• Tidak ada hasil yang ditemukan

Perencanaan Program dan Anggaran Indonesia Terkait Masyarakat ASEAN

Mayoritas dari program menyambut Masyarakat ASEAN selama ini difokuskan untuk menghadiri events, konferensi, dan banyak forum ASEAN lainnya, dan tidak fokus untuk membuat program khusus Masyarakat ASEAN di Indonesia, misalnya mengadakan balai pelatihan, pendampingan, iklan layanan masyarakat

93 Berdasarkan keterangan dari Ketua Panitia Khusus Masyarakat Ekonomi ASEAN DPRD Sumatera Utara, Ikrimah Hamidy, yang dikutip oleh http://waspada.co.id/sumut/pansus-usulkan-pembentukan-pergub-mea/ pada tanggal 13 Agustus 2015.

94

Berdasarkan kutipan wawancara dengan Bapak Dupito D. Simamora, Asdep 2/II Kerja Sama ASEAN Kemenko Bidang Politik, Hukum, dan Keamanan, pada tanggal 25 September 2015.

95 The ASEAN Secretariat Jakarta. 2015. ASEAN 2025: Forging Ahead Together. ASEAN Secretariat Jakarta, ISBN 978-602-0980-45-4, p. 9-103.

96 Berdasarkan Field Observation Bappenas di beberapa daerah observasi seperti Provinsi Sulawesi Selatan dan Provinsi Jawa Timur.

47 terkait Masyarakat ASEAN yang lebih menarik dan informatif.98 Hal ini sangat disayangkan mengingat arah kebijakan Pemerintah Indonesia terkait dengan kerjasama ASEAN, baik di dalam RPJMN II 2009-2014 dan RJPMN III 2014-2019 adalah untuk meningkatkan peran dan kepemimpinan Indonesia di ASEAN. Seharusnya program-program yang dibuat oleh Pemerintah Indonesia lebih tepat sasaran, sehingga hasil yang dikeluarkan pun dapat dirasakan langsung oleh masyarakat. Setnas ASEAN-Indonesia sebagai koordinator dari persiapan Indonesia dalam menghadapi Setnas belum menjalankan tugas dan fungsinya dengan baik. Program-program yang dibuat masih sebatas pertemuan dan diskusi, belum mengarah ke program-program teknis, oleh karena itu, masih banyak pihak menganggap isu Masyarakat ASEAN adalah isu elit.99

Selain itu, Setnas ASEAN-Indonesia juga belum melaksanakan fungsi koordinasi dengan baik, terbukti dengan masih banyaknya pejabat-pejabat di Kementerian pumpunan yang belum memahami tugas dan fungsinya masing-masing terkait Masyarakat ASEAN. Adanya gap ekspektasi juga membuat Setnas ASEAN-Indonesia belum dapat menjalankan wewenangnya untuk meminta pertanggungjawaban dari program-program yang dilaksanakan oleh Kementerian Pumpunan (focal points). Apa yang terjadi selama ini adalah masing-masing Kementerian Pumpunan bergerak sendiri-sendiri dan tidak melakukan laporan berkala kepada Setnas ASEAN-Indonesia, sehingga Setnas ASEAN-Indonesia belum bisa mengukur sudah sejauh mana persiapan Indonesia dalam menyambut Masyarakat ASEAN. Walaupun sudah ada pertemuan-pertemuan berkala dengan Kementerian Pumpunan, namun pertemuan-pertemuan tersebut belum intensif dan belum dilakukan secara rutin.100

Setnas ASEAN-Indonesia juga harus membuat Grand Strategy Nasional terkait Masyarakat ASEAN-Indonesia. Grand Strategi tersebut harus disosialisasikan ke seluruh pemangku kepentingan dan harus dapat diimplementasikan hingga ke tingkat daerah. Selama ini sebenarnya telah ada cetak biru nasional untuk masing-masing pilar, namun sosialisasinya masih sangat kurang. Hal ini terbukti dengan ketidaktahuan beberapa pemangku kepentingan terkait dengan cetak biru nasional masing-masing pilar. Contohnya Ketua APINDO Provinsi Sulawesi Selatan dengan tegas menyatakan meminta grand strategy dari pemerintah pusat dan dengan tegas menyatakan bahwa Pengusaha Provinsi Sulawesi Selatan terpaksa untuk siap dalam menghadapi MEA.

98 Berdasarkan kutipan wawancara dengan Bapak Ngurah Swajaya, Ketua Pelaksana Harian Sekretariat Nasional ASEAN, pada tanggal 14 September 2015.

99 Berdasarkan kutipan wawancara dengan Bapak Mohammad Faisal, Direktur Riset CORE Indonesia, pada tanggal 21 September 2015.

48 Program-program pemerintah pun lebih banyak terkait dengan Masyarakat Ekonomi ASEAN (pilar ekonomi), sedangkan program-program nasional yang berkaitan dengan pilar politik dan keamanan serta pilar sosial dan budaya sangat kurang bahkan nyaris tidak ada. Hal ini terlihat dari banyak sekali program dan kebijakan Pemerintah Indonesia yang terkait dengan Masyarakat Ekonomi ASEAN, dibandingkan dengan dua pilar lainnya. Misalnya101, Pemerintah Indonesia berusaha mengubah paradigma kebijakan yang lebih mengarah ke kewirausahaan. Selain itu dalam bidang Perindustrian, Kementerian Perindustrian telah memiliki strategi dalam menghadapi MEA yaitu dengan strategi ofensif dan defensif. Strategi ofensif yang dimaksud meliputi penyiapan produk-produk unggulan, sedangkan strategi defensive dilakukan melalui penyusunan Standar Nasional Indonesia untuk produk-produk manufaktur. Kementerian Perdagangan, juga telah memiliki langkah-langkah yang akan dilakukan untuk menghadapi Masyarakat Ekonomi ASEAN (MEA) 2019. Salah satunya adalah mencanangkan Nawa Cita Kementerian Perdagangan, dengan menetapkan target ekspor sebesar tiga kali lipat selama lima tahun ke depan. Selanjutnya pemerintah juga menyiapkan strategi subsititusi impor untuk meningkatkan ekspor, dan memberi nilai tambah produk dalam negeri. Tak hanya itu, pemerintah juga akan memperkuat produk UKM dengan membina melalui kemasan, sertifikasi halal, pendaftaran merek, dan meningkatkan daya saing produk dalam negeri. Lalu, Pemerintah Indonesia juga memfasilitasi pelaku UKM dalam pameran berskala internasional.

Pemerintah terlihat fokus dengan Masyarakat Ekonomi ASEAN karena memang indikator kesuksesan dari MEA memang lebih mudah diukur (tangible indicators). Program-program nasional terkait dengan pilar-pilar lain juga harus segera disusun karena Masyarakat ASEAN bukan hanya sekedar Masyarakat Ekonomi ASEAN, namun juga menyangkut isu politik dan keamanan serta sosial dan budaya.

Pemerintah Indonesia tidak dapat memungkiri pentingnya pilar politik dan keamanan serta pilar sosial dan budaya karena pada dasarnya ketiga pilar tersebut saling berkaitan. Pemerintah tidak akan mendapatkan hasil yang optimal dari pilar ekonomi jika kedua pilar lainnya tidak baik pencapaiannya. Untuk itu, Pemerintah Indonesia sebaiknya juga membentuk Komite Nasional bukan hanya dalam mempersiapkan Indonesia dalam Masyarakat Ekonomi ASEAN, namun juga Komite Nasional dalam mempersiapkan Indonesia di Masyarakat Politik dan Keamanan ASEAN serta Masyarakat Sosial dan Budaya ASEAN. Pemerintah Indonesia juga perlu mengajak semua pemangku kepentingan untuk selalu mengarus-utamakan (mainstreaming) isu Masyarakat ASEAN dalam program masing-masing (rencana program). Menurut beberapa narasumber dalam FGD yang dilakukan Bappenas pada tanggal 20 Agustus 2015, Bappenas sebagai lembaga

49 perencana juga harus mulai melakukan pengarus-utamaan isu Masyarakat ASEAN di berbagai Direktorat di Bappenas. Bappenas dapat memulai melakukan koordinasi pelaksanaan baik di tingkat planning maupun persiapan. Bappenas dapat menjadi focal point dalam isu pembangunan di Masyarakat ASEAN.102

Kebanyakan program di Kementerian-Kementerian Pumpunan yang terkait Masyarakat ASEAN masih merupakan program-program lama yang kebetulan sejalan dengan Masyarakat ASEAN atau program-program lama yang ditujukan untuk perundingan atau perjanjian internasional lainnya namun kebetulan sejalan dengan Masyarakat ASEAN, jadi program-program tersebut bukan program baru yang dikhususkan untuk Masyarakat ASEAN. Contohnya program-program yang berkaitan dengan ASEAN di Kemenko PMK adalah sesuai isu yang selama ini mereka tangani saja. Misalnya mengenai kepemudaan dengan pertukaran pelajar untuk mendukung student mobility, serta memperkenalkan ASEAN Anthem pada para mahasiswa.103 Sehingga memang prioritas tujuannya bukan untuk memaksimalkan hasil yang dapat dicapai Indonesia dalam Masyarakat ASEAN. Di antaratiga Kemenko yang ada, hanya Kemenko PMK yang belum memiliki program khusus dalam menghadapi Masyarakat ASEAN. Padahal tugas dan fungsi Kemenko PMK sangat penting dalam pembentukan identitas ASEAN di Indonesia. Selain itu, karena di Bulan Februari 2015 Menteri PMK hadir dalam ASEAN Next Generation CSR Forum,104 Kemenko PMK juga dapat memanfaatkan program CSR dari sektor swasta untuk mendapatkan dana lebih dalam menunjang program-program terkait ASEAN.

Ketua Umum Kamar Dagang dan Industri (Kadin) Indonesia, Suryo Bambang Sulisto masih meragukan kesiapan Indonesia dalam menghadapi AEC 2015. Karena Pemerintah Indonesia maupun dunia usaha juga belum terlihat berupaya mengintegrasikan program untuk persiapan ke arah Masyarakat Ekonomi ASEAN.105 Untuk menghadapi Masyarakat Ekonomi ASEAN, diperlukan adanya keterlibatan integratif dalam pembuatan kebijakan pemerintah Indonesia seperti yang sudah dilakukan negara-negara Asean lain, di antaranya Singapura, Malaysia, dan Thailand. Dalam hal ini, Indonesia masih harus berbenah karena sektor swasta masih jauh berada di luar lingkaran pengambilan keputusan oleh negara. Selain itu, Pemerintah Indonesia khususnya Kementerian Industri dan Kementerian Perdagangan perlu mengintegrasikan basis industri karena negara yang mempunyai comparative advantage tinggi untuk produk tertentu akan menjadi basis industri barang tersebut. Indonesia memiliki potensi sumber daya alam terbesar, sehingga berpeluang menjadi basis industri pengolahan bagi Asean. Berdasarkan data yang

102 Berdasarkan saran dari Bapak Lingga Setiawan, Direktorat Kerjasama Ekonomi ASEAN Kementerian Luar Negeri dalam FGD yang dilakukan oleh Bappenas pada tanggal 20 Agustus 2015.

103 Berdasarkan kutipan wawancara dengan Raden Wijaya Kusumawardhana, Kepala Biro Perencanaan dan Kerjasama Luar Negeri, Sekretariat Kementerian Koordinator Bidang Pembangunan Manusia dan Kebudayaan, pada tanggal 16 November 2015.

104 _____, “ASEAN Next Generation CSR Forum” diambil dari https://www.kemenkopmk.go.id/pengumuman/asean-next-generation-csr-forum

105 _____, Indonesia Harus Menang Dalam Ajang Masyarakat Ekonomi ASEAN, dikutip dari http://www.kemenperin.go.id/artikel/7409/Industri-Nasional-Harus-Menang-dalam-Ajang-Masyarakat-Ekonomi-ASEAN pada tanggal 30 Desember 2016 pukul 22.28.

50 ada, 43% dari penduduk Asean yang sekarang mencapai 600 juta jiwa adalah penduduk Indonesia.106 Secara demografis, 53% wilayah Asean juga merupakan wilayah Indonesia. Indonesia juga memiliki penduduk terbesar dengan biaya hidup yang relatif rendah. Indonesia juga berpotensi menjadi basis industri manufaktur, pertanian pangan, dan perikanan.

Pemerintah Indonesia sebenarnya bisa mendapatkan inovasi-inovasi atau ide-ide program yang bagus jika peran Pusat Studi ASEAN (PSA) dimaksimalkan. Dari observasi lapangan, Bappenas menemukan bahwa PSA masih sangat tergantung inisiatif universitas masing-masing, sehingga belum bisa diandalkan. PSA terbentuk untuk menindaklanjuti MoU antara Kemlu dengan universitas yang yang menghimbau universitas memiliki PSA. Namun PSA belum dapat terlalu banyak melangkah karena resources yang terbatas. Berdasarkan wawancara dengan XXX, terungkap bahwa Tidak ada standar arahan dari Kemlu. Dukungan anggaran PSA biasanya berasal dari universitas atau dana hibah, sedangkan Kemlu kurang menindaklanjuti kesepakatan yang telah ditandatangani bersama dengan para PSA. Hal ini mengakibatkan ruang gerak PSA menjadi terbatas karena resource juga terbatas.

Selain itu, yang harus menjadi perhatian juga adalah peran Pemda dalam mensukseskan Masyarakat ASEAN. Peran Pemerintah daerah juga perlu ditingkatkan dalam mensukseskan Indonesia dalam Masyarakat ASEAN. Dalam observasi ke beberapa daerah, Bappenas menemukan bahwa banyak daerah yang bahkan belum siap dalam menghadapi Masyarakat ASEAN, hal ini terlihat dari hasil survei tim akademisi Departemen Hubungan Internasional Universitas Hasanudin. Dari hasil survey dapat disimpulkan bahwa masih banyak Pemda yang tidak memahami MEA, yang paham hanya di tingkat elit. Oleh karena itu, Komite Nasional masing-masing pilar harus menegaskan tugas dan fungsi tim kerja daerah sebagai koordinator dari pelaksanaan persiapan Masyarakat ASEAN di daerah. Selama ini, tim kerja daerah belum bertugas secara maksimal, terbukti dari jarang sekali pejabat daerah menyebut tim kerja daerah dari Komite Nasional dalam wawancara mendalam dengan Bappenas.

Dari sisi anggaran, Masing-masing Kementerian Pumpunan sudah mengalokasikan anggaran untuk menyambut Masyarakat ASEAN, namun jumlahnya terbatas dan penyerapannya lebih banyak untuk menghadiri events ASEAN, bukan untuk mendukung program-program tepat sasaran. Oleh karena itu, masing-masing Kementerian Pumpunan perlu untuk meningkatkan jumlah anggaran terkait program-program yang bertujuan untuk mensukseskan Indonesia di Masyarakat

51 ASEAN dan menyusun program dan kegiatan yang tepat .... Selain itu, alokasi dari anggaran tersebut juga harus diatur agar dapat lebih tepat sasaran. Karena jika perencanaan program dan anggaran tidak strategis dan tidak tepat sasaran, maka Indonesia tidak bisa optimal dalam mensukseskan masyarakat ASEAN.

Dokumen terkait