya saja kurangnya teknologi, kurangnya pengelolah dan sebagainya.

Memperhatikan kekurangan dan kegagalan perencanaan pembangunan di Desa pada masa lalu, maka perlu dilakukan penyempurnaan terhadap pendekatan

(37)

pembangun Desa atau pedesaan yang sesuai sengan kompleksitas pembangunan serta aspirasi masyarakat. Sehubungan dengan tersebut, kita akan melihat nantinya apakah ada atau tidak hambatan/kekurangan/kegagalan pembangunan Desa pada hasil implementasi program perencanaan partisipatif di kelurahan Andowia Kecamatan Andowia Kabupaten Konawe Utara Provinsi Sulawesi Tenggara. Sehingga nantinya kita akan dapat melihat apakah pemerintah daerah telah mengimplementasikan program pembagunan tersebut yang selaras dengan pelaksanaan otonomi daerah, dimana aspirasi, pendapat dan pandagan masyarakat sangat diutamakan dalam pembangunan daerah terutama di Desa.

2.4. Faktor-Faktor Yang Mempengaruhi Tingkat Partisipasi Masyarakat Dalam Pembangunan

Dalam menumbuhkan semangat untuk melakukan partisipasi peran serta masyarakat dalam kegiatan pembangunan. Dibutuhkan dukungan yang kuat dari masyarakat dan pemerintah daerah, oleh karena itu keseluruhan unsur tersebut terlibat secara langsung dalam pencapaian tujuan dan keberadaan perencanaan pembangunan itu sendiri.

Adupun faktor pendorong partisipasi masyarakat dalam pembangunan menurut Santoso Sastropoetro (1998 :23) yaitu:

2.4.1. Faktor Pendukung a. faktor kesadaran / kemauan

Keikutsertaan dalam suatu kegiatan pembangunan bukan timbul begitu saja akan tetapi karena adanya yang mendorongnya untuk partisipasi. Salah satu diantaranya adalah faktor kesadaran masyarakat itu sendiri.

(38)

b. Adanya partisipasi masyarakat

Partisipasi yang didorong oleh solidaritas yang tinggi diantara sesama anggota masyarakat, apalagi yang memulai adalah pemimpin mereka. Sehingga keikutsertaan mereka bukan karena dorongan hati nurani sendiri, tetapi merupakan perwujudan kebersamaan saja, yang sudah merupakan kondisi sosial budaya masyarakat khususnya masyarakat pedesaan.

c. Adanya dukungan pemerintah daerah dan masyarakat

Pemerintah selaku pengembang amanat rakyat untuk membangun memanglah harus berperan, terutama pemerintah daerah. dalam hal ini pemerintah camat, mereka diharapkan mampu mendorongan masyarakat untuk berpartisipasi dalam pembangunan Desa. Mendatangi masyarakat untuk menghimbau dan usaha lainnya.

Dukungan dari masyarakat, baik dari tokoh masyarakat maupun warga secara umum. Partisipasi tokoh masyarakat turut membantu dalam mengawasi dan memberikan arahan kepada masyarakat yang kurang memahami tentang pembangunan Desa serta berperan sebagai kontrol sosial ditengah masyarakat.

2.4.2. Faktor penghambat

Upaya mencapai tujuan dari suatu kelompok atau organisasi baik yang bersifat normal maupun bersifat informal, maka yang menjadi faktor pertimbangan pokok adalah tujuan yang ingin dicapai, apabila tujuan pendirian organisasi itu belum tercapai atau sangat sulit dicapai itulah yang menjadi hambatan.

(39)

Adapun faktor penghambat partisipasi masyarakat dalam pembangunan menurut Santoso Sastropoetro (1998:23) yaitu:

a. Rendahnya kualitas pendidikan

Sarana pendidikan masyarakat di Desa cenderung rendah. Masyarakat di Desa umumnya hanya berpendidikan SD, SMP dan SMA. Hal ini disebabkan karena masyarakat belum mengetahui seberapa besar pentingnya pendidikan untuk dirinya. Apabilah setelah menyelesaikan pendidikan hingga SMA atau lebih buruk hanya sampai SD saja orang tua akan menikahkan anak-anaknya sehingga masa depan pendidikan generasi penurus bangsa menjadi terputus. Dan hal ini menyebabkan mereka hanya bergelut pada lingkar kemiskinan karena minimnya pendidikan, rendahnya pendidikan ini juga menjadi akar permasalahan bahwa kurangnya inisiatif masyarakat dalam menghadapi masalah-masalah dalam kehidupan mereka.

Meraka hanya memikirkan bagaimana caranya agar tetap mempertahankan hidup tanpa memikirkan bagaimana nasib generasi penurus bangsa di masa yang akan mendatang. Karena minimnya pendidikan masyarakat hal ini menyebabkan dari seluruh penduduk Desa hampir 95% penduduk bermata pencarian sebagai petani. Selain itu masalah rendahnya pendidikan juga menjadikan kendala dalam penerapan inovasi yang dilakukan oleh penyuluhan. Oleh karena itu masyarakat harus diingatkan kesadaran akan pentingnya pendidikan dengan memperbaiki sarana pendidikan. Mengadakan penyuluhan pendidikan terhadap masyarakat agar tercipta generasi penurus

(40)

yang memiliki pengetahuan sehingga dapat meningkatkan kualitas sumber daya manusia dan meningkatkan kesejahteraan masyarakat.

b. Tingkat pendapatan yang rendah

Produktivitas yang sangat rendah mengakibatkan rendahnya pendapatan riil. Pendapatan yang rendah mengakibatkan low saving, dan low invesment, dan rendahnya pembentukan modal. Pendapatan yang rendah mengakibatkan tabungan rendah pula. Tabungan yang rendah akan melemahkan pembentukan modal yang akhirnya kekurangan modal, masyarakat terbelakang, kekayaan alam belum dapat diolah, dan seterusnya sehingga merupakan lingkungan yang tidak berujung pangkal.

c. Terbatasnya lapangan pekerjaan di pedesaan

Indonesia sebagai negara agraris sampai saat ini dapat dilihat dari besarnya jumlah penduduk yang masih mengandalkan penghasilanya serta menggantungkan harapan hidupnya pada sektor pertanian. Dominasi sektor pertanian sebagai mata pencariaan penduduk dapat terlihat nyata di daerah pedesaan. Sampai saat ini lapangan kerja yang tersedia di daerah pedesaan masih didominasi oleh sektor pertanian usaha bidang pertanian.

Kegiatan usaha ekonomi produktif di daerah pedesaan masih sangat terbatas ragam dan jumlahnya, yang cenderung terpaku pada bidang pertanian (agribisnis). Aktivitas dan mata pencarian utama masyarakat di daerah pedesaan adalah usaha pengelolaan sumber daya alam yang secara langsung atau tidak langsung ada kaitannya dengan pertanian. Bahkan berarti lapangan

(41)

kerja di luar sektor pertanian tidak ada, akan tetapi masih sangat terbatas Peluang.

2.5. Kajian Emprik

Penelitian terdahulu merupakan Penelitian-penelitian yang telah dilakukan mengenai topik yang hampir sama dengan penelitian ini, penelitian terdahulu yang telah dilakukan antara lain:

Penelitian Fauzan, Ali (2010) dengan judul Implementasi Peraturan Pemerintah Nomor 72 Tahun 2005 Tentang Desa Terkait Dengan Peran Badan Permusyawaratan Desa Dalam Penyusunan dan Penetapan Peraturan Desa di Kecamatan Wanasari Kabupaten Brebes. Hasil penelitian menunjukan bahwa pembuatan Peraturan Desa sudah dilakukan melalui tahapan-tahapan yang benar dan telah sesuai dengan Undang-Undang Nomor 10 Tahun 2004 juncto Peraturan Pemerintah No 72 Tahun 2005 Tentang Desa juncto Peraturan Mendagri No 29 Tahun 2006 tentang Pedoman Pembentukan dan Mekanisme Penyusunan Peraturan Desa, yakni melalui tahap inisiasi, sosio-politis dan yuridis. Simpulan dari hasil penelitian di atas adalah BPD dalam melaksanakan fungsi legislasi yaitu proses pembuatan Peraturan Desa telah sesuai dengan Peraturan Perundang-undangan yang ada namun fungsi legislasi BPD belum dapat berjalan secara maksimal, hal ini ditunjukan dengan kurang komprehensipnya BPD di Kecamatan Wanasari dalam membingkai peraturan-peraturan desa yang masih bersifat konvensional atau kebiasaan kedalam bentuk peraturan tidak tertulis. Adapun Langkah-langkah yang dilakukan untuk mengatasi kendala yakni secara Intern dan Ekstern. Sehingga saran yang diajukan dalam Tesisi ini ialah perlu adanya

(42)

perhatian khusus dari Pemerintah daerah serta perlu diadakanya pelatihan cara menyusun dan merancang Perdes bagi Pemerintah Desa.

“Faktor-faktor yang mempengaruhi partisipasi masyarakat dalam membayar Pajak Bumi dan Bangunan, oleh Lies Kumara Dewi, Univesitas Lampung”mengindikasikan bahwa Lurah memiliki peranan yang begitu penting dalam mempengaruhi partisipasi masyarakat. Didalamnya juga tertuang selain kepemimpinan lurah, juga tertera faktor motivasi Lurah, kondisi sarana dan prasarana yang diberikan Lurah, kondisi insentif yang diberikan Lurah dalam mempengaruhi tingkat partisipasi masyarakat yang dalam penelitian ini tertuju padapembayaran Pajak Bumi dan Bangunan.

Penelitian selanjutnya yang dituangkan dalam sebuah jurnal dengan judul “Faktor-faktor yang mempengaruhi partisipasi masyarakat dalam perencanaan pembangunan di Desa Banjaran” menyebutkan bahwa terdapat beberapa faktor yang mampu mempengaruhi tingkat partisipasi masyarakat dalam pembangunan diantaranya adalah:

1. Faktor Usia 2. Faktor Pendidikan 3. Faktor Jenis Pekerjaan 4. Faktor Tingkat Penghasilan

5. Faktor Lamanya tinggal di desa tersebut 6. Faktor tingkat komunikasi

(43)

Faktor-faktor tersebut mampu dijelaskan dalam beberapa hipotesis penelitian yang telah di uji kebenarannya dalam penelitian tersebut. Oleh karena itu penelitian ini merupakan pengembangan spesifikasi dari kedua penelitian yang telah dipaparkan diatas, khususnya berkaitan dengan Kepemimpinan Lurah terhadap tingkat partisipasi masyarakat.

2.6. Kerangka Pemikiran

Sejak dikeluarkannya berbagai instrument hukum berupa peraturan perundang-undang (UU) atau peraturan pemerintah (PP) di tahun 1999 yang membuka lebar ruang bagi masyarakat untuk partisipasi dalam pembuatan kebijakan publik dan monitoring pembangunan. Undang-Undang Nomor 32 Tahun 2004 tentang pemerintahan daerah, secara substantif menempatkan partisipasi masyarakat sebagai instrument yang sangat penting dalam sistem pemerintahan daerah guna mempercepat terwujudnya kesejahteraan sosial, menciptakan rasa memiliki pemerintahan, menjamin keterbukaan, akuntabilitas dan kepentingan umum, mendapatkan aspirasi masyarakat, dan sebagai wahana untuk agregasi kepentingan dan mobilisasi dana. Selain Undang-Undang Nomor 32 Tahun 2004, berbagai peraturan yang secara sektoral memberikan ruang bagi masyarakat untuk berpartisipasi, diantaranya Undang-Undang Nomor 25 Tahun 2004 tentang Sistem Perencanaan Pembangunan Nasional (SPPN), Undang-Undang Nomor 7 Tahun 2004 tentang Sumber Daya Air, Undang-Undang-Undang-Undang Nomor 20 Tahun 2003 tentang Sistem Pendidikan Nasional, Undang-Undang Nomor 23 Tahun 1992 tentang Kesehatan, Undang-Undang Nomor 24 Tahun 1992 tentang Penataan Ruang, Undang-Undang Nomor 41 Tahun 1999 tentang Kehutanan, dan

(44)

masih banyak lagi peraturan yang secara sektoral mengatur partisipasi masyarakat. Semua peraturan tersebut pada intinya memberikan ruang yang sangat luas bagimasyarakat untuk berpartisipasi dalam menentukan kebijakan dan implementasinya. Semestinya, proses pembangunan sejak awal mulai dari tahap perencanaan, pelaksanaan, dan evaluasi harus melibatkan masyarakat, sehingga melahirkan sebuah pembangunan yang adil, merata dan demokratis. Pembangunan yang demokratis menawarkan dan menjunjung tinggi pentingnya keterbukaan dan keterlibatan masyarakat dalam menentukan arah kebijakan pembangunan. Melalui cara partisipatif seperti itu, maka akan melahirkan suatu keputusan bersama yang adil dari pemerintah untuk rakyatnya, sehingga akan mendorong munculnya kepercayaan publik (masyarakat) terhadap pemerintahan yang sedang berjalan. Keputusan pemerintah yang mencerminkan keputusan rakyat yang akan mendorong terjadinya suatu sinergi antara masyarakat dan pemerintah. Untuk lebih memudahkan mengetahui bagaimana partisipasi masyarakat dalam proses pembangunan, maka digunakan konsep partisipasi di mana konsep partisipasi memusatkan perhatian pada partisipasi masyarakat dalam proses pembangunan, sehingga menghasilkan produk-produk pembangunan yang sesuai dengan harapan masyarakat sesuai dengan yang telah di kemukakan oleh Davis dalam Sastropoetro (1988:16).

Adapun kerangka pikir partisipasi dalam pembangunan secara konseptual dapat disajikan dalam bentuk bagan seperti di bawah ini :

(45)

Kerangka Pikir

Gambar 2.1. Skema Kerangka Pikir Pembangunan Desa

Faktor-faktor yang mempengaruhi partisipasi masyarakat dalam pembangunan:

1.Faktor pendukung a. Faktor kesedaran

b. Adanya partisipasi masyarakat

c. Adanya dukungan dari pemerintah daerah dan masyarakat

2. Faktor penghambat

a. Rendahnya kualitas pendidikan b. Tingkat pendapatan rendah

c. Terbatasnya lapangan kerja dipedesaan Partisipasi masyarakat dalam Pembangunan : - Perencanaan - Pelaksanaan - Pengawasan - Evaluasi

(46)

BAB 3

METODE PENELITIAN

3.1.Lokasi Peneilitan

Penelitian ini telah dilaksanakan di Kelurahan Andowia Kecamatan Andowia Kabupaten Konawe Utara Propinsi Sulawesi Tenggara. Penetapan lokasi tersebut didasarkan atas dasar pertimbangan bahwa partisipasi masyarakat di Desa ini sebagai selaku peneriman manfaat masih sangat lemah, hasil forum kordinasi di tingkat Desa atau Kelurahan kadang tidak direspon oleh pemerintah yang tinggi.

3.2 Informan Penelitian

Metode yang digunakan dalam penelitian ini adalah metode penelitian deskriptif kualitatif, sehingga ini membutuhkan informasi kunci dan informasi pelengkap. Hal ini dibutuhkan untuk mendapatkan informasi yang lebih jelas mengenai masalah penelitian yang sedang dibahas. Dalam hal ini penulis menggunakan metode purposive sampling. Purposive sampling adalah pengambilan sampel yang disengaja. Dengan demikian berdasarkan pertimbangan tersebut maka informan kunci disini(key informan), yaitu kepala Desa, dan tokoh masyarakat. Adapun informan pelengkap yaitu masyarakat yang terlibat dalam pembangunan partisipatif. Dengan demikian informan yang dibutuhkan dalam penelitian ini sebanyak 22 orang.

(47)

3.3. Jenis Dan Sumber Data

Jenis data yang digunakan dalam penelitian ini adalah :

a. Data primer yaitu data yang diperoleh secara langsung dari penelitian melalui wawancara dengan informan yang berkaitan dengan masalah penelitian, dan juga melalui observasi atau pengamatan langsung terhadap objek penelitian.

b. Data sekunder yaitu data yang diperoleh baik dalam bentuk angka maupun uraian. Dalam penelitain tersebut data kuantitatif, data-data kuantatitif yang diperlukan antara lain: literatur yang relevan dengan judul penelitian, 3.4. Teknik Pengumpulan Data

a. Observasi, yaitu cara mengumpulkan data yang berdasarkan atas tinjauan dan pengamatan penelitian secara langsung terhadap aspek-aspek yang terkait dengan pembangunan partisipatif dalam mewujudkan kesejahteraan penduduk Desa.

b. Wawancara, yaitu melakukan tanya jawab secara langsung pada informan yang telah dipilih dalam hal pengumpulan informasi yang akurat.

c. Dokumentasi, yaitu data-data pendukung yang dibutuhkan dalam penulisan ini berupa kemajuan pembangunan.

3.4. Teknik Analisis Data

Teknik analisis data yang digunakan dalam penelitian ini adalah teknik analisis data deskriptif kualitatif di mana jenis data yang berbentuk informasi baik lisan maupun tulisan. Data dikelompokkan agar lebih mudah dalam menyaring

(48)

mana data yang dibutuhkan dan mana yang tidak. Untuk menganalisa berbagai fenomena dilapangan, langkah-langkah yang dilakukan adalah sebagai berikut:

1. Pengumpulan informasi melalui wawancara, observasi langsung dan dokumentasi;

2. kesimpulan yang dilakukan secara cermat dengan melakukan verifiksi berupa tinjauan ulang pada catatan-catatan lapangan, sehingga data-data yang ada teruji validitasnya. Hasil wawancra pada informan kunci akan diuji validitasnya melalui triangulation, dari ketiga bentuk triangulation yaitu : triangulation sumber, triangulation waktu, triangulation tehnik. Sebagaimana pada gambar dibawah :

Triangulation Pemerintah Desa

Tokoh Masyarakat Masyarakat yang teribat pembangunan partisipasif 3.7 Definisi Operasional

1. Partisipasi masyarakat dalam pembangunan adalah keikutsertaan warga masyarakat dalam pelaksanaan pembangunan, baik dalam perencanaan pembangunan, pelaksanaan pembangunan, pengawasan, maupun dalam mengevaluasi hasil-hasil pembangunan.

(49)

a. Partisipasi dalam perencanaan yaitu partisipasi masyarakat dalam mengikuti pertemuan rapat, memberikan ide-ide serta memberikan saran-saran dalam kegiatan proses perencanaan yang akan dilaksanakan.

b. Partisipasi dalam pelaksanaan pembangunan yaitu partisipasi masyarakat dalam kegiatan program pembangunan yang dilaksanakan. c. Partisipasi dalam pengawasan yaitu partisipasi masyarakat dalam

mengawasi suatu kegiatan pembangunan yang telah direncanakan. d. Partisipasi dalam evaluasi yaitu partisipasi masyarakat yang aktif

dalam mengevaluasi hasil pembangunan.

3. Faktor-faktor yang mempengaruhi partisipasi masyarakat dalam pembangunan :

1. Faktor pendukung :

a. faktor kesadaran / kemauan : Keikutsertaan dalam suatu kegiatan pembangunan bukan timbul begitu saja akan tetapi karena adanya yang mendorongnya untuk partisipasi. Salah satu diantaranya adalah faktor kesadaran masyarakat itu sendiri.

b. Adanya partisipasi masyarakat : Partisipasi yang didorong oleh solidaritas yang tinggi diantara sesama anggota masyarakat, apalagi yang memulai adalah pemimpin mereka.

c. Adanya dukungan pemerintah daerah dan masyarakat : Pemerintah selaku pengembang amanat rakyat untuk membangun memanglah harus berperan, terutama pemerintah daerah.

(50)

2. Faktor penghambat :

a. Rendahnya kualitas pendidikan : Sarana pendidikan masyarakat di Desa cenderung rendah. Masyarakat di Desa umumnya hanya berpendidikan SD, SMP dan SMA. Hal ini disebabkan karena masyarakat belum mengetahui seberapa besar pentingnya pendidikan untuk dirinya.

b. Tingkat pendapatan yang rendah : Produktivitas yang sangat rendah mengakibatkan rendahnya pendapatan riil.

c. Terbatasnya lapangan pekerjaan di pedesaan : Indonesia sebagai negara agraris sampai saat ini dapat dilihat dari besarnya jumlah penduduk yang masih mengandalkan penghasilanya serta menggantungkan harapan hidupnya pada sektor pertanian.

(51)

BAB 4

HASIL DAN PEMBAHASAN

4.1. Letak Geografis

Wilayah Kelurahan Andowia merupakan salah satu bagian wilayah pedesaan yang ada di Kecamatan Andowia Kabupaten Konawe Utara Propinsi Sulawesi Tenggara yang memiliki jumlah penduduk sebanyak 882 jiwa, dengan jumlah laki-laki sebanyak 452 jiwa dan perempuan sebanyak 430 jiwa dengan jumlah 225 KK.

4.1.2. Batas Wilayah Kelurahan Andowia

Kelurahan Andowia luas wilayah sekitar 9,000 Ha, dengan batas-batas wilayah sebagai berikut :

• Sebelah Utara berbatasan dengan Desa Laronanga • Sebelah Timur berbatasan dengan Desa Mandiodo

• Sebelah Selatan berbatasan dengan Desa Kec. Abuki Kab. Konawe • Sebelah Barat berbatasan dengan Desa Larobende

4.1.3. Keadaan Demografi

1. Komposisi Penduduk Kelurahan Andowia Menurut Usia

Ditinjau dari segi umur, penduduk Kelurahan Andowia memiliki tingkat umur yang cukup bervariasi. Untuk lebih jelasnya disajikan pada tabel 1.

(52)

Tabel.1. Komposisi Penduduk Kelurahan Andowia Menurut Umur No Umur (Tahun) Jumlah / jiwa Prensentase (%)

1 00 – 05 102 11,37% 2 06 – 14 153 17,05% 3 15 – 29 273 30,45% 4 30 -45 250 27,87% 5 46 – 59 77 8,58% 6 60 – keatas 42 4,68% Jumlah 897 100%

Sumber Data : Kantor Kelurahan Andowia Tahun 2015

Dari data pada tabel 1. Di atas dapat diketahui bahwa usia produktif yang berusia (15-29) tahun berjumlah 273 jiwa yang terdiri atas laki-laki dan perempuan (30,45%) yang dapat berpartisipasi dalam pembangunan sedangkan selebihnya belum atau termasuk kategori usia produktif karena masih relatif muda/ anak-anak dan lanjut usia.

2. Jumlah Penduduk Menurut Tingkat Pendidikan

Berikut ini adalah jumlah penduduk Kelurahan Andowia yang ditinjau dari segi pendidikannya.

Tabel.2. Jumlah Penduduk Kelurahan Andowia Menurut Tingakat Pendidikan

No Jenis pendidikan Jumlah / jiwa Persentase (%)

1 SD 171 29,64% 2 SMP 143 24,79% 3 SMA 118 20,45% 4 Diploma I/II/III 12 2,07% 5 S1 118 20,45% 6 S2 15 2,60% Jumlah 577 100%

Sumber Data : Kantor Kelurahan Andowia Tahun 2015

Berdasarkan pada data tabel 2. Di atas, menjelaskan bahwa penduduk yang berada di Kelurahan Andowia berpendidikan sekolah/tidak tamat sekolah SD

(53)

yaitu 171 jwa (29,64%) kemudian disusul dengan penduduk yang berpendidikan tamat SMA/sederajat berjumlah 118 (20,45%).

3. Jumlah Penduduk Menurut Mata Pencarian

Mata pencarian merupakan unsur penting dalam menunjang kehidupan ekonomi manusia karena dengan mata pencarian tersebut manusia dapat memenuhi kebutuhan hidupnya. Jenis mata pencarian suatu wilayah tergantung dari potensi alam, tingkat pendidikan serta keterampilan yang dimiliki oleh masing-masing masyarakat tersebut. Mata pencarian masyarakat Kelurahan Andowia sangat bervariasi namun didominasi oleh karyawan perusahaan dan pekerja lepas (buruh tidak tetap), disamping itu masyarakat Kelurahan Andowia juga mempunyai mata pencarian sebagai PNS, TNI/POLRI, Petani, Pedagang, Montir, Dan wiraswasta. Untuk lebih jelasnya jumlah penduduk Kelurahan Andowia disajikan pada tabel.3 berikut:

Tabel.3. Jumlah Penduduk Menurut Mata Pencarian di Kelurahan Andowia

No Jenis Mata Pencarian Jumlah / jiwa Peresentase (%)

1 PNS 94 32,30% 2 TNI/POLRI 4 1,37% 3 Karyawan/buruh 84 28,87% 4 Petani 68 23,36% 5 Pedagang 18 6,18% 6 Montir 8 2,74% 7 Wiraswasta 15 5,15% Jumlah 291 100%

Sumber Data : Kantor Kelurahan Andowia Tahun 2015

Berdasarkan tabel 3 di atas menjelaskan bahwa jumlah penduduk menurut mata pencaharian seperti yang terdapat pada tabel di atas, memberikan gambaran tentang jumlah penduduk berdasarkan mata pencaharian mereka. Hal tersebut

(54)

memberikan gambaran bahwa pada masyarakat Kelurahan Andowia terlihat penduduk yang sebagai PNS adalah merupakan menduduki pada jumlah terbesar jika dibandingkan dengan mata pencaharian penduduk pada sektor lainnya, yang mana TNI/POLRI berjumlah 4 orang dengan persentase 1,37%, sedangkan karyawan/buruh berjumlah 84 orang dengan persentase 28,78%, sedangkan petani sebanyak 68 orang dengan persentase 23,36%, sedangkan pedagang berjumlah 18 orang dengan persentase 6,18%, sedangkan montir berjumlah 8 orang dengan persentase 2,74%, sedangkan wiraswasta 15 orang dengan persentase 5,15%.

4. Berdasarkan Agama dan Kepercayaan Masyarakat

Setiap mahluk sosial selalu memerlukan suatu tuntunan hidup yang berupa agama/kepercayaan. Dari hasil pantauan di masyarakat dan wawancara dengan berbagai tokoh masyarakat yang ada di Kelurahan Andowia menjelaskan bahwa mayoritas masyarakatnya 99% beragama Islam. Sedangkan yang beragama Kristen hanya 1 orang saja, dengan kata lain seluruh penduduk yang berdomisili di Kelurahan Andowia kebanyakan adalah Umat Islam.

4.2. Karekteristik Informan

Dalam karakteristik informan ini akan dijelaskan data mengenai identitas informan yang terdiri atas usia, dan tingkat pendidikan serta jenis pekerjaannya :

a. Data tentang usia informan

Usia masyarakat yang menjadi informan dalam penelitian ini berkisar antara 18-53 ke atas. Penulis usia informan antara 17 sampai 35 tahun keatas kareana pada usia 17 tahun keatas dianggap sebagai masa produktif dan sudah memiliki hak suara dalam pemilihan-pemilihan umum atau sudah dianggap

(55)

sebagai usia yang cukup lebih jelasnya tabel dibawah ini menyajikan data tentang usia informan.

Tabel.4. Data Informan Berdasarkan Usia

NO Usia Jumlah/jiwa Persentase (%)

1 17- 23 tahun 2 9,09 2 24 – 29 tahun 3 13.63 3 30 – 35 tahun 4 18.18 4 36 -41 tahun 7 31.81 5 42 – 47 tahun 5 22.72 6 45 – 53 tahun 1 4.55 Jumlah 22 100

Sumber : data primer, diolah Desember 2015

Jika dilihat tabel di atas,persentase yang terbesar yaitu pada usia 36 sampai 41 tahun yaitu sebanyak 7 informan atau sekitar 31.81% dari 22 informan yang ada sedangkan jumlah yang paling sedikit adalah pada usia 45-53 tahun yakni sebanyak 1 orang atau sekitar 4.55%.

b. Data tentang tingkat pendidikan informan

Untuk mengetahui komposisi menurut tingkat pendidikannya dapat dilihat pada tabel berikut :

Tabel. 5 data informan berdasarkan tingkat pendidikan

No Pendidikan Jumlah persentase

1 Tamat SD 1 4.55 2 Tamat SMP 1 4.55 3 Tamat SMA 10 45.45 4 Sarjana 8 36.36 5 Diploma 2 9.09 Jumlah 22 100

Sumber : data primer, diolah Desember 2015

Dari tabel di atas, terlihat bahwa informan yang berjumlah atau persentase yang paling besar adalah informan yang tamat SMA yaitu sebanyak 10 orang dengan persentase 45.45%, diikuti oleh Sarjana sebanyak 5 orang dengan persentase 22.73%. Diploma sebanyak 4 orang dengan persentase 18.18, tamatan

(56)

SMP sebanyak 2 orang dengan persentase 9.09%, dan informan yang paling sedikit jumlahnya yaitu tamat SD hanya 1 orang dengan persentase 4.55%.

c. Data tentang jenis pekerjaan informan

Untuk mengetahui komposisi informan menurut jenis pekerjaannya dapat dilihat pada tabel berikut :

Tabel. 6. Data tentang jenis pekerjaan informan

No Pekerjaan Jumlah Persentase %

1 PNS 7 31.81

2 Wiraswasta 8 36.36

3 Petani 6 27.27

4 Montir 1 4.55

Jumlah 22 100

Sumber data : primer, diolah Desember 2015

Berdasarkan tabel tersebut diatas dapat dilihat bahwa informan penelitian tersebut di atas, memiliki pekerjaan yang bermacam-macam. Dari persentase dapat dilihat bahwa informan yang terbanyak mempunyai pekerjaan sebagai PNS sebanyak 7 orang dengan persentase 31.81%, kemudian dilanjutkan dengan wiraswasta sebanyak 8 orang dengan persentase 36.36%, sedangkan yang mempunyai pekerjaan petani sebanyak 6 orang dengan persentase 27.27%, kemudian yang memiliki pekerjaan sebagai montir sebanyak 1 dengan persentase 4.55%.

(57)

4.3. Partisipasi Masyarakat Dalam Pembangunan 4.3.1. Perencanaan

a. Pelibatan Partisipasi Masyarakat dalam Pembangunan pada Perencanaan

Pemahaman masyarakat terhadap partisipasi masyarakat dalam perencanaan sangat diperlukan dalam pembangunan partisipatif, dalam hal ini upaya untuk mengimplementasikan pembangunan partisipatif. Karena pemahaman terhadap perencanaan dalam pembangunan partisipatif akan menimbulkan suatu kesadaran masyarakat berapa pentingnya partisipasi masyarakat.

Sebagaimana yang diungkapkan oleh informan berikut :

“Sebagian besar masyarakat Kelurahan Andowia ini sudah mengerti dan memahami tentang perencanaan dalam prose pembangunan sehingga masyarakat ikut dalam hal berpartisipasi dalam perencanaan, oleh karena itu masyarakat perlu ikut dalam rapat dengan memberikan sebuah masukan”(Hasbuan Lurah Andowia wawancara 28 Desember )

Berdasarkan apa yang telah dipaparkan informasi di atas tersebut maka dengan ini memberikan informasi sekaligus pengetahuan bahwa keadaan seperti ini, dalam proses penyelenggaraan pembanguna sangat dibutuhkan khususnya pada tahap perencanaan. Karena merupakan suatu hal yang sangat baik dalam hal implementasikan pembangunan partisipatif, jika masyarakat telah mengerti maka mereka juga akm mengetahui apa yang mereka lewati tahap penentun hak dan kewajiban serta yang menyangkut kepentingan bersama dalam pembangunan, sehingga dengan demikian teraliasasinya perwujudan partisipasi masyarakat di Kelurahan Andowia secara maksimal.

Gambar

Tabel :1.1. Kondisi pembangunan kelurahan Andowia Kecamatan Andowia
Gambar 2.1. Skema Kerangka PikirPembangunan Desa

Referensi

Dokumen terkait

Dalam rangka meningkatkan pengetahuan dan keterampilan Fasilitator Masyarakat (FM) Reguler Lama dalam melaksanakan tugas pendampingan pada desa sasaran di kabupaten/kota Program

Kinerja dari membran ultrafiltrasi dari umpan air payau proses koagulasi- flokulasi menggunakan massa koagulan biji kelor 350mg dalam menurunkan parameter warna,

Teknik analisis data: (1) Un- tuk menentukan peningkatan keterampilan bermain musik siswa dalam model pembela- jaran tutor sebaya digunakan tes yang diujik- an setelah

Industri pengolahan ikan di Muncar terdiri dari berbagai jenis industri pengolahan ikan, antara lain; industri pembuatan tepung ikan, industri pembuatan minyak ikan, industri

Koordinasi penanggulangan masalah kesehatan ini meliputi koordinasi internal berupa kerja sama lintas program dari sumber daya yang berbeda ( Pemerintah, Ornop, LSM, Swasta

Tabel 1,2,3 menunjukkan bahwa hasil pulasan MMP-9 pada undifferentiated karsinoma nasofaring tipe Regaud dan tipe Schmincke pada jumlah sel yang terwarnai, tampilan

malam hari bersama Ki Pemanahan, Ki Panjawi, dan ketiga Raden Ngabehi loring Pasar (Danag Sutawijaya), setelah sampai di tempat pertapaan Ratu Kalinyamat berkata,

Berurutan dengan hal tersebut, penulis juga telah selesai menyusun Laporan Kerja Praktek yang berjudul “Variasi Daging Yang Digunakan Dalam Pembuatan Steak Di Main