• Tidak ada hasil yang ditemukan

LAPORAN AKHIR. Reviu Kelembagaan: Kesiapan Indonesia dalam Menghadapi Masyarakat ASEAN 2015

N/A
N/A
Protected

Academic year: 2021

Membagikan "LAPORAN AKHIR. Reviu Kelembagaan: Kesiapan Indonesia dalam Menghadapi Masyarakat ASEAN 2015"

Copied!
68
0
0

Teks penuh

(1)

© 2015

LAPORAN AKHIR

Reviu Kelembagaan: Kesiapan Indonesia

dalam Menghadapi Masyarakat ASEAN

(2)

1 DAFTAR ISI

Daftar Isi ...1

Daftar Singkatan ...3

Bab. I. Pendahuluan ...5

Bab I.1. Latar Belakang ...5

Bab I.2. Tujuan dan Manfaat ...6

Bab. I.3. Identifikasi Isu ...7

Bab. I.4. Tinjauan Pustaka ...7

Bab. I.5. Metode Penelitian ...9

Bab. II. Pembahasan ...11

Bab. II.1. Kelembagaan Pemerintah Indonesia terkait Masyarakat ASEAN 2015...11

Bab. II. 2. Regulasi Indonesia Dalam Menghadapi Masyarakat ASEAN 2015 ...18

Bab. II.3. Perencanaan Program dan Anggaran Menyambut Masyarakat ASEAN ...24

Bab. II.4. Pelibatan Pemangku Kepentingan ...29

Bab. II.5. Pengalaiman Thailand ...33

Bab. III. Analisis ...37

Bab. III.1. Analisis Kelembagaan Masyarakat ASEAN Indonesia ...37

Bab. III.2. Regulasi tentang Masyarakat ASEAN di Indonesia ...43

(3)

2

Bab. III.4. Analisis Pelibatan Pemangku Kepentingan Masyarakat ASEAN ...51

Bab. IV. Kesimpulan dan Rekomendasi ...53

Bab. IV.1. Kesimpulan...53

Bab IV.2. Rekomendasi ...54

Daftar Pustaka ...60

(4)

3 DAFTAR SINGKATAN

Apindo Asosiasi Pengusaha Indonesia

ASEAN Association of Southeast Asian Nations

Bappeda Badan Perencanaan Pembangunan Daerah

Bappenas Badan Perencanaan Pembangunan Nasional

Disperindag Dinas Perindustrian dan Perdagangan

DPR Dewan Perwakilan Rakyat

DPRD Dewan Perwakilan Rakyat Daerah

FGD Focus Group Discussion

HIPMI Himpunan Pengusaha Muda Indonesia

Inpres Instruksi Presiden

Jatim Jawa Timur

MEA Masyarakat Ekonomi ASEAN

K/L Kementerian/Lembaga

Kadin Kamar Dagang Indonesia

Kemendag Kementerian Perdagangan

Kemendagri Kementerian Dalam Negeri

Kemenko Perekonomian Kementerian Koordinator Bidang Perekonomian Kemlu Kementerian Luar Negeri

Kemenko PMK Kementerian Koordinator Bidang Pembangunan Manusia dan Kebudayaan Kemenko Polhukam Kementerian Koordinator Bidang Politik, Hukum, dan HAM

Keppres Keputusan Presiden

(5)

4

NSW National Single Window

Pemda Pemerintah Daerah

Pemprov Pemerintah Provinsi

Pergub Peraturan Gubernur

Perpres Peraturan Presiden

PPP Public-Private Partnership

PSA Pusat Studi ASEAN

RI Republik Indonesia

RPJMN Rencana Pembangunan Jangka Menengah Nasional (RPJMN)

SDM Sumber Daya Manusia

Setnas ASEAN-Indonesia Sekretariat Nasional ASEAN-Indonesia

Sulsel Sulawesi Selatan

(6)

5 BAB I

PENDAHULUAN

I.1. Latar Belakang

ASEAN (Association of Southeast Asian Nations) merupakan organisasi politik, ekonomi, dan sosial-budaya negara-negara Asia Tenggara. ASEAN didirikan oleh Indonesia, Malaysia, Filipina, Singapura, dan Thailand pada 8 Agustus 1967, dan saat ini keanggotaanya berkembang menjadi sepuluh negara dengan masuknya Brunei Darussalam, Kamboja, Laos, Myanmar, dan Vietnam. ASEAN telah berperan penting dalam memajukan kerjasama regional di Asia Tenggara dengan semangat equality dan partnership untuk menciptakan perdamaian, kemajuan, dan kemakmuran di kawasan. Per 31 Desember 2015, negara-negara anggota ASEAN akan memasuki era Masyarakat ASEAN (ASEAN Community). Masyarakat ASEAN merupakan sebuah komunitas yang beranggotakan 10 negara di asia tenggara yang tergabung dalam organisasi ASEAN yang menginginkan terwujudnya perdamaian antar negara ASEAN dan ekonomi regional yang terintegrasi.1 Masyarakat ASEAN terdiri dari tiga pilar, yaitu Politik-Keamanan, Ekonomi, dan Sosial-Budaya. Dengan adanya Masyarakat ASEAN, artinya sekat-sekat antarnegara menjadi semakin pudar dan integrasi ASEAN sebagai sebuah kawasan menjadi semakin erat.

ASEAN merupakan organisasi yang sangat penting bagi Indonesia. Sebagai negara pendiri sekaligus negara terbesar di kawasan, Indonesia sangat berpengaruh dalam menentukan arah perkembangan ASEAN.2 Di samping itu, bila kerjasama di ASEAN berlangsung dengan baik maka Indonesia akan diuntungkan oleh kondisi kawasan yang stabil sehingga dapat mendukung jalannya pembangunan. Oleh karena itu, penting bagi Indonesia untuk mensukseskan Masyarakat ASEAN untuk mempererat kerjasama di kawasan yang manfaatnya dapat dirasakan oleh seluruh rakyat Indonesia, baik dari segi politik-keamanan, ekonomi, maupun sosial-budaya.

Arah kebijakan Indonesia terkait dengan kerjasama ASEAN, baik di dalam RPJMN II 2009-2014 dan RPJMN III 2014-2019 adalah untuk meningkatkan peran dan kepemimpinan Indonesia di ASEAN. Pada RPJMN III, secara lebih spesifik Pemerintah Indonesia menegaskan tentang peningkatan kesiapan domestik dalam menyongsong Masyarakat ASEAN yang mulai bergulir pada 31 Desember 2015. Masyarakat ASEAN ditopang oleh 3 (tiga) pilar, yaitu Masyarakat Politik-Kemanan

1 Berdasarkan Cebu Declaration on th Acceleration of the Establishment of an ASEAN Community by 2015, dikutip dari

http://www.asean.org/cebu-declaration-on-th-acceleration-of-the-establishment-of-an-asean-community-by-2015/ pada tanggal 30 Januari 2015 pukul 15.52.

(7)

6 ASEAN, Masyarakat Ekonomi ASEAN, dan Masyarakat Sosial-Budaya ASEAN. Pemantapan peran dan kepemimpinan Indonesia di ASEAN sangat penting untuk mencapai kepentingan nasional Indonesia di ketiga pilar tersebut, baik untuk meningkatkan kemakmuran di dalam negeri, maupun untuk menjaga stabilitas dan perdamaian di Kawasan Asia Tenggara.

Keberhasilan Indonesia di Masyarakat ASEAN harus didukung kelembagaan yang efektif di dalam negeri, sebab Pemerintah merupakan pemimpin yang mengarahkan seluruh komponen negara. Reviu Kelembagaan Masyarakat ASEAN bertujuan untuk mencermati efektivitas kerangka kelembagaan Pemerintah RI dalam menyambut Masyarakat ASEAN. Reviu ini memfokuskan pada 4 (empat) hal, yaitu kelembagaan Masyarakat ASEAN, regulasi nasional tentang Masyarakat ASEAN, perencanaan program dan anggaran Masyarakat ASEAN, serta pelibatan para pemangku kepentingan. Reviu ini akan melihat pada proses internal yang terjadi di dalam Pemerintah Indonesia, dan bukan pada proses diplomasi dan negosiasi di level regional.

1.2. Tujuan dan Manfaat

Tujuan reviu ini adalah untuk menggali secara mendalam bagaimana kelembagaan yang telah dibangun oleh Pemerintah Indonesia dalam menyongsong Masyarakat ASEAN. Menurut Geoffrey M. Hodgson, kelembagaan adalah sistem dan aturan yang mengatur struktur interaksi sosial antar aktor.3 Topik kelembagaan ini penting untuk diangkat guna meninjau kembali efektivitas kelembagaan yang ada selama ini dan mengidentifikasi apa saja yang perlu diperbaiki untuk meningkatkan peran dan kepemimpinan Indonesia ke depannya di ASEAN. Topik kelembagaan ini unik karena penelitian tentang ASEAN selama ini banyak menitikberatkan pada proses diplomasi dan kesiapan masing-masing negara, bukan spesifik pada kelembagaan negara tersebut. Selain itu, alasan pembuatan reviu ini juga dilandasi oleh adanya dorongan penguatan Setnas ASEAN seperti yang tercantum di dalam RPJMN Indonesia tahun 2015-2019. Berdasarkan RPJMN 2015-2019, perlunya penguatan Setnas ASEAN tersebut merupakan respon atas masih lemahnya koordinasi antarlembaga dalam melaksanakan blue print Masyarakat ASEAN.4

Reviu ini bermanfaat untuk memperkaya kajian mengenai ASEAN, serta kajian mengenai administrasi negara dan manajemen pembangunan. Reviu ini bermanfaat untuk memberikan contoh praktik kelembagaan suatu negara, dalam kondisi apa kelembagaan itu berjalan dan bagaimana implikasinya. Reviu ini juga signifikan bagi Indonesia sebagai refleksi untuk menyempurnakan kelembagaan, baik untuk Masyarakat ASEAN maupun untuk isu-isu lainnya. Reviu ini juga signifikan bagi Indonesia karena reviu ini memaparkan kelembagaan, regulasi, program dan anggaran, serta pelibatan pemangku kepentingan

3 Geoffrey M. Hodgson. 2006. What Are Institutions. Journal of Economic Issues. Vol. XL No. 1, p. 6.

4 Dikutip dalam RPJMN Indonesia tahun 2015-2019 dalam Sub-Bab “Penguatan Koordinasi Percepatan Pelaksanaan Butir Aksi Masyarakat ASEAN”

(8)

7 dalam menyiapkan Indonesia dalam menjalani Masyarakat ASEAN yang baru saja dimulai pada tanggal 31 Desember 2015. Ditambah lagi, menurut Menteri Luar Negeri Indonesia, Retno Marsudi, ASEAN masih tetap merupakan prioritas politik luar negeri Indonesia di bawah Pemerintahan Presiden Joko Widodo.5

Kelembagaan yang kuat dalam menyambut Masyarakat ASEAN 2015, dapat meningkatkan posisi diplomasi Indonesia dalam hubungan government-to-government, baik di dalam Kawasan ASEAN maupun internasional. Menurut Direktur Eksekutif Indonesia Strategi Research and Consulting, kebijakan politik luar negeri Indonesia pada tahun 2015 yang memfokuskan Indonesia pada Masyarakat Ekonomi ASEAN (MEA) 2015 akan membawa pengaruh penting bagi diplomasi Indonesia kedepannya. Selain itu, sesuai dengan salah satu isi Pidato Kenegaraan Presiden Republik Indonesia Serta Keterangan Pemerintah Atas Rancangan Undang-Undang tentang Anggaran Pendapatan dan Belanja Negara tahun Anggaran 2009 Beserta Nota Keuangannya di Depan Rapat Paripurna DPR RI, Diplomasi Indonesia di kawasan Asia Tenggara dilakukan dengan menunjukkan kualitas peran kepemimpinan dan kontribusi konkret Indonesia dalam ASEAN sebagai bagian dari strategi untuk memperkuat lingkaran konsentris pertama kebijakan politik luar negeri, melalui ide, konsep, dan prakarsa yang mampu menempatkan kembali Indonesia sebagai negara yang semakin diperhitungkan di kawasan Asia Tenggara dan Asia Timur.

1.3. Identifikasi Isu

Reviu ini akan membahas empat fokus isu, yaitu: 1. Kelembagaan Masyarakat ASEAN;

2. Regulasi Masyarakat ASEAN;

3. Program dan Anggaran Masyarakat ASEAN;

4. Pelibatan pemangku kepentingan Masyarakat ASEAN. 1.4. Tinjauan Pustaka

Dalam periode saat ini, kajian-kajian mengenai evaluasi terhadap Masyarakat ASEAN didominasi oleh kajian-kajian yang hanya menfokuskan kepada pilar Masyarakat Ekonomi ASEAN. Biasanya kajian-kajian tersebut didominasi oleh tingkat pencapaian Indonesia pada target yang telah ditetapkan di dalam Cetak Biru MEA. Contohnya, data perkembangan persiapan

5 Media Publikasi Direktorat Jenderal Kerja Sama ASEAN Kementerian Luar Negeri RI. 2015. Majalah Masyarakat ASEAN Edisi 7: Membidik

(9)

8 implementasi MEA di Indonesia diukur melalui scorecard. Data tersebut terdapat di dalam Buku II RPJMN tahun 2015-2019 yang sumber datanya berasal dari Kementerian Perdagangan.6

Jarang sekali terdapat kajian yang membahas ketiga pilar di Masyarakat ASEAN, padahal Masyarakat ASEAN bukan hanya menyangkut isu ekonomi, namun juga isu politik dan budaya. Kebanyakan dari kajian-kajian sebelumnya meletakkan pilar ekonomi sebagai prioritas kajian dikarenakan pilar ekonomi memang paling mudah untuk diukur indikator pencapaiannya (tangible indicators). Padahal kesiapan Indonesia dalam menghadapi Masyarakat ASEAN tidak bisa hanya dilihat dari sudut pandang ekonomi. Sudut pandang politik dan keamanan penting untuk didiskusikan mengingat negara-negara anggota ASEAN selama ini telah berhasil menjaga stabilitas keamanan intra kawasan. Sudut pandang sosial budaya juga penting untuk dipertimbangkan mengingat negara-negara anggota ASEAN menginginkan terbentuknya integrasi ASEAN melalui terciptanya “a caring and sharing community”, yaitu sebuah masyarakat ASEAN yang saling peduli dan berbagi.7

Kajian ini mencoba melihat Masyarakat ASEAN secara keseluruhan dari ketiga pilar atau helicopter view, agar tercipta suatu kajian yang secara holistik membahas isu-isu penting terutama terkait dengan koordinasi, regulasi, program dan anggaran, serta pelibatan pemangku kepentingan dalam menangani Masyarakat ASEAN di Indonesia. Selain itu, terdapat sedikit sekali kajian yang membahas koordinasi antar kementerian dan lembaga di Indonesia dalam menghadapi Masyarakat ASEAN. Biasanya kajian-kajian yang membahas koordinasi hanya terbatas pada koordinasi antar negara anggota ASEAN. Kajian-kajian yang ada sekarang ini juga sedikit sekali membahas regulasi nasional mengenai masyarakat ASEAN, perencanaan program dan anggaran dalam menghadapi Masyarakat ASEAN, serta aspek pelibatan pemangku kepentingan hingga ke tingkat pemerintah daerah.8

Beberapa contoh kajian yang spesifik membahas salah satu pilar dari Masyarakat ASEAN misalnya kajian yang ditulis oleh Makmur Keliat dan tim. Makmur Keliat dan tim dalam bukunya yang berjudul “Tenaga Kerja Terampil Indonesia dan Liberalisasi Jasa ASEAN”9

, secara khusus mengkaji daya saing pekerja terampil Indonesia dalam liberalisasi sektor jasa ASEAN. Kajian ini menemukan bahwa tenaga kerja terampil dan professional Indonesia masih memiliki banyak kendala untuk dapat unggul jika harus bersaing bebas dengan sektor jasa negara-negara anggota ASEAN lainnya dalam Masyarakat Ekonomi ASEAN.

Selain itu, terdapat juga kajian yang spesifik membahas mengenai peningkatan daya saing daerah dalam Masyarakat Ekonomi ASEAN. Kajian tersebut ditulis oleh Deputi Bidang Pengembangan Regional dan Otonomi Daerah Kementerian Bappenas. Di dalam kajian tersebut, dijelaskan bahwa daya saing daerah yang dilakukan pada provinsi Jawa Timur (Jatim),

6

Berdasarkan data dari RPJMN Indonesia tahun 2015-2019 yang terdapat di dalam Sub-Bab “Kerjasama Ekonomi Internasional” p. 3-56.

7 Kementerian Luar Negeri RI. 2009. Kerjasama Fungsional ASEAN. Kementerian Luar Negeri RI, p. 1-18.

8 Makmur Keliat, dkk, “Tenaga Kerja Terampil Indonesia dan Liberalisasi Jasa ASEAN, (Depok: ASEAN Study Center FISIP UI, 2014), hal. 7. 9 Ibid.

(10)

9 Sumatera Utara (Sumut), Sulawesi Selatan (Sulsel), dan Sulawesi Utara (Sulut) menunjukkan bahwa perekonomian daerah belum siap untuk menghadapi persaingan terbuka dari luar negeri. Hampir semua indikator yang digunakan (sektor dan produk unggulan, investasi, sumber daya manusia (SDM), dan infrastruktur) menunjukkan kinerja yang lemah, dimana perekonomian keempat daerah masih mengalami berbagai permasalahan substansial yang menggerus daya saingnya.10 Menarik untuk membandingkan wilayah observasi lapangan dalam kajian Bappenas kali ini. Kajian Bappenas kali ini memiliki hipotesa bahwa Provinsi Jawa Timur lebih siap dalam menghadapi persaingan terbuka dalam Masyarakat ASEAN dibandingkan Provinsi Sulawesi Selatan.

Dalam Kajian dari London School of Economics and Political Science (LSE) yang ditulis oleh Dionisius A. Narjoko dan Teguh Y. Wicaksono, dijelaskan bahwa Pemerintah Indonesia cukup serius dalam mencapai kepentingan nasional di Masyarakat Ekonomi ASEAN, hal ini dapat dilihat dari pengejawantahan komitmen Masyarakat Ekonomi ASEAN ke dalam regulasi nasional, misalnya Inpres No. 5 tahun 2008 mengenai arah kebijakan nasional yang disertai dengan kebijakan yang lebih detail tentang penghapusan tarif, serta Cetak Biru Logistik Nasional yang diterbitkan pada tahun 2008.11 Kajian ini sangat berfokus kepada pencapaian agenda Indonesia di Masyarakat Ekonomi ASEAN melalui indikator-indikator teknis seperti penghapusan tarif, akses pasar dan infrastruktur, serta financial resources. Sehingga kajian ini kurang memperhatikan persoalan-persoalan utama yakni koordinasi, regulasi, program dan anggaran, serta pelibatan pemangku kepentingan . Padahal, persoalan-persoalan tersebut memiliki kontribusi penting terhadap pencapaian kepentingan nasional Indonesia.

Selain itu, terdapat juga kajian yang membahas tantangan dan hambatan yang dihadapi negara-negara anggota ASEAN dalam menghadapi Masyarakat ASEAN, misalnya Singapura. Singapura sebagai salah satu negara di Asia Tenggara yang dianggap paling siap dalam menghadapi Masyarakat ASEAN, ternyata juga dihadapkan dengan beberapa tantangan besar. Dalam kajian yang dibuat oleh Singapore Institute of International Affairs,12 Singapura mengkhawatirkan terjadinya masalah-masalah sosial yang akan timbul jika Masyarakat ASEAN berlangsung. Masalah-masalah-masalah sosial tersebut diantaranya masalah-masalah overcrowding, perumahan, kenaikan biaya hidup, identitas bersama, dan ketergantungan yang semakin besar dengan negara anggota ASEAN lainnya dalam upaya Singapura untuk mencukupi kebutuhan dasar seperti air dan makanan.

1.5. Metode Penelitian

Reviu ini ditulis atas dasar penelitian kualitatif. Penelitian ini dimaksudkan untuk memberikan gambaran mengenai bagaimana kelembagaan Masyarakat ASEAN di Indonesia. Metode pengumpulan data adalah dengan menggunakan data

10 Bappenas. Peningkatan Daya Saing Daerah dalam Menghadapi ASEAN Economic Community (AEC) 2015”. Laporan Akhir Deputi Bidang Pengembangan Regional dan Otonomi Daerah Kementerian PPN/Bappenas.

11 Dionisius A. Narjoko dan Teguh. Y. Wicaksono. Achieving the ASEAN Economic Community Agenda: An Indonesian Perspective. LSE Publication Reports, p. 23-24.

(11)

10 primer melalui wawancara mendalam dan Focus Group Discussion (FGD), serta data sekunder melalui data-data dari penelitian sebelumnya, jurnal, buku, dan artikel. Reviu ini melibatkan berbagai pemangku kepentingan sebagai narasumber dengan mempertimbangkan ketiga pilar Masyarakat ASEAN. Masalah kelembagaan dan koordinasi dari masing-masing pemangku kepentingan akan dilihat melalui pumpunan (focal points) dan Kementerian/Lembaga teknis masing-masing pilar dalam menjalankan tugas dan fungsinya, serta koordinasi mereka kepada Setnas ASEAN-Indonesia. Pemerintah Daerah, pengusaha, dan akademisi juga dilibatkan sebagai narasumber selaku pihak-pihak yang turut berkepentingan dalam mensukseskan Masyarakat ASEAN.

Sulawesi Selatan dan Jawa Timur dipilih menjadi lokasi pengumpulan data didasarkan pada beberapa hal. Pertama, Sulawesi Selatan dan Jawa Timur merupakan dua contoh provinsi yang paling maju di Indonesia, baik dari segi politik-keamanan, ekonomi, dan sosial-budaya sehingga dapat dijadikan patokan bagaimana pelaksanaan kelembagaan Masyarakat ASEAN di provinsi tersebut. Sulawesi Selatan mewakili Indonesia Bagian Timur dan Jawa Timur mewakili Indonesia Bagian Barat. Secara khusus, Jawa Timur dinilai sebagai provinsi yang paling siap menghadapi Masyarakat Ekonomi ASEAN. Kedua, Sulawesi Selatan dan Jawa Timur sama-sama merupakan daerah hub Indonesia, dimana lalu-lintas manusia serta barang dan jasa baik dari dalam dan luar negeri mayoritas berlangsung di dua Provinsi tersebut. Ketiga, pada saat pengerjaan reviu, sedang berlangsung ASEAN Mayors Forum di Makassar, Sulawesi Selatan, sekaligus untuk mendapatkan gambaran daerah-daerah lain di ASEAN. Reviu ini tentunya juga memiliki keterbatasan metodologi karena reviu ini menggunakan metodologi kualitatif yang cenderung bersifat penafsiran, serta hanya melakukan dua kunjungan lapangan yaitu ke Provinsi Sulawesi Selatan dan Provinsi Jawa Timur, sehingga sulit untuk melakukan generalisasi terhadap temuan-temuan yang terdapat di wilayah-wilayah observasi.

(12)

11 BAB II

PEMBAHASAN

II. 1. Kelembagaan Pemerintah Indonesia terkait Masyarakat ASEAN 2015

Kementerian Luar Negeri (Kemlu) secara tradisional merupakan lembaga pemerintah yang menjadi pumpunan (focal point) dalam hubungan dan kerja sama luar negeri, termasuk ASEAN. Direktorat Jenderal Kerja Sama ASEAN Kemlu adalah lembaga yang merumuskan dan melaksanakan kebijakan, serta melakukan standardisasi teknis di bidang politik dan hubungan luar negeri dalam rangka kerjasama ASEAN. Direktorat Jenderal Kerja Sama ASEAN membawahi unit-unit eselon II yang menangani Kesekretariatan, Kerja Sama Politik Keamanan ASEAN, Kerja Sama Ekonomi ASEAN, Kerja Sama Fungsional ASEAN, serta Kerja Sama Mitra Wicara dan Antarkawasan ASEAN.13

Piagam ASEAN yang disepakati tahun 2007 dalam Pasal 13 mengamanatkan bahwa setiap negara anggota ASEAN wajib untuk memiliki sebuah Sekretariat Nasional (Setnas). Piagam ASEAN tersebut telah disahkan Undang-Undang Nomor 38 Tahun 2008 sehingga Indonesia wajib membentuk Setnas ASEAN-Indonesia. Keputusan Presiden (Keppres) Republik Indonesia Nomor 23 Tahun 2012 kemudian menetapkan bahwa Ditjen Kerjasama ASEAN Kemlu adalah koordinator yang menjalankan Setnas ASEAN-Indonesia tersebut. Setnas ASEAN-Indonesia ini berada di bawah dan bertanggung jawab kepada Presiden melalui Menteri Luar Negeri.14 Tugas dan fungsi Setnas ASEAN-Indonesia adalah sebagai berikut15:

1. Sebagai pumpunan kegiatan pada tingkat nasional;

2. Sebagai penyimpan informasi mengenai semua urusan ASEAN pada tingkat nasional; 3. Mengoordinasikan pelaksanaan keputusan-keputusan ASEAN pada tingkat nasional;

4. Mengoordinasikan dan mendukung persiapan-persiapan nasional untuk pertemuan-pertemuan ASEAN; 5. Memajukan identitas dan kesadaran ASEAN pada tingkat nasional;

6. Berkontribusi pada pembentukan komunitas ASEAN.

Struktur organisasi Setnas ASEAN-Indonesia terdiri atas (a) koordinator, (b) anggota, (c) penanggung jawab, (d) wakil penanggung jawab, dan (e) sekretaris. Anggota Setnas ASEAN-Indonesia terdiri dari 92 pejabat Eselon I dan setingkat Eselon I dari 48 K/L yang ditunjuk untuk melaksanakan tugas dan fungsi Setnas ASEAN-Indonesia yang dibagi ke dalam 3 (tiga)

13

PPID Kementerian Luar Negeri Republik Indonesia, Direktorat Jenderal Kerja Sama ASEAN, Kementerian Luar Negeri Republik Indonesia, diakses 20 Januari 2016, http://ppid.kemlu.go.id/content/Pages/KerjasamaASEAN.aspx.

14 Presiden Republik Indonesia, Keppres No. 23 Tahun 2012 tentang Susunan Keanggotaan Setnas ASEAN-Indonesia, bagian Kesatu. 15 Ibid, bagian Ketiga

(13)

12 pilar Masyarakat ASEAN. Koordinator Setnas ASEAN-Indonesia adalah Direktur Jenderal Kerja Sama ASEAN Kemlu yang memiliki kewenangan untuk memimpin koordinasi, integrasi, dan sinkronisasi Kementerian/Lembaga (K/L) pada Setnas ASEAN-Indonesia. Koordinator dalam menjalankan tugas dan fungsinya dibantu oleh Sekretaris Setnas ASEAN-Indonesia, yaitu Sekretaris Direktorat Jenderal Kerja Sama ASEAN Kemlu.16

Setiap pilar Masyarakat ASEAN, yakni Masyarakat Politik-Keamanan ASEAN, Masyarakat Ekonomi ASEAN, dan Masyarakat Sosial-Budaya ASEAN memiliki Penanggung Jawab, Wakil Penanggung Jawab, dan Sekretaris. Penanggung Jawab adalah Anggota Setnas ASEAN-Indonesia yang dipilih oleh Anggota pada pilar terkait untuk membantu Koordinator Setnas ASEAN-Indonesia dalam koordinasi, integrasi, dan sinkronisasi K/L untuk mendukung pencapaian masing-masing pilar. Setiap Penanggung Jawab dibantu oleh Wakil Penanggung Jawab yang juga merupakan Anggota Setnas ASEAN-Indonesia serta Sekretaris.17

Setnas ASEAN-Indonesia melakukan pertemuan rutin sekurang-kurangnya 1 (kali) dalam 6 (enam) bulan atau sewaktu-waktu bila diperlukan.18 Pertemuan ini diadakan oleh Koordinator dan dihadiri oleh seluruh anggota Setnas ASEAN-Indonesia. Pertemuan ini membahas pelaksanaan tugas dan fungsi Setnas ASEAN-ASEAN-Indonesia. Koordinator dapat menedelegasikan kewenangannya pada Penganggung Jawab pilar. Koordinator menerima laporan dari Penanggung Jawab mengenai pelaksanaan tugas dan fungsi di masing-masing pilar. Koordinator kemudian melaporkan hasilnya kepada Presiden melalui Menteri Luar Negeri yang dilakukan secara berkala atau sewaktu-waktu sesuai kebutuhan.19

16 Berita Negara Republik Indonesia, Peraturan Menteri Luar Negeri Republik Indonesia No. 02 Tahun 2014 tentang Organisasi dan Tata Kerja Setnas

ASEAN di Indonesia.

17

Ibid

18 Presiden Republik Indonesia, Keppres No. 23 Tahun 2012 tentang Susunan Keanggotaan Setnas ASEAN-Indonesia, bagian Keenam.

19 Berita Negara Republik Indonesia, Peraturan Menteri Luar Negeri Republik Indonesia No. 02 Tahun 2014 tentang Organisasi dan Tata Kerja Setnas

(14)

13 Bagan 1 – Struktur Organisasi Setnas ASEAN-Indonesia

Sumber: Peraturan Menteri Luar Negeri Republik Indonesia No. 02 Tahun 2014 tentang Organisasi dan Tata Kerja Setnas ASEAN di Indonesia.

Penanggung Jawab Masyarakat Politik-Keamanan ASEAN adalah Deputi II Bidang Koordinasi Politik Luar Negeri Kementerian Koordinator Bidang Politik, Hukum, dan Keamanan (Kemenko Polhukam). Wakil Penanggung Jawab pilar politik-keamanan adalah Direktur Politik dan Keamanan ASEAN Kemlu. Sekretaris pilar politik-keamanan adalah Direktur Mitra Wicara dan Antarkawasan Kemlu.20 Badan-badan sektoral di bawah pilar politik-keamanan adalah sebagai berikut:

20 Ibid

(15)

14 Tabel 1 – Badan-badan sektoral di bawah pilar politik-keamanan

No Badan Sektoral Masyarakat Politik-Keamanan ASEAN Focal Point

ASEAN Political-Security Community Council Kemenko

Polhukam

1. ASEAN Foreign Ministers Meeting (AMM) Kemlu

2. ASEAN Defence Ministers Meeting (ADMM) Kemhan

3. ASEAN Regional Forum (ARF) Kemlu

4. ASEAN Ministerial Meeting on Transnational Crime (AMMTC) Polri dan Kemlu 5. ASEAN Intergovernmental Commission on Human Rights (AICHR) Perwakilan negara

(Bpk. Rafendi Djamin)

6. ASEAN Law Ministers Meeting (ALAWMM) Kemenkumham

7. Southeast Asia Nuclear Weapon Free Zone (SEANWFZ) Kemlu

Sumber: Hasil olahan dari berbagai sumber21

Penanggung Jawab Masyarakat Ekonomi ASEAN adalah Deputi VI Bidang Koordinasi Kerja Sama Ekonomi Internasional Kementerian Koordinator Bidang Perekeonomian (Kemenko Perekonomian). Wakil Penanggung Jawab pilar ekonomi adalah Dirjen Kerja Sama Perdagangan Internasional Kementerian Perdagangan (Kemendag). Sekretaris pilar ekonomi adalah Direktur Kerja Sama Ekonomi ASEAN Kemlu.22 Badan-badan sektoral di bawah pilar ekonomi adalah sebagai berikut:

Tabel 2 – Badan-badan sektoral di bawah pilar ekonomi

No Badan Sektoral Masyarakat Ekonomi ASEAN Focal Point

ASEAN Economic Community Council Kemenko

Perekonomian

1. ASEAN Economic Ministers (AEM) Kemendag

2. ASEAN Free Trade Area Council (AFTA Council) Kemendag

21 Berdasarkan informasi yang didapat dari situs resmi Masyarakat Politik-Keamanan ASEAN (

http://www.asean.org/asean-political-security-community/) dan wawancara mendalam dengan Bpk. Dupito D. Simamora, Asdep 2/II Kerja Sama ASEAN Kemenko Polhukam, pada tanggal 25 September 2015.

22 Berita Negara Republik Indonesia, Peraturan Menteri Luar Negeri Republik Indonesia No. 02 Tahun 2014 tentang Organisasi dan Tata Kerja Setnas

(16)

15

3. ASEAN Investment Area Council (AIA Council) BKPM dan

Kemendag

4. ASEAN Finance Ministers Meeting (AFMM) Kemekeu

5. ASEAN Ministerial Meeting on Agriculture and Forestry (AMAF) Kementan

6. ASEAN Ministers on Energy Meeting (AMEM) KemenESDM

7. ASEAN Ministerial Meeting on Minerals (AMMin) KemenESDM

8. ASEAN Ministerial Meeting on Science and Technology (AMMST) KemenristekDikti 9. ASEAN Telecommunications and IT Ministers Meeting (TELMIN) Kemenkominfo

10. ASEAN Transport Ministers Meeting (ATM) Kemenhub

11. ASEAN Tourism Ministers Meeting (M-ATM) Kemenpar

12. ASEAN Mekong Basin Development Cooperation (AMBDC) - Sumber: Hasil olahan dari berbagai sumber23

Indonesia memiliki Komite Nasional Persiapan Pelaksanaan Masyarakat Ekonomi ASEAN (MEA). Komite Nasional ini dibentuk supaya persiapan menuju MEA 2015 dilakukan secara terintegrasi dan komprehensif untuk memberikan manfaat yang maksimal bagi kepentingan nasional. Komite Nasional Nasional Persiapan MEA ditetapkan melalui Keppres No. 37 Tahun 2015. Komite Nasional Persiapan MEA bertanggung jawab langsung kepada Presiden dan memberikan laporan paling sedikit 1 (satu) kali dalam 6 (enam) bulan atau sewaktu-waktu bila diperlukan.24

Ketua Komite Nasional Persiapan MEA adalah Menko Pereknomian. Menlu bertindak sebagai Wakil Ketua I, Mendag sebagai Wakil Ketua II, dan Ketua Umum Kamar Dagang Indonesia (Kadin) sebagai Wakil Ketua III. Ketua Umum Asosiasi Pengusaha Indonesia (Apindo) bertindak sebagai Sekretaris. Komite Nasional beranggotakan para menteri dan kepala dari K/L terkait, para ketua Forum Gubernur, para rektor universitas, Ketua Umum Himpunan Pengusaha Muda Indonesia (HIPMI), serta para direktur BUMN dan pengusaha.25

Komite Nasional Persiapan MEA memiliki tugas sebagai berikut26: 1. Mengoordinasikan persiapan pelaksanaan MEA;

2. Mengoordinasikan percepatan peningkatan daya saing nasional dalam rangka pelaksanaan MEA;

23 Berdasarkan informasi yang didapat dari situs resmi Masyarakat Ekonomi ASEAN (http://www.asean.org/asean-economic-community/) dan FGD

dengan narasumber Bpk. Benito Rio Avianto, Perwakilan Asisten Deputi Kerjasama Ekonomi Regional dan Sub Regional Kemenko Bidang Perekonomian, pada tanggal 20 Agustus 2015.

24 Presiden Republik Indonesia, Keppres No. 37 Tahun 2014 tentang Komite Nasional Pelaksanaan Masyarakat Ekonomi ASEAN, Pasal 7. 25 Presiden Republik Indonesia, Keppres No. 37 Tahun 2014 tentang Komite Nasional Pelaksanaan Masyarakat Ekonomi ASEAN, Pasal 3. 26 Ibid, Pasal 2.

(17)

16 3. Mengambil langkah-langkah penyelesaian hambatan dan permasalahan dalam persiapan dan pelaksanaan MEA serta

peningkatan daya saing nasional;

4. Mengoordinasikan pelaksanaan sosialisasi kepada seluruh pemangku kepentingan (stakeholder) terhadap persiapan dan pelaksanaan Masyarakat Ekonomi ASEAN serta peningkatan daya saing nasional.

Komite Nasional dalam melaksanakan tugasnya dapat berkoordinasi dengan K/L, Bank Indonesia, Otoritas Jasa Keuangan, dan pemerintah daerah serta pihak lain yang dianggap perlu.27 Untuk membantu tugas Komite Nasional, dibentuk Tim Pelaksana dan Tim Kerja Daerah yang ditetapkan oleh Menko Perekonomian selaku Ketua Komite Nasional. Tim Pelaksana dalam tugasnya berkoordinasi dengan Setnas ASEAN-Indonesia.28 Komite Nasional juga memiliki Sekretariat Komite Nasional yang dilaksanakan secara fungsional oleh Sekretariat Kemenko Perekonomian untuk mendukung pelaksanaan tugas Komite Nasional.29

Penanggung Jawab Masyarakat Sosial-Budaya ASEAN adalah Sekretaris Kementerian Koordinator Bidang Pembangunan Manusia dan Kebudayaan (PMK)30. Wakil Penanggung Jawab pilar sosial-budaya ditetapkan sesuai badan sektoralnya. Sekretaris pilar sosial-budaya adalah Direktur Kerja Sama Fungsional ASEAN Kemlu.31 Badan-badan sektoral di bawah pilar sosial-budaya adalah sebagai berikut:

Tabel 3 – Badan-badan sektoral di bawah pilar sosial-budaya

No Badan Sektoral Masyarakat Sosial-Budaya ASEAN Focal Point

ASEAN Socio-Cultural Community Council Kemenko PMK

1. Senior Officials Meeting on Social Welfare and Development (SOMSWD)

Kemensos

2. Senior Officials Meeting Responsible for Culture and Arts (SOMCA)

Kemendikbud

3. Senior Officials Meeting on Education (SOM-ED) Kemendikbud

4. ASEAN Senior Officials on the Environment (ASOEN) KLH

5. ASEAN Committee on Disaster Management (ACDM) BNPB

6. Senior Officials Meeting on Health Development (SOMHD) Kemenkes 27 Ibid, Pasal 4. 28 Ibid, Pasal 5. 29 Ibid, Pasal 6. 30

Dalam Peraturan Menteri Luar Negeri Republik Indonesia No. 02 Tahun 2014 tentang Organisasi dan Tata Kerja Setnas ASEAN di Indonesia, Kemenko Bidang PMK masih bernama Kemenko Bidang Kesejahteraan Rakyat.

31 Berita Negara Republik Indonesia, Peraturan Menteri Luar Negeri Republik Indonesia No. 02 Tahun 2014 tentang Organisasi dan Tata Kerja Setnas

(18)

17

7. Senior Labour Officials Meeting (SLOM) Kemenakertrans

8. Senior Officials Meeting Responsible for Information (SOMRI) Kemenkominfo 9. ASEAN Commission on the Promotion & Protection of the Rights of

Women & Children (ACWC)

Kemen PP & PA

10. ASEAN Committee on Women (ACW) Kemen PP & PA

11. Senior Officials Meeting on Rural Development and Poverty Eradication (SOMRDPE)

Kemenko PMK

12. Senior Officials Meeting on Youth (SOMY) Kemenpora

13. ASEAN Senior Officials Meeting on Sports (SOMS) Kemenpora 14. ASEAN Committee on Science and Technology (COST) KemenristekDikti 15. ASEAN Conference on Civil Service Matters (ACCSM) BKN

16. ASEAN Senior Officials on Drug Matters (SODM) BNN

Sumber: Hasil olahan dari wawancara mendalam32

32 Berdasarkan wawancara mendalam dengan Bapak Raden Wijaya Kusumawardhana, Kepala Biro Perencanaan dan Kerjasama Luar Negeri,

(19)

18 II. 2. Regulasi Indonesia Dalam Menghadapi Masyarakat ASEAN 2015

Sejalan dengan kepentingan-kepentingan bersama, dan saling ketergantungan antar-rakyat dan negara Anggota ASEAN yang terikat oleh faktor geografis, tujuan bersama, dan nasib bersama, maka negara-negara anggota ASEAN yang terikat dalam Piagam ASEAN sepakat untuk membentuk Masyarakat ASEAN. Pemerintah Indonesia secara khusus telah membuat beberapa regulasi yang berkaitan dengan persiapan Indonesia dalam menyambut Masyarakat ASEAN yang akan mulai dilaksanakan pada tanggal 31 Desember 2015. Regulasi yang telah dikeluarkan pemerintah diantaranya:

1. Instruksi Presiden No. 5 tahun 2008 tentang Fokus Program Ekonomi Tahun 2008-2009

Dalam Instruksi Presiden No. 5 tahun 2008, disebutkan bahwa semua Kementerian dan atau Lembaga Negara beserta para Gubernur dan Walikota, wajib untuk mengambil langkah-langkah yang diperlukan sesuai tugas, fungsi dan kewenangan masing-masing, dalam rangka pelaksanaan Fokus Program Ekonomi Tahun 2008-2009 agar dapat meningkatkan pertumbuhan ekonomi nasional, kelestarian sumber daya alam, peningkatan ketahanan energi dan kualitas lingkungan, dan untuk pelaksanaan berbagai komitmen Masyarakat Ekonomi ASEAN. Dalam mengambil langkah-langkah sebagaimana disebutkan di atas, Semua Kementerian dan atau Lembaga Negara beserta para Gubernur dan Bupati atau Walikota harus berpedoman kepada program yang meliputi perbaikan iklim investasi, ekonomi makro dan keuangan, ketahanan energi, sumber daya alam, lingkungan dan pertanian, pemberdayaan usaha mikro, kecil dan menengah, pelaksanaan komitmen Masyarakat Ekonomi ASEAN, infrastruktur, ketenagakerjaan dan ketransmigrasian. Untuk melaksanakan tujuan dari Fokus Program Ekonomi Tahun 2008-2009, Presiden menunjuk Menteri Koordinator bidang Perekonomian yang bertindak sebagai koordinator dalam mengkoordinasikan kegiatan yang dilaksanakan oleh para Menteri, Kepala Lembaga Negara, dan Gubernur, serta Bupati atau Walikota.

2. Peraturan Presiden No. 24 tahun 2010 tentang Kedudukan, Tugas, dan Fungsi Kementerian Negara serta Susunan Organisasi, Tugas, dan Fungsi Eselon I Kementerian Negara

Peraturan Presiden No. 24 tahun 2010 mengatur tentang pembagian kedudukan, tugas dan fungsi kementerian negara serta susunan organisasi, tugas, dan fungsi eselon I Kementerian Negara. Peraturan Presiden ini juga mengatur tentang Kementerian Koordinator. Masing-masing Kementerian Koordinator pada

(20)

19 akhirnya menjadi pumpunan (focal point) bagi masing-masing pilar Masyarakat ASEAN. Berikut merupakan isi dari Peraturan Presiden No. 24 tahun 2010 tentang Kedudukan, Tugas, dan Fungsi Kementerian Negara serta Susunan Organisasi, Tugas, dan Fungsi Eselon I Kementerian Negara:

a. Kementerian Koordinator Bidang Politik, Hukum, dan Keamanan mempunyai tugas membantu Presiden dalam menyinkronkan dan mengkoordinasikan perencanaan, penyusunan, dan pelaksanaan kebijakan di bidang politik, hukum, dan keamanan.

b. Kementerian Koordinator Bidang Perekonomian mempunyai tugas membantu Presiden dalam menyinkronkan dan mengkoordinasikan perencanaan, penyusunan, dan pelaksanaan kebijakan di bidang perekonomian.

c. Kementerian Koordinator Bidang Kesejahteraan Rakyat mempunyai tugas membantu Presiden dalam menyinkronkan dan mengkoordinasikan perencanaan, penyusunan, dan pelaksanaan kebijakan di bidang kesejahteraan rakyat.

3. Instruksi Presiden No. 11 tahun 2011 tentang Pelaksanaan Komitmen Cetak Biru Masyarakat Ekonomi ASEAN Tahun 2011

Instruksi Presiden No. 11 tahun 2011 mengatur tentang instruksi Presiden Republik Indonesia kepada para Kementerian dan atau Lembaga dalam pelaksanaan komitmen Cetak Biru Masyarakat Ekonomi ASEAN untuk mendukung peningkatan iklim investasi dan perdagangan serta meningkatkan daya saing nasional.

Dalam mengambil langkah-langkah tersebut di atas, semua Kementerian dan atau Lembaga harus berpedoman kepada program yang meliputi:

A. Menuju Pasar Tunggal dan Basis Produksi, yang fokus kepada peningkatan Daya Saing dan Pemanfaatan Komitmen AEC; Komitmen AEC untuk Arus Barang Secara Bebas; Komitmen AEC untuk Arus Jasa Secara Bebas; Komitmen AEC untuk Arus Investasi Secara Bebas; Komitmen AEC untuk Arus Modal yang lebih bebas; Priority Integration Sectors; dan Komitmen AEC untuk Perdagangan Makanan, Pertanian, dan Kehutanan.

(21)

20 B. Menuju Wilayah Ekonomi yang Berdaya Saing Tinggi, yang fokus kepada kebijakan Persaingan; Hak atas Kekayaan Intelektual; Pengembangan Infrastruktur; Perpajakan; dan Perdagangan secara elektronik (e-commerce).

C. Menuju Kawasan dengan Pembangunan Ekonomi yang Seimbang, yang fokus kepada Pengembangan Sektor Usaha Kecil dan Menengah. 4. Keputusan Presiden (Keppres) No. 23 Tahun 2012 tentang Susunan Keanggotaan Sekretariat Nasional ASEAN Indonesia

Keputusan Presiden (Keppres) No. 23 Tahun 2012 mengantur tentang susunan keanggotaan Sekretariat Nasional (Seknas) ASEAN-Indonesia. Sesuai dengan amanat Pasal 13 Piagam ASEAN dan telah disahkan dengan Undang-Undang No. 38 tahun 2008, Indonesia wajib membentuk Setnas ASEAN-Indonesia. Dalam Keputusan Presiden No. 23 tahun 2012, disebutkan bahwa kedudukan Seknas ASEAN-Indonesia adalah berada di bawah dan bertanggung jawab kepada Presiden melalui Menteri Luar Negeri. Seknas ASEAN-Indonesia dilaksanakan oleh Direktorat Jenderal Kerja Sama ASEAN Kementerian Luar Negeri Republik Indonesia. Selain itu, disebutkan juga bahwa Seknas ASEAN-Indonesia memiliki tugas dan fungsi sebagai berikut:

a. Seknas ASEAN-Indonesia bertugas sebagai pumpunan kegiatan pada tingkat nasional.

b. Seknas ASEAN-Indonesia menjadi penyimpan informasi mengenai semua urusan ASEAN pada tingkat nasional. c. Mengoordinasikan pelaksanaan keputusan-keputusan ASEAN pada tingkat nasional

d. Mengoordinasikan dan mendukung persiapan-persiapan nasional untuk pertemuan-pertemuan ASEAN. e. Memajukan identitas dan kesadaran ASEAN pada tingkat nasional

f. Berkontribusi pada pembentukan komunitas ASEAN

Selain keenam tugas dan fungsi di atas, Setnas ASEAN-Indonesia juga wajib menyusun prosedur standar operasi sesuai dengan prinsip koordinasi, integrasi, dan sinkronisasi Kementerian dan atau Lembaga. Semua biaya yang diperlukan bagi pelaksanaan tugas dan fungsi Seknas ASEAN-Indonesia dibebankan pada APBN.

(22)

21 5. Keputusan Presiden No. 37 tahun 2014 tentang Komite Nasional Persiapan Pelaksanaan Masyarakat Ekonomi ASEAN

Keputusan Presiden No. 37 tahun 2014 membahas Komite Nasional persiapan pelaksanaan Masyarakat Ekonomi ASEAN. Dalam rangka pelaksanaan Masyarakat Ekonomi ASEAN yang dimulai pada akhir tahun 2015, Komite Nasional mempunyai tugas sebagai berikut:

a. Mengoordinasikan persiapan pelaksanaan Masyarakat Ekonomi ASEAN

b. Mengoordinasikan percepatan peningkatan daya saing nasional dalam rangka pelaksanaan Masyarakat Ekonomi ASEAN

c. Mengambil langkah-langkah penyelesaian hambatan dan permasalahan dalam persiapan dan pelaksanaan Masyarakat Ekonomi ASEAN serta peningkatan daya saing nasional

d. Mengoordinasikan pelaksanaan sosialisasi kepada seluruh pemangku kepentingan (stakeholder) terhadap persiapan dan pelaksanaan Masyarakat Ekonomi ASEAN serta peningkatan daya saing nasional

Untuk membantu pelaksanaan tugas Komite Nasional, dibentuk Tim Pelaksana dan Tim Kerja Daerah. Susunan keanggotaan, tugas, dan tata kerja Tim Pelaksana dan Tim Kerja Daerah ditetapkan oleh Menteri Koordinator Bidang Perekonomian selaku Ketua Komite Nasional. Tim Pelaksana dalam pelaksanaan tugasnya berkoordinasi dengan Setnas ASEAN-Indonesia. Untuk memberikan dukungan pelaksanaan tugas Komite Nasional, dibentuk Sekretariat Komite Nasional. Sekretariat Komite Nasional dilaksanakan secara fungsional oleh Sekretariat Kementerian Koordinator Bidang Perekonomian.

Susunan keanggotaan Komite Nasional terdiri dari Menteri Koordinator Bidang Perekonomian sebagai ketua, Menteri Luar Negeri sebagai Wakil Ketua I, Menteri Perdagangan sebagai Wakil Ketua II, Ketua Kadin Indonesia sebagai Wakil Ketua III, Ketua APINDO sebagai Sekretaris, dan semua Kementerian, Ketua Forum, Badan, semua rektor universitas, dan beberapa tokoh bertindak sebagai anggota dari Komite Nasional.

6. Instruksi Presiden No. 6 tahun 2014 tentang Peningkatan Daya Saing Nasional dalam Rangka Menghadapi Masyarakat Ekonomi ASEAN

Instruksi Presiden No. 6 tahun 2014 membahas peningkatan daya saing nasional dalam rangka menghadapi Masyarakat Ekonomi ASEAN. Dalam upaya untuk meningkatkan daya saing nasional dan kesiapan menghadapi pelaksanaan Masyarakat Ekonomi ASEAN, Presiden memberi instruksi kepada beberapa pihak

(23)

22 yaitu para Menteri Kabinet Indonesia Bersatu II, Sekretaris Kabinet, Jaksa Agung, Kepala Kepolisian Negara Republik Indonesia, Para Kepala Lembaga Pemerintah Non Kementerian, Para Gubernur, Para Bupati/Walikota.

7. Peraturan Menteri Luar Negeri No. 2 tahun 2014 tentang Organisasi dan Tata Kerja Sekretariat Nasional ASEAN di Indonesia

Peraturan Menteri Luar Negeri No. 2 tahun 2014 mengatur tentang organisasi dan tata kerja Setnas Indonesia. Koordinator Setnas ASEAN-Indonesia adalah Direktur Jenderal Kerja Sama ASEAN yang karena kedudukannya, memiliki kewenangan untuk memimpin pelaksanaan fungsi koordinasi, integrasi, dan sinkronisasi Kementerian/Lembaga pada Setnas ASEAN-Indonesia. Anggota Setnas ASEAN-Indonesia adalah Pejabat dalam Kementerian dan Lembaga terkait yang ditunjuk untuk melaksanakan tugas Setnas ASEAN-Indonesia. Anggota Setnas ASEAN-Indonesia dalam melaksanakan tugas dan fungsinya dibagi ke dalam tiga pilar Masyarakat ASEAN.

Setnas ASEAN-Indonesia terdiri atas: a. Koordinator;

b. Anggota;

c. Penanggung Jawab;

d. Wakil Penanggung Jawab; dan e. Sekretaris.

Direktur Jenderal Kerja Sama ASEAN selaku Koordinator Setnas ASEAN-Indonesia mempunyai tugas dan fungsi: a. mengkoordinasikan kegiatan Setnas ASEAN-Indonesia pada tingkat nasional;

(24)

23 c. mengkoordinasikan pelaksanaan keputusan-keputusan ASEAN pada tingkat nasional;

d. mengkoordinasikan persiapan-persiapan nasional untuk pertemuanpertemuan ASEAN;

e. mengkoordinasikan kegiatan pemajuan identitas dan kesadaran ASEAN pada tingkat nasional; dan f. mengkoordinasikan kegiatan kontribusi pembentukan Komunitas ASEAN.

Anggota Setnas ASEAN-Indonesia yang berjumlah 92 pejabat Eselon I dan setingkat Eselon I dari 48 Kementerian dan Lembaga mempunyai tugas dan fungsi melaksanakan :

a. kegiatan Setnas ASEAN-Indonesia pada tingkat nasional; b. penyimpanan informasi mengenai semua urusan ASEAN pada tingkat nasional;

c. keputusan-keputusan ASEAN pada tingkat nasional;

d. persiapan-persiapan nasional untuk pertemuan-pertemuan ASEAN; e. kegiatan pemajuan identitas dan kesadaran ASEAN.

Anggota Setnas ASEAN-Indonesia dalam melaksanakan tugas dan fungsinya dibagi ke dalam tiga pilar Komuni ASEAN: a. Komunitas Politik dan Keamanan ASEAN;

b. Komunitas Ekonomi ASEAN; dan c. Komunitas Sosial Budaya ASEAN.

(25)

24 Untuk di daerah, Provinsi Sulawesi Selatan belum memiliki regulasi khusus terkait dengan Masyarakat ASEAN. Berbeda dengan Provinsi Jawa Timur, Provinsi Jawa Timur telah menata ulang regulasi terkait Masyarakat ASEAN. Terdapat beberapa regulasi yang berguna untuk melindungi rakyat dan konsumen saat diberlakukannya MEA. Sebagai contoh, Pemerintah Provinsi Jawa Timur membuat Peraturan Gubernur Jawa Timur Nomor 2 Tahun 2013 tentang Pengendalian Distribusi Produk Impor di Jawa Timur (termasuk SOP yang mengatur ijin bongkar beras impor). Regulasi ini dibentuk karena Provinsi Jawa Timur merupakan produsen beras.

Selain itu, Pemerintah Provinsi Jawa Timur juga telah membuat beberapa peraturan lainnya seperti Perda Provinsi Jawa Timur No. 3 Tahun 2012 tentang Pengendalian Ternak Sapi dan Kerbau Betina Produktif, Perda Provinsi Jawa Timur No. 17 Tahun 2012 tentang Peningkatan Rendemen dan Hablur Tanaman Tebu, Pergub Jawa Timur No. 114 Tahun 2010 Tentang Larangan Peredaran Gula Rafinasi dan Gula Kristal Mentah di Pasaran Umum di Jawa Timur, Pergub Jawa Timur Nomor 78 Tahun 2011 tentang Pengendalian Garam Impor dan Pemberdayaan Usaha Garam Rakyat, Pergub Jawa Timur Nomor 22 Tahun 2012 Tentang Pengendalian Produk Impor Hortikultura dan Pemberdayaan Usaha Hortikultura di Jawa Timur.33 Di sektor kesehatan, Pemerintah Provinsi Jawa Timur telah menerbitkan Peraturan Daerah (Perda) tentang Kesehatan Nomor 7/2014.34 Salah satu isinya adalah mengharuskan tenaga medis asing untuk magang dan memahami penyakit tropis terlebih dahulu sebelum dapat membuka praktik di Jawa Timur. Peraturan-peraturan tersebut belum ada di pemerintah pusat. Jawa Timur juga telah menindaklanjuti Inpres No. 6 Tahun 2014 (tentang Peningkatan Daya Saing Nasional dalam Rangka Menghadapi MEA) dengan membuat matriks untuk mapping.

II.3. Perencanaan Program dan Anggaran Menyambut Masyarakat ASEAN

Arah kebijakan Indonesia terkait dengan kerjasama ASEAN, baik di dalam RPJMN II 2009 – 2014 dan RPJMN III 2014-2019 adalah untuk meningkatkan peran dan kepemimpinan Indonesia di ASEAN. Pada RPJMN III, secara lebih spesifik Pemerintah Indonesia juga menegaskan tentang peningkatan kesiapan domestik dalam menyongsong Masyarakat Ekonomi ASEAN yang telah mulai bergulir pada 31 Desember 2015. Pemantapan peran dan kepemimpinan Indonesia di ASEAN sangat penting bagi upaya mencapai kepentingan nasional Indonesia, baik untuk meningkatkan kemakmuran di dalam negeri, maupun bagi upaya menjaga

33 Berdasarkan wawancara dengan Para Pejabat di Badan Perencanaan Pembangunan Daerah Provinsi Jawa Timur (Bappeda Jatim), pada tanggal 20 Oktober 2015. 34 ______, MEA Tantangan Terbesar Jatim, diakses dari http://www.koran-sindo.com/news.php?r=5&n=0&date=2016-01-04 pada tanggal 26 Januari 2016 pukul 16.58.

(26)

25 stabilitas dan perdamaian di Kawasan Asia Tenggara. Dalam mencapai pemantapan peran dan kepemimpinan Indonesia di ASEAN, maka Pemerintah Indonesia telah memiliki beberapa program dalam menghadapi Masyarakat ASEAN. Misalnya, Kemenko Perekonomian membentuk National Single Window (NSW) untuk menjaga kepentingan nasional dalam menghadapi Masyarakat Ekonomi ASEAN. NSW adalah wujud nyata pelayanan birokrasi modern yang dalam waktu singkat dapat melaksanakan kebijakan deregulasi dan debirokratisasi yang diumumkan Presiden pada tanggal 9 September 2015. Portal ini mengintegrasikan semua pelayanan perizinan ekspor/impor secara elektronik pada 15 Kementerian/Lembaga yang meliputi 18 Unit Perizinan.35

Kemendag juga telah memiliki beberapa program khusus untuk menyambut MEA yaitu Certificate of Origin (CO), sistem Rule of Origin (ROO) dan AEC Centre. Selain itu, Menurut Menteri Perdagangan, Kemendag juga telah membuat Nawacita Kemendag (NAK) dengan menetapkan target melipat tigakan ekspor dalam lima tahun ke depan (2014-2019). Dengan target ekspor 2015 sebesar USD 192,5 miliar. Kememdag juga akan melakukan pembinaan dalam hal kemasan, sertifikat halal, pendaftaran merek. Terobosan lain yang dilakukan yakni memfasilitasi pelaku usaha untuk memasarkan produk melalui ITPC, untuk meningkatkan brand UKM secara global.

Kemlu telah membentuk Pusat Studi ASEAN (PSA) di berbagai universitas di Indonesia. Untuk mendukung sosialisasi Masyarakat ASEAN, selain membentuk PSA dan melakukan berbagai seminar dan workshop, Kemenlu juga telah membuat suatu dokumen khusus yang berjudul “Ayo Kita Kenali ASEAN”.36

Dokumen tersebut berisi beberapa bab yang memperkenalkan apa itu ASEAN, Piagam ASEAN, Komunitas ASEAN, Keketuaan Indonesia di ASEAN, bagaimana hubungan ASEAN dengan dunia internasional, dan manfaat ASEAN bagi masyarakat.

Kemenko Polhukam memiliki desk Komunitas Politik dan Keamanan ASEAN. Desk ini berguna untuk meningkatkan kesiapan Indonesia menghadapi masyarakat ASEAN 2015. Kemenko Polhukam membentuk Desk tersebut untuk masa kerja Agustus-Desember 2014. Desk telah melaksanakan 3 kali kegiatan

35 Diambil dari Siaran Pers Kemenkoperekonomian pada tanggal 30 September 2015.

36 Kementerian Luar Negeri. Ayo Kita Kenali ASEAN. Dikutip dari http://www.kemlu.go.id/Documents/Tentang%20ASEAN/Buku%20Ayo%20Kita%20Kenali%20ASEAN.pdf pada tanggal 25

(27)

26 diseminasi di Medan, Batam, dan Manado dengan melibatkan unsur Pemda dan masyarakat sipil setempat serta melakukan kajian terhadapi isu prioritas Indonesia pada pilar polkam yaitu mengenai isu manajemen perbatasan dan isu perdagangan orang.37

Kemenko PMK belum memiliki program khusus dalam menyambut Masyarakat ASEAN.38 Kemenko PMK hanya memiliki beberapa program yang terkait isu-isu terkini di bidang sosial dan budaya dalam menyambut Masyarakat ASEAN, seperti misalnya program poros sentra pelatihan dan pemberdayaan TKI, sertifikasi internasional bagi perawat. Namun, program-program tersebut bukan merupakan program khusus dalam menyambut Masyarakat ASEAN. Selain itu, Kemenko PMK untuk sekarang ini lebih fokus terhadap program-program terkait Revolusi Mental.39 Terkait anggaran, Kemenko PMK memiliki anggaran terkait ASEAN meskipun tidak besar jumlahnya dan anggaran tersebut biasanya digunakan untuk menghadiri sidang-sidang atau pertemuan ASEAN.

Menurut Pelaksana Harian Setnas ASEAN-Indonesia, Ditjen Kerjasama ASEAN (Setnas ASEAN-Indonesia) telah melakukan sosialisasi AEC Blueprint bersamaan dengan sosialisasi ASEAN Charter, baik di tingkat pusat, khususnya kepada asosiasi-asosiasi bisnis maupun di daerah-daerah di Pulau Jawa, Sumatera, Kalimantan, Sulawesi dan Irian. Sosialisasi dilakukan dalam bentuk seminar dan lokakarya maupun Kuliah Umum, wawancara di media massa cetak dan elektronik lokal di pusat dan daerah. Salah satu sasaran yang ingin dicapai adalah untuk memicu kesiapan masyarakat serta menimbulkan mengenai “public awareness” mengenai ASEAN.40 Selain itu, Perwakilan Setnas ASEAN-Indonesia juga mengusulkan program integrated calendar dan program tersebut disarankan untuk disosialisasikan dalam Konsultasi Nasional ASEAN. Berdasarkan struktur anggaran, selama ini anggaran Setnas ASEAN-Indonesia hanya dipergunakan untuk menghadiri events ASEAN, tanpa ada anggaran untuk membiayai proses integrasi atau bagaimana Indonesia secara optimal memanfaatkan peluang dan mengatasi berbagai tantangan.41

37

Kemenko Polhukam. Dikutip dari http://www.polkam.go.id/LinkClick.aspx?fileticket=nUI%2BeJ6jpBM%3D&tabid=38&language=id-ID pada tanggal 25 Oktober 2015

38 Berdasarkan wawancara dengan Bapak Raden Wijaya Kusumawardhana, Kepala Biro Perencanaan dan Kerjasama Luar Negeri, Sekretariat Kementerian Koordinator Bidang Pembangunan

Manusia dan Kebudayaan pada tanggal 16 November 2015.

39

Berdasarkan berita-berita dan artikel-artikel dari website Kementerian Koordinator Bidang Pembangunan Manusia dan Kebudayaan, dapat diakses di http://www.kemenkopmk.go.id/artikel

40 Op. Cit,. Kementerian Luar Negeri. Ayo Kita Kenali ASEAN.

41 Berdasarkan wawancara dengan Bapak Ngurah Swajaya, Ketua Pelaksana Harian Sekretariat Nasional ASEAN, beserta tim, pada tanggal 14 September 2015 bertempat di Kementerian Luar

(28)

27 Apindo sudah memiliki Apindo Roadmap yang sudah diberikan kepada Presiden dan Wakil Presiden.42 Dilain pihak, Kadin telah menyiapkan beberapa program untuk menyambut Masyarakat Ekonomi ASEAN 2015. Program-program tersebut diantaranya adalah pertama, Kadin mengidentifikasi kebutuhan tenaga kerja profesional/terampil untuk mendukung 22 kegiatan ekonomi di enam koridor ekonomi dan meningkatkan daya saing 12 sektor prioritas MEA 2015; kedua, Kadin memfasilitasi pengembangan standar kompetensi dan pembentukan lembaga sertifikasi profesi (LSP) oleh Asosiasi Industri terkait 22 kegiatan ekonomi di koridor ekonomi dan 12 sektor prioritas MEA 2015; serta ketiga, Kadin melakukan pengembangan Kadin Training Center (KTC) untuk mendorong pengembangan program pelatihan berbasis kompetensi sesuai kebutuhan industri oleh Kadin Provinsi.43

Sementara itu, untuk Perencanaan Program dan Anggaran yang dilaksanakan oleh Pemerintah Daerah, dalam reviu ini Bappenas melakukan observasi ke dua daerah yaitu Provinsi Sulawesi Selatan dan Jawa Timur. Bappenas menemukan bahwa Pemerintah Daerah Provinsi Sulawesi Selatan juga telah menyiapkan beberapa program yaitu Bappeda Sulsel telah mendirikan Balai Latihan Kerja, Disperindag Sulsel bekerjasama dengan HIPMI dalam membina mahasiswa untuk menjadi pengusaha baru, serta menurut Wakil Ketua Umum Bidang Perdagangan dan Agrobisnis, Kamar Dagang Indonesia (Kadin) Sulawesi Selatan, Prov. Sulsel telah menggunakan metode Public Private Partnership. Namun, Pemerintah Provinsi Sulawesi Selatan tidak secara khusus membuat program-program tersebut untuk menyambut MEA. Program-program tersebut dibuat untuk mendukung laju perekonomian Provinsi Sulawesi Selatan.

Secara khusus, Kota Makassar telah menyiapkan beberapa program dalam menghadapi Masyarakat ASEAN, seperti program memperkenalkan potensi Makassar melalui ASEAN Mayors Forum dan memaksimalkan partisipasi masyarakat melalui program Smart City dalam menyambut MEA. Selain itu, Kota Makassar telah mempersiapkan potensi tenaga kerja dengan membentuk Lembaga Sertifikasi Profesi (LSP) yang telah mendapat legalitas dari Badan Nasional Sertifikasi Profesi (BNSP), dan menjaga pertumbuhan ekonomi Makassar dengan mengadakan beberapa program diantaranya mendorong penguatan industri lokal

42

Berdasarkan kutipan wawancara dengan Ibu Sherly Susilo sebagai perwakilan dari APINDO, dalam FGD “Reviu Kelembagaan: Kesiapan Indonesia dalam Menghadapi Masyrakat ASEAN 2015 – Studi Kasus Single Market and Production Base” dilaksananakan pada tanggal 20 Agustus 2015

43 _______, SDM Berkualitas Kunci Sukses Hadapi Era Masyarakat Ekonomi ASEAN, diakses dari

(29)

28 dan usaha mikro kecil dan menengah (UMKM). Para pelaku UMKM di Makassar dituntut untuk bisa memahami dan menguasai teknologi demi peningkatan sumber daya manusia (SDM) khususnya pada bidang ilmu pengetahuan dan teknologi (Iptek).44

Dilain pihak, Provinsi Jawa Timur yang selalu disebut oleh banyak pihak sebagai salah satu provinsi yang paling siap dalam menyambut Masyarakat Ekonomi ASEAN, telah menyiapkan beberapa program dalam mensukseskan Masyarakat ASEAN. Program-program tersebut dikumpulkan dalam satu renaksi percepatan MEA untuk Jawa Timur. Strategi Jatim untuk menghadapi MEA ada 2 (dua), yaitu “menyerang” dan “bertahan”. Pertama, “menyerang” adalah dengan menyiapkan daya saing UMKM, seperti standardisasi produk-produk UMKM secara gratis dan bahkan ada standardisasi keliling untuk menjangkau ke daerah-daerah. Kedua, strategi “bertahan” adalah dengan meningkatkan SDM, misalnya dengan membuat “SMK Mini” di pondok pesantren supaya para lulusan SMK siap kerja.

Strategi “bertahan” adalah salah satu bentuk strategi Pemerintah Jawa Timur dalam melindungi produk-produk lokal, misalnya jika ada produk atau SDM dari negara-negara anggota ASEAN lainnya yang menarget Jawa Timur sebagai pasar, maka Pemerintah Jawa Timur melindungi produk-produk dan SDM lokal dengan cara produk-produk tersebut harus memenuhi standardisasi dan untuk warga negara anggota ASEAN lainnya yang berkeinginan untuk bekerja di Jawa Timur, maka Pemerintah Jawa Timur mewajibkan warga negara asing tersebut untuk memiliki kemampuan berbahasa lokal serta harus memenuhi standardisasi. Selain itu, terdapat juga program-program yang bersifat dukungan, misalnya dalam bidang infrastruktur. Terkait dengan perencanaan, dalam RKPD 2015 tema RKPD 2015, Pemerintah Provinsi Jawa Timur telah membahas bagaimana Jatim menghadapi MEA 2015, serta isu infrastruktur telah menjadi tema sentral.

Pemprov Jatim juga kerap mengadakan forum-forum bisnis atau dengan menstimulasi UKM agar lebih percaya diri dalam menghadapi persaingan bisnis dan investasi di Kawasan ASEAN. Salah satu contoh, Jatim kedatangan beberapa tamu dari beberapa negara pada tahun 2015 seperti Ratu Denmark, yang khusus berkunjung ke Jawa Timur untuk melihat potensi investasi Jatim. Jatim juga memiliki Kantor Perwakilan Dagang di dalam maupun luar negeri yang memperkerjakan orang di luar Pemprov anara lain sebagai market intelligence Gubernur Jatim juga mengeluarkan konsep memiliki program “Jatinomic” yang

44 ______, “Sambut MEA, Apa Saja Program Pemerintah?” diakses dari http://makassarterkini.com/2015/10/29/sambut-mea-apa-saja-program-pemerintah/ pada tanggl 30 Januari 2016, pukul

(30)

29 menghubungkan perdagangan Jatim ke seluruh Indonesia. Sejauh ini, Jatim memiliki Kantor Perwakilan Dagang di 26 provinsi dan beberapa Kantor Perwakilan Dagang di beberapa negara seperti Jepang, Korsel, dua di China, Belgia, dan Swiss.

Apindo Jatim memiliki UKM binaan dalam mempersiapkan diri untuk menyambut MEA. Dalam dua bulan sekali, APINDO mengadakan temu konsultasi dengan para pengusaha untuk mempersiapkan MEA. Apindo Provinsi Jawa Timur memiliki perwakilan APINDO di tiap kabupaten/kota dan mereka lah yang berhubungan dengan pemerintah kabupaten/kota setempat. Gubernur Jawa Timur juga memfasilitasi ekspansi pasar melalui pameran dan brosur di luar negeri, dan biasanya bekerjasama dengan Kemlu. Gubernur menetapkan apa saja yang menjadi andalan Jatim dan meminta para Dubes mempromosikan produk-produk Jatim. Gubernur mengundang duta-duta besar negara sahabat untuk berkunjung ke Jawa Timur.

Pemprov Jatim melakukan pendampingan untuk memberikan akses permodalan. Dalam hal ini, Pemprov Jatim melalui Keputusan Gubernur telah membentuk Bank UMKM yang memiliki program lembaga penjaminan kredit dikelola oleh PT JAMKRIDA. Dalam hal asistensi bagi para pelaku UMKM, Pemprov Jatim juga menginisiasi dibentuknya Klinik KUMKM sejak tahun 2008. Klinik KUMKM memiliki 12 jenis layanan yang diadopsi KemenKOPUKM menjadi Pusat Layanan Unit Terpadu (PLUT) di tingkat nasional. Klinik KUMKM mengadvokasi pelaku UMKM yang baru memulai atau pengusaha yang ingin mengembangkan bisnisnya lebih luas melalui bimbingan teknis yang disediakan oleh konsultan. Dengan adanya program pendampingan permodalan dan bimbingan teknis, ditambah dengan adanya Perpres No. 98 Tahun 2015 tentang SIUP UMKM dimana izin UMKM bisa diurus di tingkat kecamatan, jumlah pelaku UMKM di Provinsi Jatim meningkat dari 4,2 juta di tahun 2008 menjadi 6,8 juta pada tahun 2013.

II.4. Pelibatan Pemangku Kepentingan

Seperti dipaparkan sebelumnya, Pemerintah Pusat mengoordinasikan kelembagaan Masyarakat ASEAN di Indonesia melalui Setnas ASEAN-Indonesia. Akan tetapi, keberhasilan Masyarakat ASEAN ini tidak dapat tercapai jika Pemerintah Pusat tidak melibatkan para pemangku kepentingan (stakeholders) yang terkait dengan Masyarakat ASEAN. Para pemangku kepentingan ini antara lain pemerintah daerah, kalangan pengusaha, dan akademisi. Pemerintah Daerah penting karena daerah merupakan garda terdepan dalam pelaksanaan Masyarakat ASEAN sebagai pintu masuk arus barang dan jasa serta tempat terjadinya hubungan people to people. Kalangan pengusaha penting karena mereka adalah pihak yang secara langsung akan berkompetisi dalam Masyarakat Ekonomi ASEAN.

(31)

30 Akademisi penting karena mereka dapat membantu merumuskan kebijakan dan strategi demi kesuksesan Indonesia dalam Masyarakat ASEAN. Sub-bab di bawah ini akan menjelaskan bagaimana pelibatan para pemangku kepentingan selama ini dalam persiapan menghadapi Masyarakat ASEAN di Indonesia.

II.4.1 Pemerintah Daerah

Pemerintah Daerah merupakan garda terdepan dalam pelaksanaan Masyarakat ASEAN. Dalam kaitannya dengan pelibatan Pemerintah Daerah, reviu ini melihatnya pada ada tidaknya pedoman (guideline) dari Pemerintah Pusat untuk Pemerintah Daerah terkait persiapan Masyarakat ASEAN, serta ada tidaknya fasilitas persiapan Masyarakat ASEAN oleh Pemerintah Pusat. Meskipun kini Indonesia telah menerapkan otonomi daerah, sorotan terhadap peran Pemerintah Pusat tetap penting untuk melihat kesinambungan persiapan Masyarakat ASEAN di tingkat pusat dan daerah.

Berdasarkan wawancara mendalam dengan Bappeda Jawa Timur, Pemerintah Pusat selama ini tidak memberikan guideline yang jelas kepada Pemerintah Daerah terkait dengan Masyarakat ASEAN, terutama MEA. Hal yang dimaksud dengan guideline adalah pedoman atas tindakan-tindakan yang harus dilakukan Pemerintah Daerah berdasarkan kepada strategi nasional untuk mencapai kepentingan Indonesia di Masyarakat ASEAN. Ketiadaan guideline tersebut membuat Pemda Jawa Timur akhirnya melakukan inisiatif sendiri dalam persiapan Masyarakat ASEAN. Gubernur Jawa Timur, Soekarwo, memberi mandat kepada Wakil Gubernur serta Asisten II untuk membuat rencana aksi (renaksi) percepatan MEA untuk Jawa Timur. Mengenai kelembagaan, memang tidak secara eksplisit dibentuk satu kelembagaan khusus, namun tetap ada koordinasi intens oleh Asisten II dengan SKPD terkait. Koordinasi tersebut adalah terkait penyusunan peta jalan (roadmap) terkait MEA.45

Ketiadaan guideline juga membuat inisiatif daerah berbenturan dengan Pusat. Contohnya di Jawa Timur adalah mengenai impor garam.46 Pada tahun 2011, Gubernur Jawa Timur mengeluarkan Peraturan Gubernur (Pergub) larangan impor garam untuk melindungi petani garam dari masuknya garam impor. Akan tetapi, pada tahun 2015 Pemerintah Pusat melalui Permendag 125/M-DAG/PER/12/2015 mengadopsi kebijakan yang lebih terbuka dengan menghapus pembatasan masa

45 Berdasarkan keterangan dari Bapak Sigit Panuntun, Kepala Sub-Bidang Koperasi dan UMKM Bappeda Jawa Timur saat wawancara mendalam dengan Bappeda Jawa Timur, pada tanggal 20

Oktober 2015.

(32)

31 impor garam konsumsi, menghapus ketentuan harga patokan garam, meniadakan kewajiban importir garam untuk menyerap garam rakyat. Gubernur Soekarwo merespon kritis kebijakan tersebut dan memutuskan tetap mengacu kepada kebijakan lama sesuai Pergub.47

Political will dari Kepala Daerah akhirnya menjadi kunci kesuksesan persiapan Masyarakat ASEAN di daerah. Hal ini terlihat di Jawa Timur, dimana Gubernur Soekarwo sangat aktif dalam mendorong seluruh pemangku kepentingan di Jawa Timur untuk memiliki daya saing dalam menjalani Masyarakat Ekonomi ASEAN, seperti pembangunan sektor UMKM serta pelaksanaan pertemuan-pertemuan bisnis untuk mengundang investor.48

Selain ketiadaan guideline, sosialisasi oleh Pemerintah Pusat untuk mempersiapkan Masyarakat ASEAN di daerah juga masih minim. Minimnya sosialisasi membuat pengetahuan daerah akan ASEAN masih terbatas. ASEAN masih dipandang sebagai agenda Pemerintah Pusat, bukan untuk menjadi kepentingan mereka. Pengetahuan yang didapat oleh daerah masih seputar apa itu ASEAN, belum sampai pada detail cara menghadapi Masyarakat ASEAN. Hal ini tercermin sebagai contoh di Kabupaten Barru, Sulawesi Selatan, dimana para akademisi dari Universitas Hasanuddin berinisiatif membuat pelatihan teknis seperti protokoler, pembuatan MoU, dan table manner pada Pemerintah Daerah Kabupaten Barru karena mereka belum pernah mendapatkannya dari Pemerintah Pusat.49

II.1.2 Pengusaha

Para pelaku usaha, baik pengusaha berskala besar, menengah, kecil, dan mikro adalah pihak yang akan berkompetisi langsung dalam Masyarakat Ekonomi ASEAN, sehingga upaya untuk merangkul mereka sangat vital untuk kesuksesan Indonesia di Masyarakat ASEAN. Kalangan usaha telah dimasukkan dalam susunan keanggotan Komite Nasional Percepatan MEA, antara lain terdapat Ketua Umum Apindo, Ketua Umum Kadin, Ketua Umum Hipmi, dan beberapa direktur perusahaan besar Indonesia.50

Gradasi pengusaha Indonesia sangat beragam tergantung dari skala bisnisnya, mulai dari Usaha Mikro, Kecil, dan Menengah (UMKM), industri semi-mapan, hingga perusahaan besar.51 UMKM merupakan sektor esensial yang dirangkul Pemerintah Pusat. Hal ini disebabkan perekonomian Indonesia banyak

47

Andi Nurroni, ” Gubernur Jatim Keberatan Kebijakan Impor Garam”, diakses dari http://nasional.republika.co.id/berita/nasional/daerah/16/01/20/o19bbl365-gubernur-jatim-keberatan-kebijakan-impor-garam pada tanggal 23 Januari 2016.

48 Berdasarkan keterangan dari Bapak. Sigit Panuntun, Kepala Sub-Bidang Koperasi dan UMKM Bappeda Jawa Timur saat wawancara mendalam dengan Bappeda Jawa Timur, pada tanggal 20

Oktober 2015.

49 Berdasarkan wawancara mendalam dengan Bapak. H. Darwis, M.A., Ph.D., Akademisi Departemen Hubungan Internasional Universitas Hasanuddin, pada tanggal 9 September 2015. 50 Presiden Republik Indonesia, Keppres Nomor 37 Tahun 2014 tentang Komite Nasional Persiapan Pelaksanaan Masyarakat Ekonomi ASEAN.

(33)

32 ditopang oleh UMKM, serta adanya kekhawatiran bahwa UMKM tidak bisa bersaing dalam Pasar Bebas ASEAN. Oleh karena itu, UMKM diberi pendampingan untuk akses permodalan, kemudahan izin, dan bimbingan teknis. Akses permodalan untuk UMKM dipermudah, contohnya ada Bank UMKM di Jawa Timur.52 Kemudahan izin UMKM didukung dengan terbitnya Perpres No. 98 Tahun 2015 tentang SIUP UMKM dimana perizinan UMKM kini bisa diurus di tingkat kecamatan.53 Kementerian Koperasi dan UKM memiliki Pusat Layanan Unit Terpadu (PLUT), yaitu klinik UMKM yang mengadvokasi pelaku UMKM yang baru memulai atau ingin mengembangkan bisnis melalui bimbingan teknis oleh konsultan. UMKM juga diikutsertakan dalam pameran-pameran di luar negeri untuk membuka pasar serta memperkenalkan produk-produk Indonesia.54

Kementerian Perdagangan juga telah mempermudah para eksportir dengan didirikannya AEC Centre sebagai pusat informasi mengenai Masyarakat Ekonomi ASEAN, penerbitan Certificate of Origin (CoO) yang semakin mudah, sistem Rules of Origin (RoO) untuk cek asal barang, sistem self-certification eksportir yang bekerja sama dengan Bea Cukai, serta telah ada 86 lokasi yang sudah terintegrasi online dalam e-SKA.55

II.2.3 Akademisi

Akademisi merupakan pihak yang dapat membantu Pemerintah Pusat untuk merumuskan kebijakan serta strategi dalam menghadapi Masyarakat ASEAN. Pemerintah Pusat melalui Kemlu bekerja sama dengan perguruan tinggi dengan membentuk Pusat Studi ASEAN (PSA). PSA sudah beroperasi antara lain di Universitas Gadjah Mada, Universitas Airlangga, Universitas Indonesia, Universitas Hasanuddin, Universitas Andalas, Universitas Brawijaya, Universitas Sam Ratulangi, Universitas Padjadjaran, Universitas Mulawarman, Universitas Pattimura, Universitas Udayana, Universitas 17 Agustus, London School of Public Relations, Universitas Narotama, dan Universitas Sumatera Utara.56 Pusat studi ini dimaksudkan sebagai pusat riset dan corong sosialisasi mengenai ASEAN kepada publik. Kalangan akademisi juga telah dimasukkan dalam susunan keanggotan Komite Nasional Percepatan MEA, antara lain terdapat Rektor Univeristas

52 Berdasarkan wawancara mendalam dengan Bapak Sujana, Sekretaris Eksekutif Apindo Jatim, pada tanggal 22 Oktober 2015.

53 Berdasarkan wawancara mendalam dengan Bpk. Drs. Moh. Zainal Arief, MM, Sekretaris Dinas Koperasi dan UMKM Provinsi Jawa Timur, pada tanggal 21 Oktober 2015. 54

Ibid

55 Berdasarkan penjelasan Ibu Mila K. Bishry, Direktorat Kerjasama ASEAN Kementerian Perdagangan dalam FGD di tingkat Pusat, pada tanggal 20 Agustus 2015.

56 Berdasarkan penjelasan Bpk. Benito Rio Avianto, Perwakilan Asisten Deputi Kerjasama Ekonomi Regional dan Sub Regional Kemenko Bidang Perekonomian dalam FGD Pusat di Jakarta, pada

Gambar

Tabel 2 – Badan-badan sektoral di bawah pilar ekonomi
Tabel 3 – Badan-badan sektoral di bawah pilar sosial-budaya

Referensi

Dokumen terkait

(3) Jika nilai perolehan objek pajak sebagaimana dimaksud pada ayat (2) huruf a sampai dengan huruf o tidak diketahui atau lebih rendah dari pada NJOP yang digunakan dalam

[r]

Dalam pembuatan web site C.V Hizka Komputer penulis membuat sejumlah page, yaitu : ⢠Membuat Page utama yang bernama index.html, page ini berisi sejumlah menu yang dapat dilink ke

PEMERINTAH KABUPATEN PESISIR SELATAN TAHUN ANGGARAN 2014. :

Model pembelajaran langsung ( direct intstruction ) yang diterapkan pada pembelajaran berbicara khususnya berwawancara diharapkan dapat meningkatkan keterampilan

bahwa berdasarkan pertimbangan sebagaimana dimaksud dalam huruf a, dan huruf b, serta untuk melaksanakan ketentuan Pasal 22 ayat (1) huruf a, huruf b, dan ayat (2) Undang-Undang

 Organisasi adalah suatu sistem dengan sekumpulan orang manusia yang ingin mencapai tujuan yang dicita-citakan bersama..

FACR berarti terjadi peningkatan aktiva tetap dengan persentase yang lebih tinggi. daripada persentase peningkatan modal